Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PERKEMBANGAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS ANAK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu: Haryani, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Herdi Aryanto 19108241012
Lailatul Mubarokah 19108241027
Meyla Dewi Azizah 19108241052
Vicky Annisa Nuraini 19108241067
Umaymah Nurul Azizah 19108241104
Utara Artajaya 19108241111
Naila Fauziatun Nikmah 19108241185

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas


berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah tentang Perkembangan
Kecerdasan dan Kreativitas Anak ini dapat diselesaikan penulis tepat pada
waktunya.
Makalah tentang Perkembangan Kecerdasan dan Kreativitas Anak ini
dibuat agar calon dan guru SD dapat mengetahui tingkat perkembangan
kecerdasan dan keativitas anak sehingga dapat bermanfaat untuk memahami anak
serta menentukan pembelajaran yang kreatif, menyenangkan, tidak membosankan
serta siswa dapat memahami materi yang diberikan dengan baik dan benar.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Haryani, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Kemudian penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta membantu dalam
menyusun Makalah tentang Perkembangan Kecerdasan dan Kreativitas Anak ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak untuk perbaikan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan diharapkan
setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui lebih mendalam seputar
perkembangan kecerdasan dan kreativitas anak.

Yogyakarta, 27 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

D. Manfaat.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian Kecerdasan Anak........................................................................4

B. Kecerdasan Intelektual Anak........................................................................6

C. Kecerdasan Emosional Anak......................................................................10

D. Kecerdasan Spiritual Anak.........................................................................14

E. Faktor Perkembangan Kecerdasan Anak....................................................17

F. Multiple Intelligence pada Anak.................................................................19

G. Pengertian Kreativitas pada Anak...............................................................22

H. Teori Kreativitas pada Anak.......................................................................23

I. Perkembangan Kreativitas Anak.................................................................25

J. Faktor Kreativitas pada Anak.....................................................................26

K. Pengembangan Kreativitas dalam KBM.....................................................27

BAB III PENUTUP...............................................................................................32

A. Kesimpulan.................................................................................................32

B. Saran...........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan seorang manusia yang dianugrahkan oleh Tuhan
YME untuk kita rawat dan kita didik. Melihat setiap proses perkembangan
mereka merupakan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang
tua. Bermain, belajar, beraktivitas, dan berekreasi sesuai dengan potensi
yang mereka miliki. Setiap anak memiliki suatu keunikan dan mereka juga
memiliki perkembangan yang berbeda satu sama lainnya. Namun, secara
garis besar ada beberapa perkembangan yang normal untuk dimiliki anak-
anak pada usia tertentu (Murtiningsih, 2012).
Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting dalam
proses perkembangan individu seseorang. Pada masa ini dianggap sebagai
masa perkembangan kritis. Artinya, kebiasaan, kecerdasan, kreativitas dan
pola perilaku yang dibentuk di saat kanak-kanak sangat menentukan
seberapa jauh individu-individu akan berhasil menyesuaikan diri dalam
kehidupan, ketika kelak mereka bertambah usia. Sebab itu, masa ini
memiliki peranan yang sangat penting. Maka sangat penting bagi semua
pihak agar dasar-dasar pembentukan kecerdasan, kreativitas dan karakter
anak bisa diarahkan kepada kemampuan adaptasi diri dan social yang baik.
Sebab potensi penyesuaian diri anak akan menentukan kemampuan
seseorang dalam membangun hubungan sosial ketika mereka dewasa
(Muniroh, 2011).
Kemudian, untuk membantu berbagai aspek perkembangan anak
perlu diawali dengan pemahaman tentang perkembangan anak, karena
perkembangan anak berbeda dengan perkembangan anak remaja atau
orang dewasa. Untuk mendidik anak usia dini, perlu dibekali pemahaman
tentang dunia anak dan bagaimana proses perkembangan anak. Dengan
pemahaman ini diharapkan para pendidik anak usia dini memiliki
pemahaman yang lebih baik dalam menentukan proses pembelajaran.

1
Dalam dunia globalisasi sekarang ini, diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing, untuk
mendapatkannya maka harus dimulai sejak pendidikan di usia dini,
sehingga kelak menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual serta kreativitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kecerdasan anak?
2. Bagaimanakah perkembangan kecerdasan intelektual anak?
3. Bagaimanakah perkembangan kecerdasan emosional anak?
4. Bagaimanakah perkembangan kecerdasan spiritual anak?
5. Bagaimanakah faktor perkembangan kecerdasan anak?
6. Bagaimanakah multiple intelligence pada anak?
7. Apakah yang dimaksud dengan kreativitas pada anak?
8. Apa sajakah teori kreativitas pada anak?
9. Bagaimanakah perkembangan kreativitas anak?
10. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kreativitas pada anak?
11. Bagaimanakah pengembangan kreativitas dalam KBM?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kecerdasan anak
2. Mengetahui perkembangan kecerdasan intelektual anak
3. Mengetahui perkembangan kecerdasan emosional anak
4. Mengetahui perkembangan kecerdasan spiritual anak
5. Mengetahui faktor perkembangan kecerdasan anak
6. Mengetehui multiple intelligence pada anak
7. Mengetahui pengertian dari kreativitas pada anak
8. Mengetahui teori kreativitas pada anak
9. Mengetahui perkembangan kreativitas anak
10. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kreativitas pada anak
11. Mengetahui pengembangan kreativitas dalam KBM.

2
D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian dari kecerdasan anak
2. Pembaca dapat mengetahui perkembangan kecerdasan intelektual
anak
3. Pembaca dapat mengetahui perkembangan kecerdasan emosional
anak
4. Pembaca dapat mengetahui perkembangan kecerdasan spiritual
anak
5. Pembaca dapat mengetahui faktor perkembangan kecerdasan anak
6. Pembaca dapat mengetahui multiple intelligence pada anak
7. Pembaca dapat mengetahui pengertian dari kreativitas pada anak
8. Pembaca dapat mengetahui teori kreativitas pada anak
9. Pembaca dapat mengetahui perkembangan kreativitas anak
10. Pembaca dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kreativitas
pada anak
11. Pembaca dapat mengetahui pengembangan kreativitas dalam KBM

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik,
cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika
mendengar keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan
akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan fikiran. Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan
inteligensi berasal dari bahasa Latin “intelligence” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to
bind together). Bagi para ahli yang meneliti, istilah inteligensi
memberikan bermacam-macam arti. Menurut para ahli kecerdasan
merupakan sebuah konsep yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang
paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini terjadi karena inteligensi
tergantung pada konteks atau lingkungannya.
Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan
yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah
proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes
inteligensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara
berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan
mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya.
Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran
inteligensi, ia menjelaskan bahwa inteligensi merupakan kemampuan
individu mencangkup tiga hal. Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran
atau mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan tujuan
untuk dicapainya (goal setting). Kedua, kemampuan untuk mengubah arah
tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan
penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu. Ketiga, kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik, artinya individu mampu
melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan.

