Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

“PERTUMBUHAN, KEMATANGAN DAN MANFAAT PAUD”

Dosen Pengampu :
Vivi Yumarni, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 6
SALAMIAH

SEMESTER III
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI
2109

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini “Pertumbuhan, Kematangan dan Manfaat PAUD”. Meskipun banyak
kekurangan didalamnya dan juga kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu yaitu
Ibu Vivi Yumarni, M.Pd.I., selaku Dosen Mata Kuliah yang telah memberkan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna, kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik dan saran usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan dating. Mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Bila ada
kesalahan kami mohon maaf karena kami hanya manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Sudikah bapak dan ibu memaafkan kesalahan kami, karena kami masih
dalam proses belajar.

Jambi, 13 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………… i


Kata Pengantar ……………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Makalah …………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 2
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini …………………………………………….. 2
2.2 Konsep Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini ………….. 2
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini ……………………… 3
2.4 Kematangan Anak ………………………………………………………. 5
2.5 Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini …………………………………… 6
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 8
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 8
3.2 Saran …………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mencetak generasi unggul dan ”sukses hidup” di tengah persaingan global
dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya. Menyelenggarakan pendidikan yang
membebaskan anak dari tindak kekerasan. Menyelenggarakan pendidikan yang
memperlakukan anak dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan yang
memanusiakan anak. Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hak-hak anak. Hal
tersebut akan terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan fondasi bagi perkembangan
kualitas sumber daya manusia selanjutnya. Karena itu peningkatan penyelenggaraan
PAUD sangat memegang peranan yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa
mendatang. Arti penting mendidik anak sejak usia dini dilandasai dengan kesadaran
bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan (the Golden Age), karena dalam
rentang usia dari 0 sampai 5 tahun, perkembangan fisik, motorik dan berbahasa atau
linguistik seorang anak akan tumbuh dengan pesat. Selain itu anak pada usia 2 sampai 6
tahun dipenuhi dengan senang bermain. Konsep bermain sambil belajar serta belajar
sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada
pengembangan kemampuan yang lebih beragam, sehingga di kemudian hari anak bisa
berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini?
2. Seperti apa Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini?
3. Bagaimana Pertumbuhan dan Kematangan Anak Usia Dini?
4. Apa saja Manfaat PAUD?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui bentuk penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
2. Untuk mengetahui konsep dasar PAUD
3. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan kematangan anak usia dini

iv
4. Untuk mengetahui manfaat dari PAUD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu (a) masa bayi lahir sampai 12 bulan,
(b) masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, (c) masa prasekolah usia 3-6 tahun, (d) masa
kelas awal SD 6-8 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu
diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta,
sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan
pribadi yang utuh.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini
merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai
dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical,
intelligence, emotional, social education.
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan
yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan
pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk
mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan,
melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-
ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

2.2 Konsep Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa
mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD

v
menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu
pengetahuan secara optimal. Hal ini harus dimengerti oleh setiap orang tua, dengan
memberikan stimulasi yang tepat agar kemampuan anak tersebut teraktualisasi dan
berkembang dengan optimal.
Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan dalam
bentuk formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki
kekhasan tersendiri. Berikut ini akan dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada pada
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal adalah
Taman Kanak-Kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis. Penyelenggaraan pendidikan
bagi anak usia dini pada jalur nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas
kebutuhan dari masyarakat sendiri, khusunya bagi anak-anak yang dengan
keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan formal (TK atau RA). Pendidikan dijalur
informal ini dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan informal bertujuan
memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika dan
kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya
cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakan
pendidikan anak usia dini yaitu:
a. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
b. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini


Catron dan allen (1999:23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek
perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional,

vi
sosialisasi, komunikasi, kognisi dan ketrampilan motorik sangat penting dan harus
dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi.
Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan
sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain yang kreatif. Ada enam aspek
pertumbuhan pada anak usia dini :
a. Kesadaran Personal
Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal.
b. Pengembangan Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi
masalah dengan cara yang positif.
c. Membangun Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi
dengan anak yang lain. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan
rasa sosialisasi anak.
d. Pengembangan Komunikasi
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan
kemampuan berbahasa anak. Melalui komunikasi inilah anak dapat
memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta
pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan
anak-anak lain.
e. Pengembangan Kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan
lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya,
serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.
f. Pengembangan Kemampuan  Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk
menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot
besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan
peseptual motorik.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak menurut Erik


Erikson dalam Malcolm Knowles adalah sebagai berikut:
a. Tahap kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus misstrust), Pada
tahap ini, anak mengalami konflik antara percaya dan tidak percaya. Rasa

vii
percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil
ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan.
b. Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and
doubt), Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau atonomi mereka dan
menyadari kemauan mereka. Jika orangtua cenderung menuntut terlalu
banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya,
maka anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu.
c. Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiatif versus guilt), Pada tahap ini anak
terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka
menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan
permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri.
d. Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority), Pada
tahap ini, anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan
segala aturan dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Perasaan anak akan
timbul rendah diri apabila tidak bisa menguasai keterampilan yang diberikan
disekolah.

2.4 Kematangan Anak


Seiring dengan bertambahnya usia secara normal maka tingkat kematangan cara
berperilaku akan bertambah, meskipun tingkat kematangan itu tidak selalu sama pada
setiap anak. Tingkat kematangan itu dipengaruhi baik oleh factor internal maupun
eksternal. Bagaimana stimulus dari factor-faktor itu mampu mendorong perkembangan
sensorik, motorik, dan perceptual bagi anak tersebut. Sebenarnya dari setiap tahapan
perkembangan anak terjadi kematangan baik dari cara berpikir, maupun bertindak. Itu
dikarenakan disetiap fase atau tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki
bentuk tersendiri.
Menurut Piaget tahapan ini dibagi dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut:
1) Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri
anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang,
karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata
terbesarnya adalah 'menangis'.

viii
2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia
tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga
memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun
pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun
mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
3) Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam
kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat
dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
4) Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena
mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit
maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.

2.5 Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini


Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan pendidikan dibutuhkan untuk mencapai cita-cita dan
untuk menghadapi persaingan hidup di masa depan. Kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan anak sejak dini mendorong orang tua untuk mengikutsertakan
anaknya yang masih balita dalam kelas pendidikan anak usia dini (PAUD). Berikut
beberapa manfaat dari pendidikan anak usia dini.
1. Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Emosional
Pendidikan anak usia dini memfasilitasi anak mendapatkan lingkungan sosial
yang sesuai untuknya.  Di sini ia dapat berinteraksi dengan lebih banyak teman
sebaya sehingga meningkatkan keterampilan sosial dan emosional.
2. Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Berbahasa
Anak akan diajarkan untuk bicara dengan bahasa formal saat di dalam kelas.
Guru juga akan memberikan bimbingan mengenai cara berbicara yang baik dan
sopan. Beberapa aktivitas seperti bermain dan bernyanyi juga bermanfaat
menambah kosa kata anak.
3. Meningkatkan Keterampilan Motorik
Aktivitas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui
kegiatan yang mengandalkan gerakan jari-jari tangan misalnya menulis,

ix
memegang, mewarnai, dsb. Aktivitas tersebut juga dapat meningkatkan
keterampilan motorik kasar melalui kegiatan yang mengandalkan gerakan
tangan dan kaki misalnya memukul dan menendang.
4. Mengembangkan Kreativitas
Anak yang mengikuti kelas PAUD cenderung lebih cepat mengembangkan
kreativitasnya. Beberapa aktivitas di kelas membantu anak mengembangkan
kreativitasnya.
5. Meningkatkan Daya Imajinasi
Banyak aktivitas di kelas yang mendorong anak mengembangkan kemampuan
imajinasinya misalnya dari mendengarkan cerita, pengenalan tokoh pahlawan,
pengenalan profesi, dan lain sebagainya.
6. Memahami Nilai-Nilai Penting dalam Kehidupan
Guru di kelas sering memberikan pelajaran dalam bentuk cerita untuk mengajari
anak mengenai pentingnya nilai-nilai ketuhanan, kasih sayang, sopan santun,
kebenaran, dan lain sebagainya.
7. Meningkatkan Aktivitas Fisik
Mengikuti kelas PAUD membantu anak meningkatkan aktivitas fisik yang
jarang dilakukan di rumah. Beberapa kegiatan yang membantu anak lebih
banyak bergerak antara lain senam, olahraga, bermain, menari, dan lain
sebagainya.
8. Mempersiapkan Mental Anak untuk Menempuh Pendidikan Formal
Melalui PAUD, banyak orangtua yang merasa sangat terbantu mempersiapkan
anak untuk masuk SD. Begitu memasuki sekolah formal di SD, anak sudah
memiliki mental yang cukup dan beberapa keterampilan dasar seperti
memegang pensil, mengenal huruf dan angka, berbaris, dan lain sebagainya.
9. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Memasukkan anak dalam PAUD dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
10. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
Melalui berbagai aktivitas pengajaran, anak akan mulai mengembangkan
kemampuan kognitif dalam memahami dan menganalisa permasalahan. Melalui
pengamatan anak didorong mengembangkan keterampilan kognitif misalnya
dalam memahami sifat zat cair, manfaat makan sayuran, mengenal warna,
menghitung benda, dan lain sebagainya.

x
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia
berdasrkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Konsep dasar pendidikan anak usia dini yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak yaitu Tahap
kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus misstrust), Tahap otonomi dengan rasa
malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), Tahap prakarsa dan rasa bersalah
(initiatif versus guilt), Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority).
Seiring dengan bertambahnya usia secara normal maka tingkat kematangan cara
berperilaku akan bertambah. Tingkat kematangan itu dipengaruhi oleh factor internal
dan eksternal. Bagaimana stimulus dari factor-faktor itu mampu mendorong
perkembangan sensorik, motorik, dan perceptual bagi anak tersebut. Setiap tahapan
perkembangan anak terjadi kematangan baik dari cara berpikir maupun bertindak.
Tahapan ini dibagi dalam 4 yaitu Sensori Motor, Pra-operasional, Operasional
Kongkrit, dan Operasional Formal.
Manfaat dari pendidikan anak usia dini yaitu meningkatkan keterampilan sosial
dan emosional, meningkatkan keterampilan berbicara dan berbahasa, meningkatkan
keterampilan motorik, mengembangkan kreativitas, meningkatkan daya imajinasi,
memahami nilai-nilai penting dalam kehidupan, meningkatkan aktivitas fisik,
mempersiapkan mental anak untuk menempuh pendidikan formal, menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan keterampilan kognitif.

3.2 Saran
Demikian makalah ini di buat bertujuan untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak, kritik dan saran sangat kami harapkan agar dapat
dipergunakan untuk lebih baik kedepannya. Mohon maaf jika dalam makalah ini
banyak kekurangan dan kesalahan.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo Bambang, 2004, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, BPPLSP
Regional III Jawa Tengah

Sujiono Yuliani Nurani, 2009, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, PT
INDEKS

Suyadi, 2011, Manajemen PAUD, Yogyakarta, Pustaka Pelajar


http://tempatmedia.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-pendidikan-anak-usia.html
diakses pada tanggal 11 September 2019 pukul 17:08 WIB.

http://multazam-einstein.blogspot.com/2012/12/makalah-konsep-dasar-pendidikan
anak.html diakses tanggal 11 September 2019 pukul 19:47 WIB

Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT


INDEKS, 2009.

xii

Anda mungkin juga menyukai