Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BELAJAR MANDIRI

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2022


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATEGORI 2

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama Peserta : Ulfa Maulida R, S.Pd


NIM : 1301022137
Nomor Peserta UKG : 202000486946
Bidang Studi Sertifikasi : Bimbingan dan Konseling
Sekolah Asal : SMA N 1 UNGARAN
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Guru BK belum Faktor Internal Setelah dilakukan analisis
mempunyai 1. kurangnya guru BK dalam tehadap hasil kajian literatur
strategi untuk memberikan layanan klasikal dan hasil wawancaram serta
meningkatkan terhadap peserta didik karena dikonfirmasi melalui
kedisiplinan keterbatasan jam masuk kelas. observasi/ pengamatan
siswa. dapat diketahui bahwa
2. guru BK kurang memberikan penyebab masalah
motivasi yang intens kepada siswa rendahnya kedisiplin siswa
adalah :
3.kondisi sekolah yang menurut 1. Guru BK kurang terlibat
beberapa siswa kurang dalam sosialisasi tata
menyenangkan tertib sekolah.
2. Pemberian layanan
4. guru BK kurangnya kedisiplinan siswa masih
menumbuhkan minat siswa sebatas menggunakan
dalam belajar jenis layanan klasikal.
3. Masih kurang
5. Guru BK dalam melakukan memberikan layanan
konseling belum memiliki teknik bersifat preventif.
yang tepat sehingga belum 4.
tercapainya tujuan

6.Guru BK kurang berkerjasama


dengan orang tua mengenai tat
tertib sekolah.

Faktor eksternal
1. orangtua belum memahami
mengenai peraturan sekolah.

2. keadaan keluarga yang tidak


mendukung seperti orang tua
bercerai/ keluarga otoriter/over
protektif.

3. faktor ekonomi yang pas-pasan,


siswa diharuskan berkerja.

Kajian Literatur

1. Wardhani (2018) menjelaskan


bahwa beberapa faktor sulitnya
mendisplikan siswa adalah:
a. Guru masih belum bisa
menjadi teladan.
b. Kurangnya kesadaran diri
pada siswa dalam mematuhi
peraturan
c. ketidaktertiban dan suasana
gaduh dari pelaksanaan di
lingkungan sekolah yang
tidak terduga.

2. Felazen (2020) menerangkan


bahwa rendahnya kedisiplinan
siswa juga dipengaruhi oleh
faktor dari orang tua, yaitu:
a. orang tua yang terlalu
memanjakan anak,
b. kurangnya kasih sayang
orangtua,
c. orangtua yang otoriter,
d. kurang memperhatikan
anak,
e. kurangnya teguran dan
nasihat

Hasil wawancara
1. Hasil wawancara dan
observasi kepada rekan guru
bimbingan dan konseling(
Ricky Ajeng Elvareta)
mengatakan bahwa :
Siswa yang melanggar
peraturan sekolah disebabkan
karena beberapa faktor
diantaranya adalah
kurangnya kesadaran siswa
dalam mengatur waktu
sehingga siswa sering
datangterlambat kesekolah,
juga kurangnya sikap disiplin
siswa yang sering melanggar
tata tertib disekolah hal ini
terlihat adanya siswa yang
tidak memakai atribut
sekolah, berkeliaran dikantin
saat jam belajar mengajar,
tidak mengerjakan PR,
rambut siswa lakilaki yang
tidak memenuhi standar
aturan sekolah.
Banyak siswa yang sering
datang terlambat kesekolah,
walaupun siswa yang terlambat
itu berbeda beda setiap harinya,
akan tetapi juga ditemui individu
yang sama sering terlambat
dilihat dari catatan
keterlambatan. Biasanya siswa
yang datang terlambat diberikan
hukuman ringan seperti literasi di
perpustakaan dan tidak
diperbolehkan masuk kelas pada
jam pertama.

2. Berdasarkan hasil wawancara


Eko Suharto, S.Pd (Wakasek
Kesiswaan), dapat diketahui
bahwa penyebab siswa masih
sulit untuk diajak disiplin,
diantaranya :
a. Tim STPKS belum
melaksanakan tipoksinya
dengan maksimal.
b. Tim STPKS tidak bisa
memberikan
konsekuensi/hukuman
dari sikap disiplin siswa.
c. Siswa terkesan dimanja
d. Peran Guru BK dalam
proses pendisiplinan
siswa perlu ditingkatkan.