4
Edward Lee Thorndike, seorang ahli psikologi pendidikan,
mengklasifikasi inteligensi ke dalam tiga bentuk kemampuan, yakni:
1. Kemampuan abstraksi yakni kemampuan untuk “beraktivitas”
dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol secara efektif;
2. Kemampuan mekanik, yakni kemampuan untuk “beraktivitas”
dengan menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk
kegiatan yang memerlukan aktivitas indra-gerak;
3. Kemampuan sosial, yakni kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru dengan cara-cara yang
cepat dan efektif.
Inteligensi menurut Piaget adalah pandangan ahli perkembangan
ini melihat inteligensi secara kualitatif, berdasarkan aspek isi, struktur, dan
fungsinya. Untuk menjelaskan ketiga aspek tersebut, Piaget mengaitkan
inteligensi dengan periodisasi perkembangan biologis, meliputi
sensorimotorik, praoperasional, konkret operasional, dan abstrak
operasional. Pembagian ini dimaksudkan juga sebagai periode
perkembangan kognitif. Di dalam perkembangan tersebut terkandung
konsep kecerdasan atau inteligensi anak.

Adapun teori - teori Intelegensi yaitu:


1. Teori Uni Faktor, dikemukakan oleh Welhelm Stern. Menurut teori
ini, intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum
2. Teori Two Faktor, dikemukakan oleh charles spearman. Teori ini
berdasarkan suatu faktor mental umum yang diberi kode “G” serta
faktor - faktor spesifik yang diberi kode “S”.
3. Teori Multi Faktor, dikembangkan oleh E.L. Thorndike. Menurut
teori ini, intelegensi terdiri dari bentuk hubungan - hubungan
neural antara stimulus dan respon.
4. Teori Primari Mental Ability. L.I. Thurstone membagi intelegensi
menjadi 7 kemampuan primer yaitu, kemampuan numerial,
kemampuan verbal, kemampuan abstraksi berupa

5
visualisasi/berfikir, kemapuan untuk menghubungkan kata-kata,
serta kemampuan membuat keputusan.
5. Teori Sampling, dikemukakan oleh godfrey R Thomson. Dunia
berisikan berbagai bidang pengalaman itu terkuasai oleh pikiran
manusia tetapi tidak semuannya. Masing-masing bidang hanya
dikuasai sebagian-sebagian saja. Ini mencerminkan kemampuan
mental manusia. Intelegensi berupa berbagai kemampuan yang
over lapping. Intelegensi beroperasi dengan terbatas pada setiap
sample dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata.

Berdasarkan pengertian kecerdasan yang ada di atas, dapat


disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang
menuntut kemampuan fikiran serta dapat diukur secara kuantitatif dan
kualitatif. Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia
menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping)
seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini
merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang.

B. Kecerdasan Intelektual
1. Pengertian Kecerdasan Intelektual (IQ)
Otak manusia memiliki lapisan terluar yang disebut neo-
cortex. Otak neo-cortex manusia mampu berhitung, belajar aljabar,
mengoperasikan komputer, belajara bahasa Inggris, dan lainnya.
Melalui penggunaan otak neo-cortex maka lahirlah konsep IQ
(kecerdasan intelektual)
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan potensial
seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat–
alat berpikir. Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal
dan logika seseorang. Secara teknis kecerdasan intelektual pertama
kali ditemukan oleh Alfred Binet.

6
Menurut pendapat lain bahwa kecerdasan
intelektual/Intelligence Quotient (IQ) merupakan kecerdasan dasar
yang berhubungan dengan proses kognitif, pembelajaran
(kecerdasan intelektual) cenderung menggunakan kemampuan
matematis-logis dan bahasa, pada umumnya hanya
mengembangkan kemampuan kognitif (menulis, membaca,
menghafal, menghitung dan menjawab).
Klasifikasi Kecerdasan
No. IQ Klasifikasi
1. <30 Idiot
2. 31-50 Embisil
3. 51-70 Debil
4. 71-90 Slow learner
5. 91-110 Normal
6. 111-130 Rapid learner
7. >131 Gifted

Menurut berbagai penelitian, IQ hanya berperan dalam


kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan hanya
6% menurut Steven J.Stein, Ph.D. dan Howard E. Book, M.D.4
Kecerdasan intelektual (IQ) tidak dapat dijadikan ukuran dalam
menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Banyak orang yang memiliki IQ biasa namun dia menjadi
seseorang yang sukses, begitu juga sebaliknya banyak orang yang
memilki IQ tinggi namun kalah dalam persaingan pekerjaan.

2. Tahap perkembangan kognitif anak


Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir
logis dari masa bayi hingga dewasa, menurut Piaget perkembangan
yang berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
a. Tahap sensori-motor : 0 – 1,5 tahum
b. Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun
c. Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun
d. Tahap operasional formal : 12 tahun ke atas

7
Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap
tersebut, meskipun mungkin setiap tahap dilalui dalam usia
berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika otak kita sudah cukup
matang untuk memungkinkan logika jenis baru atau operasi. (Matt
Jarvis, 2011:148). Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi
dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak
yang berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkrit,
sedangkan ada seorang anak yang berumur 8 tahun masih pada
tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun urutan
perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk
tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari
tingkat-tingkat berikutnya. (Ratna Wilis, 2011:137).

a. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua
tahun, bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka
melalui indera mereka yang sedang berkembang dan melalui
aktivitas motor. ( Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth
Duskin Feldman, 2008:212). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek
alat dria (sensori) dan gerak (motor), artinya dalam peringkat ini,
anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan
melalui alat drianya dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan
dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya, aktivitas sensori
motor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungan. (Mohd. Surya, 2003: 57).
b. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif
dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas
berfikirnya belum mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak
sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada

8
pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak
logis.
Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:
i. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan
induktif atau deduktif tetapi tidak logis
ii. Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak
mengenal hubungan sebabakibat secara tidak logis
iii. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu
hidup seperti dirinya
iv. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di
lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia
v. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan
apa yang dilihat atau di dengar
vi. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu
untuk menemukan jawaban dari persoalan yang
dihadapinya
vii. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada
sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang
lainnya
viii. Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya
menurut kehendak dirinya. ( Mohd. Surya, 2003: 57-58).
c. Tahap Operasional Konkrit
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk
objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang
kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya
berkurang dan kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi
menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka,
anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami
kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt
Jarvis, 2011:149- 150). Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga
boneka dengan warna rambut yang berlainan (edith, susan dan

9
lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasikan boneka
yang berambut paling gelap. Namun ketika diberi pertanyaan,
“rambut edith lebih terang dari rambut susan. Rambut edith lebih
gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang paling gelap?”,
anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengalami kesulitan
karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan
lambang-lambang.
d. Tahap Operasional Formal
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru.
Periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya
untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. ( Matt Jarvis,
2011:111). Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak
perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah
mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh
sisi argumen dan karena itu disebut operasional formal.

C. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional diungkapkan pertama kali oleh
psikolog Peter Salovy dari Harvard University dan John Mayer
dari University Of New Hampshire untuk mengungkapkan
kualitas-kualias emosional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan hidup. Kualitas ini antara lain: empati,
mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah,
kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan
memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan,
keramahan dan sikap hormat.
Daniel Goleman mempopulerkan jenis kecerdasan manusia
lainnya yakni Kecerdasan Emosional, yang dikenal dengan
Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa
kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan

10
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Berbeda dengan
IQ, pengertian Quotient disana sangat jelas menunjuk kepada hasil
bagi antara usia mental (mental age) yang dihasilkan melalui
pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender
(chronological age).
Dalam bukunya Daniel Goleman juga mengemukakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hatidan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
Para “penggagas beserta pengikut kelompok kecerdasan
emosional”, bahwasanya potensi individu dalam aspek-aspek “non-
intelektual” yang berkaitan dengan sikap, motivasi, sosiabilitas,
serta aspek-aspek emosional lainnya, merupakan faktor faktor yang
amat penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang. Berbeda
dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat
permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk
dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang
berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup.
Berdasarkan pernyataan-peryataan diatas dapat disimpulkan
mengenai pengertian kecerdasan emosi adalah jenis kecerdasan
yang fokusnya memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan
memimpin perasaan sendiri dan orang lain serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan social.

2. Unsur Kemampuan Anak yang Berkaitan Erat Dengan


Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman ada tujuh unsur kemampuan anak yang
berkaitan erat dengan kecerdasan emosi adalah:

11
a. Keyakinan
Perasaan kendali dan penguasaan seseorang
terhadap tubuh, perilaku, dan dunia; perasaan anak bahwa
ia lebih cenderung berhasil dalam apa yang dikerjakannya,
dan anak berkeyakinan bahwa orang-orang dewasa akan
bersedia menolong.
b. Rasa ingin tahu
Anak cenderung memiliki perasaan bahwa
menyelidiki sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan
kesenangan. Sehingga anak-anak memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi.
c. Niat
Anak banyak memiliki hasrat dan kemapuan untuk
berhasil, dan untuk bertindak berdasarkan niat itu dengan
tekun, ini berkaitan dengan perasaan terampil, perasaan
efektif.
d. Kendali diri
Kemampuan untuk menyesuaikan dan
mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan
usia. Disini anak memiliki kemampuan untuk
mengendalikan diri dengan suatu tindakan sesuai dengan
usianya.
e. Keterkaitan
Anak juga memiliki kemampuan untuk melibatkan
diri dengan orang lain berdasarkan pada perasaan saling
memahami.
f. Kecakapan berkomunikasi
Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar
gagasan, perasaan dan konsep dengan orang lain. Ini ada
kaitannya dengan rasa percaya pada orang lain dan
kenikmatan terlibat dengan orang lain, termasuk orang
dewasa.

12
g. Koperatif
Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya
sendiri dengan kebutuhan orang lain, termasuk orang
dewasa. Apabila unsur-unsur di atas dapat terpenuhi dengan
baik, akan mempermudah anak untuk mencapai
keberhasilan dalam menguasai, mengelola emosi dan
memotivasi diri yang berkaitan erat dengan kecerdasan
emosi.

3. Perkembangan Emosi (psikososial) Anak Usia Sekolah


Tahap perkembangan emosi (psikososial) pada usia sekolah
menurut Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-
223) mencakup perkembangn anak sekitar usia 6 tahun sampai
kira-kira 12 atau 13 tahun. Pada tahap ini bagi anak-anak usia
sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu akan
bertambah kuat dan terkait erat dengan perjuangan dasar untuk
mencapai kompetensi. Dalam perkembangan yang normal anak-
anak berjuang secara produktif untuk bisa belajar kemampuan-
kemampuan yang diperlukan.
Tahap keempat ini meliputi produktivitas versus
Infenrioritas (kemampuan menghasilkan versus rasa tidak
berguna). Pada masa Sekolah (School Age) ditandai adanya
kecenderungan industry–inferiority. Pada masa ini anak sangat
aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan
untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan
kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan
ini dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak
bisa berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten
yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 atau
13 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah

13
adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan
menghindari perasaan tidak berguna.
Dari paparan mengenai perkembangan emosi (psikososial)
anak usia sekolah menurut Erik Erikson, dapat diketahui pada
tahapan ini anak harus belajar bekerja keras mengembangkan sikap
rajin. Dapat pula anak merasa tidak mampu (inferioritas) sehingga
anak merasa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa, dan tidak
dapat menghasilkan sesuatu .Hal ini berkaitan dengan bagaimana
anak dapat mengembangkan rasa percaya dirinya untuk
memotivasi diri, bersemangat dan bekerja keras untuk
keberhasilannya dalam belajar.

D. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)


1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual berasal dari dua kata, yaitu kecerdasan
dan spiritual. Para ahli psikologis mengartikan bahwa kecerdasan
merupakan seluruh kemampuan individu untuk mendapatkan
pengetahuan, menguasai, dan mempraktikkanya dalam pemecahan
suatu masalah. Sedangkan spiritual dapat diartikan sesuatu yang
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (jiwa atau rohani).
Spiritual akan memberikan arah dan arti bagi kehidupan manusia
bahwa ada kekuatan non fisik yang lebih besar dari kekuatan
manusia.
Menurut Danah Zohar (2007: 8) kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang bertumpu pada bagian diri kita yang berhubungan
dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Sedangkan dalam
ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi
makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta
mampu mensinergikan IQ,EQ dan SQ secara komprehensif.
Kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam adalah
kemampuan individu untuk memandang setiap perilaku atau
kegiatan merupakan sebuah ibadah. Islam memandang kecerdasan

14
spiritual sebagai kecerdasan yang berkaitan dengan sifat istiqamah,
kerendahan hati, berusaha dan berserah diri, ketulusan,
keseimbangan, integritas dan penyempurnaan itu semua dinamakan
Akhlakul Karimah. Kecerdasan spiritual telah ada sejak manusia
dilahirkan. Dengan demikaian, dapat dikatakan bahwa semua
manusia memiliki nilai-nilai spiritual. Akan tetapi, nilai-nilai
sepiritual yang menjadi kecerdasan spiritual itu masih berupa
potensi sehingga masih perlu untuk dikembangkan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
dimiliki individu yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan hidup dengan melibatkan Tuhan sebagai kekuatan
non fisik di luar kekuatan manusia agar kehidupan manusia
menjadi bermakna. Kecerdasan spiritual harus tetap dikembangkan
sejak dini agar berjalan komperhensif dengan kecerdasan-
kecerdasan yang lain karena anak Sekolah Dasar sudah dalam
tahap berpikir operasional konkret.

