DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
DOSEN PENGAJAR:
Puji syukur kelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Child Abuse “ ini sesuai dengan petunjuk,
kemampuan, serta ilmu pengetahuaan yang kelompok miliki.
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian ......................................................................................... 22
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 23
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 23
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran ......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun
2012 terdapat kekerasan pada anak yang mengakibatkan kematian sekitar 95.000
anak-anak dan remaja di bawah usia 20. Sekitar 6 dari 10 anak antara usia 2 - 14
tahun di seluruh dunia (hampir satu miliar) mendapatkan hukuman fisik setiap hari
dari pengasuhnya dan 3 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia percaya bahwa
hukuman fisik diperlukan dan pantas dalam membangun atau mendidik anak
(UNICEF, 2014)
Peranan Ibu menjadi pembimbing dan pendidik anak dari sejak lahir sampai
dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk bertingkah laku yang baik,
namun kenyataannya dalam melakukan peran tersebut, baik secara sadar maupun
tidak sadar, ibu selaku orang tua dapat membangkitkan rasa ketidakpastian,
kemandirian, dan rasa bersalah pada anak. Anak yang mempunyai pengalaman kecil
menyenangkan dan tumbuh pada keluarga yang harmonis akan berbeda tumbuh
kembangnya dengan anak yang masa kecilnya penuh dengan penderitaan dan
kekerasan (Arwanti, 2009).
Child abuse dapat terjadi setiap harinya di rumah. Rumah yang seharusnya
tempat paling aman dan tempat berlindung bagi anak tidak lagi menjadi nyaman.
Adanya pengertian yang salah dalam memandang anak, dimana anak masih saja
dipandang sebagai objek yang wajib menurut kepada orang tua. Padahal belum tentu
orang tua selamanya benar. Kebanyakan orangtua terlalu berharap pada anaknya dan
cenderung memaksa agar anak mau menuruti sepenuhnya keinginan mereka, jika
tidak maka anak akan mendapat hukuman. Hal inilah yang menjadikan alasan bagi
orang tua sering melakukan kekerasan pada anak. Disamping itu, bisa juga
dikarenakan riwayat orang tua yang dulunya dibesarkan dalam kekerasan sehingga
cenderung meniru pola asuh yang telah mereka dapatkan sebelumnya (Videbeck,
2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan child abuse ?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN TEORITIS
Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan
lingkungannya, dimana dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2004). Anak merupakan individu yang berada
dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja
(Hidayat, 2005). Masa prasekolah yaitu antara usia 3 - 6 tahun, dimana pertumbuhan
fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2 kg pertahunnya dan
tinggi badan bertambah sekitar 6,75 - 7,5 cm tiap tahunnya (Supartini, 2004).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah
baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Anak prasekolah menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh mereka dan
merasa cemas menunggu awal pendidikan formal. Banyak orang menyadari hal ini
merupakan masa yang paling menarik untuk orang tua karena anak-anak menjadi
kurang negatif, dapat lebih secara akurat membagi pemikiran mereka, dan dapat lebih
secara efektif berinteraksi dan berkomunikasi. Perkembangan fisik terus berlangsung
menjadi lambat dimana perkembangan kognitif dan psikososial terjadi cepat (Perry &
Potter, 2005).
Tahap perkembangan anak usia prasekolah dapat dilihat dari berbagai aspek
teori. Wong (2013) dalam bukunya wong’s essential of pediatric nursing
memaparkan teori-teori perkembangan usia prasekolah sebagai berikut :
1. Teori psikoseksual
Teori psikoseksual merupakan proses dalam perkembangan anak dengan
pertambahan pematangan fungsi struktur serta kejiwaan yang dapat
menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara umum
untuk menjadikan diri anak menjadi orang dewasa. Perkembangan psikoseksual
yang terjadi pada usia prasekolah adalah tahap oedipal atau phalik. Pada tahap ini
kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba-raba,
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, serta suka pada lawan
jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian
juga sebaliknya, anak perempuan suka pada ayahnya.
2. Teori psikososial
Merupakan perkembangan anak dalam perkembangannya selalu dipengaruhi
oleh lingkungan sosial. Pada usia prasekolah perkembangan yang terjadi adalah
tahap inisiatif dan rasa bersalah. Pada tahap ini anak akan memulai inisiatif
dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan
aktivitasnya, dan apabila tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tambah
perasaan bersalah pada diri anak.
