Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN HASIL OBSERVASI

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA


DINI MELALUI PERMAINAN PLASTISIN DI RA
PERWANIDA 2 PALEMBANG

DOSEN PENGAMPU:
Dr. KHOIRAWATI. M.Ag

Disusun oleh :
INTAN HERYENI ( 1720210049 )
Sebagai Syarat Tugas Mata Kuliah Metodologi Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat


serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Penelitian Individu Magang II Tahun 2019. Sholawat dan salam tak lupa
tercurahkan kepada suritauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman, aamiin.

Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai tugas akhir
pada mata metodologi pnelitian, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia
Dini(PIAUD)Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Penulis
menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
saran dari berbagai pihak.Untuk itu,penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. BapakProf.Drs.H.M.Sirozi,MA.,Ph.D.selaku Rektor UIN Raden Fatah


Palembang
2. Bapak Dr.Kasinyo Harto,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
3.Ibu Dr.Leny Marlina,M.Pd.I selaku ketua Program Studi Pendidikan Islam Anak
Usia Dini
4. Ibu Dr.Khoirawati,M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah metodologi
penelitian .
5. Teman-temanseperjuangandalamkelompokmagangIdiRAFATIMAHPalembang
6. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu
Penulisberharapagarpenyusunanlaporaninidapatbermanfaatbagikitasemua.
Penulismenyadaribanyaksekalikekurangandalampenulisannya.Penulismengharapk
anadanyamasukan,kritikdansaranyangmembangundariberbagaipihak.
Palembang, 9 November 2019

Penyusun

Intan Heryeni
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar belakang.....................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah............................................................................................6
C. Pembatasan Masalah...........................................................................................7
D. Tujuan Penelitian................................................................................................7
E. Manfaat Penelitian.............................................................................................7
BAB II KAJAIAN TEORI.............................................................................................8
A. Kreativitas anak usia dini..................................................................................8
B. Membuat Bentuk Dengan Media Bermain Plastisin......................................23
C. Hubungan antara Kreativitas dengan Plastisin.............................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................27
A. Jenis Penelitian.................................................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................27
C. Sember Data......................................................................................................28
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................29
E. Instrumen Penelitian.......................................................................................29
F. Teknik Analisis Data.........................................................................................30
G. Validitas............................................................................................................30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................32
A. Profil Sekolah...................................................................................................32
B. Karakteristik Anak...........................................................................................36
BAB V.........................................................................................................................45
A. Simpulan...........................................................................................................45
B. Saran..................................................................................................................45
DAFTAR FUSTAKA..................................................................................................46
LAMPIRAN.................................................................................................................47
DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1. Tabel Nama-Nama
Anak ...........................................
Lampiran 2. Tabel Observasi Keseluruhan Anak
Lampiran 3. Tabel Kegiatan 1
Lampiran 4. Tabel Kegiatan 2
Lampiran 5. Tabel Kegiatan 3
Lampiran 6. Tabel Kegiatan 4
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keluarga merupakan kelompok yang pertama dan utama


dimna anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam
pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar
artinya banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh
dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam
keluarga yang memiliki peran penting dalam pembentukan
keperibadian dan kretivitas adalah praktik pengasuhan anak. Hal
tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961) yang
mengatakan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali
menerima kehadiran anak. Orang tua memiliki berbagai macam
fungsi yang salah satu diantaranya ialah mengasuh putra -
putrinya. Dalam mengasuh anaknya, orang tua di pengaruhi oleh
budaya yang ada dilingkungannya. Disamping itu orang tua
diwarnai oleh sikap – sikaptertentu dalam memelihara,
membimbing, dan mengarah kan putra – putrinya. Sikap tersebut
tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang
berbeda – beda, karena orang tua memilikipola pengasuhan
tertentu.

Seperti yang kita pahami bersama keluarga adalah sekolah


utama dan pertama bagi anak. Orang tua juga adalah guru dan
panutan utama dan pertama bagi anak. Oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban bagi guru dalam mendidik dan mengasuh
anak. Dalam mengasuh anak, Benzies, Keown,DanMaggil-Evans
(2009); Gross, Dkk., (2009) menjelaskan bahwa tidak hanya
menyoal kuantitas waktu yang dihabiskan orang tua dengan
anak – anak, tetapi juga kualitas pengasuhan pendidikan
sangatlah penting.

Pendidikan yang mendukung pengembangan kreativitas


anak adalah jika kegiatan yang dilakukan orang tua dapat
menumbuhkan kempuanberfikir kreatif dan kepribadian kreatif.
Untuk keperluan itu banyak di ciptakan alat-alat pendidikan,
seperti permainan anak-anak yang banyak dijual ditoko-toko. Di
samping itu banyak objek-objek alam atau kehidupan yang
secara alami yang terdapat diekeliling kita juga dapat
dipergunakan untuk kreatifitas anak. Pemanfaat objek alam atau
kehidupan disamping murah juga merupakan sumber yang selalu
tersedia dan mungkin tidak akan habis.

Pendidikan pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan


tindakan yang dilkukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan ,pengasuhan dan pendidikan pada anak
deanganmnciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan
kepadanya unt mengetahui dan memhami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati,
meniru dan bereksperimen yang berlangsung dengan cara
brulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan
anak. Dan pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif
dalam dirinya. Dengan potensi kreatifitas yang dimiliki anak
tersebut, anak membutuhkan kreativitas atau kegitanyang
syarat dengan ide kreatif. Dalam hal ini anak membutuhkan
arahan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya ( orang tua,
keluarga, guru )untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk tumbuh kembang kreatifitas anak. Erik Erikson, seorang
psikolog terkenal, mengatakan bahwa masa usia tiga setengah
tahun hingga enam tahun merupakan masa penting bagi
seorang anak untuk mengembangkan kretivitasnya. Erikson
mengatakan masatersebut adalah masa pembentukan sikap
( inisitif dihadapkan pada rasa bersalah ). initiatve versus guilt.
Anak-anak yang mendapat lingkungan pengasuhan dan
pendidikan yang baik akan mampu mengembangkan sikap
kreatif antusias untuk bereksplorasi, bereksperimen,
berimajinasi, serta berani mencoba dan mmengambilresiko.
Namun semua itu bergantung pada lingkungan belajar anak
apakah memang kondusif untuk mencapai perkembangan
tersebut ataukah malah menghambatnya. Hal penting yang
kiranya harus disadari oleh sertiap orang tua ataupun guru
adalah bahwa setiap anak memiliki potensi kreatif. Beberapa
diantaranya mungkin memiliki kelebihan dibanding anak lain,
tetapi pada dasarnya tak ada anak yang tidak kretif sama sekali.
Anak usia dini memiliki kreatif yang alamiah di dalam dirinya.
Namun demikian potensi yang luar biasa tersebut akan
membeku dan mengendap jika tidak ada rangsangan, arahan,
dan motivasi dari lingkungan. 1

Berdasarkan observasi di RA Perwanida 2 ditemukan bahwa


anak-anak di Ra Perwanida 2 aktif, ramah dalam menyapa guru,
saya meliha anak – anak di RA Perwanida 2 ini didik dengan baik
oleh para bunda di RA Perwanda 2 ini ada juga sebagian anak di
Ra ini kurang dalam daya imajinasi sehingga mengakibatkan
anak tidak dapat mengeksplor pengetahuannya, dari guru, yang
mana orang tua anak hanya berpedoman pada guru sehingga
tidak ada peningkatan terhadap kretifitas anak, sangat
disayangkan sekali karena pada usia ini anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat berpengaruh pada
anak-anak tersebut. Kurangnya peran dari orang tua dan kluarga
1
Habisa S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Yogyakarta: PGTKI
Press)hlm. 70.
berdampak pada anak, jika hanya guru yang berperan maka
tidak akan berpengaruh, selebihnya orang tua dan kluargalah
yang berperan sebagai pendidik dan pengasuh agar dapat
memberikan pola asuh dan pendidikan yang baik sehingga ada
penigkatankretivitas terhadap anak. Pendidikan dan pengalaman
orang tua sangat menentukan pendidikan anak baik itu
pendidikan anak usia dini maupun pendidikan pada jenjang
selanjutnya. Kemudian pertumbuhan sikap dan sifat anak akan
bergntung dengan apa yang dilihat, diperoleh dan diajarkan oleh
lain kepada anak sehingga semua itu menjadi sumber
pengetahuan dan pengalaman yang akan dilakukan oleh anak.
Pendidikan bukan saja merupakan kewajiban bagi anak
melainkan hak bagi seorang anak.