2. Aspek Kecerdasan Spiritual


Perkembangan Kecerdasan spiritual (SQ) ke arah positif
dan bekerja secara efektif dapat dilihat dari beberapa aspek.
Berikut ini adalah sembilan aspek kecerdasan spiritual yang telah
berkembang dengan baik menurut Zohar dan Marshall.
a. Bersifat fleksibel
Fleksibel diartikan mampu beradaptasi dengan aktif
dan langsung. Anak yang kecerdasan spiritualnya sudah
berkembang baik akan mudah menyesuaikan perbedaan di
lingkungannya dan mampu bersikap halus dan bijak tanpa
membuat kerusakan.
b. Memiliki kesadaran (self-awareness) yang tinggi
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang
dirasakan dan menggunakannya untuk pengambilan

15
keputusan. Jika anak sudah mampu mengambil keputusan
atau memecahkan masalahnya sendiri secara sadar berarti
kecerdasan spiritualnya juga berkembang dengan baik.
c. Memiliki kemampuan untuk menghadapi penderitaan dan
mengambil hikmah darinya
Individu atau anak yang mampu menghadapi
penderitaan memiliki kualitas sabar yang baik. Dalam
kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqamah.
Dalam hal ini anak sangat perlu bimbingan dan pemahaman
dari orang tua maupun guru untuk menumbuhkan motivasi
dan mengambil hikmah dari masalah yang dialami.
d. Ikhlas dan tawakal menghadapi dan mengatasi rasa sakit
Kemampuan menyadari keterbatasan di saat sakit,
dan semakin mendekatkan diri pada Allah serta memiliki
keyakinan bahwa Allah akan memberikan kesembuhan
menjadi salah satu indikator berkembangnya kecerdasan
spiritual anak.
e. Memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-
nilai
Aspek ini melihat kemampuan anak untuk
merenungkan apa yang dipercayai dan dianggap bernilai,
serta berusaha memegang keyakinan yang dimilikinya.
Jadi, anak dapat melihat dan membedakan nilai baik dan
buruk di lingkungannya.
f. Cenderung melihat hubungan antar berbagai hal yang
berbeda menjadi sesuatu yang holistik
Kecerdasan spiritual membuat individu memiliki
cara pandang yang menyeluruh. Individu dapat menemukan
identitas dirinya, tujuan hidupnya, dan makna hidup
melalui hubungan yang dijalin dengan masyarakat dan
nilai-nilai spiritual yang dimilikinya.

16
g. Cenderung untuk bertanya untuk mencari jawaban-jawaban
yang fundamental
Orang-orang dengan kecerdasan spiritual cenderung
untuk bertanya mencari jawaban-jawaban yang mendasar
sehingga tidak bergantung pada orang lain. Akan tetapi,
untuk anak usia Sekolah Dasar masih perlu bimbingan
untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya.
h. Bertanggung jawab dan memberi inspirasi kepada orang
lain
Orang yang bertanggung jawab berarti orang
tersebut berupaya sekuat tenaga melaksanakan kewajiban
(amanah). Dari kecil anak harus dibiasakan untuk
bertanggungjawab mulai dari tanggungjawab terhadap
dirinya sendiri.
i. Memiliki kemudahan untuk bekerja mandiri
Orang yang kecerdasan spiritualnya sudah tinggi
mampu bekerja secara mandiri maupun kerja sama untuk
memecahkan permasalahan yang ada.
Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) tinggi,
cenderung tidak akan memiliki perasaan putus asa ataupun lelah
dalam kegiatan yang dilakukannya. Hal ini dikarenakan
terintregrasi prinsip kepada, karena, dan untuk Tuhan. Selain itu
mereka juga senang berbuat baik, suka menolong orang lain, dan
memiliki tujuan hidup yang jelas.

E. Faktor Perkembangan Kecerdasan Anak


Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat
belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
Motivasi merupakan dorongan yang mendasari setiap usaha
sescorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi belajar adalah

17
pendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi
belajar yang kuat, akan memperbesar usahanya untuk mencapai prestasi
yang tinggi. Motivasi karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin
belajar Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang
akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari
(Sardiman, 2007). Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah
sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi,
kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil.
Bayley (1979) di dalam studinya menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemampuan intelektual individu, yaitu;
1. Keturunan
Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan
orang tua, atau dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya
pengaruh factor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental
seseorang sampai pada tingkat tertentu.
2. Latar Belakang Sosial Ekonomi
Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor
social ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi
dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai
dengan remaja.
3. Lingkungan hidup
Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan
kemampuan intelektual yang kurang baik pula. lingkungan yang
dinilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-
panti asuhan serta institusi lainnya. Terutama bila anak
ditempatkan di sana sejak awal kehidupannya.
4. Kondisi Fisik
Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk,
perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat
kemampuan mental yang rendah.
5. Iklim Emosi

18
Iklim emosi di mana individu dibesarkan mempengaruhi
perkembangan mental individu yang bersangkutan

Kemudian menurut ahli terdadat 3 faktor yang


memengaruhi perkembangan kecerdasan anak yaitu:
1. Lingkungan berpengaruh pada perkembangan kecerdasan anak
Lingkungan yang penuh kasih dan cukup rangsangan,
kemungkinan besar akan meningkatkan taraf kecerdasan anak.
Stimulasi lingkungan yang baik akan menyebabkan penambahan
ketebalan korteks (lapisan) otak, penambahan jumlah sinaps
(penghubung) per neuron (sel saraf), dan penambahan pembuluh
kapiler.
2. Kematangan
Perkembangan susunan saraf yang matang akan menjadikan
fungsi-fungsi organ tubuh sempurna. Misal, fungsi-fungsi indra
menjadi lebih sempurna. Perkembangan kognitif pun berkembang
optimal. 
3. Pengaruh Sosial
Hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, seperti,
pengasuhan dan pendidikan, akan memengaruhi perkembangan
kognitif anak. Pengasuhan yang hangat dan penuh kasih sayang
mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak..

