Anda di halaman 1dari 15

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi penyebab


No.
diidentifikasi masalah masalah
1 Layanan Bimbingan Kajian Literatur : 1. Pelaksanaan Bimbingan
Klasikal dengan 1. Bimbingan klasikal Klasikal dengan metode
metode cermah menurut Wunkel dan ceramah kepada siswa
kurang efektif dalam Hastuti (2006 : 561) yang melakukan
mengurangi "bimbingan klasikal pelanggaran tata tertib
pelanggaran tata adalah bimbingan yang dalam bentuk datang
tertib sekolah diberikan kepada terlambat ke seklah belum
khususnya pada sejumlah siswa yang bisa berjalan efektif karena
permasalahan siswa bergabung dalam satu siswa masih belum bisa
terlambat datang ke satuan kegiatan hadir di sekolah tepat
sekolah. pengajaran". waktu.
2. Menurut Ahmad Juntika 2. Hal ini dikarenakan
Gejala yang dapat Nurihsan dkk (2013:34) metode ceramah dirasa
diamati setelah bimbingan klasikal membosankan dan tidak
dilakukan tindakan merupakan layanan semua siswa bisa fokus
layanan : dasar bimbingan untuk mendengarkan apa yang
1. Siswa masih membantu seluruh disampaikan oleh
belum bisa peserta didik guru/konselor. Kelemahan
hadir di mengembangkan dari metode ceramah
sekolah tepat perilaku efektif dan adalah cenderung
waktu keterampilan hidupnya membuat peserta didik
2. Siswa yang mengacu kepada kurang kreatif, materi
menggunakan tugas perkembangan yang disampaikan hanya
alasan yang peserta didik, layanan ini mengandalkan ingatan
sama ketika ditujukan untuk seluruh guru, kemungkinan
ditanya kenapa peserta didik. adannya materi pelajaran
datang 3. Tata tertib sekolah yang tidak dapat diterima
terlambat adalah sejumlah sepenuhnya oleh peserta
3. Siswa yang peraturan yang harus didik, kesulitan dalam
terlambat jarak ditaati atau mengetahui tentang
rumahnya dilaksanakan di sekolah seberapa banyak materi
tidak jauh dari agar proses belajar yang dapat diterima oleh
sekolah mengajar dapat anak didik, cenderung
berlangsung dengan verbalisme dan kurang
lancar. Tata tertib ini merangsang.
dimaksudkan untuk 3. Salah satu solusi yang
membantu siswa dalam dipandang bermanfaat
mentaati peraturan untuk mengatasi masalah
sekolah yang maksimal. pelanggaran tata tertib
(Mulyono : 2000) sekolah dengan layanan
4. Sutrisno dan Murni bimbingan klasikal adalah
(2019) menegaskan merubah metode yakni
bahwa perilaku tidak dari metode konvensional
disiplin siswa menjadi metode yang lebih
ditunjukkan oleh memberi kebebasan siswa
perilaku mereka sehari- untuk beraktifitas yaitu
hari di sekolah, seperti metode sosiodrama.
membolos, datang Metode sosiodrama ini
terlambat, melalaikan bertujuan supaya siswa
tugas, catatan pelajaran mudah memahami topik
tidak lengkap, tidak yang dibahas dalam
berseragam lengkap, kegiatan bimbingan
malas mengikuti klasikal, selain itu juga
pelajaran, acuh tak acuh melatih kreatifitas siswa
pada waktu pelajaran, dalam bermain peran
merokok, tidak sopan,
memengaruhi teman
untuk melanggar
disiplin, nongkrong di
warung dekat sekolah,
dan bertindak hiperaktif
di kelas.
5. Menurut Abuddin Nata,
“bahwa metode ceramah
adalah cara penyajian
pelajaran yang
dilakukan oleh guru
dengan penuturan atau
penjelasan secara
langsung dihadapan
peserta didik.”
6. Menurut Abuddin Nata
dalam bukunnya
Prespektif Islam tentang
Strategi Pembelajaran,
menyatakan bahwa:
Kekurangan metode
ceramah antara lain
cenderung membuat
peserta didik kurang
kreatif, materi yang
disampaikan hannya
mengandalkan ingatan
guru, kemungkinan
adannya materi
pelajaran yang tidak
dapat diterima
sepenuhnya oleh peserta
didik, kesulitan dalam
mengetahui tentang
seberapa banyak materi
yang dapat diterima oleh
anak didik, cenderung
verbalisme dan kurang
merangsang.
7. Salah satu solusi yang
dipandang bermanfaat
untuk mengatasi
masalah pelanggaran
tata tertib sekolah
dengan layanan
bimbingan klasikal
adalah merubah metode
yakni dari metode
konvensional menjadi
metode yang lebih
memberi kebebasan
siswa untuk beraktifitas
yaitu metode
sosiodrama. Sosiodrama
merupakan suatu cara
membantu memecahkan
masalah siswa melalui
drama. Sesuai namanya,
masalah-masalah yang
didramakan adalah
masalah sosial.
8. Menurut Djamarah dan
Zain (2010) metode
sosiodrama melatih
siswa untuk berinisiatif,
berkreatif dan
menanamkan kebiasaan
kepada siswa untuk
menerima dan membagi
tanggung jawab dengan
sesamanya.
9. Metode sosiodrama ini
bertujuan supaya siswa
mudah memahami topik
yang dibahas dalam
kegiatan bimbingan
klasikal, selain itu juga
melatih kreatifitas siswa
dalam bermain peran

