Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

METODE PENGEMBANGAN PERKEMBANGAN NILAI


AGAMA DAN MORAL ANAK USIA DINI MELALUI
METODE BERMAIN

Mata Kuliah : Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak


Dosen Pengampu: Sera Yuliantini, M.Pd

Oleh:

SITI
NIM: 103.2022.023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. Karena Berkat nikmat dan Rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa sholawat dan salam
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membebaskan kita dari zaman
kebodohan.

Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang


membutuhkan baik dunia pendidikan ataupun para akademis yang ingin
meningkatkan pengetahuannya. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini
penyusun minta maaf. Karena kealpaan dan kekhilafan itu adalah sifat manusia
yang nyata di dunia. Apabila ada kritik dan saran membangun dalam penulisan
maupun dalam pembahasan makalah ini demi kemajuan pendidikan, sangat
diharapkan.

Akhir kata dari penyusun mengucapkan terima kasih.

Sambas, 8 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Definisi Metode Bermain........................................................................................6
B. Langkah-langkah Penerapan Metode Bermain....................................................8
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan nilai moral agama erat kaitannya tentang budi pekerti
seorang anak, sikap sopan santun, kemauan melaksanakan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari. Pembahasan filosofis tentang budi pekerti khususnya dari
segi pendidikan moral sebagaimana dikemukakan oleh Kilpatrick (dalam Zuriah,
2011: 63) akan terus berkembang dengan berbagai pendapat dan aspek budi
pekerti, nilai moral dan keagamaan. Dalam lingkup perkembangan nilai-nilai
agama dan moral anak diharapkan dapat membedakan prilaku baik dan buruk.
Beberapa cara yang dilakukan orang tua untuk mengembangkan sikap nilai
moral-agama pada anak adalah sebagai berikut; memberi contoh. Anak usia dini
mempunyai sifat suka meniru, karena orang tua lingkungan pertama yang ditemui
anak, maka ia cenderung meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Di sinilah
peran orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak. Pengembangan
moral agama pada program Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting
keberadaannya, jika hal itu telah tertanam dan terpatri dengan baik dalam setiap
insane sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak
bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya (Yani, 2011:43).
Pengembangan aspek nilai-nilai agama dan moral anak usia dini dilakukan
dengan kegiatan pembiasaan rutin dan keteladanan yang dilakukan oleh anak
sehari-hari membuat seorang pendidik harus merancang kegiatan pembelajaran
yang lebih terprogram apalagi menyangkut media dalam pembelajarannya. Ini
sangat berpengaruh karena pembelajaran anak usia dini masih dalam kondisi
bermain yang perencanaannya meliputi hal-hal yang menarik dan menyenangkan
bagi anak. Media akan sangat menunjang perkembangan aspek perkembangan
pada anak.
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus di
kembangkan. Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa.
Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. Menurut Brek (dalam Sujiono,
2013:6) pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak sedang

4
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.
Pendidikan anak usia dini sangatlah penting untuk mengembangkan dan
menstimulus potensi anak, dimana anak usia dini berada dalam dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, baik fisik maupun mental
(Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila usia dini dikatakan sebagai usia emas
(golden age), dimana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan
cepat. Pada masa ini khususnya usia 4-6 tahun anak mengalami masa peka,
dimana anak sensitif untuk menerima berbagai stimulus. Masa peka adalah masa
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan pshikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sekitar anak.
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan pondasi dasar
dalammengembangkan kemampuan fisik dan motorik, kognitif, bahasa, sosio-
emosional, moral serta nilai-nilai agama yang mana tercantum dalam Permen 58
tahun 2009 dijabarkan pada dua aspek bidang pengembangan, yaitu: 1) bidang
pengembangan prilaku atau pembiasaan yang meliputi: Moral, Agama, Sosio
Emosional dan Kemandirian; 2) bidang kemampuan dasar, meliputi: Bahasa,
Kognitif, dan Fisik Motorik. Pengembagan diberikan untuk persiapan memasuki
pendidikan dasar (Suyanto, 2005: 15).

