DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH :
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kami kekuatan dan
petunjuk untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami
sekelompok tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pebelajaran yang telah
dititpkan kepada kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan,
namun dengan penuh kesebaran kami mencoba menyelesaikan makalah ini.
Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. NINA
PERMATASARI, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan inklusif.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi dan dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR/TABEL.......................................................................................... 4
C. TUJUAN................................................................................................................ 6
D. MANFAAT ........................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 18
B. SARAN................................................................................................................ 19
3
DAFTAR GAMBAR/TABEL
4
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Inklusi merupakan istilah dalam dunia pendidikan yang menyatukan
anak-anak berkebutuhan khusus ke dalam program–program sekolah reguler. Istilah
inklusi juga dapat diartikan sebagai penerimaan anak-anak berkebutuhan khusus ke
dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial, dan konsep diri sekolah, sehingga anak-
anak berkebutuhan khusus dapat terlibat langsung dalam kehidupan sekolah yang
menyeluruh (Smith, 2014).
Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
ksempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama sama dengan peserta didik pada
umumnya.
Pendidikan inklusi adalah suatu kebijakan pemerintah dalam mengupayakan
pendidikan yang bisa dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pemerataan
pendidikan tanpa memandang anak berkebutuhan khusus maupun normal agar bisa
bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk masa depan
kehidupannya. Sekolah inklusi berusaha untuk mengatasi masalah pemerataan
kesempatan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus supaya bisa belajar disekolah
reguler. Sebagai pembaharuan pendidikan, pendidikan inklusi lahir karena banyaknya
anak berkebutuhan khusus yang semakin bertambah dan akses pendidikannya terbatas,
karena lokasi SLB pada umumnya berada di ibu kota kabupaten. Padahal anak-anak
berkebutuhan khusus tersebar tidak hanya di ibu kota kabupaten tetapi hampir diseluruh
daerah (kecamatan/desa). Akibatnya, sebagian anak berkebutuhan khusus, karena faktor
ekonomi terpaksa tidak disekolahkan oleh orang tuanya karena lokasi SLB jauh dari
rumah, sedangkan SD terdekat tidak bisa menerima karena merasa tidak mampu
melayaninya. Sebagian yang lain, mungkin selama ini dapat diterima di SD terdekat,
namun karena ketiadaan pelayanan khusus bagi mereka, akibatnya mereka berpotensi
tinggal kelas yang pada akhirnya akan putus sekolah. Akibat lebih lanjut, program wajib
belajar pendidikan dasar akan sulit tercapai.
Anak berkebutuhan khusus atau yang sering di singkat dengan ABK merupakan
anak yang memiliki karakteristik yang berbeda dari anak pada umumnya. Meyatukan
5
anak berkebutuhan khusus dengan anak reguler di sekolah merupakan upaya yang
dilakukan pemerintah Republik Indonesia untuk mewujudkan pendidikan yang
menghargai keberagaman dan tidak diskriminatif, hal tersebut tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Sistem penyelenggara
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
keistimewaan dalam fisik dan mental baik yang memiliki kekurangan ataupun yang
memiliki kelebihan dalam kecerdasan/bakat istimewa untuk dapat mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya (Permendiknas RI, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pendidikan Inklusif?
2. Bagaimana efektivitas Kerja Team dalam Kinerja Guru
3. Apakah Guru Pendidikan Khusus di Perlukan?
4. Bagaimana peran guru dalam sistem pendidikan inklusif?
5. Bagamana aksesibilitas fisik dan non-fisik dalam aturan pendidikan inklusif?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan inklusi.
2. Untuk mengetahui efektivitas belajar dengan cara kerja team pada kinerja
guru
3. Untuk mengetahui Perlunya Guru dalam Anak Berkebutuhan Khusus
4. Untuk mengetahui peran guru dalam sistem pendidikan inklusif.
5. Untuk mengetahui aksesibiltas fisik dan non-fisik dalam sistem pendidikan
inklusif.