F. Multiple Intelligence pada Anak


Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) ditemukan oleh
Gardner didasarkan pada penelitian yang Ia lakukan tentang kapasitas
kognitif manusia (Human Cognitive Capacity). Menurutnya, kapasitas
kognitif manusia tidak hanya terdiri dari kecerdasan tunggal. Dalam
bukunya “Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences” (1983),
Gardner mengatakan bahwa setiap orang memiliki 8 kecerdasan berbeda,
dan tidak menutup kemungkinan adanya kecerdasan ke 9 yang dikenal
sebagai “kecerdasan eksistensialis”. Pada awal perkembangannya, teori ini

19
banyak dikritik. Orang-orang berpikir bahwa Gardner terlalu luas
mengartikan kecerdasan. Namun ternyata, teori kecerdasan majemuk ini
justru bisa digunakan guru dalam proses pengajaran anak-anak.
1. Kecerdasan Musikal-Ritme dan Harmoni
Kecerdasan tipe ini berkaitan dengan kepekaan terhadap
suara, ritme, nada dan musik. Anak-anak dengan kecerdasan
musikal biasanya memiliki kemampuan untuk bernyanyi,
memainkan alat musik, bahkan menciptakan karya musik. Tak
hanya itu, anak dengan kecerdasan musikal sangat peka terhadap
ritme, nada, melodi atau timbre.
Cara belajar yang cukup mudah bagi anak dengan
kecerdasan ini adalah dengan melibatkan puisi, lagu, kata-kata
berirama. Guru juga bisa membantu anak belajar dengan
memberikan iringan musik klasik saat belajar.
2. Kecerdasan Visual-Spasial
Anak yang memiliki kecerdasan visual biasanya suka
mengingat banyak hal yang berkaitan dengan gambar. Anak juga
cenderung suka bermain dengan bentuk-bentuk, senang mencorat-
coret, dan pandai menyelesaikan masalah, karena mampu
memprediksi apa yang akan terjadi melalui pola kejadian.
Jika anak memiliki kecerdasan visual, maka bantu
belajarnya dengan mind mapping, slide foto atau film. Ajak juga
anak untuk membuat coretan untuk membantu proses belajarnya.
Kecerdasan visual-spasial merupakan jenis kecerdasan
ganda. Kecerdasan ini kadang-kadang tidak muncul bersamaan,
ada anak yang memiliki kecerdasan visual saja atau spasial saja.
3. Kecerdasan Verbal-Linguistik (Bahasa)
Anak-anak dengan kecerdasan verbal atau kecerdasan yang
berhubungan dengan linguistik (bahasa) mampu mengekspresikan
pikirannya dengan sangat baik. Anak bahkan mampu menuliskan
pengalamannya dengan kreatif. Tak hanya itu, anak juga senang
menceritakan imajinasinya. Daya ingat anak dengan kecerdasan

20
linguistik ini sangat kuat dan dapat menghafal hal-hal baru dengan
mudah. Jika Anak memiliki ciri-ciri tersebut maka bantu
belajarnya dengan cara membuat rangkuman, membaca materi dan
melakukan permainan kata.
4. Kecerdasan Logika-Matematika
Jika anak sering bertanya tentang sebab akibat, mampu
menjelaskan sesuatu dengan logis, senang bereksperimen untuk
membuktikan dugaannya, dan sangat menyukai permainan teka-
teki. Maka anak tersebut memiliki kecerdasan logika – matematika
yang tinggi. Untuk itu, stimulasi belajar anak melalui eksperimen
untuk menjawab dugaannya tentang sesuatu.
5. Kecerdasan Kinestetik
Jika anak tidak bisa diam, senang sekali melompat,
memanjat, bahkan berlari. Tak hanya itu, anak memiliki kontrol
tubuh yang baik, gerakan reflek sempurna dan lebih mampu
mengingat hal yang dilakukan daripada apa yang dikatakan. Ini
karena anak memiliki kecerdasan kinestetik. Untuk itu, libatkan
kegiatan fisik guna membantu kegiatan belajarnya. Misalnya
dengan mempraktikkan langsung ilmu yang didapat, belajar di luar
ruangan atau mendramatisasikan proses belajar.
6. Kecerdasan Interpersonal
Anak yang memiliki kepekaan terhadap suasana hati,
perasaan, motivasi dan temperamen adalah anak dengan tingkat
kecerdasan interpersonal yang tinggi. Tak hanya itu, anak juga
mampu berkomunikasi secara efektif dan berempati dengan mudah
kepada orang lain. Inilah mengapa, anak lebih senang menikmati
diskusi dan perdebatan. Untuk itu, bantu belajar anak dengan cara
berdiskusi tentang sesuatu, atau belajar kelompok bersama teman-
teman. Ajak juga anak berkomunikasi secara interaktif untuk
mengajarkan proses sebab-akibat sebuah kejadian.
7. Kecerdasan Intrapersonal

21
Ada kecerdasan Interpersonal berarti juga ada kecerdasan
Intrapersonal. Anak yang memiliki kecerdasan Intrapersonal
biasanya memiliki intuisi yang tinggi, memiliki percaya diri,
mandiri, fokus, serta ingin tampil berbeda dengan orang lain.
Karena anak dengan kecerdasan Intrapersonal adalah anak yang
mandiri, maka bantu anak belajar dengan memberi ruang untuk
belajar mandiri. Beri juga anak target supaya proses belajarnya
lebih terarah, ajak ia untuk membuat jurnal hidup untuk refleksi
kekuatan serta kelemahan dirinya.
8. Kecerdasan Naturalistik
Anak yang memiliki kecerdasan Naturalistik lebih selaras
dengan alam dan sering tertarik dalam memelihara dan
mengeksplorasi lingkungan. Anak dengan kecerdasan tipe ini juga
tertarik dengan subjek seperti botani, biologi dan zoologi. Ciri
lainnya adalah anak senang berkebun, berkemah, menjelajah alam
bebas. Cara mudah untuk membantu anak belajar adalah dengan
bermain di luar ruangan dan izinkan anak memelihara hewan.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial yang juga sering disebut sebagai
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk mengatasi pertanyaan
mendalam tentang eksistensi manusia. Misalnya apa itu hidup?
Mengapa kita mati? Bagaimana kita bisa sampai disini?
Seseorang dengan kecerdasan eksistensial memiliki
kemampuan untuk menggunakan intuisi, pemikiran dan meta
kognisi, yang digunakan dalam menjawab pertanyaan mendalam
tentang manusia. Menurut Gardner, pertanyaan yang diajukan oleh
orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial adalah
pertanyaan yang melampaui batas persepsi. Salah satu orang yang
menunjukkan kecerdasan eksistensial adalah Socrates.