Berdasarkan masalah diatas maka penelitian mengenai


masalah upaya meningkatkan kreativitas anak melalui
permainan plastisin sangat penting untuk dilaksanakan guna
mengetahui bagaimana pola belajar atau pendiikan anak usia
usia dini pada upaya memgembangkankretivitas anak melalui
permainan plastisin di RA perwanida 2 Sebagai bahan
rokomendasi kebijakan pendidikan di pakjo.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, identifkasi
masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1 Orang tua, keluarga dan gurumenjadi faktor pendidikan


anak usia dini
2 masalah kretivitas anak usia dini menjadi faktor pendidikan
anak usia dini.
3 Salalah penyebab penghambat kretivitas anak usia dini
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di tentukan
oleh peneliti, peneliti memfokuskan penelitian dalam dalam
rumusan masalah yang berupa: Bagaimanakah upaya
meningkatkan kreativitas anak melalui permainan plastisin

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya
meningkatkan kreativitas anak melalui permainan plastisin di RA
perwanida 2.

E. Manfaat Penelitian
1. Teoristis

Penelitian ini diharapkan dapat memberkonstribusi dalam


memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bindang
pendidikan, yaitu terkait dengan masalah kreativitas terhadap
anak. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
konstribusi dalam memperkaya ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan mata kuliah pendidikan anak usia
dini.Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kreativitas anak melalui plastisin pada siswa RA perwanida2

2. Praktis
a. Bagi akademisi
Bagi akademisi penelitian ini diharapkan menambah
pengetahuan penelitian mengenai krativitas anak usia dini,
selain itu, penelitian juga dapat menjadi litelatur bagi akademisi
lain yang ingin mengkaji lebih jauh menganai kreatvitas anak.

b. Bagi guru
Bagi guru khususnya bagi pembaca, penelitian ini
diharapkan dapat pengetahuan mengenai kreativitas anak usia
dini.
BAB II

KAJIAN TEORI
A. Kreativitas anak usia dini

1. Kreativitas
Kreativitas menurut Santrock yaitu kemampuan untuk memikirkan sesuatu
dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang
unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Mayesty menyatakan bahwa
kreativitas adalah cara berpikir dan bertindak atau menciptakan sesuatu yang
original dan bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain. Sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Gallagher (dalam Munandar) mengungkapkan bahwa
kreativitas berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan, mengadakan,
menemukan suatu bentuk baru dan atau untuk menghasilkan sesuatu melalui
keterampilan imajinatif , hal ini berarti kreativitas berhubungan dengan
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri dengan alam dan orang lain.
Kemudian Freeman dan Munandar (dalam Suyanto) mengemukakan bahwa
kreativitas ialah ekspresi seluruh kemampuan anak2. Oleh karena itu, kreativitas
hendaknya sudah dikembangkan sedini mungkin semenjak anak dilahirkan.
Selanjutnya Semiawan dan Munandar berpendapat bahwa kreativitas merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah. Secara rinci Drevdahl (dalam Hurlock) mengungkapkan
bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk m enghasilkan komposisi,
produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak
dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran
yang hasilnya bukan hanya perangkuman, ia mungkin mencakup pembentukan
pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya
dan pencakokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup

2
Munandar, Utami , Dasar-Dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1995) Hlm 11
pembentukan korelasi baru , ia harus mempunyai maksud atau tujuan yang
ditentukan, bukan fantsi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna dan
lengkap, iamungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah
atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis. Pada intinya kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Selaras dengan yang dikemukakan oleh Moreno dalam Slameto yang penting
dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui
orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu
yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi
orang lain atau dunia pada umumnya. (Hartiti:30).3
Dengan demikian, disimpulkan bahwa kreativitas ialah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu ide/produk yang baru/original
yang memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide/produk tersebut diperoleh
melalui proses kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan
hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan gabungan
informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Proses belajar kreatif
sebagai keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui
dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan,
ketidakteraturan dan sebagainya. Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis
suatu kesulitan dengan mensintesiskan informasi yang telah diketahui,
membentuk kombinasi dengan menciptakan alternatif-alternatifbaru,
kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya. Mempertimbangkan, menilai,
memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan,
memecahkan yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan
yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis,
mengkomunikasi hasil-hasilnya kepada orang lain”. Dengan demikian dalam
belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang
paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa

3
Mulyani, Novi, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya) hlm. 33
pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada di antara
pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-
pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat
bernilai bagi kita. Jadi kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam
menciptakan hal-hal baru pada pembelajaran baik berupa kemampuan
mengembangkan kemampuan formasi proses belajar mengajar yang berupa
pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan, disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses,
metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, fleksibel,
suksesi, dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk
pemecahan suatu masalah. Jadi kreativitas merupakan bagian dari usaha
seseorang. Kreativitas akan menjadi seni ketika seseorang melakulan kegiatan.
Dari pemikiran yang sederhana itu, penulis melakukan semua aktivitas yang
bertujuan untuk memacu atau menggali kreativitas.
2. Tujuan Pengembangan Kreativitas
Menurut Munandar ada alasan mengapa kreativitas penting untuk
dimunculkan, dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak, antara lain: Pertama,
dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya. Perwujudan diri adalah salah
satu kebutuhan pokok manusia. Kedua, kemampuan berpikir kreatif dapat melihat
berbagai macam penyelesaian suatu masalah. Mengekspresikan pikiran-pikiran
yang berbeda dari orang lain tanpa dibatasi pada hakikatnya akan mampu
melahirkan berbagai macam gagasan. Ketiga, bersibuk secara kreatif akan
memberikan kepuasan kepada individu tersebut. Hal ini penting untuk
diperhatikan karena tingkat ketercapaian kepuasan seseorang akan mempengaruhi
perkembangan sosial emosinya. Keempat, dengan kreativitas memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Gagasan-gagasan baru sebagai buah
pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan yang
penuh tantangan. Jadi tujuan mengembangkan kreativitas pembelajaran adalah
sebagai berikut;
a. Mengenal cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan
menggunakan teknik-teknik yang dikuasainya.
b. Mengenalkan cara dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.
c. Membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai pengalaman
dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang sangat tinggi terhadap
ketidakpastian.
d. Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang dilakukannya
dan sikap menghargai hasil karya orang lain.4
Dapat kita ketahui bahwa kecerdasan dan kreativitas
memiliki kaitan yang erat walaupun diantara keduanya tidak ada
hubungan mutlak. Orang kreatif dapat dipatikan adalah orang
yang cerdas, tetapi tidak selalu orang yang cerdas itu kreatif.
Menurut penjelasan Hurlock, hal ini terciptanya sebuah karya
kratifmembutuhka lebih dari kecerdasan. Misalnya banyak anak
pandai mencapai keberhasilan akademis, tetapi hanya sedekit
yang menunjukkan cara berfikir kreatif, yang tidak hanya
sekedar diberikan oleh guru. Gardner menyatakan bahwa
kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, menciptakan prodek yang berharga dalam stu atau
beberapa lingkungan budaya masyarakat. Ia memiliki pandangan
mengenai pemikiran, tetang kecerdasan yang harus mengakui
bahwa setiap orang mempunyai kekuatan pemahaman berbeda-
beda, menerima bahwa rang mempunyai kekuatan berbeda dan
gaya pemahaman yang kontraks. Titik tekan teori kecerdasan
jamak adalah pada kemampuan menyelesaikan masalah dan
untuk menciptakan suatu produk atau karya. Secara terperinci
kecerdasan merupakan:

4
Mulyani, Novi, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya) hlm. 11.
a. Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif
atau menyumbangkan pelayananyang bernilai dalam
suatau budaya
b. Sebuah perangkat keterampilan menemukan atau
meciptakan seseorang dalam memecahkan permasalahan
dalam hidupnya.
c. Potensi untuk menemukan jalan keluar dari
masalahmasalah yang dilibatkan.

Namun demikian, hubungan kecerdasan dan krativitas


menurut Hurluck sebagian besar bergantung pada factordiluar
kreativitas dan kecerdasan itu sendiri. Factor dalam lingkungan
atau dalam diri seseoaraang yang menganggu perkembangan
kreativitas. Jika tidak ada hambatan yang menganggu
perkembangan kretivitas anak, Hurlock mengatakan “ semakin
anak cerdas, semakin dapat ia kretif”. Banyak hal yang di
lakukan dalam merspon kreativitas anak, oleh karena itu dengan
cara mengekspresikan diri seperti, berjingkrak, bertepuktangan,
tertawa, menangis, dan lainya. Begitupun dalam dunia anak
tentang bagaimana anak mengungkapkan kreativitas yang
dimilikinya. Ada beberapa ekspresi kreative anak-anak dan harus
di ketahui oleh pendidik atau guru yakni:

a. Animisme
Anismisme adalah kecendrungan untuk menganggap
benda mati sebagai benda hidup.
b. Bermain drama
Dalam bermain drama anak menirukan perilaku orang lain,
biak itu petani, ayah, ibu, dokter, atau yang lainnya, dan
juga menirukan situasi kehidupan tertentu seperti sedang
lapar, marah, dan lainya.
c. Bermain konstuktif
Anak bermain atau meniru apa saja yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Teman imajiner
Anak pemalu atau yang pernah mengalami pengalaman
sosial dini yang tidak menyenangkan mungkin lebih
menyukai teman imajiner dari pada teman yang
sesunggunya
e. Melamun
Melamun merupakan permainan mental, yang biasanya
disebut dengan berkhayal.
f. Melucu
Kemampuan untuk mempersepsikan kelucuan dan
kemampuan melucu. Kedua aspek ini dapat menunjang
penerimaan sosial karena membantu menciptakan kesan
bahwa anak itu cukup menyenangkan dalam pergaulan
dan suport
g. Bercerita
Pada mulanya cerita yang dibawakan oleh anak-anak
sifatnya repoduktif. Dengan kata lain mereka menceritakan
hal-hal yang telah mereka dengar.5

Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil


baru ke dalam suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dan sifat-sifat individu
unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan
hidupnya.Kreativitas ini dapat terwujud dalam suasana kebersamaan dan terjadi
bila relasi antar individu ditandai oleh hubungan-hubungan yang bermakna.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-
gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin
melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dan pengalaman masa lalu
yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang. Hasil tersebut
5
Mulyani, Novi, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya) hlm.
berguna, bertujuan, terarah, dan tidak hanya sekedar fantasi. Sumber awaldan
perkembangan kreativitas itu disebabkan oleh faktor-faktor yang ada dalam
lingkungan keluarga. Dalam kegiatan belajar mengajar anak yang memiliki
kreativitas lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu
memecahkannya pula. Oleh karena itu, guru perlu memberi kesempatan
yangseluas-luasnya kepada peserta didik sehingga kreativias, bakat dan minatnya
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Proses belajar kreatif
sebagai keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui
dalam kekaguman, ketidaklengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan,
ketidakteraturan dan sebagainya. Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis
suatu kesulitan dengan mensintesiskan informasi yang telah diketahui,
membentuk kombinasi dengan menciptakan alternatif-alternatif baru,
kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya. Mempertimbangkan, menilai,
memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan,
memecahkan yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan
yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis,
mengkomunikasi hasil-hasilnya kepada orang lain”.

Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-


komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak
menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif
sangat mungkin berada di antarampengalaman-penglaman belajar yang sangat
menenangkan, pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada
kita dan yang sangat bernilai bagi kita. Jadi kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan guru dalam menciptakan hal-hal baru pada pembelajaran baik berupa
kemampuan mengembangkan kemampuan formasi proses belajar mengajar yang
berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam
belajarnya. Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan, disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,
proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif,
fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan suatu masalah. Jadi kreativitas merupakan bagian dari usaha
seseorang. Kreativitas akan menjadi seni ketika seseorang melakulan kegiatan.
Dari pemikiran yang sederhana itu, penulis melakukan semua aktivitas yang
bertujuan untuk memacu atau menggali kreativitas.
3. Mekanisme Kreativitas
Orang-orang kreatif berhasil mencapai ide, gagasan,
pemecahan,penyelesaian, cara kerja, hal atau produk baru, biasanya sesudah
melewatibeberapa tahap, dengan urutan yang dikemukakan oleh David
Cambellmelalui lima tahap dalam proses kreatif yaitu:
a. Persiapan ( P reparation)
Meletakan dasar , mempelajari latar belakang masalah, seluk belukdan
problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif , namun kebanyakanpencipta
adalah ahli. T erobosan gemilang dalam suatu bidang hampirselalu dihasilkan oleh
orang-orang yang sudah lama berkecimpung danlama berpikir dalam bidang itu. P
ersiapan untuk kreativitas itu kebanyakandilakukan atas dasar “minat”.
Kesuksesan orang-orang besar tercapai danbertahan, bukan oleh loncatan yang
tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras .
b. Konsentrasi ( Concentration)
Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah
danpikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan. P enulis, seniman,ilmuan,
penemu, orang iklan, dan usahawan inovatif kerap menceritakansaat-saat
konsentrasi panjang yang mereka buat sebelum perkara yang mereka coba
pecahkan teratasi. Orang-orang semacam itu memangmerangsang tirai yang
dipergunakan untuk menyaring tuntutan dariluar: Kepentingan keluarga
dikesampingkan, hidup kemasyarakatanamat dibatasi, acara harian dianggap tidak
penting, bahkan pekerjaanrutin diletakkan di luar perhatiannya. Yang menyita
lahir batin mereka
adalah perkara yang sedang mereka hadapi, mereka membuat konsentrasi.Tahap
konsentrasi merupakan kelanjutan dari proses studi pada tahappersiapan, tetapi
lebih intensif. Tahap konsentrasi merupakan waktupemusatan, waktu menimbang-
nimbang, waktu menguji, waktu awal,untukmencoba dan mengalami gagal,
trialanderror. Jika dari usaha konsentrasiitu, tidak lahir sukses dalam waktu yang
wajar , konsentrasi memuncakmenjadi semacam kegilaan. Orang yang melakukan
konsentrasi itumenjadi kecewa, kendor dan kehilangan kesabaran.”mengapa
belummuncul ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian cara baru dibenakku?
Jawaban pasti ada! T etapidimana.
c. Inkubasi ( Incubation)
Mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktusantai.
Sebuah busur tak dapat direntang terus-menerus untuk jangkapanjang tanpa
bahaya patah. Maka kita perlu melarikan diri dari perkarayang sedang kita
selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana
sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerutinanberpikir , kebiasaan bekerja,
kelaziman pemakai cara.
d. Iluminasi
Tahap iluminasi merupakan tahap yang paling menyenangkan
sebabbagian yang paling nikmat dalam penciptaan. Sebab tahap ketika
segalanyajelas dan penerapan untuk pemecahan masalah, penyelesaian
perkara,cara kerja, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Pada waktu tahap
iluminasi itu datang. Kita ibarat orang mabuk kepayang. Kita melayangamat
gembira tak terlukiskan. Hal ini dapat dipahami, baru sesaat sesudah konsentrasi
yang padat dan kekecewaan yangkerap tidak kecil. Sesudah kita bersitegang diri
dengan masalah atauperkara selama berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin
bertahuntahun,secara tiba-tiba pemecahan masalah atau penyelesaian perkara.
4. Faktor Pendorong dan Ciri-ciri Kreativitas
Mendidik anak merupakan tugas orang tua, dan pendidikan merupakan
proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Menurut Pamilu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kreativitas anak adalah sebagai berikut:
a. Kedekatan emosi
Berkembangnya kreativitas anak sangat bergantung pada kedekatan
emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan,
penolakan, atau terpisah sangat menghambat perkembangan kreativitasanak.
b. Kebebasan dan respek
Anak kreatif biasanya memiliki orang tua yang menghormatinya
sebagai individu, mempercayai kemampuan yang dimiliki, adanya keunikan,
sertamemberi kebebasan kepada anak tidak otoriter, tidak selalu mengawasi atau
terlalu membatasi kegiatan anak.
c. Menghargai
prestasi dan kreativitas Orang tua anak kreatif biasanya selalu
mendorong anaknya untuk selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan
karya yang baik, tidak menekankan pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas,
kejujuran dan imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.
Berdasar uraian di atas, pengalaman pendidikan yang pertama dan paling
utama diperoleh anak adalah di dalam keluarga. Peran orang tua dalam mendidik
dikatakan sangat penting, diantaranya adalah memberi kesempatan anak untuk
memperoleh pengalaman yang banyak dan beraneka ragam kepada anak. Sikap
orang tua kepada anak seperti di atas dapat mempengaruhi bakat dan kreativitas
anak.adaapunciri kretivitassebagai berikut:
Menurut munandar, ciri individu menurut para ahli psikolgi
antara lain bebas dalam berfikir, memiliki daya imajinasi, bersifar
ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, memiliki inisiatif dan
bebas berpendapat, memiliki minat luas, percaya pada diri
sendiri, tidak menerima pendapat begitu saja, cukup mandiri dan
tidak pernabosan.dan lebih lanjut dijelaskan bahwa ciri-ciri
pribadi kreatif melputicirri-ciri aptitude dan non-aptitude.
Cirri-ciri aptitude,yaitucirri yang berhubungan dengan
kognisi atau proses berfikir seperti berikut:
a. Keterampilan berfikir lancar, yaitu kemampuan
mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
b. Keterampilan berfikir luwes, yaitu kemampuan
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang tang berbeda.
c. Keterampilan berfikir orisional, yaitu kempuan
melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli.
d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi), kempuan,
memperkaya mengembangkan, atau memperinci
detail-detail dari suatu gagasan sehingga menjadi
lebih menarik.
e. Keretampilan menilai (mengevaluasi) yaitu kempuan
menentukan penilaian sendir.

Cirri-ciri non-aptitude adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan


dengan sikap dan prasaan anak, motivasiatau dorongan dari
dalam untuk berbuat sesuatu, seperti rasa ingin tahu, bersifat
imajinaatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, berani
mengambil resiko, dan sifat menghargai6.