2. Di luar rumah
Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.
C. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak
a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak
berbedadengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak
mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak
lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak
mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan
lingkungan disekitarnya.
c. Temperamen berbeda,
Anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan
bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini
disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan
melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya
dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di
dalamkeluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat, Anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari
hasil perkawinansendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional
yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress keluargaa
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini
berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan
oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus
mengorbankan keluarga
. b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan
sekitarlah yang menjadifaktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan
tingkah laku anak.
c. Perceraian, Perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangankasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orangtua,misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua,
a. Rendah diri,
Anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu
merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan
salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau
anaknyasebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan
membuatorangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu
memenuhi memenuhikebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak
sebagai pelampiasan kekesalannyadengan melakukan tindakan kekerasan
2. Intimidasi
Tindakan intimidasi bisa berupa: berteriak, menjerit, mengancam anak, dan
mengertak anak.
6. Hukuman ekstrim
Tindakan hukuman ekstrim bisa berupa: mengurung anak dalam kamar
mandi, mengurung dalam kamar gelap. Mengikat anak di kursi untuk waktu lama
dan meneror.
E. Akibat Child abuse
Kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun
psikologis (Soetjiningsih, 2010). Namun, Child abuse biasanya tidak berdampak
secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan. Child
abuse yang dilakukan orang tua menimbulkan luka lebih dalam pada kehidupan dan
perasaan anak melebihi perkosaan.
2. Menganggu perkembangan
Anak yang mendapat perlakuan kekerasan verbal terus menerus akan
memiliki citra diri yang negatif. Hal ini yang mengakibatkan anak tidak mampu
tumbuh sebagai individu yang penuh percaya diri.
4. Gangguan emosi
Pada anak yang sering mendapatkan perlakuan yang negatif dari orang
tuanya akan berakibat gangguan emosi pada perkembangan konsep diri yang
positif, dalam mengatasi sifat agresif. Perkembangan hubungan sosial dengan
orang lain. Selain itu juga, beberapa anak menjadi lebih agresif atau bermusuhan
dengan orang dewasa.
8. Bunuh diri
Anak yang mendapatkan perkataan yang bernada negatif secara terus
menerus maka akan mengakibatkan anak menjadi lemah mentalnya, karena
merasa tidak ada orang di dunia ini yang sanggup mencintainya apa adanya. Dan
hal ini berakibat fatal, anak memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
F. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai
pada klien untuk melindungi diri antara lain :
G. Manifestasi Klinis
1. Cidera Kulit Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum
dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong
dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau
memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu
telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap
penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar
berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.
2. Kerontokan Rambut Traumatik Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut
anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada
kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi
darah dapat membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan
atau non-penganiayaan.
3. Jatuh Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak
adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang
dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
4. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut Luka, perdarahan, kemerahan atau
pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau
patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya
dapat mengindikasikan adanya penganiayaan.
5. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya Luka bakar terculap, dengan
garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecilkecil dan banyak dalam berbagai tahap
penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali
semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja
6. Sindroma Bayi Terguncang Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi
deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini
dapat menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu buktibukti
cidera eksternal.
7. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan Fraktur Iga Posterior dalam
berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya
ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadi secara kebetulan.
makan)
4. Perilaku agresif ( meyerang)
5. Keterlambatan perkembangan
6. Kesulitan dalam hubungan sosial
7. Perilaku seksual yang tidak tepat
8. Penyalahgunaan zat
9. Peningkatan penyakit menular seksual ( AIDS)
Tabel 1. Indikator fisik dan perilaku pada penganiayaan anak (Child Abuse)
mata, perineal
Penelantaran/Pengabaian
Penelantaran/Pengabaian
Kelaparan
Pengemis
Kebersihan diri kurang
Sendiri tanpa pengasuh pada
Pekaian tidak terurus
waktu yang panjang
Tidak diurus dalam waktu lama
Penjahat
Tidak pernah periksa kesehatan
Pencuri
gu/destruktif
Neurotik
Percobaan bunuh diri
J. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik
1. Studi radiografik survei skeletal ( tulang), dalam dua tahap, untuk semua anak
yang diduga cedera akibat penganiayaan. Ulangi dalam waktu dua minggu
untuk anak yang mempunyai kemungkinan besar mengalami penganiayaan .