6
D. MANFAAT
1. Untuk menjadian Mahasisiwa Paham tidak hanya dari segi Materi
2. Menambah wawasan pengetahuan tentang sistem Pendidikan Inklusif
3. Memahami karakter diri sebagi Calon Pendidik
4. Mengenal Sistem Pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus
7
BAB II KAJIAN TEORI
Meskipun Inklusi adalah konsep yang relatif baru dalam hal khusus pendidikan,
banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki efektivitas praktik ini. Sebuah
meta-analisis dilakukan oleh Conrad Carlberg dan Kenneth Kavale (1980) untuk
temuan 50 studi. Hasilnya menunjukkan ukuran efek 0,15 untuk akademik efek dan
0,11 untuk efek sosial. Meta analisis lain adalah dilakukan oleh Wang dan Baker
(1985/1986) terhadap temuan 11 studi. Analisis menunjukkan ukuran efek 0,44 untuk
akademik efek, dan 0,11 untuk efek sosial. Edward T. Baker (1994) melakukan meta
8
analisis terhadap temuan 13 studi untuknya gelar doktor di Temple University. Hasilnya
ditunjukkan ukuran efek 0,08 dan ukuran efek sosial 0,28. Jadi seperti yang ditunjukkan
oleh penelitian ini, inklusi memiliki efek positif baik pada pengembangan akademik dan
sosial kebutuhan khusus siswa.
Dalam ulasan penelitian, Debbie Staub dan Charles Peck (1994/1995) meneliti
efek inklusi pada prestasi, pada waktu belajar akademik, dan tentang perilaku siswa
normal. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa inklusi tidak membahayakan
siswa dalam prestasi mereka, jumlah waktu belajar yang efektif, dan perilaku sosial.
Mereka juga mengidentifikasi lima efek positif penyertaan :
1) Penurunan rasa takut akan perbedaan individu, harga diri yang lebih baik dan
kepedulian yang lebih besar untuk khusus teman sebaya.
2) Pertumbuhan kognisi sosial.
3) Peningkatan konsep diri.
4) Pengembangan kepribadian.
5) Persahabatan yang bermakna, dekat, dan penuh perhatian.
9
Manfaat pendidikan inkusif bagi peserta didik pada umumnya adalah dapat
belajar mengenai keterbatasan dan kelebihan tertentu pada teman temannya,mengetahui
keterbatasan dan kelebihan serta keunikan temannya. Peserta didik pada umumnya akan
tumbuh rasa keperdulian terhadap keterbatasan dan kelebihan peserta didik
berkebutuhan khusus.
Dalam dunia pendidikan penggunaan kerja team merupakan solusi terbaik untuk
mencapai mutu pendidikan yang baik. Kerja team yang solid akan memudahkan
10
manajemen dalam mendelegasikan tugas-tugas organisasi. Namun demikian untuk
membentuk suatu tim guru yang solid dibutuhkan komitmen yang tinggi.
Menurut Robbins dan Judge bahwa secara umum kerja team dapat didefenisikan
sebagai kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagai informasi dan mengambil
keputusan agar bisa membantu tiap anggota berkinerja dalam bidang sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing. Kerja team merupakan sarana yang sangat baik dalam
menggabungkan berbagai informasi dan dapat memberikan solusi yang inovatif suatu
pendekatan yang baik, selain itu keterampilan dan pengetahuan yang beranekaragam
yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat kerja
team lebih menguntungkan jika dibandingkan individual.
Pendidikan Inklusif akan berjalan dengan baik jika prinsip pendidikan inklusif
terpenuhi dengan baik. Ketiga dimensi dalam pendidikan inklusif harus berjalan seiring
dan tidak bisa hanya sebagian saja dilaksanakan, dimensi pendidikan iknlusif tersebut
yaitu:
1. Kebijakan Inklusif
Paradigma pendidikan inklusif akan berjalan dengan baik jika didukung oleh
para pengambil kebijkan seperti pejabat yang berwenang menentukan arah
kebijakan pendidikan, pengawas, kepala sekolah dan pihak-pihak lain penentu
kebijakan pendidikan.
