Anda di halaman 1dari 7

Nama : Putri Angganing Pertiwi

NIM : 223131716071
Kelas : 001

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi


No.
diidentifikasi masalah penyebab masalah
1 Semangat belajar siswa Kajian literatur : Setelah dianalisis penyebab
masih rendah pada 1. Menurut Hamzah B. siswa masih memiliki
pembelajaran bahasa Uno (2011:23) motivasi semangat belajar yang masih
Indonesia, terutama belajar adalah dorongan rendah disebabkan beberapa
materi teks Anekdot di internal dan eksternal faktor :
kelas X. pada siswa yang sedang 1. Rendahnya semangat
belajar untuk siswa dalam
mengadakan tingkah pembelajaran Bahasa
laku, pada umumnya Indonesia yang tidak
dengan beberapa menarik pada materi teks
indikator atau unsur- anekdot.
unsur yang mendukung. 2. Guru kurang
Indikator-indikator mendapatkan pelatihan
tersebut, antara lain: tentang cara menerapkan
a. Adanya hasrat dan pembelajaran inovatif,
keinginan berhasil sehingga mengajarnya
b. Dorongan dan monoton.
kebutuhan dalam 3. Tuntutan kurikulum tidak
belajar, harapan, dan sejalan dengan kondisi di
cita-cita masa depan lapangan, sehingga
c. Penghargaan dalam seringnya guru hanya
belajar mengejar materi selesai
d. Lingkungan belajar diajarkan meski siswa
yang kondusif belum menguasai materi.
2. Menurut Setiawan A. 4. Siswa tidak mendapat
(2016) ada beberapa perhatian dari kedua
faktor yang orangtua yang sibuk
menyebabkan motivasi bekerja.
belajar siswa rendah 5. Siswa tidak terbiasa
adalah kurang dukungan membaca teks yang
dari orang tua, guru dan panjang.
lingkungan.
3. Suparno dan Yunus
(Munirah, 2015:2)
mendefinisikan menulis
sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan
(komunikasi) dengan
menggunakan bahasa
tulis sebagai alat
medianya.
4. Dananjaja (2001:11)
berpendapat bahwa
anekdot adalah kisah
fiktif lucu pribadi
seorang tokoh atau
beberapa tokoh yang
benar-benar ada.

Hasil wawancara dengan


Baroroh Fajriyah M
(Guru mapel Bahasa
Indonesia SMKN
Kasiman) :
1. Siswa tidak
mendapatkan perhatian
dari orang tua karena
sibuk bekerja.
2. Siswa merasa bosan
dalam pembelajaran.
3. Siswa malas membaca
teks yang panjang.
4. Kesulitan siswa dalam
memahami materi,
membuat mereka tidak
memiliki penggerak
dalam kegiatan belajar.
5. Kurang harmonis dalam
keluarga.
2. Siswa masih sulit Kajian literatur : Setelah dianalisis penyebab
memahami informasi 1. Ungkapan Bloom dalam siswa masih sulit memahami
dalam bentuk teks Purwanto (2013:43), informasi dalam bentuk teks
anekdot di kelas X. bahwa pemahaman yaitu :
merupakan salah satu 1. Kegiatan literasi masih
tingkatan hasil belajar belum menarik minat
kedua setelah siswa.
pengetahuan hafalan 2. Kurangnya dukungan
dalam aspek kognitif orangtua membudayakan
seseorang. membaca sejak dini.
2. Ebel dalam Somadayo 3. Banyaknya platform
(2010:28) berpendapat audio visual yang
bahwa, yang bermunculan
mempengaruhi tinggi menyebabkan siswa lebih
rendahnya kemampuan suka menonton daripada
memahami bacaan yang membaca.
dapat dicapai oleh siswa 4. Kurangnya konsentrasi
dan perkembangan siswa dalam memahami
minat bacanya arti dan pesan yang
tergantung pada faktor : terkandung dalam teks
b. Siswa yang anekdot.
bersangkutan
c. Keluarganya
d. Kebudayaannya
e. Situasi sekolah

Hasil wawancara dengan


Bella Novita Sari (Siswa
kelas X AKL 1 SMK
Negeri Kasiman) :
1. Siswa tidak memahami
arti dan pesan yang
terkandung dalam teks.
2. Ketidakpahaman ini
menyebabkan siswa
malas berfikir.
3. Siswa belum dibiasakan
membaca sejak dari
lingkungan
keluarganya.
4. Orang tua jarang
mendampingi anak
belajar.
5. Media sosial lebih
menarik minat siswa
daripada membaca buku
teks.
3. Beberapa siswa Kajian literasi : Setelah dianalisis,
kesulitan meraih nilai 1. Menurut Muhibbin Syah kesulitan meraih nilai yang
yang baik dalam (2003:143), faktor baik dalam pembelajaran
pembelajaran Bahasa mempengaruhi belajar yaitu :
Indonesia. siswa yaitu : 1. Faktor kondisi
a. Faktor internal lingkungan keluarga
merupakan faktor- siswa yang tidak terlalu
faktor yang mendukung proses
mempengaruhi belajar siswa.
proses belajar siswa 2. Minat dan bakat serta
yang bersumber motivasi bealajar mata
dari dalam diri pelajaran Bahasa
individu atau siswa Indonesia yang rendah,
yang belajar. sehingga siswa
b. Faktor eksternal kesulitan dalam
merupakan faktor- mendapatkan nilai yang
faktor yang baik.
mempengaruhi 3. Siswa kurang percaya
proses belajar siswa diri saat ingin bertanya
yang bersumber tentang materi yang
dari segala sesuatu belum dipahami.
dan kondisi di luar
diri individu yang
belajar.
2. Menurut Sumadi
Suryabrata, faktor
eksternal yang
mempengaruhi proses
dan hasil belajar siswa
meliputi faktor-faktor
non-sosial dan faktor-
faktor sosial.

