Anda di halaman 1dari 17

PAPER

“ Fasilitas Dalam Pendidikan Inklusi di Indonesia ”


Dosen Pengampu : Nurul Mutahara, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

Ika Sri Wahyuni (1847040032)


Nur Annisa Basri (1847042060)
Rihlah Ayu Raoda (1847042067)
Widya Tri Saputri B. (1847042059)

M7.5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………..….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..4
C. Tujuan Pembelajaran…………………………………………......................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi ruang kelas untuk kelas inklusi di sekolah regular…......................5


B. Manfaat perpustakaan untuk anak berkebutuhan khusus…….......................5
C. Fasilitas penunjang untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.....6-11
D. Isu-isu mengenai fasilitas sekolah anak berkebutuhan khusus…….............12
E. Kebijakan pemerintah dalam memenuhi fasilitas sekolah anak berkebutuhan
khusus agar kondisi belajarnya menjadi lebih baik……...............................13

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………14-15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………16
B. Saran………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…….....17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat urgent dalam kehidupan manusia. Dalam
kenyataannya, pendidikan telah mampu membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih
beradab. Pendidikan juga merupakan investasi yang paling utama bagi bangsa, apalagi bagi
bangsa yang sedang berkembang. Pembangunannya hanya dapat dilakukan oleh manusia
yang dipersiapkan melalui pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan harus dipersiapkan untuk
menunjang pembangunan melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

Pendidikan dalam pelaksanaannya yang diarahkan pada proses yang tertib, teratur,
dan terarah dengan media atau seni, yaitu manajemen. Manajemen merupakan seni untuk
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Berdasarkan riil manajemen mampu mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang
lain. Apalagi, manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya, tanpa manajemen, tidak
mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Lembaga
pendidikan yang menerapkan manajemen mutakhir bisa dikatakan merupakan lembaga
pendidikan modern. Begitu pula juka suatu lembaga atau institusipendidikan dikatakan maju
apabila mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang memadai berkaitan dengan proses
pendidikan ataupun akademik, baik yang secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam hal ini, yang berkaitan langsung dengan proses pendidikan, seperti gedung,
kelas, media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berkaitan
langsung, seperti halaman sekolah, kebun, taman, dan jalan menuju sekolah. Sarana dan
prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam
menunjang proses pembelajaran di sekolah Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dan
pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Anak
berkebutuhan khusus (ABK) perlu mendapat perhatian lebih serius. Terutama terkait fasilitas
dalam menunjang aktivitasnya. Sebab, fasilitas di sejumlah sekolah dianggap masih kurang.
Misalnya kamar mandi khusus untuk anak ABK yang menggunakan berkursi roda. Karena
itu, pemerintah dan masyarakat atau komite harus merumuskan dalam program kerjanya
untuk memenuhi komponen-komponen pendidikan inklusif. Sebab, siswa inklusif memang
butuh pendekatan dan layanan khusus Terpisah.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kondisi ruang kelas untuk kelas inklusi di sekolah regular?


2. Apa saja manfaat perpustakaan untuk anak berkebutuhan khusus?
3. Apa saja fasilitas penunjang untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi?
4. Apa sajakah isu-isu mengenai fasilitas sekolah anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam memenuhi fasilitas sekolah anak
berkebutuhan khusus agar kondisi belajarnya menjadi lebih baik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi ruang kelas untuk kelas inklusi di sekolah reguler.
2. Untuk mengetahui manfaat perpustakaan untuk anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk mengetahui apa saja fasilitas penunjang untuk anak berkebutuhan khusus di
sekolah inklusi.
4. Untuk mengetahui isu-isu mengenai fasilitas sekolah anak berkebutuhan khusus.
5. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam memenuhi fasilitas sekolah anak
berkebutuhan khusus agar kondisi belajarnya menjadi lebih baik.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kondisi Ruang Kelas Untuk Kelas Inklusi di Sekolah Regular