2. Budaya Inklusif
Paradigma pendidikan inklusif harus mengakar disetiap orang yang terlibat
dalam pelaksanaan pendidikan. Sekolah dapat memprogramkan sosialisasi
tentang seluk beluk pedidikan inklusif secara berkelanjutan bagi setiap guru,
komite, staf, dan orang lain yang terlibat. Pendidikan inklusif harus menjadi
11
budaya setiap orang yang terlibat. Budaya inklusif terwujud dengan dukungan
dan sebuah komitmen selalu mengatasi hambatan.
3. Praktek Secara Nyata
Paradigma pendidikan inklusif hanya akan menjadi sebuah wacana saja jika
tidak diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan disekolah. Setiap
program sekolah harus bernuansa inklusif. Praktek nyata merupakan wujud
keberhasilan tertinggi dalam hirarki pelaksanaan pendidikan inklusif.
Guru dalam sekolah adalah suatu team. Kerjasama yang baik antara guru
merupakan cara yang terbaik dalam pencapaian mutu pendidikan yang diinginkan. Baik
tidaknya suatu kinerja guru sangat ditentukan oleh keadaan atau suasana kerja team
antar guru di sekolah yang bersangkutan. Kerja team guru merupakan kebutuhan utama
dalam meningkatkan mutu dan daya saing. Karena itu, sekolah perlu bersungguh-
sungguh dalam memelihara, meningkatkan, dan memperhatikan faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan kerja team guru.
Kerja team guru dalam sekolah dapat menjadi kekuatan untuk meningkatkan
kinerja guru bila kerja team itu dapat dikelola dengan baik. Kekuatan kerja team dapat
digunakan oleh guru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, tempat
mengembangkan potensi dan aktualisasi. Kerja team juga dapat dijadikan sebagai ruang
belajar, ruang kerja dan tempat bermain atau bercanda dan sebagainya. Tetapi bila kerja
team tidak dikelola dengan baik oleh anggotanya, tentu saja bisa menjadi kelemahan
bahkan menjadi sumber malapetaka bagi efektivitas kinerja guru.
12
bertugas menangani hambatan belajar terutama hambatan belajar yang disebabkan
karena anak didik tergolong ABK.
Guru pembimbing khusus adalah guru yang memliki kualifikasi akademik dan
kompetensi pendidikan khusus yang di beri tugas oleh Kepala Sekolah/Kepala
Dinas/Kepala Pusat Sumber (Resource Center) untuk memberikan
bimbingan/advokasi/konsultasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
umum dan sekolah kejuruan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.
13
Tugas Guru Pembimbing Khusus antara lain:
a. Menyusun program pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran
b. Melakasanakan program pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran
c. Memonitor dan mengavaluasi program pembimbingan bagi gurur kelas dan guru
mata pelajaran.
d. Memberikan bantuan profesional dalam penerimaan , identifikasi , asesmen,
prevensi, intervensi, kompensatoris dan layanan advokasi peserta didik
e. Memberikan bantuan profesional dalam melakukan pengembangan kurikulum,
program pendidikan individual, pembelajaran, penilaian, media dan sumber
belajar serta sarana dan prasarana yang aksesibel
f. Menyususn laporan program pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata
pelajaran
g. Melaporkan hasil pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran
kepada kepala sekolah, dinas pendidikan kabupaten/Kota/Provinsi dan pihak
terkait lainnya
h. Menindaklanjuti hasi pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran.
Peningkatan kompetensi bagi para pendidik dana tenaga kependidikan dapat dilakukan
melalui pusat pengemangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
(P4TK), lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP), perguruan tinggi (PT),
lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya dilingkungan pemerintah daerah,
kementerian pendidikan dan kebudayaan dan/atau kementerian agama, kelompok kerja
guru/kepala sekolah(KKG/KKS), kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS),
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS),
musyawarah kerja pengawas sekolah (MKPS), kelompok kerja pendidikan inklusif dan
sejenisnya.
14
Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan Dasar dan Menengah. Berkaitan dengan Sarana dan Prasarana yang
berorientasi pada bidang pendidikan khusus harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 33 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Memahami perbedaan
Pengambilan perspektif
Keamanan nyata
Pengecualian menyakiti semua orang
Kasih sayang
Memberi dan mendapatkan bantuan dengan ramah
Tanggung jawab satu sama lain
Kejujuran tentang topik-topik sulit
Keberanian
Iman dan harapan
15
Aksesibilitas non fisik misalnya buku dalam huruf Braille bagi pesertadidik
yang mempunyai gangguan penglihatan total dan buku yang ditulis/dicetak dengan
huruf besar dan tebal bagi peserta didik yang mempunyai gangguan kurang penglihatan
atau low vision. Bahasa isyarat bagi peserta didik yang mempunyai gangguan
pendengaran. Sikap guru yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran, dan sebagainya.