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Metode Bermain
2. Apa saja Langkah-langkah Penerapan Metode Bermain?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Metode Bermain
Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan untuk anak usia dini. Dengan menggunakan strategi, metode/bahan
dan media yang menarik, permainan dapat diikuti anak secara menyenangkan.
Melalui bermain anak diajak untuk berekplorasi (penjajakan), menemukan, dan
memanfaatkan berbeda-beda di sekitarnya (Suyadi & Maulidya Ulfah, 2013: 34).
Lanjut, Suyadi & Maulidya Ulfah mengutip pendapatnya Montessori bahwa
permainan sebagai “kebutuhan batiniah” setiap anak karena bermain mampu
menyenangkan hati, meningkatkan keterampilan dan meningkatkan
perkembangan anak. Konsep bermain inilah yang kemudian disebutnya sebagai
belajar sambil bermain.
Sedang menurut Elizabeth Hurlock seperti dikutip oleh Suyadi (2010: 283)
mendefinisikan bermain atau permainan sebagai aktivitasaktivitas untuk
memperoleh kesenangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bermain merupakan
lawan dari kerja. Jika bermain dilakukan dengan penuh kesenangan dan
kebahagiaan, bekerja belum tentu harus dilakukan dengan bahagia. Jika bermain
bisa dilakukan tanpa beban, bekerja harus dilakukan dengan beban kewajiban
tertentu. Jika bermain dilakukan tanpa tujuan atau hasil, bekerja selalu
berorientasi pada hasil. Bermain merupakan cara belajar yang sangat penting bagi
anak usia dini tetapi sering kali guru dan orang tua memperlakukan mereka sesuai
dengan keinginan orang dewasa, bahkan sering melarang anak untuk bermain.
Akibatnya, pesan-pesan yang akan diajarkan orang tua sulit diterima anak karena
banyak hal yang disukai oleh anak dilarang oleh orang tua, sebaliknya banyak hal
yang disukai orang tua, tetapi tidak disukai anak. Untuk itu, orang tua dan guru
pada lembaga pendidikan anak usia dini perlu memahami hakikat perkembangan
anak dan hakikat pendidikan anak usia dini, agar dapat memberi pendidikan yang
sesuai dengan jalan pikiran dan tingkat perkembangan mereka (Mulyasa, 2012:
167).

6
Papalia seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human
Development seperti dikutip oleh Imam Musbikin (2010: 77) mengatakan bahwa
anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain.
Dengan bermain, anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-
indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa
lingkungan yang ia tinggali, dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.
Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian
baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta
memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak
akan terlatih serta kemampuan kognitif dan kemampuan interaksi dengan orang
lain akan berkembang.
Menurut Mulyasa (2012: 169-173) jenis-jenis bermain yang dapat
digunakan sebagai metode pembelajaran bagi anak usia dini yaitu bermain sosial,
bermain dengan benda, dan bermain peran.
1. Bermain Sosial
Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara bermain anak dan dia
akan memperoleh kesan bahwa partisipasi anak dalam kegiatan bermain
dengan teman-temannya akan menunjukkan derajat partisipasi yang
berbeda. Parterm mengelompokkan kegiatan bermain berdasarkan derajat
partsipasi seorang dalam bermain; yaitu unoccupied play (tidak peduli),
solitary play (soliter), onlooker play ((penonton), parallel play (pararel),
assosiative play (asosiatif) dan cooperative play (kooperatif).
2. Bermain dengan Benda
Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika anak dalam
menggunakan atau mempermainkan benda-benda tertentu dan benda-
benda tersebut dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang
bermainnya. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini
harus menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan benda-
benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman bagi anak-anak
dalam bermain. Tipe bermain dengan benda meliputi bermain praktis,
bermain simbolik, dan bermain dengan aturan.

7
3. Bermain Peran
Pendidikan anak usia dini sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik
yang berkaitan dengan bidang pengembangan maupun menyangkut
hubungan sosial. Melalui bermain peran, anak-anak mencoba
mengekplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya
dan mendiskusikannya sehingga secara bersamasama dapat mengekplorasi
perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai
suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi
dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu anak-anak
menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya.
Dalam pada itu, melalui model ini anak-anak diajak untuk belajar
memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan
kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas.
Metode permainan dapat digunakan oleh orang tua atau pendidik dalam
mengoptimalkan perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini. Permainan
yang dapat digunakan diantaranya permainan tepukan. Permainan tepukan ini
merupakan suatu gerakan bermain yang menggabungkan aktivitas fisik dan
aktivitas khayal. Ada beberapa permainan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang nilai agama dan moral yaitu tepukan anak
sholeh, tepuk wudhu, tepuk malaikat, tepuk tenang, tepuk jari, dan tepuk sholat.
Kemudian permainan yang dapat digunakan adalah permainan alat
pendidikan, salah satu alat permainan pendidikan yang dapat digunakan adalah
permainan puzzle hijaiyah.
B. Langkah-langkah Penerapan Metode Bermain
Bentuk pelaksanaan kegiatan program pengembangan Moral dapat
dilakukan dengan cara rutin,, spontan, keteladanan, dan terprogram dengan
metode: berceritera, bernyanyi, bersajak, karyawisata, permainan tradisional, dan
sebagainya.
Secara umum tujuan pengembangan nilai agama pada diri anak adalah
meletakkan dasar-dasar keimanan dengan pola takwa kepada-Nya dan keindahan
akhlak, cakap, percaya pada diri sendiri, serta memiliki kesiapan untuk hidup di