Ruang belajar yang digunakan untuk pembelajaran harus lapang dan tidak sempit agar
tidak terasa pengap titik sebagaimana menurut Abdul Majid bahwa ruangan tempat belajar
harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdasar disahkan dan saling
mengganggu antara siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas
belajar. Pengaturan ruang belajar hendaknya disesuaikan dengan kondisi peserta didik, materi
pelajaran yang akan diajarkan dan aktivitas belajar siswa. Pengaturan ruang kelas hendaknya
disesuaikan dengan kondisi peserta didik,materi pembelajaran yang akan diajarkan dan
aktivitas belajar siswa. Pengaturan ruang kelas juga dapat di desain dengan sesuatu yang
menarik semangat siswa untuk belajar seperti pembunuhan fasilitas pembelajaran, misalnya
poster, media pembelajaran yang bernilai pendidikan atau gambar-gambar pendukung
pembelajaran yang bernilai pendidikan atau gambar-gambar pendukung pembelajaran dan
pengaturan seni hiasan ruang kelas yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Abdul Majid memaparkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengaturan ruangan kelas yaitu: ukuran ruang kelas 8 mx7 m, dapat memberikan kebebasan
bergerak, komunikasi pandangan dan pendengaran, cukup cahaya dan sirkulasi udara,
pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa.selain itu
tempat duduk juga harus ditata dengan baik serta rapi dan nyaman sehingga siswa juga dapat
memperhatikan guru yang menerangkan materi pembelajaran tanpa ada gangguan yang
menghalangi, dan dapat memberikan kelancaran dalam proses belajar mengajar.

B. Manfaat Perpustakaan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Di dalam pengelolaan kelas antara pengawasan guru wali kelas guru mata pelajaran
guru pembimbing khusus, dan shadow bekerja sama untuk memberikan layanan dan
mengamati bagaimana perkembangan anak berkebutuhan khusus di masing-masing kelas.
salah seorang kepala sekolah menyatakan pengelolaan kelas pada anak berkebutuhan khusus
tidaklah mudah karena terdapat perbedaan antara anak yang normal dan berkebutuhan khusus
yang mana dalam proses pembelajaran nya lebih sederhana dibandingkan anak reguler
lainnya titik semua kegiatan harus dilakukan secara bersama-sama, sehingga tenaga pendidik
dan kependidikan harus bekerja sama untuk melakukannya secara keseluruhan titik yang
telah disediakan di sekolah harusnya memiliki ruang kelas, perpustakaan, halaman sekolah,
dan ruang sumber (ruang terapi) sebagai tempat konseling bagi anak-anak yang berkebutuhan
khusus.

5
Adapun perpustakaan mempunyai peran yang sangat penting terutama untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar anak kebutuhan berkebutuhan khusus (ABK) hal ini
bisa dilihat dari tersedianya koleksi penunjang dalam bentuk tulisan braille, CD interaktif,
dan alat-alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman para siswa terhadap teori-teori
tertentu titik dengan adanya program pembinaan minat baca dan program kelompok belajar
bersama sangat membantu para siswa dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.
Perpustakaan juga akan membantu guru pendamping inklusi agar dalam pelayanan minat
baca dan kelompok belajar bersama untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) bisa lebih
maksimal. Saat berada di perpustakaan, anak berkebutuhan khusus (ABK) akan menemui
banyak anak-anak lainnya, ini akan membantu ABK melakukan fungsi sosialnya secara wajar
sehingga dapat berguna bagi diri sendiri dan lingkungannya Serta, dengan banyak membaca,
anak berkebutuhan khusus (ABK) juga akan lebih meningkatkan daya kreativitas yang ada
pada diri mereka.

C. Fasilitas Penunjang Untuk Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi

Setiap sekolah penyelenggara inklusi harus mempersiapkan alat untuk asesmen dan
alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan kekhususan anak. apabila ABK yang ada di
sekolah tersebut adalah anak gangguan penglihatan dan anak autis, maka sekolah harus
menyediakan alat asesmen dan alat bantu pembelajaran untuk anak gangguan penglihatan dan
autis alat asesmen alat bantu pembelajaran untuk setiap ABK antara lain sebagai berikut :

a. Tuna Netra

1.) Alat Asesmen


Alat yang digunakan untuk asesmen penglihatan anak tunanetra seperti :
- SVR trial lens set
- Snellen chart
- Ishihara test
- Snellen chart electronic

2.) Orientasi dan mobilitas


Anak tunanetra mengalami gangguan orientasi mobilitas baik sebagian maupun
secara keseluruhan dapat menggunakan alat-alat sebagai berikut :
- Tongkat panjang
- Tongkat lipat
- Blind fold
- Bola bunyi
- Tutup kepala

3.) Alat bantu pelajaran/akademik


Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik maka dibentuk kan
pelayanan dan peralatan khusus berupa :

6
- Globe timbul
- Peta timbul
- Penggaris braille
- Papan baca
- Kompas braille
- Kamus bicara, dsb.