G. Pengertian Kreativitas pada Anak

22
Kreativitas berasal dari kata kreatif dan aktivitas. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki
kemampuan untuk menciptakan. Sedangkan aktivitas diartikan sebagai
keaktifan atau kegiatan. Menurut Santrock (Rohani. 2017: 11) kreativitas
merupakan kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang baru
dan tidak biasa serta melahirkan solusi yang unik terhadap masalah-
masalah yang dihadapi. Menurut Munandar (Rohani. 2017: 11) kreativitas
penting untuk dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak sejak dini
karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya.
Supriadi (Rachmawati. 2011: 13) mengemukakan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan atau
menciptakan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata
yang berbeda dengan karya yang sudah ada sebelumnya. I Gede Raka dan
Rahmat Wahab mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu potensi
manusia disamping kecerdasan, yaitu berupa kemampuan memikirkan hal
– hal baru yang belum diketahui orang. Musbikin (Rohani. 2017: 12)
mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan memulai ide,
melihat hubungan yang baru atau tak diduga sebelumnya, kemampuan
memformulasikan konsep yang tak sekadar menghafal, menciptakan
jawaban baru untuk memecahkan masalah yang ada dan mendapatkan
pertanyaan baru yang perlu dijawab.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan individu untuk berfikir tentang sesuatu
dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa, kemampuan memunculkan
ide, gagasan, metode, atau produk yang baru dalam menghasilkan
penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan yang ada.

H. Teori Kreativitas pada Anak


Sehubungan dengan teori kreativitas di atas, Sunarti, dkk (2001)
mengemukakan mengenai deskripsi singkat tentang teori kreativitas
tersebut yang antara lain sebagai berikut:
1. Teori Psikoanalisis.

23
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dengan
konsep sublimasi sebagai titik tolaknya. Kemampuan sublimasi
merupakan kemampuan merubah tujuan seksual asli menjadi
tujuan lain. Perbedaan individu dapat terjadi karena kekuatan
instink seksual dan kemampuan sublimasi tersebut. Menurut Freud
dalam upaya mengadaptasi kesukaran hidup terdapat tiga alat/cara
yang dapat ditempuh yaitu : (1) peralihan minat yang sangat kuat,
(2) gratifikasi sunstantif, dan (3) substansi yang memabukkan.
Kreativitas dalam hal ini dipandang sebagai pengganti yaitu alat
yang dapat melepaskan diri dari kesukaran sehingga dapat
mencapai berbagai tingkat kepuasaan dalam waktu yang terbatas.
2. Teori Assosiasionistik.
Teori assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang
dipelopori oleh Ribot yang merupakan pelopor assosiasionist.
Assosiasionist menunjukkan pada pertautan dalam proses
mental sehingga suatu proses cenderung menimbulkan proses
mental lainnya. Menurut teori assosiasionistik, dalam proses
berfikir kreatif, berfikir analogis memainkan peranan penting.
3. Teori Gestalt.
Teori gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses
terjadinya persepsi dan pengertian pada manusia. Teori ini
mengemukakan bahwa pengalaman manusia berstruktur yang
terbentuk dalam suatu keseluruhan. Manusia mengamati
stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam
bagian-bagian yang terpisah.
4. Teori Eksistensial.
Teori eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif
dalam momen-momen kreatifnya. Teori eksistensial tidak mencoba
mengurangi keseluruhan menjadi segmen-segmen dan menjelaskan
proses secara keseluruhan. Jika teori Gestalt memberikan konsep
kekuatan medan, struktur, gestalt dan vektor-vektor, maka teori
eksistensial hanya memberikan konsep encounter (pertemuan).

24
5. Teori Interpersonal.
Teori interpersonal memandang kreativitas menekankan
pada creator sebagai innovator dan orang lain yang mengenal
dan mengakui kreasinya. Dengan kata lain teori ini memandang
penting arti nilai dalam karya kreatif, karena nilai
mengimplikasikan pengakuan dan kontrol sosial.
6. Teori Trait.
Karakteristik pada individu yang dapat diteliti melalui
suatu pendekatan yang menekankan pada perbedaan individual.
Guilford menjelaskan bahwa trait utama pada manusia berkaitan
dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup antara lain: sensitivitas
terhadap masalah, kelancaran berfikir, keluwesan berfikir,
orisanalitas berfikir, redefinisi dan elaborasi.

I. Perkembangan Kreativitas Anak


1. Jenis Kelamin
Hasil penelitin terdahulu menyatakan bahwa laki-laki akan
lebih cenderung kreatif dibandingkan dengan anak perempuan.
Hal ini terjadi karena perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki
dan dan perempuan. Anak laki-laki cenderung lebih berani
mengambil resiko dibandingkan dengan anak perempuan yang
cenderung lebih berfikir dua kali dalam bertindak.
2. Kondisi sosial ekonomi
Anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi akan cenderung
lebih kreatif dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi lemah.
Hal ini dikarenakan anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi
cara mendidik terhadap anak akan lebih demokratis, dibandingkan
dengan ekonomi lemah. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi
tumbuh kembang kereativitas pada anak.
3. Ukuran keluarga
Anak yang berasal dari keluarga kecil akan memiliki
kecenderungan yang lebih dalam hal kreatvitasnya, dibandingkan

25
dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih banyak.
Keluarga yang berjumlah besar akan memiliki pola asuh otoriter,
sehingga hal ini berpengaruh dalam perkembangan kreativitas
anak.
4. Lingkungan kota dan desa
Anak yang tinggal di lingkungan desa akan lebih rendah
dalam hal kreativitasya jika dibandingkan dengan anak yang
tinggal di kota. Karena di pedesaan pada umumnya memiliki
pola asuh otoriter, hal ini dapat sedikit menghambat kreativitas
pada anak.
5. Intelegnsi
Anak yang memiliki intelegensi tinggi akan cenderung
lebih kreatif jika dibandingkan dengan anak yang memiliki
kemampuan di bawah rata-rata. Hal ini dikarenakan anak dengan
kemampuan intelegensi tinggi lebih akan mampu membentuk
gagasan baru pada berbagai situasi sosial serta penyelesaian
konflik.

J. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas pada Anak.


Mendidik anak merupakan tugas orang tua, dan pendidikan
merupakan proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Menurut Pamilu terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kreativitas anak adalah sebagai berikut:
1. Kedekatan emosi. Berkembangnya kreativitas anak sangat
bergantung pada kedekatan emosi dari orang tua. Suasana emosi
yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau terpisah
sangat menghambat perkembangan kreativitas anak.
2. Kebebasan dan respek Anak kreatif. biasanya memiliki orang tua
yang menghormatinya sebagai individu, mempercayai kemampuan
yang dimiliki, adanya keunikan, serta memberi kebebasan kepada
anak tidak otoriter, tidak selalu mengawasi atau terlalu membatasi
kegiatan anak.