2 Guru BK belum Faktor internal Setelah dilakukan analisis


maksimal dalam 1.kurangnya guru BK tehadap hasil kajian
memberikan berkaloborasi dengan lingkungan literatur dan hasil
layanan untuk sekolah yang terkait. wawancaram serta
membantu siswa dikonfirmasi melalui
menumbuhkan 2.Guru BK belum memberikan observasi/ pengamatan
minat dalam layanan terkait kepercayaan diri dapat diketahui bahwa
belajar. dalam belajar siswa. rendahnya minat dan
kepercayaan diri dalam
3.keterbatasan guru BK dalam belajar adalah :
menangani kasus tersebut 1. Kurang dukungan
orangtua dalam proses
4.belum terciptanya kepercayaan pembelajaran.
Guru BK kepada siswa untuk 2. Siswa kurang simpatik
mengembangkan diri mereka kepada guru sehingga
perintah dan peringatan
5. Guru BK belum adanya empati dari guru untuk
terhadap siswa mengerjakan tugas
diabaikan.
Faktor Eksternal 3. Gaya mengajar yang
1. pola asus orangtua yang kurang menarik sehingga
otoriter menyebabkan anak siswa kurang tertarik
menjadi tertekan. dalam mengikuti
pembelajaran.
2. hubungan sosial dengan 4. Teknik konseling yang
lingkungan kurang baik. tidak tepat, sehingga
siswa belum bisa
3. dalam lingkungan kelurga meningkatkan komitmen
untuk dapat bertanggung
4. tidak adanya kenyamanan di jawab dalam tugas
lingkungan teman kelas tugasnya.
5. Kurangnya kaloborasi
Kajian Literatur dengan guru
1. Menurut Nurwakhid (1995:12) matapelajaran dalam
minat bertalian erat dengan memantau perkembangan
perhatian, keadaan belajar siswa.
lingkungan, perasaan dan
kemauan. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan
suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu diluar
pribadi sehingga kedudukan
minat tidaklah stabil, karena
dalam kondisi tertentu minat
bisa berubah-ubah, tergantung
faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yang
mempengaruhi minat secara
garis besar ada tiga faktor,
yaitu : Kondisi psikis, kondisi
fisik, dan kondisi lingkungan

2. Menurut Crow and Crow dalam


Khairani (2013, hal. 139)
faktor-faktor-faktor yang
mempengaruhi minat adalah
sebagai berikut:
a. Dorongan dari dalam diri
individu (the faktor inner urge)
b. Motif sosial (the faktor of
social motive)
c. Faktor emosional (emosional
faktor

Hasil wawancara
1. Berdasarkan hasil wawancara
dengan koordinator BK dan
salah satu guru matapelajaran,
dapat ditarik kesimpulan bahwa
rendahnya minat baca siswa
dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a. Siswa tidak memiliki
fasilitas yang tidak
memadai.
b. Sikap siswa yang
menganggap enteng/
mudah materi/tugas yang
diberikan
c. Tidak diterimanya respon
yang baik ketika siswa
berhasil mencapai sesuatu
hal
d. Teknik konseling yang
digunakan Guru Bkbelum
tepat sehingga tidak
meningkatkan minat dan
kepercayaan diri dalam
belajar.