4.) Alat bantu visual


Kelainan penglihatan anak tunanetra bervariasi dari yang ringan (low vision)
sampai yang total (total blind) untuk membantu memperjelas penglihatannya.
Pada anak tunanetra Low vision yang dapat digunakan alat sebagai berikut :
- Magnifies lens set
- CCTV
- View scan

5.) Alat bantu auditif


Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra agar dapat mengikuti
pendidikan dengan lancar dapat digunakan alat-alat seperti:
- Tape recorder double deck
- Alat musik pukul
- Alat musik tiup

6.) Alat latihan fisik


Untuk mengembangkan kemampuan fisiknya adalah digunakan alat sebagai
berikut :
- Catur tunanetra
- Sepak bola dengan bola berbunyi
- Papan keseimbangan, dsb.

b. Tuna Rungu/Gangguan Komunikasi

1.) Alat asesmen


Asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk mengukur kemampuan
pendengaran atau untuk menentukan tingkat kekuatan suara atau sumber bunyi.
Dalam hal ini dapat menggunakan alat sebagai berikut :
- Mobile sound praof
- Scan test
- Bunyi-bunyian
- Audio meter T blanko audioragm, dsb.

2.) Alat bantu dengar


Untuk membantu pendengarannya dapat dilakukan penggunaan alat bantu dengan
(hearing Adi) seperti :

7
- Model saku
- Model belakang
- Model kacamata
Untuk membantu pendengaran dalam proses pembelajaran digunakan alat-alat
seperti:
- Hearing group
- Loop induction system

3.) Latihan bina persepsi bunyi dan irama


Untuk mengembangkan komunikasi dan bahan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat-alat berikut :
- Speech and sound simulation
- Spatel cermin
- Alat musik perkusi
- TV atau LCD, dsb.

4.) Alat bantu belajar atau akademik


Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik maka dibutuhkan
layanan dan peralatan khusus berupa :
- Anatomi telinga
- Miniatur benda
- Puzzle buah-buahan, binatang, konstruksi
- Kartu kata, kartu kalimat
- Atlas, globe, dsb.

5.) Alat latihan fisik


Untuk mengembangkan kemampuan motorik atau fisik anak tunarungu dapat
digunakan alat sebagai berikut :
- Bola dan net voli
- Bola sepak
- Raket bulutangkis dan suttle cock
- Static bicycle

c. Tuna Grahita/Anak Lamban Belajar

1.) Alat asesmen


Asesmen pada anak tuna grahita dilakukan untuk mengukur tingkat intelegensi
dan kognitif, baik secara individual maupun kelompok dapat digunakan alat
seperti :
- Tes intelegensi wisc. R
- Tes intelegensi stanford binet
- Cognitive ability test

8
2.) Latihan sensori visual
Untuk membantu sensori visual anak tuna grahita dapat dilakukan alat sebagai
berikut :
- Gradasi kubus, gradasi blok 1, gradasi blok 2
- Silinder 1, silinder 2, silinder 3
- Puzzle binatang
- Multi Indra
- Papan geometri, dsb.

3.) Latihan sensori perabaan


Untuk membantu sensori perabaan anak tuna grahita dapat digunakan alat sebagai
berikut :
- Keping raba 1, keping raba 2, keping raba 3
- Fub and hand
- Tactila, dsb.

4.) Sensori pengecap dan perasa


Alat yang digunakan melatih sensorik pengecap dan perasa berupa :
- Gelas rasa
- Botol aroma
- Tactile perception (untuk mengukur kemampuan perabaan)
- Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit)

5.) Latihan bina diri


Alat yang digunakan latihan bina diri berupa:
- Berpakaian 1, berpakaian 2, berpakaian 3
- Dressing frame set
- Sikat gigi, dsb.

6.) Konsep dan simbol bilangan


Alat yang digunakan melalui konsep dan simbol bilangan berupa :
- Keping pecahan
- Geometri 3 dimensi
- Tiang bilangan

7.) Kreativitas dan daya piker


Alat yang digunakan berupa :
- Das baukastchen
- Das wurfelufen
- Maxi bausteinwagen, dsb.