Menurut Slamet ciri-ciri kreativitas yaitu: Ciri-ciri kreativitas dapat


dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif
diantaranyaorisinilitas, fleksibelitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri non
kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama
pentingnnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak
akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas
yang memiliki kondisi psikologi yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan
otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh
terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit
sekali dapat menghasilkan karya kreatif.Mengacu pada beberapa pendapat di atas,
indikator kreativitas belajar peserta didik yang direncanakan diteliti dengan
indikator sebagai berikut:
a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
b. Memiliki keterlibatan yang tinggi
c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Munandar, Utami , Dasar-Dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:


6

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1995)hlm 59


d. Penuh percaya diri atau percaya kepada diri sendiri
e. Memiliki kemandirian yang tinggi
f. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
Kedua ciri tersebut sama pentingnya. Kecerdasan yang
tidak ditunjang dengan kepribadian kretif tidak akan
menghasilkan apapun. Kreativits hanya dilahirkan dari orang
cerdas yang memiliki kondisi psikologi sehat. Hal ini karena
kreativitas tidak hanya menyoal perbuatan otak saja, tetapi juga
variabel emosi dan kesehatn mental sangat berpengaruh
terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Dengan kata lain,
kecerdasan tanpa mental yang sehat akan sulit sekali
menghasilkan karya kreatif ( Macmawati ), 7 maka dari itu
kesehatan psikologi sangat berpengaruh terhadap kreativitas
dan kecerdasan anak.
Maka seorang guru kreatif hendaknya fleksibel dalam menghadapi
peserta didik yang beragam karakteristiknya, tetapi optimis mampu memfasilitasi
keseragaman peserta didik agar sukses dalam pembelajaran. Dalam menegakkan
disiplin guru kreatifpun cukup responsif, empatik, sehingga bisa menghindari
penggunaan kekerasan dalam membimbing peserta didik untuk tertib, maka sikap
penuh semangat, komunikatif, dan pemaaf seorang guru kreatif menjadikannya
teladan bagi peserta didik.
5. Manfaat Kreativitas dalam Kehidupan Anak
Kreativitas memiliki manfaat besar bagi kehidupan anak kelak dikemu
dian hari. Sebab di dalam jiwa seorang anak yang kreatif memiliki nilai-nilai
kreativitas yaitu:
a. kreativitas memberi anak-anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang
sangat besar penghargaan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap
perkembangan kepribadiannya. Misalnya tidak ada yang dapat memberi anak rasa
puas yang lebih besar daripada menciptakan sesuatu sendiri, apakah itu berbentuk

Racmawati, Yeni, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Pranada


7

Media,2012)Hlm. 51.
rumah, yang dibuat dari kursi yang dibalik dan ditutupi selimut atau gambar
seekor anjing. Dan tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya daripada kritik
atau ejekan terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesungguhnya bentuk yang
dibuatnya itu.
b. menjadi kreatif penting bagi anak kecil untuk menambah bumbu dalam
permainannya pusat kegiatan hidup mereka, jika kreativitas dapat membuat
permainan menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas, ini sebaliknya
akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. c) prestasi
merupakan kepentingan utama dalam penyesuaian hidup mereka, maka kreativitas
membantu mereka untuk mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi
mereka dan dipandang baik oleh orang yang berarti baginya akan menjadi sumber
kepuasan ego yang besar . d) nilai kreativitas yang penting dan sering dilupakan
ialah kepemimpinan, pada setiap tingkatan usia pemimpinharus menyumbangkan
sesuatu pada kelompok yang penting artinya bagi anggota kelompok, sumbangan
itu mungkin dalam bentuk usulanbagi kegiatan bermain yang baru dan berbeda
atau berupa usulan mengenaibagaimana tanggung jawab khusus terhadap
kelompok8. Kemudian Munandar (dalam Susanto) mengungkapkan mengeni
manfaat kreativitas bagi anak yaitu kreativitas yang memungkinkanmanusia
meningkatkan kualitas hidupnya, dalam era pembangunanini tidak dapat
dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakatdan negara bergantung
pada sumbangan kreatif , berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan
teknologi baru dari anggota masyarakatnya,untuk mencapai hal itu, perlulah sikap
dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi
konsumen pengetahuan baru dan pencari kerja, tetapi mampu menciptakan
pekerjaan baru (wiraswasta) Lebih rinci dikemukakan bahwa kreativitas perlu
dipupuk sejak dini dalam diri peserta didik agar:9
Pertama: karena dengan berkreasi orang dapat perwujudan
diri/aktualisasi, dimana hal ini merupakan kebutuhan pokok pada tingkatketujuh

8
B, E, Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Usia
(Jakarta: Erlangga, 1999)Hlm 90
9
Munandar, Utami , Dasar-Dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1995)hlm. 93.
dari delapan kebutuhan dalam kehidupan manusia. Kreativitas merupakan
manifestasi dari ndividu yang berfungsi sepenuhnya. Maslow menggambarkannya
sebagai berikut:Kebutuhan pada tingkat dasar adalah kebutuhan fisiologis (
Physiologicalneeds), yaitu kebutuhan akan udara,makanan, minuman, sex ,
pakaiandan tidur . Kebutuhan pada hierarki yang kedua adalah kebutuhan
rasaaman ( Safetyneeds). Kebutuhan ini terdiri atas keamanan fisik, rasa amanada
pekerjaan, rasa aman pada keluarga, rasa aman pada tempat tingga. Kebutuhan
pada hierarki yang ketiga adalah persahabatan ( Belongingness & Love needs)
yaitu kebutuhan akan cinta dan dicintai. Kebutuhan berikutnyaadalah kebutuhan
harga diri (Esteemneeds). Misalnya, kebutuhan akan penghargaan, rasa percaya
diri. Kebutuhan pada hierarki selanjutnya adalah kebutuhan untuk pengetahuan
(Needtoknow&Understand) yaitu kebutuhan untuk memahami diri sendiri dan
dunia. Berikutnya adalahkebutuhan kreativitas dan estetis (Aestheticneeds) yaitu
kebutuhan untukmenggunakan pengetahuan dan mengembangkan bakat.
Kebutuhanmanusia pada tingkat yang lebih abstrak adalah kebutuhan aktualisas
idiri (Selfactualization) yaitu kebutuhan untuk menyadari makna hidup. Terakhir
adalah kebutuhan transendensi (Transcendence) yaitu kebutuhan untuk menyatu
dan memiliki makna yang hakiki sebagai bagian dari dunia .Kebutuhan
transendensi memungkinkan individu untuk mengorientasikandiri pada
kepentingan dunia dibanding dengan kepentingan dirinya sendiri.
K edua: kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untukmelihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatumasalah, merupakan
bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam
pendidikan. Di sekolah yang terutama dilatihadalah penerimaan pengetahuan,
ingatan dan penalaran.
K etiga: bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagidiri
pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasanpada individu. Dari
wawancara terhadap tokoh-tokoh yang telah mendapatpenghargaan karena
berhasil menciptakan sesuatu yang bermakna, yaitupara seniman, ilmuwan, dan
ahli penemu, ternyata faktor kepuasan iniamat berperan bahkan lebih dari
keuntungan material semata-mata.
K eempat: kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejay a a
nmmasyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif , berupaide-ide
baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Untuk mencapaihal itu
perlulah sikap pemikiran dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini 10.
Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa pengembangan kreativitas
harus dilakukan sejak usia dini agar kelak mereka dapat menciptakansuatu hal
yang baru dikemudian hari, baik itu berupa produk dalam bentukgagasan yang
dapat diterapkan untuk pemecahan masalah, atau sebagaikemampuan untuk
melihat unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.Di samping itu anak dapat
mengaktualisasikan dirinya yang merupakankebutuhan pokok tertinggi dalam
hidup manusia. Namun sebaliknya,orang yang kurang kreatif tidak akan mampu
menciptakan suatu hal yang baru dan kurang dapat mengaktualisasikan dirinya
dalam kehidupan.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Spock bahwa orang yang
sangat berpikir literal mempunyai kegunaan terbatasbagi dunia dan kemampuan
terbatas untuk memperoleh kegembiraan.
6. Metode pengembangan kreativitas
kreativitas bukanlah sesuatu yang mandiriatau berdiri sendiri, atau
bukanlah semata – mata kelebihan yang dimilikiseseorang, lebih dari itu
kreativitas merupakan bagian dari buah usaha seseorang. Kreativitas akan menjadi
seni ketika seseorang melakukankegiatan.Kreativitas salah satu sumber dari
keberbakatan. Keberbakatanmempunyai persamaan dengan genius karena
keduanya biasanyaberkaitan dengan kualitas intelektual, namun keberbakatan
seperti halnyatalent belum tentu terwujud dalam suatu karya unggul yang
mendapatpengakuan universal. Jadi tidak semua anak berbakat merupakan anak
genius, sedangkan anak yang cerdas lebih mengandung pengertian sebagai anak
yang memiliki intelegensi dan kecerdasan yang tinggi.11

Munandar, Utami , Dasar-Dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:


10

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1995)hlm. 93.

Rochayah, s, mengembangkan kreativitas anak melalui bermain plastisin pada sisiwa


11

kelompok B TK masyitoh 02 (perwokerto: 2012) hlm. 40.