3 Guru BK belum Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis


mampu 1. Azmi (2021) menjelaskan bahwa tehadap hasil kajian literatur
menumbuhkem rendahnya minat baca di dan hasil wawancara serta
bangkan Indonesia ini bisa dipengaruhi hasil refleksi dari Guru BK,
minat siswa oleh beberapa faktor. maka dapat diketahui bahwa
dalam a. Faktor pertama, belum penyebab masalah
berliterasi adanya pembiasaan dalam rendahnya minat berliterasi
membaca yang ditanamkan siswa adalah:
sejak dini. a. Guru BK belum maksimal
b. Kedua, akses dalam fasilitas dalam pemberian layanan
pendidikan yang belum untuk meningkatkan
merata dan minimnya minat berliterasi pada
kualitas sarana pendidikan. siswa.
Dan terakhir adalah b. Guru BK belum
kurangnya produksi buku di mengintegrasikan setiap
Indonesia karena penerbit di layanan yang diberikan
daerah yang belum dengan konsep
berkembang. kemampuan literasi.
2. Witanto (2018) menyatakan c. Kurangnya sarana dan
Faktor dari penyebab prasarana di kelas untuk
rendahnya minat literasi yaitu: menunjang pembiasaan
a. Terbatasnya sarana dan literasi siswa.
prasarana membaca seperti d. Kondisi lingkungan di
ketersediaan perpustakaan sekitar siswa, kurang
dan buku-buku bacaan yang mendukung peningkatan
bervariasi. minat siswa dalam
b. Situasi belajar yang kurang berliterasi.
memotivasi para siswa
untuk mempelajari buku-
buku tertentu di luar buku-
buku paket. Biasanya,
pembelajaran di kelas juga
lebih sering berpusat pada
guru (teacher-centered).
c. Kurangnya role model (dari
kalangan guru) bagi siswa
dalam hal membaca.
d. Berkembangnya handphone
dan internet menyebabkan
kurangnya minat terhadap
buku.
e. Banyaknya keluarga yang
belum menanamkan
kebiasaan wajib membaca.
f. Keterjangkauan daya beli
masyarakat terhadap buku.

3. Citra (2018) mengelompokkan


penyebab rendahnya minat
berliterasi menjadi faktor
internal dan eksternal, yaitu:
faktor internal penyebab
rendahnya minat membaca
siswa adalah:
a. kemampuan membaca siswa
b. kurangnya kebiasaan
membaca.
Faktor eksternal penyebab
rendahnya minat membaca
siswa adalah
a. lingkungan sekolah kurang
mendukung
b. peran perpustakaan belum
maksimal
c. keterbatasan buku/bahan
bacaan,
d. keluarga kurang
mendukung,
e. pengaruh menonton televisi
serta penggunaan
handphone.

Hasil Wawancara

1. Berdasarkan hasil wawancara


dengan salah satu guru bahasa
Indonesia, dapat ditarik
kesimpulan bahwa rendahnya
minat baca siswa dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kegiatan membaca itu
sangat membosankan.
b. Siswa lebih memilih
berselancar di dunia maya
daripada membaca buku.
c. Siswa belum paham manfaat
besar dari membaca buku.
2. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala perpustakaan
sekolah, dapat ditarik
kesimpulan bahwa rendahnya
minat baca siswa dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kurangnya ajakan dari
pihak sekolah agar siswa
mengunjungi perpustakaan.
b. Masih belum banyak koleksi
buku-buku fiksi yang
diminati oleh siswa.
c. Kurang maksimalnya
program literasi sekolah
yang baru dilaksanakan
seminggu sekali.

4 Belum optimal Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis


dalam menjalin tehadap hasil kajian literatur
hubungan baik 1. Diana & Susilo (2020) dan hasil wawancara serta
dengan orang menyatakan bahwan hambatan- hasil refleksi dari Guru BK,
tua siswa hambatan dalam membangun maka dapat diketahui bahwa
relasi antara guru dan orangtua penyebab masalah Guru BK
disebabkan oleh waktu, masih kesulitan menjalin
pandangan orang tua tentang hubungan baik dengan
guru, rasa percaya diri orang orang tua siswa,
tua masih rendah dan masih diantaranya:
terbatasnya kemampuan dan a. Perspektif antara Guru
pemahaman guru dan orang tua BK dan orangtua siswa
tentang kerjasama. terkadang berbeda
2. Norlena (2013) menyatakan b. Guru BK lebih sering
bahwa antara orangtua dan berkomunikasi dengan
guru perlu membangun sebuah orangtua siswa hanya
kerjasama/relasi berupa: pada saat ada sebuah
a. Kerjasama dalam proses kejadian yang perlu
pembelajaran konfirmasi.
b. Kerjasama dalam c. Guru BK belum optimal
pengembangan bakat dalam menggunakan
c. Kerjasama dalam media seperti grup
pembinaan mantal whatsapp untuk menjalin
d. Kerjasama dalam bidang hubungan baik dengan
kebudayaan. orangtua siswa.