Rasional : fraktur metafiseal (corner chip) mempunyai spesifisitas ke arah
penganiayaan tetapi mungkin sulit di identifikasi pada awalnya.penyembuhan
fraktur dari kalus ( benjolan tulang ) yang terlihat 2 minggu dari suatu cedera
akut . Survei skeletal juga memberikan informasi tentang usia cedera.*fraktur
multipel pada berbagai tahap penyembuhan sering terjadi pada penganiayaan
anak.
2. CT scan atau MRI pada daerah yang sakit
3. Pemeriksaan oftalmologi – untuk mendeteksi hemoragi retina ( akibat
2. Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat
pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu
ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak
diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di
sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi
aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3. Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk
penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
4. Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-
artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek
maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
1. Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang lain
atau saudaranya untuk beberapa waktu.
2. Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau
masalah psikiatrik.
3. Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse
4. Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan ketergantungan
tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir rendah, intoleransi makanan,
ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, dan gangguan kurang perhatian)
5. Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa dengan
jenis kelamin anak yang dilahirkan.
6. Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan anak.
7. Kaji respon psikologis pada trauma
8. Kaji keadekuatan dan adanya support system
9. Situasi Keluarga.
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain:
1. Psikososial
a. Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
b. Gagal tumbuh dengan baik
c. Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
d. With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
2. Muskuloskeletal
a. FrakturDislokasi
b. Keseleo (sprain)
3. Genito Urinaria
a. Infeksi saluran kemih
b. per vagina
c. pada vagina/penis
d. Nyeri waktu miksi
e. Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
4. Integumen
a. Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
b. Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
c. tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
d. Bengkak.
Pemeriksaan Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak,
yaitu untuk identifiaksi fokus dari jejas, dokumentasi,
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan untuk
meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada
rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya
fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
a. CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya
diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma
kepala yang berat.
b. MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik
seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
c. Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
d. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan
seksual.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekerasan
2. Isolasi social
3. Koping keluarga inefektif
4. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan
C. Intervensi Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
Tujuan.
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.
Kriteria hasil:
Kriteria hasil
4) Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran orang tua sebagai status
pendukung dalam proses tumbuh kembang anak.
Rasional : Memberikan kejelasan dan memotivasi keluarga untuk meningkatkan
peran sertanya dalam pengasuhan dan proses tumbuh kembang anaknya.
1) Bina hubungan saling percaya. Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan
interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang,
observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam
menyelesaikan masalah yang konstruktif.
3) Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam
akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
4) Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian
masalah yang konstruktif pula.
5) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan
untuk intervensi.
6) Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
7) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
8) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
9) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
10) Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
11) Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
12) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
13) Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri
klien.
14) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau
pekerjaan yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan
asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar
diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
15) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
16) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
17) Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
18) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
19) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
20) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
21) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan
perilaku klien.
ASUHAN KEPERAWATAN KEJIWAAN
PADA PASIEN TN. A DENGAN GANGGUAN PERILAKU CHILD ABUSE
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Alamat : Kepahiang
Umur : 41 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Informan : Ny. A
Tanggal Masuk : 10/12/2022
Tanggal Pengkajian : 10/12/2022
Nomor Register : 001/002/2022
B. ALASAN MASUK
Klien masuk ke panti rehabilitasi pada tanggal 9/12/2022 dengan keluhan mengamuk
membahayakan anak, berkata kotor kepada anak, menghina, membentak, memaki, memarahi dan
menakuti dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Melakukan hukuman ekstrem
kepada anak Mengikat anak di kursi untuk waktu lama dan meneror.
C. FAKTOR PERIODESASI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : ( ) Ya (v) Tidak
Sebelum dibawa ke rehabilitasi klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
2. Pengobatan Sebelumnya : ( ) berhasil ( ) tidak berhasil
Klien belum pernah pengobatan gangguan jiwa
3. Perilaku : Klien tidak pernah mengalami penganiayaan tetapi klien sebagai pelaku kekerasan
verbal terhadap anak yang berlangsung terus menerus.
Masalah Keperawatan : Perilaku Child Abuse
4. Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( ) Ya (v) Tidak
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita gangguan jiwa
5. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan :
Klien mengatakan sedari kecil di didik dengan keras oleh orangtuanya sering dipukuli di
marahi dan di hukum dengan ekstrem, dank lien menerapkan hal yang sama untuk anak nya.