Dari kajian ilmiah tersebut pendidik sedikitnya dapat melihat kreativitas
anak didik sedini mungkin agar dapat dikembangkan dengan bimbingan
danpenyuluhan sesuai dengan kreativitas anak didik masing – masing. Jikatidak
dikembangkan maka kreativitas yang ada bisa jadi hilang dan anakdidik
menjadi biasa saja, karena kreativitas terhambat dan tidak terwujud.Menurut
Kak Romy beberapa waktu terakhir, sedangdikembangkan pendekatan
BeyondCentersandCirclesTime (BCCT) ataupendekatan Centra dan Lingkaran
dalam proses mendidik anak usia dini yangdalam pendidikan TK dikenal dengan
Area. Lewat pendekatan ini anak diberikesempatan untuk bermain secara aktif dan
kreatif di sentra–sentrapembelajaran yang tersedia guna mengembangkan dirinya
seoptimal mungkinsesuai dengan potensi dan minat masing–masing.Untuk
memaksimalkan kreativitas seseorang, dapat dicapai melaluibeberapa tindakan
nyata. Ibarat pisau yang semula tumpul ingin ditajamkanmaka pisau itu harus
terus diasah. Menurut Nursisto Mengasah ketajaman daya kreasi dapatdilakukan
dengan beberapa cara antara lain aktif berapresiasi, gemarmerenung, responsive
terhadap kejadian sekeliling, sering berinisiatif,mendinamiskan otak, banyak
membaca dan menulis.Menurut Guilford dalam Nursisto kreatifitasmelibatkan
proses berfikir secara divergen. Sedangkan Parnes mengungkapkan bahwa
kemampuan kreatif dapat dibangkitkan melaluimasalah yang memacu pada lima
macam prilaku kreatif sebagai berikut :
a. Kelancaran (Fluency) yaitu kemampuan mengemukakan ide–ide
yangserupa untuk memecahkan suatu masalah.
b. Keluwesan (Flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan
berbagaimacam ide guna memecahkan suatu masalah diluar kategori
yang bisa.
c. Keaslian (Originalty) yaitu kemampuan memberikan respon yang
unikatau luar biasa..
d. Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan
pengarahanide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi
kenyataan.
e. Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan
menghasilkanmasalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
pengembangankreativitas terdapat pada bidang pengembangan seni, akan tetapi
sekarangpada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pengembangan
kretivitasterdapat pada bidang pengembangan fisik motorik halus anak usia dini.

B. Membuat Bentuk Dengan Media Bermain Plastisin


1. Konsep Dasar Media Plastisin
Telah dijelaskan pengembangan kreativitas dapat dikembangkan dengan
pusat anak (area) salah satu area yang dibutuhkan adalah area seni. Anna
Suhaenah,S. dalam Badru Zaman berpendapat bahwa sumber belajar adalah
manusia, bahan, kejadian, peristiwa, setting, tehnik yang membangun, kondisi
yang memberikan kemudahan bagi anak didik untuk belajar memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dengan media yang mudah didapat dan area
yang dibutuhkan, penulis mengambil plastisin dari tanah liat sebagai salah satu
media pembelajaran.12 Menurut BB Clay Designs, clay plastisin adalah lilin/
malam yang digunakan anak untuk bermain, plastisin dapat digunakan berulang –
ulang karena tidak untuk dikeraskan. Menurut kelompok belajar BB Clay
Designs, arti kata clay adalah tanah liat. Tanah liat adalah materi alam yang dapat
diolah dan dibentuk menjadi macam tembikar atau kita sebut juga keramik.
Menurut Well Min plastisin / lilin malam juga termasuk keluarga clay, biasanya
untuk mainan anak banyak dijual di toko dengan banyak warna dan mudah
dibentuk. Bentuk akhirnya tetap lunak dan dapat diolah kembali. Hampir semua
kegiatan di TK bisa memotifasi anak untuk melakukan percobaan dan kreatif.
Salah satu contohnya adalah dengan mengenalkan anak dengan seni rupa.
Menurut Sumanto, pembelajaran seni rupa di TK harus sejalan dengan hakekat
dan fungsi seni sebagai alat pendidikan adalah dengan mempertimbangkan aspek
edukatif, psikologis, karakteristik materi dan ketersediaan sumber belajar.

Rochayah, s, mengembangkan kreativitas anak melalui bermain plastisin pada sisiwa


12

kelompok B TK masyitoh 02 (perwokerto: 2012) hlm 43


Adapun aspek edukatif adalah pembelajaran yang dikembangkan
hendaknya dapat mendidik anak sejalan dengan perkembangannya. Aspek
psikologis yang dimaksud adalah perkembangan pikir, rasa dan emosional yang
berkaitan dengan karakteristik /sifat dasar anak yang serba ingin tahu. Aspek
karakteristik materi disesuaikan dengan kurikulum yang ada, sedangkan aspek
ketersediaan sumber belajar adalah sumber / bahan yang digunakan menarik bagi
anak, mudah didapat, praktis, dan aman penggunaannya. Di sini tersedia macam–
macam alat / media bermain salah satunya media plastisin dari tanah liat.
Dengan media plastisin ini anak dapat bermain sesuka hati sesuai dengan
keinginan/ imajinasi anak didik. Pembelajaran seni rupa dapat diajarkan dengan
cara bermain, menurut Patty Smith Hill dalam B.E.F.Montolalu, dkk,
memperkenalkan sebuah masa “bekerja–bermain” dimana anak– anak dengan
bebasnya mengeksplorasi benda – benda serta alat – alat bermain yang ada
dilingkungannya, mengambil prakarsa serta melaksanakan ide – ide
merekasendiri.
Dengan bermain plastisin ini, anak belajar meremas, menggilik,
menipiskan dan merampingkannya, ia membangun konsep tentang benda,
perubahannya dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Ia melibatkan
indra tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan koordinasi tangan dan
mata, mengenali kekekalan benda, dan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu.
Pestalozzi dalam Badru Zaman berkeyakinan, bahwa segala bentuk pendidikan
adalah berdasarkan pengaruh panca indra, dan melalui pengalaman – pengalaman
tersebut potensi – potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat
dikembangkan. Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik untuk
mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman, antara
lain dengan merasakan dan menyentuhnya. Pandangan Jean Piaget dan
LevVigotsky (pandangan konstruktivis) dalam Badru Zaman memiliki asumsi
bahwa, anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak mengkonstruksi /
membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan tersebut
diperoleh anak dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui interaksi
yang dilakukannya dengan lingkungan. Misalkan dengan cara bermain plastisin.
2. Tujuan Dan Manfaat Plastisin
Menurut Sumanto tujuan dimanfaatkannya lingkungan alam dan budaya
dalam pembelajaran seni rupa di TK adalah:
a. Agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan yang sudah
dikenal anak maka anak dapat menerima dan menguasai dengan baik
b. Agar pelajaran jadi relefan dengan kebutuhan siswa sesuai dengan
minat dan perkembangannya.
c. Agar lebih efisien murah dan terjangkau yakni dengan menggunakan
bahan alam, seperti tanah liat.
Karena pembelajaran yang disukai anak adalah melalui bermain maka
metode bermain plastisin sangat tepat untuk langkah awal pembentukan
kreativitas karena diawali dengan proses melemaskan plastisin dengan meremas,
merasakan, menggulung, memipihkan, dll. Menurut Piaget dalam E.Foreman
1193 dalam Yuliani Nurani Sujono menyatakan bahwa pengetahuan bukan hanya
berupa peniruan dari lingkungan anak melainkan lebih kepada mengonstuksi
pemikiran. Piaget (Furth,) dalam Yuliani Nurani Sujono menyatakan bahwa
pengetahuan adalah hasil dari pengonstruksian pemikiran secara aktif dengan
membuat hubungan antara obyek satu dengan obyek lainnya. Menurut piaget
(Foreman,) dalam Yuliani Nurani Sujono plastisin dari tanah liat juga
mempelajari bagaimana obyek dapat berubah posisi dan bentuknya, sesuai
keinginan atau khayalan anak menurut teori perubahan / transformasi.
3. Kelebihan dan Kelemahan Plastisin
Menurut Moedjiono 1992 dalam Dwijunianto mengatakan bahwa media
sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan– kelebihan: memberikan pengalaman
secara langsung, dan konkrit, tidak adanya verbalisme, obyek dapat ditunjukkan
secara utuh baik konstruksinya atau cara kerjanya dari segi struktur organisasi dan
alur proses secara jelas. Sedangkan kelemahannya tidak dapat membuat obyek
yang besar karena membutuhkan ruang besar dan perawatannya rumit.
4. Langkah – langkah Pembelajaran
Sebagai permulaan guru menunjukkan benda konkrit untuk diperlihatkan
pada anak didik misalkan gelas dan piring, kemudian guru membuat gelas
dan piring dengan plastisin tanah liat sesuai dengan contoh yang ada, kemudian
anak diajarkan untuk membuat yang sama dengan contoh atau membuat bentuk
lain sesuka anak. Guru membebaskan apapun yang dibuat anak, guru tidak boleh
membatasi atau menyalahkan apapun yang dibuat anak agar kreatif mereka
dapat berkembang. Sebaiknya belajar lilin/ plastisin dari tanah liat dilakukan di
lantai daripada di bangku/ meja, sehingga anak dengan leluasa berpindah tempat,
dapat duduk dengan nyaman dan dapat menikmati bermain plastisin tanah liat
sesuai khayalan anak. Untuk mengatasi kotornya tanah liat anak menggunakan
celemek plastik dan disediakan tempat cuci tangan beserta lap agar sewaktu
pembelajaran selesai anak dengan mudah dapat segera membersihkan tangannya.

C. Hubungan antara Kreativitas dengan Plastisin

Plastisin dapat meningkatkan kecerdasan ruang dan gambar karena palstisin


bisa membuat bentuk sesuai khayalan anak- anak. Menurut Teori Primary Mental
Abilities yang dikemukakan oleh Thurstone dalam Yuliani Nurani Sujiono,dkk
berpendapat bahwa kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer yang
salah satunya adalah pemahaman ruang (spatialfactors). Menurut Kak Romy
dengan memiliki kecerdasan ruang anak mampu menikmati dan menghargai suatu
hasil karya seni. Anak juga mampu memahami gambar berupa denah atau peta.
Kecerdasan ini dapat mengembangkan kreatifitas anak untuk menciptakan pola –
pola gambar yang baru.13
Apabila kecerdasan ruang dan gambar ini dikembangkan dan terasah
dengan baikmaka akan dapat membantu individu untuk menekuni berbagai
profesi kerja di masa yang akan datang. Berbagai profesi kerja yang dapat
ditekuni antara lain: arsitek,pemahat, pelukis, sutradara, perancang busana,
perencanaan tata kota, insinyur tehnik sipil atau insinyur tehnik mesin, pilot,
nahkoda,dll. Selain itu kreativitas dapat ditingkatkan dengan bermain plastisin
membuat berbagai macam bentuk, karena cara berfikir anak TK atau usia 5-6

Rochayah, s, mengembangkan kreativitas anak melalui bermain plastisin pada sisiwa


13

kelompok B TK masyitoh 02 (perwokerto: 2012) hlm.50.


tahun menurut piaget dalam Slamet Suyanto perkembangan kognitifnya sedang
beralih dari fase praoperasional ke fase konkret operasional. Cara berfikirkonkrit
berpijak pada pengalaman akan benda – benda konkrit, bukan berdasarkan
pengetahuan atau konsep – konsep abstrak. Ki Hajar Dewantara dalam Slamet
Suyanto menyatakan bahwa anak usia dini belajar paling baik dengan “Indria”
(indranya). Dengan menyentuh, meremas, memukul, atau memegang plastisin
anak akan dapat membuat berbagai bentuk apapun yang sering dijumpainya,
bahkan mereka dapat memanipulasinya menjadi berbagai bentuk yang
diinginkan.14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang


mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku.

14
Dewantara, Ki, Hadjar, Dewantara Bagian Pertama Pendidikan (Yigyakarta: Uts-
Press,2013)Hlm. 82.
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata, baik kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memAndangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian deskriptif
kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan
menginterpretasikan keadaan yang saat ini terjadi. Dengan kata lain penelitian
deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
menganai keadaan yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
informasi mengenai upaya meningkatkan kreativitas anak melalui permainan
plastisin.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Temapat
Tempat penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah di kota
Palembang. maka peneliti menentukan beberapa tempat yang lebih spesifik dalam
melakukan penelitian ini yaitu dijadikan sebagai tempat penelitian ini berdasarkan
hasil rekomendasi dari dosen pengampu dan prodi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 29 september sampai dengan 30
november, pada ada umunya penelitian kualitatif membutuhkan waktu yang lama,
karena tujuan penelitian kualitatif adalah penemuan, bukan sekedar pembuktian
hipotesis. Namun demikian penelitian kualitatif juga bisa berlangsung dalam
jangka waktu yang pendek asalkan sudah ditemukan data yang sudah jenuh.
C. Sember Data

Lofland dalam Lexy J. Moleong15 mengemukakan bahwa sumber data utama


dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada penelitian
ini digunakan beberapa sumber data sebagai berikut:
1. Kata-Kata dan Tindakan
Dalam penelitian kualitatif, kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama ini
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto, atau film. Dalam penelitian ini, kata-kata dan tindakan dapat
berupa hasil wawancara dan hasil observasi serta cacatan lapangan dari hasil
observasi yang peneliti lakukan, baik sebagai pengamat yang tidak diketahui
maupun sebagai pengamat berperanserta.
2. Sumber Tertulis
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis
dapat berupa sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi, dan dokumen resmi. Dalam penelitian ini, sumber tertulis dapat berupa
dokumen pribadi dari keluarga muda, seperti surat nikah suami dan istri.
Dokumen-dokumen pribadi ini dijadikan sebagai sumber data yang kemudian
dianalisis oleh peneliti sebagai pelengkap sumber data lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Nautiom dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan alat yang sangat canggih, sehingga
benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh
(benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
15
Lexsy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitativ (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014)Hlm.156.
Teknik observasi ini digunakan supaya peneliti melihat langsung keadaan di
Banjarnegara terkait mengenai pendidikan anak usia dini dan keluarga muda
melalui proses pengamatan dan pencatatan. Peneliti melihat dan mengamati
sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
tersebut dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh
data dan informasi dari narasumber terkait upaya meningkatkan kreativutas anak
melalui permaninanplastisin di RA Perwanida 2 palembang. Selain itu, dengan
wawancara peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari
narasumber.
E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian


adalah peneliti itu sendiri. Jadi, dalam penelitian ini instrumen penelitian yang
paling utama adalah peneliti sendiri, namun karena fokus penelitian sudah jelas
yaitu mengenai upaya menigkatkan kreativitas anak melalui permainan, maka dari
itu dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang berupa pedoman observasi
dan pedoman wawancara. Kedua pedoman ini digunakan untuk menjaring data
pada sumber data yang lebih luas dan mempertajam serta melengkapi data hasil
pengamatan dan observasi.
F. Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis data selama
di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman. Model ini terdiri dari tiga
tahap yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari itu
perlu dilakukan reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang diperoleh dapat lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk mencari data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyakinkan data. Penyajian
data bisa berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori atau pun
sejenisnya. Penyajian data ini dilakukan untuk memudahkan peneliti memahami
apa yang tejadi dan merencanakan kerja selanjutnya.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan awal dapat bersifat sementara, dan
dapat berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuatyang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabila telah ditemukan bukti yang
mendukung, kesimpulan dapat dijadikan sebuah temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada.
G. Validitas

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Namun pada penelitian kualitatif,
kebenaran realitas data tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada
konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental
tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa macam teknik untuk menguji kebenaran data, yaitu
sebagai berikut:
1. Ketekunan pengamatan
Dalam penelitian kualitatif, ketekunan pengamatan bagi peneliti
merupakan hal yang penting. Peneliti harus cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah
atau tidak sehingga data yang diperoleh menjadi akurat. Untuk meningkatakan
ketekunan peneliti, dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi buku
maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan
temuan yang diteliti yaitu terkait pendidikan anak usia dini dan keluarga muda.
Dengan membaca ini maka wawasanpeneliti akan semakin luas dan tajam,
sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau
dapat dipercaya atau tidak .
2. Menggunakan bahan referensi
Dalam hal ini, yang dimaksud menggunakan bahan referensi adalah
adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti. Bahan
referensi yang dijadikan pendukung dapat berupa data tentang interaksi manusia,
atau gambaran suatu keadaan yang perlu didukung oleh foto-foto, alat-alat bantu
perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycam, atau alat
rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah
ditemukan oleh peneliti.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah

1. Lokasi Lembaga

RA Perwanida 2 Palembang adalah sebuah lembaga pendidikan taman


kanak-kanak yang beralamat di Jl. Inspektur Marzuki kelurahan siring agung
terletak di dalam komplek MAN 3 Model Palembang. Didirikan pada Tahun 1979
dan bernaung dibawah Yayasan Perwanida Kanwil Kementrian Agung Provinsi
Sumatera Selatan.

2. Sejarah Lembaga

Dalam rangka menunjang kegiatan proses belajar mengajar bagi siswa-


siswi pendidikan GuruAgama (PGAN) Palembang Khususnya bagi mereka yang
mengambil jurusan TK untukmelaksanakan paktek mengajar, maka menjelang
awal semester pertama tepatnya pada tanggal 04 Juli 1979 dimulailah kegiatan
proses belajar mengajar pada RA Prwanida 2 Palembang yang pada saat itu
peserta didiknya diprioritaskan bagi anak-anak guru dan karyawan PGAN
Palembang.