Hasil Wawancara Pakar

1. Puji Lestari, S.Pd. (Koordinator


Guru BK)
Berdasarkan hasil wawancara
dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa faktor
penyebab yaitu:
a. Guru BK terkadang merasa
orangtua peserta didik
kurang kooperatif saat
diminta bekerjasama.
b. Kurangnya waktu dan
intensitas dalam menjalin
kerjasama dengan orangtua.
c. Adanya pembatasan
kegiatan home visit oleh
pihak sekolah.
2. I Luh Agnez S, S.Pd., M.Si
(Orangtua Siswa)
Berdasarkan hasil wawancara
dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa faktor
penyebab yaitu:
a. Pihak sekolah hanya akan
berkomunikasi pada
orangtua jika sudah terjadi
sebuah kejadian.
b. Belum maksimalnya
penggunaan Grup WA untuk
menjalin kerjasama antara
guru dan orangtua siswa.
5 Kurangnya Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
sosialisai 1. Beberapa faktor penyebab tehadap hasil kajian literatur
tentang layanan lahirnya miskonsepsi seperti dan hasil wawancara serta
BK kepada yang dijelaskan oleh Suparno hasil refleksi dari Guru BK,
warga sekolah. (2005) adalah sebagai berikut: maka dapat diketahui bahwa
a. Faktor siswa yang memiliki penyebab masalah
masalah pada prakonsepsi, kurangnya sosialisasi
pemikiran asosiatif, tentang layanan BK kepada
pemikiran humanistik, warga sekolah, diantaranya:
reasoning yang tidak a. kurang adanya
lengkap, intuisi yang salah, sosialisasi yang rutin
perkembangan kognitif, agar BK bisa
kemampuan siswa dan terlaksanakan secara
minat belajarnya. maksimal dan
b. Faktor pengajar yang tidak menyeluruh.
menguasai bahan, bukan b. Masih adanya batasan
lulusan dari bidang ilmu antara guru BK dan para
tertentu, tidak membiarkan siswa yang membuat
siswa mengungkapkan kurang maksimalnya BK
gagasan/ide, dan relasi di sekolah.
guru dengan siswa yang c. Masah ada anggapan
tidak baik yang salah mengenai BK
c. Faktor buku teks. Terdapat di sekolah mencakup
banyak buku yang kenakalan siswa,
penjelasannya salah, salah ataupun pemahaman
tulis terutama dalam tentang BK di sekolah.
rumus, tingkat penulisan
buku terlalu tinggi untuk
siswa, buku fiksi dan
kartun sains yang sering
salah konsep karena alasan
menariknya yang perlu.
d. Faktor Konteks. Konteks
hidup yang sering menjadi
penyebab antara lain
pengalaman siswa, bahasa
sehari-hari yang berbeda,
teman diskusi yang salah
keyakinan dan agama,
penjelasan orang tua/orang
lain yang keliru, konteks
hidup siswa
e. Faktor cara mengajar yang
kadang kala hanya berisi
ceramah dan menuli

2. Adapun persepsi negatif dan


miskonsepsi menurut (Basuki,
2010) :
a. Konselor sekolah dianggap
polisi sekolah
b. BK dianggap semata-mata
sebagai pemberian nasehat
c. BK dibatasi pada
menangani masalah yang
insidental, BK dibatasi
untuk klien-klien tertentu
saja, BK melayani ”orang
sakit” dan atau ”kurang
normal”
d. BK bekerja sendiri
e. Konselor sekolah harus
aktif sementara pihak lain
pasif
f. Adanya anggapan bahwa
pekerjaan BK dapat
dilakukan oleh siapa saja,
pelayanan BK berpusat
pada keluhan pertama saja
g. Menganggap hasil
pekerjaan BK harus segera
dilihat
h. Menyamaratakan cara
pemecahan masalah bagi
semua klien, memusatkan
usaha BK pada
penggunaan instrumentasi
BK