Wawancara rekan sejawat :


1. Perilaku seringnya siswa
datang terlambat kurang
efektif dilakukan dengan
metode ceramah karena
tidak semua siswa bisa
fokus mendengarkan apa
yang disampaikan oleh
guru/konselor.
2. Siswa cenderung cepat
melupakan apa yang
dikatakan orang lain jika
itu dirasa kurang
menarik baginya.
3. Siswa akan lebih mudah
mengingat suatu hal jika
itu juga dipraktikan atau
modelling serta bisa
disaksikan secara
langsung oleh siswa itu
sendiri
2 Layanan Bimbingan Kajian Literatur : Dari identifikasi dan eksplorasi
Kelompok dengan 1. Bullying atau penyebab masalah diperoleh
teknik diskusi perundungan analisis sebagai berikut :
kelompok kurang merupakan tindakan 1. Setelah dilakukan
optimal dalam yang sengaja dilakukan tindakan layanan
penanganan oleh peserta didik atau bimbingan kelompok
hubungan sosial sekelompok peserta didik dengan teknik diskusi
siswa khususnya untuk menyakiti peserta kelompok didapati bahwa
permasalahan didik yang lain baik siswa asih suka mengejek
bulliying verbal secara fisik atau psikis dan berkata yng kurang
terhadap teman. tanpa alasan yang jelas pantas terhadap teman.
dan terjadi berulang- 2. Kelemahan metode diskusi
Gejala yang dapat ulang. Menurut Andrew yaitu pelaksanaan diskusi
diamati setelah Mellor (dalam Fitriadi, membutuhkan waktu yang
dilakukan tindakan 2016) bullying terjadi cukup lama untuk
layanan : ketika “seseorang membahas suatu materi,
1. Siswa masih merasa teraniaya dan sehingga peluang ini
suka mengejek direndahkan oleh dimanfaatkan siswa untuk
atau berkata tindakan orang lain, baik gaduh sedangkan hanya
yang kurang yang berupa verbal, fisik, beberapa siswa saja yang
pantas kepada maupun mental dan mendominasi jalannya
teman. orang tersebut takut bila diskusi.
2. Pemahaman perilaku tersebut akan 3. Teknik Role Playing dirasa
tentang adab terjadi lagi”. sesuai untuk menangani
terhadap 2. Bullying sendiri bisa pemasalahan Bulliying
teman rendah berbentuk bullying verbal yang dilakukan oleh
3. Siswa verbal maupun non siswa di sekolah. ). Konsep
cenderung verbal, seperti yang role playing dapat
berkata kasar diungkapkan oleh diartikan sabagai pola
kepada teman Coloroso (dalam Fitriadi, perasaan, kata-kata, dan
yang tidak 2016) mengatakan tindakan yang
disukai bahwa bullying adalah ditunjukkan/dipermasikan
perilaku verbal atau fisik oleh seseorang dalam
yang dirancang untuk berhubungan dengan
mengganggu seseorang orang lain
yang kurang kuat.
Bentuk bullying nonfisik
yang dilakukan secaran
verbal, antara lain
ejekan, panggilan
dengan sebutan tertentu,
ancaman, penyebaran
gosip, penyebaran berita
rahasia, perkataan yang
mempermalukan.
Sedangkan menurut
Priyatna (dalam Fitriadi,
2016) mengatakan
bahwa: adapun
karakteristik seorang
anak pelaku bullying
yang dapat kita amati,
antara lain:
1. Impulsif, cepat naik
darah.
2. Mudah mengalami
frustasi.
3. Kurang rasa empati.
4. Sulit untuk mengikuti
aturan.
5. Memandang
kekerasan sebagai
sesuatu yang wajar.
3. Kurniawan & Pranowo
(2018) mengungkapkan
Bimbingan kelompok
merupakan layanan
bimbingan dan konseling
yang dalam
pelaksanaannya
melibatkan beberapa
individu peserta didik
(konseli) untuk
membahas
permasalahan yang
sudah ditetapkan oleh
guru pembimbing.
Permasalahan yang
dibahas dalam
bimbingan kelompok
bermanfaat untuk
memahami diri, serta
mengembangkan
kemampuan sosial
individu sehingga
individu dapat
memahami diri secara
baik dan berhubungan
sosial secara tepat
dengan orang lain.
4. Moh. Surya (1975:107)
mendefinisikan diskusi
kelompok merupakan
suatu proses bimbingan
dimana murid-murid
akan mendapatkan
suatu kesempatan untuk
menyumbangkan pikiran
masing-masing dalam
memecahkan masalah
bersama. Dalam diskusi
ini tetanam pula
tanggung jawab dan
harga diri.
5. Kelemahan metode
diskusi diantaranya:
1) pembicaraan
terkadang menyimpang,
sehingga memerlukan
waktu yang panjang;
2) tidak bisa dipakai
pada kelompok yang
besar;
3) peserta mendapat
informasi yang terbatas;
4) kemungkinan besar
diskusi hanya dikuasai
oleh orang-orang yang
18 suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri
(Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain,
2006:88).
Kelemahan metode
diskusi yaitu
pelaksanaan diskusi
membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk
membahas suatu materi,
sehingga peluang ini
dimanfaatkan siswa
untuk gaduh sedangkan
hanya beberapa siswa
saja yang mendominasi
jalannya diskusi.
6. Role playing merupakan
sebuah permainan yang
memberikan kesempatan
kepada para pemeran
untuk memerankan
karakteristik pemain
seperti yang mereka
lakukan Dalam bidang
pendidikan( termasuk
bimbingan dan
konseling), role playing
merupakan model
pembelajaran dimana
individu (siswa)
memerankan situasi
yang imajinatif (dan
paralel dengan
kehidupan nyata)
dengan tujuan untuk
membantu tercapainya
pemahaman diri sendiri,
meningkatkan
keterampilan-
keterampilan (termasuk
keterampilan problem
solving), menganalisis
prilaku, atau
menunjukkan pada
orang lain bagaimana
perilaku seseorang atau
bagaimana seseorang
harus berperilaku.
Sehingga role playing
merupakan metode
bimbingan kelompok
yang dilakukan secara
sadar dan diskusi
tentang peran dalam
kelompok (Syarief &
Hasibuan, 2013)
7. Berdasarkan fungsinya
menurut Ginting (2013)
role playing memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan
konsep diri yang positif.
2. Menumbuhkan rasa
empati siswa.
3. Mampu mengelola
emosi.
4. Belajar bertanggung
jawab

Wawancara rekan sejawat :


1. Ketika berdiskusi siswa
cenderung membahas
permasalahan lain dan
tidak fokus
2. Diskusi Kelompok
menjadi wadah untuk
membully teman dan
mengeluarkan bahasa
yang kurang pantas.
3. Faktor lingkungan
keluarga, lingkungan
bermain, dan lingkungan
masyarakat sekitar
menjadi penyebab siswa
suka membully secara
verbal.
3 Layanan Konseling Kajian Literatur : Dari identifikasi dan eksplorasi
Kelompok Siswa sebagai pelajar pasti penyebab masalah diperoleh
menggunakan akan mendapat tugas dari analisis sebagai berikut :
pendekatan gurunya, hampir setiap 1. Sebagai pelajar peserta didik
Behavioristik dengan minggunya siswa akan pasti akan diberikan tugas
teknik latihan asertif mendapat tugas lebih dari satu untuk mendukung proses
kurang optimal pada mata pelajaran, maka pembelajaran yang berjalan
siswa yang suka seharusnya siswa mengerjakan dan untuk mendapatkan
menunda-nunda tugas setelah mendapatkannya. penilaian sesuai yang
menyelesaikan tugas Tetapi nyatanya ketika siswa diharapkan. Akan tetapi pada
yang diberikan oleh mendapat tugas mereka kenyataannya tidak semua
guru. seringkali menunda-nunda siswa bisa menyelesaikan
untuk mengerjakannya, maka tugas tepat waktu. Banyak
Gejala yang dapat siswa akan keteteran dengan siswa yang sering menuda-
diamati setelah adanya tugas baru yang harus nunda dalam pengumpulan
dilakukan tindakan mereka kerjakan, perilaku tugasnya atau disebut juga
layanan : tersebut merupakan perilaku dengan prokrastinasi. Hal ini
1. Siswa masih prokrastinasi. dipengaruhi oleh rendahnya
suka 1. Solomon dan Rothblum motivasi belajar serta
menunda- (dalam Ernawati & tanggung jawab yang dimiliki
nunda Sumarwoto, 2016) oleh siswa.
menyelesaikan mengemukakan bahwa 2. Dalam mengatasi masalah
tugas-tugas prokrastinasi adalah yang muncul pada siswa
yang diberikan kecenderungan menunda terkait prokrastinasi, konselor
oleh guru untuk memulai maupun mengunakan metode
2. Siswa menyelesaikan pekerjaan pendekatan konseling
cenderung atau tugas-tugas, dan lebih kelompok behavioristik
mencontek tertarik melakukan aktivitas dengan teknik Latihan Asertif.
teman ketika lain, yang tidak bermanfaat Akan tetapi dalam
diminta bagi perkembangan diri, pelaksaannya teknik tersebut
menyelesaikan sehingga menghambat kurang optimal dalam
tugasnya kinerja, menyelesaikan mengatasi masalah yang
3. Tugas tugas-tugas tidak pernah terjadi pada siswa.
menumpuk tepat waktu, serta sering Dibutuhkan teknik lain yang
dan enggan terlambat dalam menghadiri bisa mendukung keberhasilan
mengerjakan pertemuan-pertemuan. teknik tersebut.
sesuai jadwal 2. Prokrastinasi yang sering 3. Teknik kontrak perilaku
dilakukan oleh siswa yaitu dirasa efekti dalam
prokrastinasi akademik. mendukung teknik yang
Rahmatia & Rahman (2015) sudah dilakukan dalam
mengemukakan bahwa layanan konselor sebelumnya.
prokrastinasi akademik 4. Menurut Latipun kontrak
merupakan jenis perilaku (behavior contract)