Target Aksebilitas adalah terciptanya fasilitas baik fisik mupun non fisik yang
membuat para penggunanya merasa aman, mudah dan nyaman. Aksebilitas merupakan
kunci kemudahan manusia. Lembaga sekolah sebenarnya juga termasuk fasilitas umum.
Misalnya bisa kita simak dari salah satu undang-undang yang mengatur tentang
aksebilitas bagi penyandang disabilitas yaitu Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung. Pasal 31 dinyatakan : (1) Penyediaan fasilitas dan
aksebilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (2) merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.
(2) Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), termasuk penyediaan lingkungannya. (3) Ketentuan mengenai penyediaan
aksebilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selama ini penciptaan lingkungan fisik maupun non fisik memang lebih
diperuntukkan bagi penyandang disabilitas, sebab masyarakat yang tidak mengalami
disabilitas memang tidak terlalu membutuhkan fasilitas aksesibel. Seperti pendapatnya
Tarsidi (2008) : “Sesungguhnya para penyandang ketunaan tidak mengaharapkan dan
tidak pula memerlukan lebih banyak hak daripada orang-orang pada umumnya. Mereka
hanya menghendaki agar dapat bergerak di dalam lingkungannya dengan tingkat
kenyamanan, kemudahan dan keselamatan yang sama dengan warga masyarakat
lainnya, memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang
normal, dapat semandiri mungkin dalam batas-batas kemampuannya”.
Aksesibilitas fisik dan non fisik tersebut memegang peranan strategis dalam
memberikan peluang dan kemudahan bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Aksesibilitas ini memeberikan manfaat tidak hanya bagi peserta didik berkebutuhan
khusus saja tetapi juga kepada semua orang. Adanya kursi roda dan koridor kelas yang
memberikan ruang gerak untuk kursi roda, tangga yang kemiringannya dibuat tidak
16
curam, toilet duduk yang dilengkapi dengan pemegangan, ketinggian rak buku yang
mudah dijangkau oleh semua peserta didik, ketinggian meja dan rak peralatan yang
mudah dijangkau oleh semua peserta didik disekolah penyelenggara pendidikan inklusif
adalah bagian dari pelaksanaan aksesibilitas fisik.
17
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan didirikan lembaga pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menge,bangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketersmpilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berbagai karakter yang berbeda dalam kelas inklusi ditanggapi dengan berbagai
penyesuaian pembelajaran muali dari perencanaan, isi, metode, media, sistem evaluasi,
dan standar capaian siswa. Jadi pendidikan inklusif merupakan proses pendidikan yang
dikelola oleh sekolah dengan kendali dari pemangku kebijakan terkait yang melibatkan
lingkungan masyarakat, budaya, dan politik untuk menerima seluruh karakter anak
untuk diberi pembelajaran, dan pelatihan dengan sistem, strategi dan dukungan yang
sesuai bagi mereka.
18
B. SARAN
Langkah awal dalam pemberian layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus
di sekolah adalah melakukan identifikasi dan asesmen terhadap kebutuhan pendidikan
dari siswa yang bersangkutan. Temukan terlebih dahulu anak-anak yang diduga
mengalami keberbutuhan khusus, dengan beberapa teknik identifikasi dan asesmen. Hal
ini sangat penting untuk dilakukan, mengingat kebutuhan layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus sangatlah spesifik, dengan berbagai keunikan yang dimilki.
Melalui asesmen permasalahan-permasalahanpendidikan khusus yang dialami anak
akan diketahui, dalam bidang apa, dan rentang persoalan yang dihadapinya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, Imam & Utomo, 2016. Pendidikan Inklusif : Paradigma Pendidikan Ramah
anak. Banjarmasin : Pustaka Banua
20