Wawancara
1. Hasil wawancara dengan
koordinator BK (Puji Lestari,
S.Pd., M.Pd) adalah :
a. Masih banyak anggapan
guru BK adalah momok,
tukang hukum, musuhnya
siswa nakal dan
sebagainya.
b. Para siswa belum
memahami guru BK
sebenarnya.
c. Guru BK harus lebih
komunikatif dan interaktif ,
aktif berinteraksi dengan
siswa. Karena hal itu bisa
menjadikan anggapan
positif mengenai guru BK
6 Kurang optimal Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
dalam tehadap hasil kajian literatur
membuar RPL 1. Metode diskusi ialah sebuah dan hasil wawancaram serta
BK berbasis teknik yang di manfaatkan dikonfirmasi melalui
HOTS untuk memberikan materi observasi/ pengamatan dapa
pembelajaran yang mengajak diketahui bahwa:
murid agar aktif dan kritis 1. siswa cenderung
dalam pembahasan suatu topik mengeluh ataupun
pembelajaran. Sanjaya (2006) kurang dapat
memahami ketika
2. Hesty (2015) mengatakan diberikan materi berfikir
bahwa Berkenaan dengan HOTS.
kompetensi menyelenggarakan, 2. Terbiasa memberikan
merancang, melaksanakan, metode ceramah,
mengevaluasi program membuat siswa terbiasa
bimbingan dan konseling, untuk hanya sekedar
masih ditemui guru bimbingan menerima informasi
dan konseling yang belum tidak melatih siswa
memiliki kemampuan optimal untuk lebih kreatif dan
dalam menyelenggarakan berfikir kritis
program bimbingan dan 3. Guru BK terkadang
konseling terutama dalam merasa nyaman dengan
merancang dan menyusun adanya copyan program
program bimbingan dan tahunan sebelumnya,
konseling. Diduga adanya jual hanya diganti hasil
beli program tahunan, adanya asessmen nya saja.
kesamaan program bimbingan
konseling pada tiap sekolah,
adanya program yang sama
tiap tahunnya

3. Purwanto, Rosra, &


Yusmansyah (2014)
menunjukkan bahwa kinerja
Guru Pembimbing Dalam
Penyusunan Program
Bimbingan Konseling pada
SMA Negeri Se-Kabupaten
Pesisir Barat kurang baik. Hal
ini dikarenakan dalam
menyusun program bimbingan
dan konseling masih terdapat
guru pembimbing yang tidak
melakukan analisis terhadap
setiap aspek penyusunan
program.

Wawancara
1. Weni Anggraini, S.Pd.,
M.Pd. (Dosen BK Universitas
Tidar) Menurut penjelasan
beliau, terdapat beberapa faktor
penyebab masih sulitnya guru
BK mengintegrasikan konsep
HOTS dalam layanan BK,
diantaranya:
a. Guru BK masih belum
memahami konsep
taksonomi bloom.
b. Guru BK masih mengalami
miskonsepsi bahwa
konsepsi pada konsep
berfikir tingkat tinggi
c. Guru BK menganggap
konsep HOTS hanya
diperuntukkan bagi guru
mapel, sehingga kurang
ada perhatian untuk
diterapkan pada layanan
BK

2. berdasarkan hasil
wawancara dengan koordinator
Guru BK ialah :
a. Guru masih menggunakan
metode ceramah dalam
pemberian materi,
kurangnya dimanfaatkan
secara diskusi yang dapat
membangun kemampuan
siswa dalam proses layanan
berfikir HOTS.
b. Guru BK masih belum
percaya siswa mampu
untuk mempelajari materi
HOTS.
c. Guru BK kurang inovatif
dalam mengembangkan
materi RPL, hanya sebatas
pemahaman, definisi belum
pada berfikir HOTS.
d. Guru BK memiliki
keterbatasan waktu dalam
memberikan layanan