26
3. Menghargai prestasi dan kreativitas. Orang tua anak kreatif
biasanya selalu mendorong anaknya untuk selalu berusaha sebaik-
baiknya dan menghasilkan karya yang baik, tidak menekankan
pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas, kejujuran dan imajinasi
dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.
Pengalaman pendidikan yang pertama dan paling utama diperoleh
anak adalah di dalam keluarga. Peran orang tua dalam mendidik dikatakan
sangat penting, diantaranya adalah memberi kesempatan anak untuk
memperoleh pengalaman yang banyak dan beraneka ragam kepada anak.
Sikap orang tua kepada anak seperti di atas dapat mempengaruhi bakat dan
kreativitas anak

K. Pengembangan Kreativitas dalam KBM


1. Kondisi yang harus diperhatikan
a. Sikap sosial tidak menyenangkan anak menghalangi
krerativitas, karena anak didorong berbuat sama dengan
anak lain yg belum tentu disukai
Dalam hal ini sebaiknya orang tua atapun guru tidak
memaksakan kehendak pribadi. Jika keegoisan orang
tua/guru tetap dilakukan maka akan berdampak pada
perkembangan kreativitas anak yakni anak akan merasa
frustasi dan juga depresi karena potensi yang dimiliki tidak
dikembangkan dengan baik. Oleh karena itu, orang tua
harus mendukung apa yang dilakukan anak sehingga anak
dapat bersemangat
b. Pengkondisian yang menyenangkan seperti dorongan,
waktu, material, hubungan baik dan tidak posesif orang tua,
teknik pengasuhan, kesempatan berbuat
Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang harus
diperhatikan. Sebab ketika anak mendapatkan sebuah
motivasi, kasih sayang orangtua, pengasuhan yang baik dll
anak akan merasa memiliki semangat dan kemauan yang

27
tinggi untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Selain itu,
untuk meraih cita-cita tersebut dapat diwujudkan dengan
guru membantu anak untuk belajar dan mengembangkan
potensi berupa kreativitas yang dimiliki.
c. Penyediaan materi stimulus eksperimen dan eksplorasi
Penyediaan materi stimulus eksperimen dan
eksplorasi ini merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan terutama bagi guru guna memberikan fasilitas
kepada anak untuk meningkatkan krativitas yang dimiliki.
Misalnya dalam kegiatan pembelajaran yakni pada
pembelajaran IPA guru melakukan pembelajaran bersama
siswa secara langsung (praktek) dengan melihat tumbuhan
berakar tunggang ataupun serabut secara langsung di
kebun. Hal tersebut dapat membuat anak melakukan
pembelajaran secara langsung dengan terjun langsung ke
tempat (lingkungan) sehingga dapat
menstimulus/memperlancar perkembangan kreativitas
siswa
d. Bimbingan dan dorongan gunakan potensi fisik dan
materi/bahan
Orangtua maupun guru memberikan suatu dorongan
berupa motivasi serta bimbingan kepada anak sehingga
anak akan bersemangat dalam melakukan sesuatu kemudian
hal tersebut berdampak pada potensi dan kemampuan yang
dimiliki anak dapat berkembang secara mencapai
maksimal. Selain itu, potensi tersebut nantinya dapat
memunculkan sebuah kreativitas yang baik dan berguna.
e. Orang tua tidak terlalu over-protektif
Dalam hal ini sebaiknya tidak terlalu over proteksi
kepada anak sebab jika orang tua over proteksi maka akan
berdampak buruk terutama pada perkembangan kreativitas
anak. Adapun dampak yang lain yakni anak akan lebih

28
mudah bergantung kepada orang lain, kurang dewasa dan
lain sebagainya.
f. Pengasuhan demokratik & permisif
Pola pengasuhan dengan gaya demokratik bersifat
positif dan mendorong anak-anak untuk mandiri, namun
orangtua tetap menempatkan batas-batas dan kendali atas
tindakan mereka. Orangtua tipe ini juga memberikan
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
suatu tindakan, serta pendekatan yang dilakukan orangtua
ke anak juga bersifat hangat. Sedangkan, pola asuh permisif
ini dapat dilihat bahwa orangtua dengan gaya pengasuhan
ini memberikan kebebasan kepada anak. Pada pola ini
disukai oleh anak. Harapannya dengan diberikan
pengasuhan ini anak dapat mengembangkan potensi dan
kreativitas yang dimiliki

2. Implikasi dalam KBM


a. Ciptakan tugas yg dikehandaki anak
Dalam hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu,
dengan adanya tugas ini dapat berguna bagi siswa supaya
siswa dapat belajar dengan rajin dan juga kreativitas siswa
dapat muncul secara sendirinya.
b. Pembelajaran dilandasi rasa ingin tahu
Dalam implikasi ini dapat dilakukan dengan guru
memberikan pembelajaran yang menarik yakni dengan cara
penyampaian yang baik dari guru kepada siswa. Hal ini
akan menarik siswa bersemangat dan juga siswa akan
merasa tertarik untuk mengetahui materi/pembelajaran
secara lebih mendalam
c. Pembelajaran mengembangkan sensitifitas

29
Dengan ada implikasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan media dan penyampaian materi yang
menarik dari guru. Hal ini akan mempercepat untuk siswa
peka/mudah dalam memahami materi pembelajaran yang
diberikan serta kemampuan kreativitas siswa dapat
berkembang dengan baik.
d. Pembelajaran dengan menggunakan berbagai masalah dan
tantangan
Penerapan pembelajaran dengan masalah dan
tantangan dalam KBM sangatlah penting untuk dilakukan.
Hal ini dikarenakan siswa akan dapat memunculkan sebuah
ide kreativitasnya serta dapat berfikir secara kritis untuk
menyelesaikan masalah yang ada (problem solving).
Kemudian, siswa pada umumnya menyukai sebuah
tantangan sehingga dapat memompa semangat siswa untuk
lebih giat belajar.
e. Pembelajaran dengan kelonggaran untuk elaborasi
Guru dalam KBM berlangsung hendaknya
memberikan kelonggaran kepada siswa. Dengan adanya
kelonggaran baik itu tugas maupun lainnya harapannya
siswa dapat lebih rajin dan juga cermat dalam mengerjakan
sesuatu yang diberikan oleh guru. Adapun hal lainnya yakni
dengan pemberian kelonggaran ini juga dapat memupuk
siswa SD dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki
dan juga intelektual siswa.
f. Berfikir konvergen & berfikir divergen
Hal ini bertujuan supaya anak/siswa dapat
memunculkan sebuah ide yang kreatif dan inovatif. Selain
itu, siswa juga dapat menganalisis ide-ide yang sudah
dimunculkan kemudian dapat dikaitkan dapat memecahkan
masalah yang ada (problem solving)
g. Dihindari penghakiman dari guru

30
Dalam hal ini misalnya ketika siswa melakukan
kesalahan guru harus memberikan nasihat (menghindari
pemberian hukuman) sehingga siswa dapat termotivasi
untuk bangkit. Selain itu, siswa yang mengalami kesulitan
untuk memunculkan kreativitas dapat dibantu guru.
h. Memungkinkan Eksperimen sesuai kebutuhan
Dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
eksperimen/praktek secara langsung. Misalnya dalam
pembelajaran IPA guru dan siswa dapat melakukan
eksperimen fotosintesis atau mencangkok secara sederhana
dikebun. Hal tersebut dapat memunculkan kreativitas siswa
karena siswa dapat melakukan secara langsung dengan
dibantu guru
i. Beri kesempatan tentukan pilihan
Dengan pemberian kesempatan kepada siswa ini
bertujuan supaya siswa dapat menunjukkan bakat maupun
kemampuannya secara langsung serta potensi dan
kreativitas yang dimiliki dapat dikembangkan secara
maksimal. Kemudian, ketika terdapat siswa yang dianggap
introvert atau memiliki gangguan guru memberikan
bantuan kepada siswa.
j. Anak dihadapkan pada persoalan riil (Donald J.T,1980)
Ketika anak dihadapkan dengan persoalan rill
terutama yang berkaitan dengan lingkungan sekitar maka
hal tersebut dapat memunculkan ide yang kreatif sehingga
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada
(problem solving).