8.) Alat pengajaran bahasa


Alat yang digunakan melatih berbahasa berupa :

9
- Pias kalimat, pias huruf
- Alphabet loweincase
- Alphabet fiore box

9.) Latihan perseptual motor


Alat yang digunakan melatih perseptual motor adalah :
- Bak pasir
- Papan keseimbangan
- Balancier zehner
- Balancier brett, dsb.

d. Tuna daksa

1.) Alat asesmen


Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa dilakukan untuk mengetahui keadaan
postur tubuh keseimbangan tubuh kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta
perabaan. Alat yang digunakan adalah :
- Finger goniometer
- Flexometer plastic hammer, dsb.

2.) Alat latihan fisik


Agar anak tunadaksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari diperlukan
latihan. Alat yang digunakan adalah :
- Pulley weight
- Kanaval table
- Squeez ball, dsb.

3.) Alat bina diri


Agar anak tunadaksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-
hari (activity of daily living), maka perlu latihan alat yang digunakan adalah :
- Swivel utensil
- Dressing frame set
- Lacing shoes, dsb.

4.) Alat orthotic dan prosthetic


Agar anak tunadaksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari
(activity of daily living), maka perlu alat bantu rothotic dan prosthetic. Alat-alat
yang digunakan adalah :
- Cock up racing splint
- Flexion extension
- Back splint, dsb.

10
5.) Alat bantu belajar atau akademik
Untuk membantu penguasaan kemampuan bidang akademik maka dibentukkan
layanan dan peralatan khusus alat tersebut berupa :
- Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat
- Abacus dan washer
- Torso seluruh badan, dsb.

e. Tuna Laras

1.) Asesmen gangguan perilaku


Asesmen dilakukan pada anak tunalaras untuk mengetahui penyimpangan perilaku
anak. alat yang digunakan :
- Adaptive behavior inventory for children
- AAMD adaptive behavior scale

2.) Alat terapi perilaku


Untuk mereduksi perilaku yang menyimpang maka dibutuhkan peralatan khusus
yaitu:
- Duck walk
- Step and count
- Puppen house, dsb.

3.) Alat terapi fisik


Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak tuna laras, alat yang
digunakan seperti :
- Matras
- Meja pingpong
- Power rider, dsb.

f. Anak Berbakat

1.) Alat asesmen


Asesmen dilakukan pada anak berbakat untuk mengetahui, keberbakatan dan
menilai tentang kebutuhan untuk menempatkan dalam program-program
pendidikan sesuai dengan dan dalam rangka pengembangan potensinya. Alat yang
digunakan adalah :
- Tes intelegensi WISC-R
- Cognitive ability test
- Differential aptitude test, dsb.

11
2.) Alat bantu ajar atau akademik
Sarana sarana belajar yang diperlukan :
- Sumber belajar
- Buku paket
- Buku pelengkap, buku referensi
- Modul
- Lembar kerja

3.) Media pembelajaran


- Radio
- TV
- Kaset recorder
- Komputer, dsb.

g. Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar

1.) Alat asesmen


Asesmen pada anak yang mengalami kesulitan belajar dilakukan untuk
mengetahui bentuk kesulitan belajar dan untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program
pembelajarannya. Alat tersebut adalah :
- Instrumen ungkap riwayat kelainan
- Tes intelegensi WISC

2.) Alat bantu ajar atau akademik


Kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar bahasa, kesulitan belajar
menulis (disprafia), kesulitan belajar matematika (diskalkulia), alatnya meliputi :
- Kartu abjad
- Kartu kata
- Kartu kalimat
- Balok bilangan 1
- Kata bilangan
- Papan bilangan

D. Isu-Isu Mengenai Fasilitas Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus

1. Meningkatnya jumlah Anak Berkubutuhan Khusus (ABK) di Indonesia dari tahun ke


tahun semakin besar. Menurut data BPS tahun 2005 diperkirakan ada kurang lebih 4,2
juta ABK di Indonesia (Republika,2013). Berdasarkan data BPS tahun 2007 ada 8,3 juta
ABK di Indonesia, sehingga dapat disimpulkan dari tahun ke tahun jumlah ABK semakin
meningkat namun hal ini menjadi sebuah permasalahan dikarenakan jumlah sekolah
inklusif yang masih sedikit dianggap masih belum mampu menampung anak
berkebutuhan khusus (ABK) yang jumlahnya semakin meningkat tiap tahunnya.