7 Guru BK Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis


kurang tehadap hasil kajian literatur
maksimal 1. Suwidagdho, Kurniawan, & dan hasil wawancara serta
dalam Ningsih (2021) menyatakan hasil refleksi dari Guru BK,
memanfaatkan bahwa sebagian guru BK belum maka dapat diketahui bahwa
teknologi/inova dapat memanfaatkan media BK penyebab masalah belum
si dalam secara optimal. Kesulitan yang maksimalnya pengguaan
pembelajaran. dihadapi diantaranya : media inovatif, adalah:
a. media yang digunakan a. Keterbatasan Guru BK
kurang variatif dan dalam penguasaan
cenderung dibuat seadanya, software-software
atau meminta bantuan penunjang dalam
tenaga yang lebih ahli; pembuatan media yang
b. guru kesulitan dalam inovatif
mengembangkan media b. Kurangnya koordinasi
menggunakan komputer dan kerjasama antar guru
dikarenakan harus memakai BK
software yang rumit. c. Sarana dan prasarana di
Software yang dimaksudkan ruang BK yang kurang
adalah Coreldraw atau memadai.
Photoshop
c. kesulitan mengembangkan
media BK yang inovatif dan
komprehensif sesuai
panduan dalam POP BK.
2. Suarsana, Pujawan, dan
Suartama (2016) Beberapa
kendala yang menyebabkan
belum optimalnya kualitas
produk media yang dihasilkan
guru diantaranya literasi TIK
guru masih rendah, ada
beberapa guru yang belum
terbiasa bekerja dengan
komputer, sebagian lagi ada
yang masih bermasalah pada
keterampilan-keterampilan
dasar pengembangan media
berbasis komputer.

Hasil Wawancara Pakar

1. Redi Hendriyatno, S.Kom. (Guru


TIK/Multimedia)
Berdasarkan hasil wawancara,
dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab guru BK belum
banyak menggunakan media BK
dalam pemberian layanan yang
inovatif, diantaranya:
a. Belum adanya akun Canva
premium untuk menunjang
pembuatan media inovatif
bagi guru BK
b. Belum tersedianya
perangkat komputer/laptop
di ruang BK yang memadai
untuk membuat media yang
inovatif.

2. Ricky Ajeng E, S.Pd. (Rekan


Guru BK)
Berdasarkan hasil wawancara,
dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab guru BK belum
banyak menggunakan media BK
dalam pemberian layanan yang
inovatif, diantaranya:
a. Beban kerja guru BK yang
cukup padat, membuat guru
BK kurang cukup waktu
untuk membuat media
inovatif.
b. Belum adanya personal guru
BK yang ditunjuk untuk
menkoordinasi pembuatan
media yang inovatif.
8 Kurangnya Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
Pengembangan tehadap hasil kajian literatur
ketrampilan 1. Menurut Suryadi dalam dan hasil wawancara serta
dan potensi Suwarna (2004), predikat hasil refleksi dari Guru BK,
guru BK guru profesional dapatdicapai maka dapat diketahui bahwa
dengan memiliki empat penyebab masalah
karakteristik profesional, kurangnya pengembangan
yaitu: ketrampilan dan potensi
a. Kemampuan profesional guru BK , adalah:
(professional capacity), a. Guru BK yang belum
b. Kompetensi upaya memiliki kemampuan
profesional (professional optimal dalam
effort) menyelenggarakan dan
c. Profesional dalam menyusun program BK.
pengelolaan waktu (time b. Kurang aktifnya MGBK
devotion) dalam melaksanakan
d. Imbalan profesional seminar tentang
(professional rent) penyusunan program
BK.
2. Menurut Ani M. Hasan c. Belum efektifnya guru
(2003), faktor-faktor yang BK dalam mengikuti
menyebabkan rendahnya pelatihan.
profesionalisme guru antara
lain:
a. Masih banyak guru yang
tidak menekuni
profesinya secara utuh.
b. Kemungkinan disebabkan
oleh adanya perguruan
tinggi swasta sebagai
c. pencetak guru yang
lulusannya asal jadi
tanpa mempehitungkan
outputnya kelak di
lapangan sehingga
menyebabkan banyak
guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi
keguruan
d. Kurangnya motivasi guru
dalam meningkatkan
kualitas diri karena guru
tidak dituntut untuk
meneliti sebagaimana
yang diberlakukan pada
dosen di perguruan tinggi

Hasil Wawancara Pakar

Hasil wawancara kepada ketua


MGBK Kab. Semarang,
mengungkapkan bahwa kegiatan
seminar dan pelatihan selama ini
masih bersifat konvensional lebih
banyak bersifat teori, tidak
berdasarkan kebutuhan, dan
tidak dilanjutkan pendampingan
kesekolah masing-masing.
Sehingga terkesan masih belum
mampu meningkatkan
kompetensi profesional guru
bimbingan dan konseling.
Daftar Pustaka

Anisa AR, Ipungkarti A A, Saffanah K N. (2021). Pengaruh Kurangnya Literasi serta


Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang Masih Rendah dalam Pendidikan di
Indonesia. Conference Series Journal. Vol.01 No.01.