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan fikiran serta dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia
menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping)
seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan potensial seseorang
untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat–alat berpikir.
Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang.
Dalam kecerdasan intelektual ini terdiri dari berbagai tahapan yakni tahap
sensori-motor : 0 – 1,5 tahun, pra-operasional : 1,5 – 6 tahun, operasional
konkrit : 6 – 12 tahun, dan operasional formal: 12 tahun ke atas.
Kecerdasan emosi adalah jenis kecerdasan yang fokusnya
memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan memimpin perasaan
sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi
dan sosial. mulus dengan orang lain. Adapun unsurnya meliputi
keyakinan, rasa ingin tahu, niat, kendali diri, keterkaitan, kecakapan
berkomunikasi dan kooperatif. Kemudian, dalam perkembangan emosi
(psikososial) anak usia sekolah menurut Erik Erikson, dapat diketahui
pada tahapan ini anak harus belajar bekerja keras mengembangkan sikap
rajin, rasa percaya dirinya untuk memotivasi diri, bersemangat dan bekerja
keras untuk keberhasilannya dalam belajar
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki individu
yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan hidup dengan
melibatkan Tuhan sebagai kekuatan non fisik di luar kekuatan manusia
agar kehidupan manusia menjadi bermakna. Kecerdasan spiritual harus
tetap dikembangkan sejak dini agar berjalan komperhensif dengan

32
kecerdasan-kecerdasan yang lain karena anak Sekolah Dasar sudah dalam
tahap berpikir operasional konkret.
Kemudian, dalam perkembangan kecerdasan anak terdapat
beberapa factor yakni factor intelektual dan non intelektual. Adapun factor
intelektual meliputi keturunan, latar belakang social ekonomi, lingkungan
hidup, kondisi fisik dan iklim emosi. Faktor non intelektual terdiri dari
motivasi.
Menurut Gardner multiple intelligence dibedakan menjadi 9 yakni
Kecerdasan Musikal-Ritme dan Harmoni, visual-spasial, verbal-linguistik,
logika-matematika, kinestetik, interpersonal, naturalistic dan eksistensial
Kreativitas merupakan kemampuan individu untuk berfikir tentang
sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa, kemampuan
memunculkan ide, gagasan, metode, atau produk yang baru dalam
menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan yang
ada. Adapun teori kreativitas terdiri dari teori Psikoanalisis,
Assosiasionistik, Gestalt, Eksistensial, Interpersonal, dan Trait. Selain itu,
terdapat perkembangan kreativitas anak yakni Jenis Kelamin, kondisi
social ekonomi, ukuran keluarga, lingkungan kota dan desa serta
intelegensi. Kemudian terdapat factor yang mempengaruhi kreativitas
yakni kedekatan emosi, kebebasan dan respek Anak kreatif, dan
menghargai prestasi dan kreativitas

B. Saran
Sebaiknya pengetahuan seputar perkembangan kecerdasan dan
kreativitas anak sangat penting untuk dikuasai oleh guru hal ini dilakukan
supaya pada saat terdapat murid yang mempunyai gangguan intelektual
dan kreativitas ataupun perkembangannya kurang baik guru dapat
mengambil langkah yang tepat guna membantu siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, dengan memahami dan mengetahui perkembangan kecerdasan
dan kreativitas anak ini guru dapat memilih metode dan media
pembelajaran yang baik bagi siswa supaya siswa dapat termotivasi dan
terdorong untuk belajar dengan giat dan rajin. Kemudian disisi lain

33
kurikulum pendidikan di Indonesia sebaiknya harus memperhatikan sistem
pembelajaran yang universal agar anak yang mempunyai gangguan dalam
hal kecerdasan, kreativitas dan kebutuhan khusus dapat mengikuti dengan
baik dan memudahkan tenaga pendidik dalam melaksanakan
kurikulumnya

34
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah Ibda. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Vol 3 No 1. Aceh
http://dikinsod.blogspot.com/2015/12/faktor-faktor-yang-dapat
mempengaruhi.html?m=1 Diakses pada Senin, 28 September 2020 pukul
10.00 WIB
http://etheses.uin-malang.ac.id/2174/7/08410047_Bab_2.pdf Diakses pada Senin,
28 September 2020 pukul 10.36 WIB
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/download/181/164
Diakses pada Selasa, 29 September 2020 pukul 21.00 WIB
https://nakita.grid.id/amp/026800/perkembangan-kecerdasan-anak Diakses pada
Senin, 28 September 2020 pukul 10.15 WIB
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/58/3/BAB%20II.pdf Diakses pada Minggu, 27
September 2020 pukul 13.00 WIB
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8718/5/BAB%20II.pdf Diakses pada Minggu,
27 September 2020 pukul 12.00 WIB.
http://repository.radenintan.ac.id/1693/5/Bab__II.pdf Diakses pada Selasa, 29
September 2020 pukul 21.35 WIB
http://repository.ut.ac.id/4713/1/PAUD4404-M1.pdf Diakses pada Minggu, 27
September 2020 pukul 13.00 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/artikel%20EQ.pdf Diakses pada Minggu,
27 September 2020 pukul 09.00 WIB
https://wartakota.tribunnews.com/2013/02/06/ketahui-apa-saja-penentu-
kecerdasan-anak Diakses pada Senin, 28 September 2020 pukul 10.13 WIB
https://www.researchgate.net/publication/328217424_TELAAH_KREATIVITAS
Diakses pada Selasa, 29 September 2020 pukul 22.15 WIB
Rohani. 2017. MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI
MEDIA BAHAN BEKAS. Vol. 05. No. 02.
Susilowari, R. 2018. Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Thufula 6(1):
146-158
www.schoolofparenting.id Diakses pada Sabtu, 26 September 2020 pukul 09.00
WIB

35

Anda mungkin juga menyukai