12
2. Perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap pelaksanaan sekolah inklusi dianggap
masih kurang sehingga dianggap berpengaruh pada kurangnya sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan inklusi.
3. Anggaran untuk sekolah inklusif masih sangat terbatas.

E. Kebijakan Pemerintah Dalam Menyikapi Isu Mengenai Fasilitas Sekolah Anak


Berkebutuhan Khusus (ABK)

1. Mendorong semua sekolah agar menjadi sekolah inklusif.


2. Penambahan insentif bagi guru pembimbing khusus dan biaya operasional bagi
sekolah yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
3. Melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.

13
BAB III
PEMBAHASAN

“Isu-Isu Mengenai Fasilitas Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus”

Fasilitas yang dimiliki di sekolah menjadi suatu keharusan jika ingin memberikan
layanan pendidikan yang layak kepada siswa. Sarana dan prasarana pendidikan inklusif
adalah perangkat keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan tertentu. Pada
hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tertentu itu dapat
dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas bagi kelancaran mobilisasi anak
berkebutuhan khusus, serta media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus.

Komponen sarana dan prasarana dalam sistem pendidikan inklusi, menjadi salah satu
komponen yang termasuk penting. melihat karakteristik anak berkebutuhan khusus, maka
sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan
anak. Selain komponen sekolah seperti tanah, gedung, kantor, gedung sekolah, laboratorium,
monumen, temapt tinggal dan sebagainya, diperlukan pula alat-alat spesifik seperti ruang
khusus bagi anak Low Vision, ruang kedap suara bagi anak tunarungu, berbagai macam alat
peraga bagi anak autis, serta alat-alat bantu pembelajaran yang kesemuanya diharapkan dapat
menunjang untuk anak dapat belajar secara efektif dan maksimal.

Ada beberapa isu yang kami temukan mengenai persoalan fasilitas sekolah anak
berkebutuhan khusus (ABK). Pertama, meningkatnya jumlah Anak Berkubutuhan Khusus (ABK)
di Indonesia dari tahun ke tahun semakin besar. Menurut data BPS tahun 2005 diperkirakan ada
kurang lebih 4,2 juta ABK di Indonesia (Republika,2013). Berdasarkan data BPS tahun 2007 ada 8,3
juta ABK di Indonesia, sehingga dapat disimpulkan dari tahun ke tahun jumlah ABK semakin
meningkat namun hal ini menjadi sebuah permasalahan dikarenakan jumlah sekolah inklusif yang
masih sedikit dianggap masih belum mampu menampung anak berkebutuhan khusus (ABK) yang
jumlahnya semakin meningkat tiap tahunnya. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) terus mendorong agar tersedia
pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di setiap kota dan kabupaten. Mengingat
dari 28.317 lembaga-lembaga pendidikan di tingkat SD, SMP hingga SMK, saat ini hanya 12
persen yang bisa menerima ABK. Padahal pada 2021 mendatang, semua sekolah di Indonesia
mulai jenjang SD, SMP hingga SMA ditargetkan harus menjadi sekolah inklusi. Ini
diungkapkan Ngadirin selaku Kepala Seksi Penilaian Direktorat Pembinaan Pendidikan
Khusus dan Pelayanan Khusus Pendidikan Dasar Menengah Kemdikbud.''Banyak lembaga
pendidikan tidak siap menangani ABK karena berbagai faktor, mulai minimnya fasilitas

hingga tenaga pengajarnya,'' kata Ngadirin saat menjadi salah satu pembicara dalam talkshow
peringatan Hari Down Syndrome Sedunia yang diselenggarakan Universitas Nahdlatul

14
Ulama Surabaya (Unusa), Sabtu (16/3/19). Mengatasi kendala tersebut, lanjutnya,
Kemdikbud terus berupaya untuk melakukan sosialisasi dengan mengubah mindset sekolah
dan guru-guru bahwa anak berkebutuhan khusus itu berhak mendapatkan pendidikan dan
kehidupan yang layak.''Menerima anak-anak berkebutuhan khusus bukanlah beban
melakukan memang sudah menjadi kewajiban. Ini yang terus kita sosialisasikan,'' tegasnya.

Kedua, insentif bagi guru pembimbing khusus dan biaya operasional bagi sekolah
yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Hal ini dianggap berpengaruh pada
kinerja para tenaga pendidik khususnya dalam membimbing anak berkebutuhan khusus yang
cara penanganannya lebih ekstra serta pengadaan sarana dan prasarana yang digunakan
sebagai penunjang akademik. Sebelumnya, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)
Mohammad Nuh menjanjikan penambahan insentif bagi guru pembimbing khusus dan biaya
operasional bagi sekolah yang menangani ABK. Namun menurut Mudjito anggaran yang
tersedia hanya sekitar Rp 330 miliar per tahun dari total anggaran Kemdiknas yang berjumlah
sekitar Rp 55 triliun. Anggaran itu sebagian besar dialokasikan untuk pemberian beasiswa
dan block grant. Khusus untuk anak autis disediakan beasiswa Rp 2,5 juta per tahun untuk
6.000 anak autis yang terdaftar di sekolah. Selain itu ada pula beasiswa Rp 750 ribu per tahun
bagi ABK. "Untuk sekolah yang menangani ABK seharusnya minimal diberikan Rp 50 juta
untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya," kata Mudjito. Hal inilah yang terus disoroti
oleh pemerintah dengan harapan dapat meningkatkan mutunya.

Ketiga, kurangnya pemahaman dan ilmu para tenaga pendidik dan warga sekolah
akan pentingnya pengadaan sekolah inklusi serta cara penanganan anak berkebutuhan khusus
(ABK), juga berpengaruh pada tersedianya sarana dan prasarana pada sekolah itu sendiri.
Oleh karena itu, menanggapi hal ini, pemerintah terus melakukan sosialisasi secara masif ke
berbagai sekolah. Pemerintah juga memberikan stimulus-stimulus ke sekolah, misalnya
pemberian bantuan fasilitas tambahan untuk sekolah yang hendak melaksanakan pendidikan
inklusi serta memberikan pelatihan bagi guru-gurunya. ''Ada juga stimulus tambahan dana BOS
dan banyak lainnya. Itu salah satu stimulusnya ya,'' imbuhnya. Dikatakan Ngadirin pelaksanaan
pendidikan inklusi di setiap lembaga merupakan amanat Undang-Undang nomor 8/2016 tentang
penyandang disabilitas. Sehingga semua sekolah harus dan wajib menerima ABK apapun kondisinya.
Sedangkan saat ini sekolah yang bisa melaksanakan pendidikan inklusi ditentukan pemerintah daerah
setempat. Namun ke depan, semua sekolah harus melaksanakan pendidikan inklusi ini.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif sangat di butuhkan dan menjadi
syarat dalam menunjang fasilitas siswa khususnya untuk siswa inklusif. Di samping itu
sekolah penyedia penyelenggaraan pendidikan inklusif harus benar-benar memperhatikan
kebutuhan siswa itu sendiri. Mekanisma dan manajemen sekolah yang baik diharapkan dapat
mengontrol terselenggaranya kegiatan pendidikan sekolah inklusif ini. Maka dari itu peran
lembaga baik pemerintah pusat atau daerah, pihak sekolah, guru, serta orang tua siswa sangat
di butuhkan dalam rangka mendukung terciptanya program pendidikan inklusif ini dengan
baik.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari seluruh pembaca agar pembuatan makalah kedepannya akan lebih baik,
dan kami mengharapkan agar kita semua dapat memahami pembelajaran dalam makalah
ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bastiana. 2017. Memahami Pendidikan Inklusi. Makasssar : Badan Penerbit Universitas


Negeri Makassar

Inggried. Sistem Pendidikan Nasional Sebuah Tinjauan Kritis. Diakses pada laman
https://nasional.kompas.com/read/2011/07/22/08440731/Layanan.Pendidikan.Inklus
Tidak.Merata. Pada Hari Jumat Tanggal 20 Maret 2020 Pukul 08.37 WITA.

Tim BASRA. https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/kemdikbud-targetkan-semua


sekolah-jadi-sekolah-inklusi-pada-2021-1552783990305615771. Pada Hari Jumat
Tanggal 20 Maret 2020 Pukul 09.20 WITA.

17

Anda mungkin juga menyukai