Masalah Keperawtaan : Perilaku Child Abuse
D. FISIK
Tanda Vital : TD = 120/80 mmHg N = 80x/mnt
Keluhan Fisik : Tidak ada
Klien tidak mengalami keluhan fisik
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram : Pasien merupakan seorang suami dan memiliki satu istri dan satu anak tinggal
dalam satu rumah.
2. Konsep Diri :
a. Gambaran Diri : Klien mengatakan tidak ada yang istimewa dari tubuhnya
b. Peran : Klien mengatakan dirinya seorang pencari nafkah, pemimpin rumah
tangga seorang ayah dan suami yang memegang control penuh semua urusan dirumah
c. Harga Diri : Klien mengatakan tidak ada yang berubah dari dirinya seja dirawat
3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan jarang bercerita kepada dan berkumpul dengan rekan rekan nya disekitar
rumah
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan : Tidak rapi, klien cenderung acuh dengan penampilannya
2. Pembicaraan : Klien berulang berkata dengan nada tinggi, sering berkata kotor.
3. Aktifitas Motorik : Pasien tampak terlalu bersemangat dan sering mengeluarkan gesture
akan memukul lawan bicara
4. Interaksi selama wawancara: Saat pengkajian klien bersih keras bahwa hal yang dilakukan
nya adalah benar dengan menghukum anak secara ekstrem dan berkata kasar karena itu
merupakan pendidikan kepada anak yang dia berikan. Klien marah bila perawat menyanggah
pembicaraan.
5. Persepsi (Halusinasi) : Tidak ada
6. Proses Pikir : Pasien menjawab dengan lugas, dengn suara tinggi dan lantang
7. Isi Pikir ( waham ) : Tidak ada
8. Tingkat Kesadaran : Normal tidak ada disorientasi
9. Kemampuan penilaian : Klien tidak mampu mendeskripsikan tentang penyakitnya
10. Daya Tilik Diri : Mengingkari penyakit yang diderita
G. Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu makan sendiri tanpa bantuan, melakukan kebersihan mandiri.
2. Kebutuhan Istirahat dan Tiudur
Klien mengatakan Tidurnya nyenyak
H. DATA LAIN-LAIN
Hasil Laboratorium : -
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan b/d Perilaku Child Abuse
ANALISA DATA
Nama : Tn. A
No. Register : 001/002/2022
Ruangan : Melati
DO:
1 9/12/2022 Resiko Klien tidak Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1. Bina hubungan saling percaya
mencederai mencederai diri / Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku R/ Hubungan saling percaya memungkinkan
orang lain dan orang lain / kekerasan. terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk
lingkungan b/d lingkungan. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku intervensi selanjutnya.
Perilaku Child kekerasan. 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
Abuse Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang perasaannya.
biasa dilakukan. R/ Informasi dari klien penting bagi perawat untuk
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. membantu kien dalam menyelesaikan masalah
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol lingkungan yang tidak mengancam akan menolong
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emotional abuse (kekerasan emosional) yang biasanya juga lebih sering disebut
dengan kekerasan verbal paling banyak di dapat oleh anak-anak dari orang tua mereka.
Bahkan tanpa disadari, orang tua setiap hari melakukan Child abuse pada anaknya.
Bentuk dari Child abuse itu umumnya dilakukan dalam bentuk mengancam, mengkritik,
membentak, mengucilkan anak, memberi julukan negatif pada anak atau mengejek.
Kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun
psikologis. Namun, Child abuse biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak,
tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan.
B. Saran
Pentingnya peran orangtua khususnya peran ibu dalam membimbing dan
mendidik anak sejak lahir sampai dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk
bertingkah laku yang baik. Peran ibu selaku orang tua bertanggungjawab menjaga dan
memperhatikan kebutuhan anak, mengelola kehidupan rumah tangga, memikirkan
keadaan ekonomi dan makanan anak-anaknya, memberi teladan akhlak, serta
mencurahkan kasih sayang bagi kebahagian dan tumbuh kembang anak
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan volume I. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. 2010. Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC
UNICEF. 2014. Data kekerasan pada anak. http://www.unicef.co.id, diakses 21 Januari 2016.
Vedebeck. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
Wicaksana. 2008. Mereka bilang aku sakit jiwa refleksi kasus-kasus psikiatri dan problematika
kesehatan jiwa di Indonesia.Yogyakarta : Kanisius.