8
tengah-tengah dan bersama-sama dengan masyarakat untuk menempuh kehidupan
yang diridhai-Nya. Adapun tujuan khusus pengembangan nilai agama pada anak-
anak usia prasekolah yaitu:
1. Mengembangkan rasa iman dan cinta terhadap Tuhan
2. Membiasakan anak-anak agar melakukan ibadah kepada Tuhan
3. Membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai
agama
4. Membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan.
Dalam melaksanakan program pembentukan perilaku melalui pembiasaan,
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Guru menciptakan hubungan yang baik dan akrab sehingga tidak ada
kesan bahwa guru adalah figur yang menakutkan bagi anak.
2. Guru senantiasa bersikap dan bertingkah laku yang dapat dijadikan
contoh/teladan bagi anak
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk membedakan dan memilih
mana perilaku yang baik dan mana yang tidak baik. Guru sebagai
pembimbing hanya mengarahkan dan menjelaskan akibat-akibatnya.
4. Dalam memberikan tugas kepada anak agar diusahakan berupa ajakan dan
perintah dengan bahasa yang baik.
5. Agar anak mau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan guru
memberikan rangsangan (motivasi) dan bukan paksaan.
6. Apabila ada anak yang berperilaku berlebihan, hendaknya guru berusaha
untuk mengendalikan tanpa emosi.
7. Terhadap anak yang menunjukkan perilaku bermasalah, peran guru adalah
sebagai pembimbing dan bukan penghukum.
8. Pelaksanaan program pembentukan perilaku bersifat luwes/fleksibel.
Untuk mencapai keberhasilan pembentukan kepribadian anak agar mampu
terwarnai dengan nilai-nilai agama, maka perlu didukung oleh unsur keteladanan
dari orang tua dan guru. Untuk tujuan tersebut dalam pelaksanaannya guru dapat

9
mengembangkan strategi pembelajaran dalam bentuk kegiatan terprogram,
kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan keteladanan.
1. Kegiatan pengembangan nilai agama secara terprogram dilaksanakan
dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan anak secara individual, kelompok, dan atau klasikal di dalam
maupun di luar kelas.
2. Kegiatan pengembangan agama secara tidak terprogram dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Kegiatan Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti:
berdo’a, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan
kebersihan dan kesehatan diri.
b. Kegiatan Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian
khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang
sampah pada tempatnya, antri, mengatasi pertengkaran, dan lain-lain.
c. Kegiatan Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-
hari seperti: berdo’a, berpakaian rapi, berbahasa yang baik, gemar
menolong, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, , sabar,
dan lain-lain.
Dalam proses pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama bagi anak
usia Taman Kanak-kanak, muatan materi pembelajarannya harus bersifat:
1. Aplikatif: materi pembelajaran bersifat terapan, yang berkaitan dengan
kegiatan rutin anak sehari-hari dan sangat dibutuhkan untuk kepentingan
aktivitas anak, serta yang dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
2. Enjoyable: pengajaran materi dan materi yang dipilih diupayakan mampu
membuat anak senang, menikmati dan mau mengikuti dengan antusias.
3. Mudah ditiru: materi yang disajikan dapat dipraktekkan sesuai dengan
kemampuan fisik dan karakter lahiriah anak.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan nilai agama, moral dalam program pendidikan anak usia
dini (AUD) dimasukkan dalam bidang pembentukan perilaku yang dilakukan
secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak di PAUD. Tujuan
pengembangan nilai-nilai/ pembentukan perilaku adalah mempersiapkan anak
sedini mungkin mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai
agama dan moral sehingga dapat hidup sesuai dengan norma-norma yang dianut
oleh masyarakat. Pembentukan perilaku ini berfungsi untuk mencapai beberapa
hal: Menanamkan pembiasaan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai agama
dan moral sehingga anak dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung
oleh Masyarakat Membantu anak agar tumbuh menjadi pribadi yang matang dan
mandiri Menanamkan budi pekerti yang baik Melatih anak untuk dapat
membedakan sikap dan perilaku yang baik dan yang tidak baik sehingga dengan
sadar berusaha menghindarkan diri dari perbuatan tercela Sebagai wahana untuk
terciptanya situasi belajar anak yang berlangsung tertib, aktif, dan penuh perhatian
Melatih anak didik untuk mencintai lingkungan yang bersih dan sehat
Menanamkan kebiasaan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah, Siti. (2018). Perkembangan Nilai Agama dan Moral (STTPA tercapai).
Jurnal Paramurobi. Vol.1. No.1.

Zaini, Ahmad. (2015). Bermain Sebagai Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini.
Jurnal Pendidikan. Vol.3. No.1.

12

Anda mungkin juga menyukai