Pada awal pendiriannya RA Perwanida 2 Palembang bernama “TK


TUNAS” sesuai dengan izin operasional dari Walikota Kepala Daerah Tingkat II
Palembang nomor 2634/Kesra/IIa/1981.Dan baru pada tahun pelajaran 1994/1995
mendapat izin resmi dari Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sumatera Selatan dengan keputusan Nomor : 45/I.11/F/1994 yang
berhubungan dibawah Yayasan Dhamawanita Sub Unit PGAN Palembang dengan
nama TK Tunas Perwanida II”. Dikarenakan lembaga pendidikan ini bercirikan
islam berdasarkan keputusan kepala kantor Departemen Agama Kota Palembang
nomor : KPTS/Kd.06.07/4/PP.00.4/1729/2009 tanggal 01 juli 2009 berubah
menjadi “ RA PERWANIDA 2” dengan nomor statistic (NSRA) 101216710002
dengan status Terdaftar.

3. Visi Dan Misi Lembaga

a. Visi
Unggul dalam prestasi, Akhlakulkarimah dalam prilaku serta bebas
buat baca hurup AL Quran.
b.Misi
a) Menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif
b) Menanamkan nilai-nilai moraldan agama pada anak sejak dini
c) Mengenalkan dan memberikan pembelajaran iqro pada anak
d) Meningkatakan dan mengembangkan kegiatan ekstra kulikuler dan
keagamaan
c. Tujuan
a) Terciptanya suaana yang menyenangkan dalam proses bermain
sambil belajar.
b) Terbentuknya Akhlakulkarimah pada anak.
c) Anak mampu membaca dan menulis huruf Al Quran.
d) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berpengetahuan, rajin
ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleransi
(Tsasamuh) berakhlakul karimah dan bertaqwa keapadabAllah
Subhanallahta’ala.

4. Struktur Organisasi Lembaga

Ketua Yayasan : Ekawati Fajri.SE


Kepala RA : Rosalina,S.Pd
Ketua komite : Mis Arnata
Guru Kelompok A : Isti Tri Juni Arisandi
: Bella
Guru Kelompok B1 : Basilah, S.Pd
: Putri,S.Pd
Guru kelompok B2 : Evi Wahyuni,S.Pd.I
: Muliana, S.Pd
Guru Kelompok B3 : Nava Urbach
: Mita Fitriani, S.Pd.I
Guru Kelompok B4 : Dewi Andriani
: Pintaria, S.Pd
Guru Kelompok B5 : Eldamiati, S.Pd.I
: Dewi Kartika, S.Pd.I
Guru Kelompok B6 : Mahdaniati, S.Pd.I
: Nyimas Fitri Lisnawati, S.Pd.I
Guru TPA/Agama : Nunung Nuraini
Guru B.Inggris : Dewi Kartika,S.Pd
Penjaga Lembaga RA : Harianto

5. Rombongan Belajar Dan Jumlah Anak Didik

Rombongan belajar terdiri dari


Kelompok A = 1 kelas
Kelompok B = 6 kelas
Jumlah Anak Didik = 150 orang

6. Program Kegiatan Belajar

Program Kegiatan Belajar di RA Perwanida 2 Palembang menggunakan


Kurikulum 2013 bertujuan untuk “ Membentuk anak didik mengembangkan
berbagai potensi yang dimilikinya, baik potensi psikis dan fisik melalui
pembinaan aqidah akhlaq sejak dini dengan pendekatan bermain sambal belajar,
belajar seraya bermain sehingga anak siap lahir dan batin memasuki jenjang
pendidikan berikutnya / dasar”. Program Kegiatan Belajar di RA Perwanida 2
Palembang di bagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Program kegiatan Pengembangan Pembentukan Perilaku,


maksudnya: Pada program ini di lakukan pembiasaan yang terus
menerus dan ada di dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga anak
terbiasa melakukan kebiasaan yang baik. Program ini meliputi :
Pengembangan agama Islam, Pengembangan moral Pancasila,
Pengembangan social ekonomi, dan Pengembangan kemandirian.
b. Program Kegiatan Pengembangan kemampuan Dasar, maksudnya:
Program ini telah tersusun dan terencana yang telah di tetapkan untuk
meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap
perkembangan anak sehingga anak siap memasuki jenjang pendidikan
dasar, program ini meliputi : Pengembangan Agama Islam, Bahasa,
Kognitif (Matematika dan Sains), Fisik / Motorik (Motorik kasar dan
Motorik halus, dan seni).

Program tersebut di atas di padukan dengan program kegiatan belajar yang


di integrasikan dengan pengembangan Agama Islam sebagai berikut :

a. Pendidikan Aqidah / Keimanan : Mengenai Allah melalui ciptanNya


Mengenai Allah melalui sifatNya, Mengenai Nabi dan Rasul utusan
Allah Swt, dan Mengenai kitab-kitab Allah.
b. Pendidikan ibadah : Praktek berwudhu, Praktek Sholat, Do’a-do’a
harian, Zakat, Infaq dan Shodaqoh, Manasik haji, Kalimat toyibah, dan
Hari-hari besar Islam.
c. Program kegiatan Ekstra kulikuler
Kegiatan Ekstra kulikuler yang memerlukan biaya :
- Majalah bulanan di berikan setiap bulan kepada anak - anak dan
diakhir semester di bawa pulang
- Drumband
d. Program Kegiatan Sekolah
- Kegiatan hari besar Islam : Maulid Nabi Muhammad SAW, Tahun
Baru Islam 1 Muharram, Pesantren Kilat di bulan Ramadhan, Idul
Adha.
- Kegiatan Hari Besar Nasional : HUT RI, Hari Kartini.
- Kegiatan lain-lain: Porseni, Penyemprotan DBD, Raport, UKS.
- Khusus untuk Kelompok B: Manasik Haji
7. Kelas Yang Diteliti
Kelas yang saya teliti di RA Perwanida 2 yakni kelas B3
yang wali kelasnya bernama Mita Fitriani, S.Pd.I dan guru pendamping yang
bernama Nava Urbach, kelas B3 ini berjumlah 18 anak, 12 anak laki-laki, 6 anak
perempuan. Di kelas ini saya mewawancarai guru pendamping kelas B3 yang
bernama bunda Nava, saya bertanya apakah ada anak yang mengalami kesulitan
dalam mengikuti pelajaran, beliau dengan rama menjawab pertanyaan saya, yang
mana bunda Nava masih kesulitan dalam mengajar anak di kelas B3 karena dapat
kita maklumi bahwa butuh proses dalam mengajar anak-anak dikelas B3 ini,
beberapa anak di kelas ini ada yang pendiam dan yang aktif kemudian ada yang
lamban dalam merespon apa yang di intruksikan oleh bunda Nava dan bunda
Mifta.

Dikelas ini saya mengamati kreativtas anak yang mana saya mengajak
anak di kelas B3 bermain plastisin, untuk mengetahui perkembangan dan
kekreativan anak, selaian mengetahui perkembangan motorik, perkembangan
sosial emosional, kognitif dan seni dapat kita lihat dalam anak bermain pelastisin,
dan juga kreativitas anak dalam berfikir dan mengembangankan imajinasinya.
Tidak seluruh anak di kelas B3 ini memiliki motorik yang bagus ada lima anak
yang saya lihat masih belum berkembang seperti motorik, kognitif, sosial
emosional nya, maka dengan ini saya mengajak anak-anak di kelas B3 ini bermain
plastisin guna melihat kreativitas anak, dengan demikian melatih motorik,
kognitif, sosial emosional, dan seni anak, agar anak aktif dalam bermain plastisin
dan juga kretivitas anak dalam mengembangkan imajinasinya.

B. Karakteristik anak

1. Anak Yang Di Teliti

Di kelas B3 ini saya meneliti keseluruhan anak tidak memfokuskan satu


anak yang saya teliti yakni upaya meningkatkan kreativitas anak melalui
permainan plastisin di RA Perwanda 2 plalembang, di kelas B3 ini rata-rata anak
mulai berkembang kretivitasnya namun masih ada beberapa yang masih
mengalami kesulitan dalam meremas plastisin. Menurut jeffree, mcconkey dan
hewson ( 1984: 15-18 ) berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan
bermain pada anak yang perlu dipahami oleh guru, yaitu:
a. Bermain muncul dari dalam diri anak
b. Bermain harus bebas tidak mengikat, kegiatan untuk dinikmati
c. Bermain aktivitas nyata dan sesungguhnya
d. Bermain difokuskan pada proses dari pada hasil
e. Bermain harus didominasi oleh pemain
f. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain

Dikelas B3 ini saya meliahat anak –anak tertarik bermain plastisin secara
tidak langsung anak tertarik dan tidak juga mengikat, anak-anak menikmati
permainan plastisin tersebut.

2. Nama-Nama Anak
Kelas B3

No NAMA ANAK NIS L/P


1 Alisha derlin meinanda 2078 P
2 Anindita keisha 2079 P
3 M . Abidimas 2080 L
4 M . alfarizhi 2081 L
5 M . awwad chulashy 2082 L
6 M . fadal ubaidillah 2083 L
7 M . maulana 2084 L
8 M . arka 2085 L
9 M . razqo 2086 L
10 M . sekhi zaidan 2087 L
11 Naura dellia 2088 P
12 Neng sri asusti 2089 P
13 Omar azeem dzaki 2090 L
14 Said al fatih 2091 L
15 Ahmad raihan - L
16 Shafira riski 2092 P
17 Syafiqoh al – husna 2093 P
18 Syakira akifah neila 2094 P
Daftar Tabel I: Nama-Nama Anak
3. Kemampuan Anak Secara Keseluruhan

Di kelas B3 ini kemampuan kretivitas anak secara keseluraha rata-rata


mulai berkembang dan bekembang sesuai harapan karena saya mengamati anak-
anak di kelas B3 ini dengan menggunakan plastisin atau bermain plastisin, saya
juga dapat melihan bahwa secara keseluruhan mereka juga tertarik dengan
permainan plastisin tersebut, di kelas ini saya menggunakan instrumen untuk
mengobservasi keseluruhan tidak memfokuskan satu anak.

 Instrumen Penilaian Observasi Keseluruhan

No Indikator Skor
BB MB BSH BSB
1 Apakah anak dikelas 
B mampu mengikuti
intruksi guru dalam
proses permaninan
plastisin
2 Bagaimana keaktifan 
anak dalam proses
bermain plastisin
3 Ketertarikan anak di 
kelas B dalam proses
permainan plastsin
4 meremas plastisin 
dengan menggunakan
tangan lima jari atau
sepuluh jari
5 Anak bertanya apa 
yang akan mereka
buat
6 Anak menunjukan 
hasil yang mereka
buat dari bermain
plastisin kepada guru
7 Bagaimana seni anak 
dalam proses
permainan plastisin
8 Perkembengan fikir 
anak dalam proser
bermain plastisin
9 Memahami gambar 
yang mereka buat
dari plastisin tersebut
10 Apakah anak di kelas 
B ini sudah bisa
meremas,
menggulung plastisin
dengan lima atau
sepuluh jari
11 Menghargai karya 
yang dibuat oleh
dirinya sendiri
12 Menghargai karya 
temannya
Daftar Tabel II: Penilainan Onservasi Keseluruhan

Ket ;
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembangan Sesuai Harapan
BSB : Berkembangn Sesuai Harapan
Hasil dari penilaian obsevasi keseluruhan anak di kelas B3 ini rata-rata
mulai berkembang dan berkembang sesuai harapan, dapat kita lihat kretivitas
anak di kelas B3 ini memlalui permainan plastisin karena permainan plastisin ini
guna untuk mengembangkan kretivitas anak-anak.
 Hasil Observasi Kretivitas Anak kegiata I

No Nama Indikator

meremas plastisin dengan


menggunakan tangan lima jari

BB MB BSH BSB KET


1 
Alisha derlin
meinanda
2 Anindita keisha 
3 M . Abidimas 
4 M . alfarizhi
5 M . awwad chulashy 

6 M . fadal ubaidillah 

7 M . maulana 
8 M . arka
9 M . razqo 
10 M . sekhi zaidan 
11 Naura dellia
12 Neng sri asusti 

13 Omar azeem dzaki 


14 Said al fatih 
15 Ahmad raihan
16 Shafira riski 
17 Syafiqoh al – husna 
18 Syakira akifah neila 
Daftar Tabel: III Hasil Kegiatan 1

Ket : hasil observasi kegiatan I ini yang mana meremas plastisin dengan
lima jari atau sepuluh jari di kegiatan ini anak anak berkembang sesuai harapan
walaupun ada beberapa yang mulai berkembang, mereka tida kesulitan dalam
meremas plastisin namun hanya bisa dipukul-pukul dan di tekan-tekan.

 Hasil Observasi Kretivitas Anak kegiata II

No Nama Indikator

Membuat tulisan nama sendiri dari


plastisin
BB MB BSH BSB KET
1 
Alisha derlin
meinanda
2 Anindita keisha 

3 M . Abidimas 

4 M . alfarizhi
5 M . awwad chulashy 

6 M . fadal ubaidillah 

7 M . maulana 
8 M . arka
9 M . razqo 
10 M . sekhi zaidan 
11 Naura dellia
12 Neng sri asusti 

13 Omar azeem dzaki 

14 Said al fatih 

15 Ahmad raihan 

16 Shafira riski 
17 Syafiqoh al – husna 
18 Syakira akifah neila 
Daftar Tabel IV: Hasil Kegiatan 2

Ket : hasil observasi kegiatan II ini saya tidak menemukan anak yang
mengalami kesulitan dalam membuat nama nya sendiri kenapa di kegiatan II ini
saya memberi penilain kebanyakan mulai berkembangn dari pada berkembangan
sesuai harapan karena meraka rata-rata bisa membuat namanya sendiri walaupun
terbalik atau kelru membuat huruf dari plastisin, selain itu mereka harus diarahkan
karena jika tidak diarah kan anak akan diam atau malah membuat sesuatu yang
lain.

 Hasil Observasi Kretivitas Anak kegiatan III

No Nama Indikator

Membuat bentuk sesuai yang anak


inginkan
BB MB BSH BSB KET
1 
Alisha derlin
meinanda
2 Anindita keisha 
3 M . Abidimas 
4 M . alfarizhi
5 M . awwad chulashy 

6 M . fadal ubaidillah 

7 M . maulana 
8 M . arka
9 M . razqo 
10 M . sekhi zaidan 

11 Naura dellia
12 Neng sri asusti 

13 Omar azeem dzaki 

14 Said al fatih 

15 Ahmad raihan 

16 Shafira riski 
17 Syafiqoh al – husna 
18 Syakira akifah neila 
Daftar Tabel V: Hasil Kegiatan 3

Ket : pada hasil kegiatan III ini sesuai yang diinginkan anak karena jika
tentukan membuat segitiga atau membuat bunga dari plastisin, membuat anak
terikat maka dari itu di kegiatan III ini membuat sesuai keingan mereka, dan juga
disi kita dapat melihat mana anak yang kretivitas daya fikirnya berkembang,
sebagian mulai bisa berkembang sesuai harapan dan banyak yang mulai
berkembang.

 Hasil Observasi Kretivitas Anak kegiatan IV

No Nama Indikator

Membuat berbagai macam karya

BB MB BSH BSB KET


1 
Alisha derlin
meinanda
2 Anindita keisha 

3 M . Abidimas 

4 M . alfarizhi
5 M . awwad chulashy 

6 M . fadal ubaidillah 

7 M . maulana 

8 M . arka 

9 M . razqo
10 M . sekhi zaidan 

11 Naura dellia
12 Neng sri asusti 

13 Omar azeem dzaki 

14 Said al fatih 

15 Ahmad raihan 

16 Shafira riski 

17 Syafiqoh al – husna 

18 Syakira akifah neila 

Daftar Tabel VI : Hasil Kegiatan 4

Ket : pada kegiatan empat ini kenapa semuanya mulai berkembang karena
saya mengamati bahwa anak-anak di kelas B3 ini keseluruhan anak hanya dapat
membuat bentuk lonjong yang berbeda – beda ada yang membuat lingkaran
berbentuk donat tetapi walaupun anak hanya membuat bentuk seperti itu
kretivitasnya mulai berkembang selain kretivitas perkembangan kognitif,
emosional, motorik, dan seni anak juga mulai berkembang, jadi di kelas B3 ini
saya mengapresiasi hasil dari kegiatan anak bermain plastisin.
BAB V
A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan


penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya
meningkatkan kreativitas anak melalui permainan plastisin di RA
perwanida 2.
B. Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberkonstribusi dalam


memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bindang
pendidikan, yaitu terkait dengan masalah kreativitas terhadap
anak. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
konstribusi dalam memperkaya ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan mata kuliah pendidikan anak usia
dini.Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kreativitas anak melalui plastisin pada siswa RA perwanida2

Bagi akademisi penelitian ini diharapkan menambah


pengetahuan penelitian mengenai krativitas anak usia dini,
selain itu, penelitian juga dapat menjadi litelatur bagi akademisi
lain yang ingin mengkaji lebih jauh menganai kreatvitas anak.
Bagi guru khususnya bagi pembaca, penelitian ini diharapkan
dapat pengetahuan mengenai kreativitas anak usia dini.

DAFTAR FUSTAKA

B, E, Hurlock, 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Usia (Jakarta: Erlangga)

Dewantara, Ki, Hadjar, 2013. Dewantara Bagian Pertama Pendidikan (Yigyakarta: Uts-
Press)
Habisa S. Rahman,2002, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
( Yogyakarta: PGTKI Press)
Munandar, Utami ,1995. Dasar-Dasar Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi)
Mulyani, Novi, 2019. Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya)
Lexsy, J, Moleong, 2014. Metodologi Penelitian Kualitativ (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, )
Rochayah, S, 2012. Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain
Plastisin Pada Sisiwa Kelompok B TK Masyitoh 02 (Perwokerto)

LAMPIRAN

Gambar I: Guru Memberikan Arahan Sebelum

Bermain Plastisin
Gambar II: Plastisin yang di gunakan

Anda mungkin juga menyukai