Diana, Ilfi Nur., & Susilo, Heryanto. (2020). Kerjasama Orang Tua Dan Guru
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di Kelompok Bermain
Mambaul Ulum. J+ Unesa Jurnal Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah.
8793

Hesty, N. (2015). Kompetensi Profesional Guru Bimbingan Dan Konseling. Jurnal


Dakwah Alhikmah

Khoerunnisa, Novia., Rohaeti, Euis Eti., & Ningrum DSA. (2021). Gambaran Self
Regulated Learning Siswa Terhadap Pembelajaran Daring pada Masa
Pandemi Covid-19. FOKUS. 298-308

Lounard Syaulan Sahelatua, Linda Vitoria, Mislinawati. (2018). KENDALA GURU


MEMANFAATKAN MEDIA IT DALAM PEMBELAJARAN DI SDN 1 PAGAR AIR
ACEH BESAR. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 131-140

Norlena, I. (2013). Kerjasama Orang Tua dan Sekolah dalam Pembinaan Anak.
Tarbiyah Islamiyah, 39-60

Salim, S. & Prajono, R. (2018) Profil Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 9 Kendari. Ideal Mathedu, 5 (9), 594-602

Sari, Citra Pratama. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Membaca


Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol.32

Suwidagdho Dhanang, Kurniawan Luky., Ningsih Ruly. (2021). Peningkatan


Keterampilan Guru Bk Dalam Mengembangkan Media Bimbingan Dan
Konseling Berbasis Aplikasi Online Canva. JMM (Jurnal Masyarakat
Mandiri). 1653-1662

Wardhani, Mahasi Windha. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya


Kedisiplinan Siswa SDN Kepek Pengasih Kulon Progo Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 19.
Lampiran
INSTRUMEN HASIL WAWANCARA

Nama : Ricky Ajeng Elvareta (Guru BK)


Tempat : SMA N 1 Ungaran
Waktu : Kamis, 5 September 2022

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana kondisi kedipilinan siswa Kondisi kedisiplinan siswa
? masih kurang optimal karena
masih banyak siswa yang sering
melanggar aturan- aturan yang
diterapkan di sekolah.
2 Bagaimana cara meningkatkan Lebih di pertegas lagi untuk tim
kedisiplinan siswa STPKS
3 Bagaimana strategi guru dalam Strategi yang digunakan guru
meningkatkan kedisiplinan siswa ? dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa terdiri dari
upaya membimbing dan
mengarahkan perilaku siswa
kearah yang positif,
memperlihatkan perilaku
disiplin yang baik pada siswa,
mengawasi seluruh perilaku
siswa, mengendalikan seluruh
perilaku siswa di sekolah.
4 Apa yang menjadi kendala dalam Kendala dalam meningkatkan
meningkatkan kedisiplinan siswa kedisiplinan siswa adalah
kurangnya kesadaran dalam diri
siswa.
5 Apa saja bentuk pelanggaran atau Bentuk-bentuk pelanggaran
sikap ketidak disiplinan siswa yang yang biasa dilakukan oleh siswa
sering terjadi? adalah kurangnya kesadaran
siswa dalam mengatur waktu
sehingga siswa sering
datangterlambat kesekolah, juga
kurangnya sikap disiplin siswa
yang sering melanggar tata
tertib disekolah hal ini terlihat
adanya siswa yang tidak
memakai atribut sekolah,
berkeliaran dikantin saat jam
belajar mengajar, tidak
mengerjakan PR, rambut siswa
lakilaki yang tidak memenuhi
standar aturan sekolah
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai