Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF


ANAK USIA DINI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENGEMBANGAN KONIGTIF DAN KREATIFITAS
PRODI S1 PENDIDIKAN GURU PAUD SEMESTER 1 KELAS RPL A

DISUSUN OLEH KEL: 2


ULVIN SILVIA 4230221059 SRI WIDI ISTINA 4230221031
NIKKEN SW 4230221054 MERYANDINA W. 4230221004
ALFI R. TSANI 4230221035 ILZAM ZULMIYAH 4230221062
AIMMATUS S. 4230221051

DOSEN:
JAUHAROTUR RIKLAH, S.Pd M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNUVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sammpai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih Kepada Ibu Jauharotur Rihlah S.Pd., M.Pd Dosen Mata Kuliah
Pengembangan Kognitif dan Kreatifitas yang telah membimbing dengan
memberikan sumbangan pikiran dan materinya. Dan kepada rekan rekan
kelompok II yang sudah bekerja sama menyumbangkan tenaga dan
pikirannya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Kami berharap makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari hari terkhusus bagi pendidik dan orang
tua.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangay mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalh ini.

Surabaya, 8 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
C. Manfaat Makalah ………………………………………………… 3
D. Tujuan Makalah ………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kognitif Menutut Para Ahli …………………….. 4
B. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Dalam
Proses Pembelajaran …………………………………………….. 15
BAB III PENUTUP
B. Kesimpulan ……………………………………………………… 19
C. Saran ………………………………………………………..…… 19
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kompleksitas dan tantangan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini di masa kini tidak dapat diabaikan.
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal sangat diperlukan, tidak
hanya oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya namun juga oleh
masyarakat secara luas. Hal ini tentu saja berkaitan dengan makna anak –
anak bagi sebuah negara. Sebagaimana yang diucapkan oleh Perdana Menteri
India pertama, Jawaharlal Nehru, “Children are like buds in the garden and
should be carefully and lovingly nurtured, as they are the future of the nation
and the citizens of tomorrow”.1
Oleh karena itu, memahami teori – teori yang berkaitan dengan
perkembangan anak – anak sangat penting sekali. Dengan tujuan untuk
memudahkan orang tua dan pendidik lainnya memahami dan
mengimplementasikan teori – teori tersebut dalam upaya merawat dan
mendidik anak usia dini sehingga mereka dapat meraih potensi diri secara
maksimal. Upaya ini juga merupakan salah satu cara bagi anak usia dini untuk
mempersiapkan diri saat mereka memasuki usia sekolah sesuai tahapan yang
harus mereka lalui.
Perumbuhan dan perkembangan anak menjadi salah satu faktor
penentu anak untuk bisa sehat dan pintar. Pemantauan tumbuh kembang anak
usia dini terutama di 1000 hari pertama kehidupan sangat penting bagi mereka
karena pertumbuhan dan perkembangan mereka akan sangat pesat pada
periode ini.
Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang patut dipelajari
adalah aspek perkembangan kognitif. Kognitif itu sendiri adalah proses
berpikir, kemampuan individu untuk menilai, mempertimbangkan dan
menghubungkan suatu peristiwa satu dengan yang lain. Kemampuan ini
merupakan dasar dari segala jennis kemampuan yang dimiliki seseorang. Hal

1
https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/events/childrens-day-quotes-top-10-
inspiring-quotes-by-jawaharlal-nehru-about-children/articleshow/66616261.cms (diakses 21
November 2021)

1
ini juga dipengaruhi oleh minat seseorang untuk menunjukkan segala ide yang
dimiliki. 2
Perkembangan anak usia dini di Indonesia sendiri telah difasilitasi
melalui institusi PAUD yang bertujuan untuk membentuk anak Indonesia
yang berkualitas yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki Pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
Tujuan penyerta lainnya untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar akademik di sekolah dan mampu bersaing secara sehat di
jenjang Pendidikan selanjutnya.3
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang Pendidikan untuk anak usia
0-6 (golden age) dimana periode ini akan mempengaruhi kualitas anak di
masa yang akan datang. Pembentukan pribadi dan karakter adalah fokus
utama pendidik PAUD. Pengenalan nilai-nilai kehidupan di PAUD yang
ditanamkan ke anak usia dini akan memberikan kesempatan bagi mereka
untuk mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang positif.

1. 2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar Belakang di atas maka bisa dirumuskan beberapa masalah
berikut ini :
a. Bagaimana teori-teori perkembangan kognitif Anak Usia Dini menurut
para ahli?
b. Bagaimana implementasi teori perkembangan kognitif Anak Usia Dini
dalam proses pembelajaran mereka?

2
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada. Media
Group
3
Azroil Ula Al Etivali & Alaika M. Bagus Kurnia PS “Pendidikan Pada Anak Usia Dini”, Jurnal:
Penelitian Medan Agama Vol. 10, No. 2, 2019

2
1. 3. MANFAAT MAKALAH
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu memahami teori –
teori perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman ini krusial
karena memungkinkan kita untuk sepenuhnya menghargai pertumbuhan dan
perkembangan aspek – aspek dalam kehidupan yang dialami anak – anak
sejak lahir hingga awal dewasa. Selain itu, dengan memahami teori ini dapat
memberikan kita acuan dalam menyiapkan metode pembelajaran bagi anak
usia dini dengan baik.

1. 4. TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu menjelaskan teori – teori
perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli untuk membantu masyarakat
menyelesaikan tantangan yang muncul dan berkaitan dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini. Seperti adanya pembatasan ruang gerak
anak – anak untuk bermain oleh beberapa orang tua dengan harapan mereka
akan lebih fokus dalam proses belajar saat mereka berada di dalam institusi.
Beberapa orang tua juga kerap membandingkan kemampuan anak mereka
dengan anak orang lain yang sebaya. Pemikiran seperti ini harus dihindari
oleh orang tua maupun pendidik anak lainnya. Oleh karena itu, teori
perkembangan kogitif anak usia dini perlu dipahami untuk menentukan
pendekatan pembelajaran yang sesuai sehingga harapan untuk generasi
penerus bangsa dan negara yang lebih baik dapat tercapai.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini

1. TEORI VYGOTSKY

a). Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Lev Semionovich Vygotsky (1896 – 1934) adalah ahli psikologi sosial

dari Rusia. Teori perkembangannya disebut teori revolusi sosiokultural

(sociocultural revolution). Teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky

yaitu teori dimana anak ketika belajar mendapat pengaruh besar dari orang tua

dan orang-orang di sekitarnya, karena anak-anak jika diajari oleh orang tua

dan orang-orang yang sudah terlatih maka anak akan lebih memahami dan

mengerti apa yang sedang ia lakukan dan pelajari. Teori vygotsky adalah teori

kognisi sosio budaya yang memfokuskan bagaimana perkembangan kognitif

diarahkan oleh budaya dan interaksi sosial. Jadi, budaya dan interaksi sosial

lebih penting dan lebih fokus terhadap perkembangan kognitif pada anak

menurut Vygotsky. 4

Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-

konsep lebih sistematis, logis dan rasional sebagai akibat dari percakapan

dengan seseorang penolong yang ahli. Pada teori ini, Vygotsky juga

menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental yang dialami

oleh anak. Dari konsep tersebut maka dikembangkan beberapa tipe bermain

bagi anak usia dini, yaitu bermain sendiri (solitary play), bermain pura-pura

(pretent play) dan bermain simbolik (symbolic play).

4
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016

4
Teori perkembangan kognitif Vygotsky : 5

1). Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Vygotsky mengistilahkan Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) yaitu


anak yang mendapatkan tugas yang dirasa sulit bagi anak untuk dikerjakan
sendiri. Akan tetapi jika dibantu oleh orang dewasa atau oleh orang yang
terlatih maka anak dapat mengerjakan tugas yang dirasa sulit tersebut. Jadi
ZPD melibatkan kemampuan kognitif anak yang berbeda dalam proses
pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih
ahli
2). Konsep Scaffolding

Vygotsky menjelaskan tentang perubahan dukungan yang dialami oleh

anak selama proses pembelajaran terkait dengan perkembangan kognitif.

Selama sesi pengajaran orang yang lebih ahli (guru atau murid yang lebih

mampu) menyesuaikan jumlah bimbingan dengan level kinerja murid yang

telh dicapai.

3). Bahasa dan Pemikiran

Menurut Vygotsky, pembicaraan yang dilakukan oleh anak tidak hanya

untuk berkomunikasi saja, melainkan untuk membantu mereka dalam

memenuhi kebutuhan mereka. Karena dengan menggunakan bahasa

meskipun bahasa yang diucapkan belum sempurna, tapi dengan bahasa

tersebut sudah mewakili apa yang diinginkan atau diutarakan oleh anak.

Jadi anak-anak menggunakan Bahasa bukan hanya untuk komunikasi

social, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor, perilaku mereka

5
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.

5
dengan caranya sendiri. Penggunaan Bahasa untuk mengatur diri sendiri

dinamakan pembicaraan batin (inner speech) atau pembicaraan privat

(private speech).

b). Prinsip Dasar Teori Vygotsky

Vygotsy mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus mengerti dari

latar sosial budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran

seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknyadan

pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya dan dari

interaksi social yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Goll & Greenberg, 1990).

Kerangka dasar yang menjadi prinsip dalam memahami aspek psikologis

pendidikan anak, yaitu: 6

1) Anak mambangun berbagai pengetahuan

Menurut vygotsy, susunan kognitif selalu melibatkan perantara

lingkungan social yang dipengaruhi oleh pengalaman interaksi social

pada masa lampau (Sujiono, 2009:4.9-4.10)

2) Perkembangan kognitif tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial

Menurut vygotsy, konteks social mempengaruhi cara belajar seseorang

tentang sikap dan kepercayaan. Konteks social menghasilkan proses

kognitif yang juga merupakan bagian dari proses perkembangan.

Konteks social terdiri atas beberapa tingkat: a). Tingkatan interaksi

perantara dimana setiap anak melakukan interaksi pada saat-saat

tertentu, b). Tingkatan structural yang mencakup struktur-struktur

6
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.

6
social yang berpengaruh pada anak-anak seperti keluarga dan sekolah,

c). Tingkatan social dan budaya secara umum yang mencakup ciri-ciri

masyarakat seperti Bahasa, system numerik, dan penggunaan

teknologi.

2. TEORI PIAGET

a). Teori Proses Kognitif Piaget

Dalam memahami dunia anak secara aktif, anak-anak menggunakan

skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Minat Piaget terhadap

skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami

pengalaman mereka. Piaget berkeyakinan bahwa anak untuk membangun

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak bukanlah

obyek pasif dalam menerima pengetahuan, anak sangat aktif membangun

pengetahuannya. Dalam teori Piaget Schemata yaitu skema yang berupa

kategori pengetahuan yang membantu dalam mengintrepretasi dan memahami

dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik

yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu, sehingga dalam

pandangan Piaget skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses

perolehan pengetahuan. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi

lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,

menambah atau mengganti skema yang sebelumnya ada.

Ada 3 konsep yang digunakan Piaget dalam mendeskripsikan proses kognitif

anak : 7

7
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.

7
Asimilasi yaitu proses menambahkan informasi baru kedalam skema yang

telah ada. Proses ini bersifat subyektif karena seseorang akan cenderung

memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar dapat

masuk ke dalam skema yang ada sebelumnya.

Akomodasi yaitu bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau

penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan

skema yang telah ada.

Ekuilibrium adalah berupa keadaan seimbang antara struktur kognisi dan

pengalamannya di lingkungan. Jadi kognisi anak berkembang bukan karena

menerima pengetahuan dari luar secara pasif, tetapi anak tersebut secara aktif

mengkonstruksi pengetahuannya.

b). Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget menyatakan bahwa, perkembangan kognitif terjadi dalam empat

tahapan, masing-masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari

jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi

tidak membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda.

Tahapannya meliputi:

1. Tahap Sensorimotor

Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia 2 tahun (tahap

Piagetian pertama). Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia

dengan mengkoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka (seperti

melihat dan mendengar) dengan gerakan motor (otot) mereka

(menggapai, menyentuh) dan disebut sensorimotor. Piaget percaya bahwa

pencapaian kognitif penting diusia bayi adalah object permanence yang

8
berarti pemahaman obyek dan kejadian terus eksis bahkan ketika obyek

dan kejaian itu tidak apat dilihat, didengar atau disentuh. Pencapaian

kedua adalah realisasi bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara

diri dan lingkungan sekitar. Lebih lanjut Piaget (dalam Jahja, 2013: 116)

berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan

pemahaman spasial penting dalam 6 sub tahapan yaitu: (Jahja 2013:116)

1). Sub tahapan skema reflex

2). Sub tahapan fase reaksi sirkular primer

3). Sub tahapan fase reaksi sirkular sekunder

4). Sub tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder

5). Sub tahapan fase reaksi sirkular tersier

6). Sub tahapan awal representasi simbolis

2. Tahap Pra Operasional

Dengan mengamati urutan permainan, Piaget dapat menunjukkan bahwa

setelah akhir usia 2 tahunjenis yang secara kualitatif baru dari fungsi

psikologis muncul (tahap Piagetian kedua). Tahap ini berlangsung kurang

lebih mulai usia 2 tahun – 7 tahun. Ini adalah tahap pemikiran yang lebih

simbolis disbanding tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran

operasional namun lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. 8

Pada tahap ini dibagi menjadi dua sub tahap yaitu Sub Tahap Simbolis

yang terjadi kira-kira antara usia 2 – 4 tahun. Meskipun anak kecil

membuat kemajuan di sub tahap ini, pemikiran pra operasional masih

mengandung dua keterbatasan (egosentrisme dan animesme).

Egosentrisme adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara

8
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.
9
perspektif milik sendiri dengan perspektif orang lain. Animesme adalah

kepercayaan bahwa obyek tak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan

bisa bergerak. Sub Tahap Pemikiran Intuitif yang terjadi kira-kira usia

4 tahun dan berlangsung selama usia 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai

menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu dari semua pertanyaan.

Piaget menyebut tahap ini sebagai intuitif karena anak-anak tampaknya

merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka tetapi tidak

menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang bisa mereka

ketahui.

3. Tahap operasional Konkrit

Yaitu tahapan yang muncul antara usia 6 – 12 tahun dan mempunyai ciri

penggunaan logika yang memadai. Proses-proses selama tahapan ini

antara lain:

1) Pengurutan, yaitu kemampuan untuk mengurutkan obyek menurut

ukuran, bentuk atau ciri lainnya.

2) Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk memberi nama dan

mengidentifikasi serangkaian benda menurut karakteristik lainnya

termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat

menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian ini.

3) Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek

dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya

4) Reversibility, yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau bendda-

benda dapat diubah kemudian kembali ke keadaan awal.

10
5) Konservasi, yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah

benda-benda ialah tidak berhubungan dengan pengaturan atau

ntampilan dari obyek atau benda-benda ini.

6) Penghilangan sifat egosentrisme, yaitu kemampuan melihat sesuatu

dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang lain ini berbicara

dengan cara yang salah).

4. Tahap Operasional Formal

Yaitu tahap yang mulai dialami anak dalam usia 11 tahun (saat pubertas)

dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini ialah

diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara

logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersediasehingga

seseorang dapat memahami hal-hal tentang cinta, bukti logis, dan nilai.

Ciri-ciri pada tahapan ini:

1). Walau tahapan-tahapan itu dapat dicapai dalam usia bervariasitetapi

urutannya selalu sama. Tidak ada tahapan yang diloncati dan tidak

ada tahapan yang mundur.

2). Universal (tidak terkait budaya)

3). Dapat digeneralisasi: refresentase dan logika dari operasi yang ada

dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep da nisi

pengetahuan

4). Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi

secara logis

5). Urutan tahapan bersifat hierarkis (setiap tahapan mencakup elemen-

elemen dari tahapan sebelumnya tetapi lebih terdiferensiasi dan

terintegrasi
11
6). Tahapan merefresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model

berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif (Jahja, 2013: 118-229)

d). Kritik Teori Piaget

Teori Piaget tidak luput dari kritik terkait estimasi terhadap kompetensi anak

dilevel perkembangan yang berbeda-beda, tentang tahap-tahap

perkembangan, tentang pelatihan anak untuk melakukan penalaran pada level

yang lebih tinggi dan tentang kultur dan pendidikan.

1). Estimasi kompetensi anak. Beberapa kemampuan kognitif anak muncul

lebih awal ketimbang yang diyakini Piaget.

2). Tahap. Piaget memandang tahapan sebagai struktur pemikiran yang

seragam, namun kebanyakan teoritisi developmental kontemporer sepakat

bahwa perkembangan kognitif anak-anak tidak bertahap seperti

keyakinan Piaget.

3). Melatih anak untuk menalar pada level yang lebih tinggi. Beberapa anak

yang pada tahap kognitif (seperti pra operasional) dapat dilatih untuk

bernalar seperti pada tahap kognitif yang lebih tinggi (misalnya

operasional konkrit)

4). Kultur dan pendidikan. Kultur dan pendidikan lebih banyak

mempengaruhi perkembangan anak ketimbang yang dipikirkan Piaget.

3. Teori Jerome Bruner

Jerome Bruner adalah guru besar di dua universitas terkemuka dunia

yaitu Harvard dan Oxsford. Bruner memiliki peran besar dalam

perubahan arus utama psikologi dari behaviorisme ke kognitifisme pada

dekade 1950-an dan 1960-an.

12
Gagasan utama Bruner didasarkan kategorisasi. “Memahami adalah

kategorisasi, konseptualisasi adalah kategorisasi, belajar adalah

membentuk kategori-kategori, membuat keputusan adalah kategorisasi.”

Proses belajar menggunakan teori belajar Bruner pada dasarnya adalah

membentuk manusia untuk menciptakan individu agar mampu

mempelajari dan mudah memahami suatu materi berdasarkan

penemuannya. Teori belajar Bruner hubungan antara pengetahuan baruu

dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan reorganisasi dari struktur

kognitif, yang kemudian menciptakan makna dan mengizinkan individu

memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan. 9

Teori pembelajaran yang terkenal dari Bruner adalah teori belajar yang

menggunakan konsep, yang dimaksud konsep adalah sebagai kategori

mental yang membantu mengklarifikasikan objek, kejadian atau ide-ide

pada setiap objek, setiap kejadian, setiap gagasan yang membentuk

seperangkat himpunan dengan ciri-ciri umum yang relevan.

Dalam penelitiannya terhadap perkembangan anak (1996), Bruner

mengungkapkan bahwa anak-anak belajar dari konkret ke abstrak melalui

tiga tahap yaitu: enactive (berbasis tindakan atau kinestetik), iconic

(berbasis gambaran atau visualisasi), dan symbolic (berbasis bahasa atau

auditori).10

Tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran bukan hanya

kecerdasan semata, tetapi juga mencakup bagaimana proses belajar yang

mereka lakukan, dengan adanya tahapan-tahapan dalam proses belajar

9
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta: Jakarta, 2005.
10
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.
13
yang menggunakan tigas tahap belajar menurut teori Bruner, diharapkan

tujuan pendidikan demikian luas ini tidak bisa hanya ditekankan

bagaimana peserta didik tersebut mendapat niloai yang memuaskan,

tetapi dilihat dari segi keaktifan belajar, sesuai dengan tuntutan

belajarnya.

4. Teori David Paul Ausubel

David P Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut

Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna”

(meaningfull learning). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses

mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat

dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognititf ialah fakta-fakta,

konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan

diingat siswa.

Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan

fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan yang sudah mereka miliki.

Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan

mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena

itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep baru tersebut benar-

benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional

siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut

Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan

pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.

Menurut Ausubel, seorang anak akan belajar dengan mengasosiasikan

fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam proses itu
14
seseorang dapat mengembangkan skema yang ada atau dapat

mengubahnya.

B. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Dalam

Proses Pembelajaran

Dalam perkembangan setidaknya ada empat teori belajar yang bertitik

tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori revolusi sosiokultural

Vygotsky, teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner dan Teori

bermakna Ausubel. Keempat tokoh teori penting ini yang dapat

memgembangkan teori belajar kognitif. Teori kognitif Vygotsky, Piaget,

Bruner dan Ausubel, proses belajar terjadi menurut pola tahapan-tahapan

perkembangan tertentu sesuai dengan umur dan kemampuan siswa. 11

1. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

a. Penerapan Teori Vygotsy dalam Pengajaran

Teori pendidikan Vygotsy mempunyai dua implikasi utama yaitu:

1. keinginan untuk menyusun rencana pembelajaran kerjasama diantara

kelompok-kelompok anak yang mempunyai tingkat-tingkat kemampuan

yang berbeda-beda, pengajaran pribadi oleh teman yang lebih kompeten

dapat berjalan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dalam zona

perkembangan proksimal

2. pendekatan Vygotsky terhadap pengajaran menekankan perancahan

dengan anak yang mngambil mungkin banyak tanggung jawab untuk

pembelajaran mereka sendiri. 12

11
Nurhadi, Jurnal Edukasi dan Sains: Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam
Pembelajaran, STAI Al-Azhar: Pekanbaru, 2020.
12
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.
15
b. Implikasi teori Vygotsy di Ruang Kelas

1. Pengajaran dapat direncanakan untuk menyadiakan praktik dalamzona

perkembangan proksimal bagi mssing-masing anak atau kelompok

anak.

2. Kegiatan belajar dengan kerjasama dapat direncanakan bersama

kelompok-kelompok anak pada tingkat yang berbeda yang dapat

membantu satu sama lain belajar

3. Perancahan menyediakan isyarat dan bisikan pada tingkat yang berbeda.

Dalam perancahan orang dewasa tidak menyederhanakan tugas tersebut,

tetapi peran belajar itu disederhanakn “melalui campr tangan bertahap

guru” (Slavin, 2008:63)

2. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Implementasi Teori Piaget pada Pendidikan

1. Fokus pada proses pemikiran anak-anak, bukan hanya hasilnya.

2. Pengakuan terhadap peran penting perkembangan kognitif yang dimulai

oleh anak sendiri dalam kegiatan pembelajaran.

3. Tidak menekankan pada praktik yang ditujukan untuk menjadikan anak-

anak seperti orang dewasa dalam pemikiran mereka.

4. Penerimaan perbedaan masing-masing orang dalam kemajuan

perkembangan

3. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jerome Bruner

Penerapan teori Bruner dalam pembelajaran deapat diaplikasikan

langsung kedalam kegiatan belajar mengajar. Implementasi desain

16
pembelajaran Bruner meliputi tahap pembelajaran enactive, iconic,

symbolic. 13

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

a. Enactive; (aktivitas untuk memahami lingkungan melalui

observasi langsung terhadap realitas yang terjadi)

b. Iconic; (siswa mengobservasi realitaas tidak secara langsung,

tetapi melalui sumber sekunder, misalnya melalui gambar-gambar

atau tulisan)

c. Symbolic; (siswa membuat abstrak berupa teori, penafsiran,

analisis terhadap realitas yang telah diamati dan dialami, seseorang

mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi

oleh kemampuan dalam berbahasa atau logika).

Menurut Bruner, teori ini menyatakan anak akan produktif ketika

menghadapi materi baru dengan mengikuti representasi secara progressif

mulai dari tahap enactive ke iconic, baru kemudian ke symbolic. Dari

sinilah terlahir teori Discovery Learning, maksudnya yaitu anak

mengorganisasikan metode penyajian dengan cara dimana anak dapat

mempelajari bahan sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Dalam

pembelajarannya anak harus dikondisikan berperan secara aktif dan

memiliki aktifitas dalam belajar di kelas.

4. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif David Paul Ausubel

Dari uraian tentang teori Ausubel yang telah dijelaskan dapat diambil

beberapa catatan penting terkait dengan pembelajaran, diantaranya

adalah:14

13
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Perdana Kencana: Medan, 2016.
17
a. Kunci keberhasilan dalam belajar terkletak pada kebermaknaan bahan

ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus mampu

memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa. Sesuatu yang

bermakna itu bukan hanya dapat diperoleh melalui belajar penemuan,

tetapi dapat diperoleh melalui banyak cara. Untuk mewujudkan

pembelajaran bermakna ini, guru sangat dituntut untuk mampu

menggali dan mengeksplorasi segala potensi yang dimiliki oleh siswa

dengan berbagai macam strategi, model, metode dan pendekatan

pembelajaran. Sehingga siswa terbantu dalam memperoleh informasi,

ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan dirinya guna

mendapatkan sesuatu yang bermakna dari proses pembelajaran.

b. Belajar bermakna akan berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari

dalam diri siswa

Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila siswa

memiliki minat dan kesiapan untuk belajar. Minat dan kesiapan erat

kaitannya dengan motivasi. Motivasi yang terpenting adalah motivsasi

intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam individu. Dengan

adanya motivasi intrinsik ini akan menumbuhkan minat dalam diri

individu, dan menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri untuk

belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis.

14
Sutarto, Jurnal Islamic Counseling Vol 1 No. 02: Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran, STAIN CURUP: Padang, 2017.
18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kemampuan kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di

dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Jean

Piaget dan ahli psikologi lain, seperti Bruner dan Vygotsky

mengembangkan teori kognitif yang menggambarkan bagaimana

individu berkembang pada tahapan-tahapan perkembangan kognitif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah

faktor kematangan dan pengalaman yang berasal dari interaksi anak

dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, anak akan

memperoleh pengalaman dengan menggunakan asimilasi, akomodasi,

dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan. Pada anak TK, pengetahuan

itu bersifat subyektif dan akan berkembang menjadi obyektif apabila

sudah mencapai perkembangan remaja atau dewasa..

B. SARAN

Diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat untuk


mahasiswa, dosen maupun orang umum sebagai referensi untuk
mempelajari tentang teori perkembangan kognitif anak usia dini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana


Prenada. Media Group
Azroil Ula Al Etivali & Alaika M. Bagus Kurnia PS, 2019. Jurnal Penelitian
Agama Vol. 10 No. 2: Pendidikan Pada Anak Usia Dini. Medan
C. Asri Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/events/childrens-day-quotes-
top-10-inspiring-quotes-by-jawaharlal-nehru-about
children/articleshow/66616261.cms (diakses 21 November 2021)
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Medan: Perdana
Kencana.
Nurhadi, 2020. Jurnal Edukasi dan Sains: Teori Kognitivisme Serta
Aplikasinya Dalam Pembelajaran, Pekanbaru: STAI Al-Azhar.
Sutarto, 2017. Jurnal Islamic Counseling Vol 1 No. 02: Teori Kognitif dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran, Padang: STAIN CURUP.

20

Anda mungkin juga menyukai