penundaan yang dilakukan adalah persetujuan antara
terhadap tugas yang formal dua orang atau lebih
yang berkaitan dengan (konselor dan konseli) untuk
tugas akademik, misalnya mengubah perilaku
tugas di sekolah atau tugas tertentu pada konseli.
di tempat kursus. Dari dua Konselor dapat memilih
pengertian tersebut dapat perilaku yang realistik dan
diketahui bahwa sikap dapat diterima oleh kedua
menunda pekerjaan atau belah pihak. Setelah
tugas dapat berdampak perilaku dimunculkan
negatif terhadap individu sesuai dengan kesepakatan,
yang melakukannya salah ganjaran dapat diberikan
satunya yaitu dapat kepada konseli. Dalam
menurukan prestasi teknik ini ganjaran positif
akademik siswa disekolah terhadap perilaku yang
3. Menurut Ferrari (dalam dibentuk lebih dipentingkan
Sundari, 2017) faktor yang dari pada pemberian
memengaruhi prokrastinasi hukuman jika kontrak
dibagi menjadi dua yaitu: perilaku tidak berhasil.
(1) faktor eksternal adalah
individu yang ikut
mempengaruhi
kecenderungan timbulnya
prokrastinasi pada
seseorang
(2) faktor internal yaitu
terdapat dalam diri individu
yang mempengaruhi
prokrastinasi.
4. Konseling behavioral
dianggap sebagai cara yang
tepat untuk menurunkan
perilaku prokrastinasi,
seperti pada penelitian yang
dilakukan oleh Praptiana &
Rozikan (2014) penelitian
yang dilatarbelakangi oleh
banyaknya siwa yang
melakukan prokrastinasi
dan mengakibatkan
penurunan prestasi
akademik inimenjelaskan
bahwa konseling kelompok
dengan pendekatan
behavioral membantu siswa
agar dapat terbuka
mengungkapkan
permasalahan yang
dihadapi yang terkait
dengan munculnya perilaku
prokrastinasi akademik,
agar kehidupan efektif
sehari-hari siswa tidak
terganggu dan siswa dapat
belajar dengan baik
sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal.
5. Zatrow (Nursalim, 2013)
Latihan Asertif dirancang
untuk membimbing
manusia menyatakan,
merasa, dan bertindak pada
asumsi bahwa mereka
memiliki hak untuk menjadi
dirinya sendiri dan untuk
mengekspresikan perasaan
secara bebas.
6. Kelemahan teknik Latihan
Asertif :
1 meskipun sederhana
namun membutuhkan
waktu yang tidak sedikit, ini
juga tergantung dari
kemampuan individu itu
sendiri;
2 bagi konselor yang kurang
dapat
mengkombinasikannya
dengan teknik lainnya,
pelatihan asertif ini kurang
dapat berjalan dengan baik
atau bahkan akan membuat
jenuh dan bosan konseli,
atau juga membutuhkan
waktu yang cukup lama.
(123dok.com)
7. Kontrak perilaku (behavior
contract) yaitu mengatur
kondisi konseli
menampilkan tingkah laku
yang diinginkan
berdasarkan kontrak antara
konseli dan konselor.
8. Menurut Lutfi Fauzan
tujuan Kontrak perilaku
adalah sebagai berikut:
a) Menciptakan kondisi
baru bagi belajar
(memperoleh tingkah laku
baru),
b) Penghapusan tingkah
laku maladaptif,
c) Memperkuat &
mempertahankan tingkah
laku yang diinginkan,
d) Tujuan utama yaitu
meningkatkan pilihan
pribadi dan untuk
menciptakan kondisi -
kondisi baru dalam
belajar.