Hasil wawancara dengan


Meichel Satria A (Siswa
kelas X MM 2 SMKN
Kasiman) :

1. Guru-guru menuntut
standart nilai diatas
kemampuan anak, oleh
karena itu hanya
sebagian kecil siswa
yang berhasil dengan
baik dalam belajar.
2. Siswa tidak percaya diri
saat ingin bertanya
tentang materi yang
kurang dipahami.
3. Motivasi belajar siswa
mata pelajaran Bahasa
Indonesia masih kurang.
4 Guru belum Kajian literaturnya : Setelah dianalisis adanya
maksimal dalam 1. Menurut Wahyuari pemanfaatan pembelajaran
memanfaatkan (2012), bahwa ciri-ciri inovatif yang belum
model-model pembelajaran inovatif maksimal disebabkan
pembelajaran antara lain : beberapa faktor :
inovatif (PBL, a. Memiliki prosedur 1. Guru merasa nyaman
PJBL) yang sistematik dengan pembelajaran
untuk memodifikasi ceramah.
perilaku siswa. 2. Pembelajaran hanya satu
b. Hasil belajar yang arah sehingga membuat
ditetapkan secara siswa bosan.
khusus yaitu 3. Guru kurang
perubahan perilaku mendapatkan pelatihan
positif siswa. mengenai pemanfaatan
c. Penetapan mode-model
lingkungan belajar pembelajaran inovatif
secara khusus dan berdasarkan
kondusif. karakteristiknya.
d. Ukuran keberhasilan 4. Siswa tidak mempunyai
siswa setelah keberanian untuk
mengikuti bertanya atau
pembelajaran melaksanakan presentasi.
sehingga bisa
menetapkan kriteria
keberhasilan dalam
proses belajar
mengajar.
e. Interaksi dengan
lingkungan agar
mendorong siswa
aktif dalam
lingkungannya.
2. Melansir akun Instagram
Platform Rumah Belajar
Kemendikbud RI, Kamis
(27/8/2020), seperti
dikutip Kompas.com
Jumat (28/8/2020)
berikut ini 6 model
pembelajaran inovatif :
a. Discovery-Inquiry
Rangkaian kegiatan
belajar yang
menekankan pada
proses berpikir
kritis dan analitis
untuk mencari dan
menemukan
jawaban dari suatu
masalah yang
dipertanyakan.
b. Flipped
Classroom
Pembelajaran yang
membalik metode
tradisional di mana
materi biasanya
diberikan pada
proses
pembelajaran tetapi
materi diberikan
sebelum proses
pembelajaran.
c. Project Based
Learning
Pembelajaran yang
memberikan
kesempatan kepada
pendidik untuk
mengelola
pembelajaran di
kelas dengan
melibatkan kerja
proyek.
d. Blended Learning
dengan Blog
Pembelajaran yang
menggunakan blog
untuk mencapai
tujuan pendidikan.
e. Berbasis Gim
Pembelajaran yang
menggunakan
permainan atau gim
digital untuk tujuan
pembelajaran.
f. Self Organized
Learning
Environments
(sole)
Pembelajaran yang
menitikberatkan
proses
pembelajaran
mandiri dengan
memanfaatkan
internet dan
perangkat pintar
yang dimilikinya.

Wawancara dengan
Samiaji Ahmad, M.Pd.
(Kepala SMKN
Kasiman) :
1. Guru masih nyaman
dengan metode ceramah.
2. Guru masih memakai
model pembelajaran
yang berpusat pada guru.
3. Guru masih kurang
paham dengan model-
model pembelajaran.
4. Siswa masih sulit diajak
berpikir kritis.
5. Siswa merasa tidak
percaya diri untuk
bertanya atau
melaksanakan presentasi
ketika diterapkan
pembelajaran inovatif.
5 Pembelajaran di kelas Kajian literaturnya : Setelah dianalisis adanya
masih belum berbasis Menurut Ernawati (2017: pembelajaran masih belum
HOTS. 196-197) Pembelajaran HOTS, disebabkan beberapa
HOTS merupakan cara faktor yaitu :
berpikir yang tidak lagi 1. Ada beberapa guru belum
hanya menghafal secara memahami bagaimana
verbalistik saja namun juga berpikir tingkat tinggi.
memaknai makna 2. Adanya beberapa guru
dibutuhkan cara berpikir hanya sekedar
yang integralistik dengan menjelaskan tetapi tidak
analisis, sintetis, menerapkan
mengakomunikasi, hingga pembelajaran HOTS.
menarik kesimpulan menuju 3. Guru merasa lebih
penciptaan ide-ide kreatif mudah mengemas
dan produktif. pembelajaran berbasis
LOTS.
Hasil wawancara dengan
Muhtadi, S.T. (Waka
Kurikulum SMKN
Kasiman) :
1. Guru masih belum
optimal dalam
memberikan materi dan
soal HOTS pada
pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Siswa masih belum
mampu untuk
mengerjakan soal HOTS
karena belum terbiasa
dengan soal HOTS.

Anda mungkin juga menyukai