Wawancara rekan sejawat :


1. Siswa suka menundaa-
nunda penyelesaian tugas
karena kesulitan
memahami materi
2. Rendahnya motivasi belajar
membuat siswa kurang
bertanggung jawab
terhadap tugas yang
diberikan guru sehingga
lebih sering
mengesampingkan tugas
tersebut.
3. Layanan bimbingan
behavioristik dengan teknik
Latihan Asertif dianggap
kurang optimal, dalam
layanan tersebut perlu
adanya teknik tambahan
untuk mendukung
keberhasilan layanan yang
sudah dilakukan.
4. Teknik kontrak perilaku
dirasa efektif dalam rangka
mendukung keberhasilan
teknik layanan yang sudah
diberikan sebelumnya.
4 Layanan Konseling Kajian Literatur : Dari identifikasi dan eksplorasi
Individu dengan 1. Menurut Agus Sujanto, penyebab masalah diperoleh
teknik  Pembentukan dll dalam bukunya analisis sebagai berikut :
Tingkah laku kurang psikologi kepribadian 1. Siswa merasa rendah diri
efektif dilakukan yaitu: “Rasa kurang karena adanya faktor yang
pada siswa yang berharga yang timbul mempenngaruhi baik dari
merasa rendah diri. karena tidak mampu dalam diri siswa itu sendiri
psychology atau social maupun dari lingkungan
Gejala yang dapat yang dirasa secara sekitarnya.
diamati setelah subyektif, ataupun 2. Layanan konseling
dilakukan tindakan karena keadaan jasmani individu dengan teknik
layanan : kurang sempurna. Pmbentukan tingkah Laku
1. Siswa masih 2. Menurut C.P. Caplin dirasa kurang efektif
merasa rendah yang diterjemahkan oleh dalam menyelesaikan
diri terhadap Dr. Kartini Kartono permasalahan yang
teman-temannya. rendah diri yaitu: dihadapi oleh siswa yang
2. Siswa merasa Menumpuk pada merasa rendah diri, oleh
minder jika perasaan tidak berarti karena itu dibutuhkan
bergaul dengan yang sangat kuat dan teknik lain yang bisa
teman di tidak disadari, merasa mendukung teknik dari
kelasnya. tidak aman atau merasa layanan yang sudah
3. Untuk tidak mampu dilakukan sebelumnya.
menghindari menanggulangi 3. Teknik modelling dirasa
perasaan rendah kehidupan ini. bisa menjadi alteratif
dirinya kadang 3. Bentuk-bentuk rendah dalam menyeleaikan
siswa cenderung diri seperti yang permasalahan pada siswa
bersikap egois. dikemukakan oleh A.M. yang merasa rendah diri.
Manguharja dalam 4. Dalam pencontohan,
bukunya mengatasi konseli mengamati seorang
hambata-hambatan model dan kemudian
kepribadian ada dua diperkuat untuk
bentuk sebagai berikut : mencontoh tingkah laku
1. Bentuk Murni Orang sang model tersebut.
yang mengalami minder Bandura menyatakan
bentuk murni, tampil bahwa belajar yang bisa
sebagai manusia malu- diperoleh melalui
malu, takut dan merasa pengalaman langsung bisa
tidak aman dalam pula diperoleh secara tidak
pergaulan, sehingga mereka langsung dengan
suka menghindari mengamati tingkah laku
pergaulan dalam orang lain beserta
masyarakat. konsekuensi-
2. Bentuk-Bentuk yang konsekuensinya.
Ditutup-tutupi Muncul
karena orang yang
mengalami rendah diri
merasa tidak enak dengan
perasaan rendah diri, untuk
mengatasi serta menutup-
nutupi perasaan rendah
dirinya orang tersebut
berlagak paling benar tidak
mau mengetahui kasalahan
dari kekurangannya, gaya-
gayaan, cenderung egois
4. Adapun segi-segi yang
menyebabkan orang merasa
diri kurang adalah sebagai
berikut:
5. segi jasmaniah seperti
pendek, tinggi, kurus,
gemuk.Ternyata, bahwa
anak karena dia masih
anak, dan lemah serta
pendek, ia merasakan
kekurangan jasmani. Dia
mengimbangi semuanya itu
dengan dorongan untuk
sempurna, lalu ia
melakukan cara tertentu
mulai sejak kecilnya. Adler
berpendapat bahwa
kekurangan jasmani pada
waktu kecil adalah dasar
yang penting terhadap
kekurangan psikologi
6. segi mental, misalnya
terbelakang dalam pelajaran
dan kurang kemampuan
untuk mengambil
kebijaksanaan serta mudah
tunduk terhadap orang lain.
7. segi sosial, misalnya
seorang yang tidak
menonjol di antara orang
lain, tidak mendapat
penghargaan dari orang
sekitar, kurang berguna
bagi mereka atau lain
sebagainya.
8. Teknik pembentukan
tingkah laku dapat
digunakan untuk
membentuk tingkah laku
baru pada klien, dan
memperkuat tingkah laku
yang sudah terbentuk.
Dalam hal ini konselor
menunjukkan kepada klien
tentang tingkah laku model,
dapat menggunakan model
audio, model fisik, model
hidup atau lainnya yang
teramati dan dipahami jenis
tingkah laku yang hendak
dicontoh. Tingkah laku yang
berhasil dicontoh
memperoleh ganjaran dari
konselor. Ganjaran dapat
berupa pujian sebagai
ganjaran sosial.
9. Kelemahan Terapi
Behavioral:
 Dapat mengubah
perilaku tetapi tidak
mengubah perasaan
 Mengabaikan faktor
relasional penting dalam
terapi
 Tidak memberikan
wawasan
 Mengobati gejala dan
bukan penyebab
 Melibatkan kontrol dan
manipulasi oleh
konselor. (ramaniya.id)
10. Teknik Pembentukan
Tingkah laku supaya lebih
efektif bisa diperkuat
dengan menggunakan
teknik modelling pada
permasalahan siswa yang
rendah diri.
11. Pemodelan (modelling) yaitu
mencontohkan dengan
menggunakan belajar
observasional. Modelling
berakar dari teori Albert
Bandura dengan teori
belajar sosial. Modelling
merupakan belajar melalui
observasi dengan
menambahkan atau
mengurangi tingkah laku
yang teramati,
menggeneralisir berbagai
pengamatan sekaligus,
melibatkan proses kognitif.
Dalam hal ini klien dapat
mengamati seseorang yang
dijadikan modelnya untuk
berperilaku kemudian
diperkuat dengan
mencontoh tingkah laku
sang model.

Wawancara rekan sejawat :


1. Siswa mengalami rendah
diri karena banyak
faktor baik dari diri
sendiri, lingkungan
keuarga, maupun
lingkungan di
sekitarnya.
2. Perilaku rendah diri bisa
diubah dengan
menggunakan teknik-
teknik layanan pada
konseling individu
dengan pendekatan
behavioristik.
3. Siswa yang mengalami
perasaan rendah diri
perlu diberikan layanan
untuk bisa meningkatan
kepercayaan dirinya.
4. Tidak semua siswa yang
memiliki perasaan
rendah diri merasa malu
atau minder, ada juga
yang menutupinya
dengan berlagak paling
benar, sok gaya, bahkan
bersikap egois. Hal
tersebut dilakukan
untuk menutupi
kekurangannya.

Sumber :

 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansah- nuansah Psikologi Islam (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada), hal. 214
 Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana,
2011), 181.
 Agus Sujatno, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 74
 Ahmad Juntika Nurihsan. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
 A.M Mangunharjda, Mengatasi Hambatan-hambatan Kepribadian (Yogyakarta:
Karnisius,1999), hal. 28-29
 CP Chaplin, Karini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi Terjemah (PT Rajawali
Grafindo Persada, 1933), hal. 247
 Djamarah, S. & Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya
 Fitriadi, M. (2016). Studi Kasus Peserta Didik Bullying pada Kelas VIII di SMP
Negeri 2 Semparuk. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(10).
 Gantika Komalasari, Teori dan Teknik Konseling (Jakarta : PT. Indeks, 2011 ), hal.
176
 Ginting, R. L. (2013). EFEKTIVITAS BIMBINGAN MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING
UNTUK MENANGGULANGI PERILAKU BULLYING SISWA: Studi Kuasi Eksperimen
terhadap Siswa Kelas XI SMA Perguruan Kristen Methodist Indonesia 1 (PKMI 1)
Medan Sumatera Utara Tahun Ajaran 2012/2013 (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
 https://ramaniya.id/terapi-behavioral/
 https://text-id.123dok.com/document/myj83e0mq-kelebihan-dan-kekurangan-
latihan-asertif-a-kelebihan-pelatihan-asertif-ini-akan-tampak-pada-pengertian-
kecerdasan-emosional.html
 Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, 2011, hal. 172-173.
 Kurniawan, D. E., & Pranowo, T. A. (2018). Pengembangan Model Bimbingan
Kelompok dengan Teknik Sosiodrama untuk Mengatasi Perilaku Bullying. Jurnal
Fokus Konseling, 4(1), 126-135
 Latipun, Psikologi Konseling, 2008, hal. 120
 Moh. Surya (1975). Pengertian Diskusi Kelompok.
https://ruangguruku.com/pengertian-diskusi-kelompok/
 Mulyono (2000). pengertian tata tertib (online), (http://www.psychologymania.
com/2013/02/)
 Nursalim, Mochamad. (2013). Strategi Intervensi dan Konseling. Jakarta: Akademia
Permata
 Rahmatia, R., & Rahman, N. H. A. (2015). Model pengentasan sikap prokrastinasi
akademik (studi pengembangan berbasis cognitive behavior therapy). Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Konseling, 1(2), 133-149.
 Sundari, R. (2017). EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING BEHAVIOTAL DENGAN
TEKNIK EXTINCTION UNTUK MENURUNKAN PERILAKU PROKRASTINASI
AKADEMIK PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018 (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
 Sutrisno J dan Murni .S. 2019. Upaya Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
Melalui Teknik Assertive Adaptive. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan
Konseling. http://eskripsi.stikippgribl.ac.id
 Syarif, K., & Hasibuan, M. L. (2014). PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN
BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 MEDAN TAHUN
AJARAN 2013/2014.

Anda mungkin juga menyukai