Dibuat Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Terima kasih banyak juga kami ucapkan pada
teman-teman kami yang telah mendudukung dalam penyelsaian makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN............................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
A. Hakikat dan Konsep Etnosains................................................ 3
B. Deskripsi Kearifan Lokal......................................................... 4
C. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal................................................ 6
D. Fungsi dan Wujud Kearifan Lokal.......................................... 9
E. Kearifan Lokal Sebagai Fenomena Keilmuan........................ 12
F. Implementasi Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal.. 16
G. Pengembangan Sekolah Berbasis Kearifan Lokal................. 18
BAB III PENUTUP............................................................................... 21
A. Kesimpulan................................................................................ 21
B. Saran........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata ethnoscience (etnosains) bersasal dari kata ethnos (bahasa Yunani)
yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan. Oleh
sebab itu, etnosains merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu
komunitas budaya. Kemudian ilmu ini mempelajari atau mengkaji sistem
pengetahuan dan tipe-tipe kognitif budaya tertentu. Penekanan pada
pengetahuan asli dan khas dari suatu komunitas budaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
pada penulisan makalah ini yaitu, sebagai berikut :
4
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan pada
makalah ini yaitu, sebagai berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
budaya, yaitu dikemukakan oleh Goodenough [1964), yakni bahwa
kebudayaan merupakan salah satu buah pikiran baik berupa benda maupun
tindakan yang mana senantiasa perlu kita lestarikan guna menjaga sejarah
yang telah ada.
7
kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat local genious Fajarini. Berbagai strategi
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga kebudayaannya.
8
berkembang secara terus-menerus di dalam sebuah masyarakat berupa adat
istiadat, tata aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan
sehari-hari.
2
Haryanto, “konsep dan penerapan dalam penelitian dan pembelajaran sains” (Semarang:
FMIPA UNNES, 2014). Hlm. 212.
3
Wahyudi, “pendidikan karakter etnosains dan kearifan lokal”, (Semarang: FMIPA UNNES,
2014). Hlm. 13.
9
budaya tradisi, kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok masyarakat tertentu.
Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan lokal juga dapat berwujud
benda-benda nyata salah contohya adalah wayang. Wayang kulit diakui
sebagai kekayaan budaya dunia karena paling tidak memiliki nilai edipeni
(estetis) adiluhung (etis) yang melahirkan kearifan masyarakat, terutama
masyarakat Jawa. Bahkan cerita wayang merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat Jawa, sehingga tidak aneh bila wayang disebut sebagai agamanya
orang Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab atas permasalahan
kehidupan mereka (Sutarso, 2012). Dalam pertunjukan wayang bergabung
keindahan seni sastra, seni musik, seni suara, seni sungging dan ajaran mistik
Jawa yang bersumber dari agama-agama besar yang ada dan hidup dalam
masyarakat Jawa. Bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat jawa
selain wayang adalah joglo ( rumah tradisional jawa ).
Selain kearifan lokal di atas, Bali merupakan salah satu daerah yang
masih kental nilai kearifan lokalnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih
tingginya antusias masyarakat terhadap budaya-budaya maupun ritual
keagamaan yang ada di Bali. Masih banyak lagi daerah yang mempunyai
kearifan lokal untuk menunjang perekonomiannya seperti masyarakat Bantul
yang terkenal dengan kesenian kearamiknya, Garut yang terkenal dengan
dodolnya, Kebumen dengan genteng sokka dan mash banyak lagi. Hal
tersebut merupakan bagian dari budaya kita yang berbentuk kaerifan lokal.
10
berkunjung ketempat-tempat suci atau tirta yatra untuk memohon kesucian
lahir dan bhatin dan mempelajari dengan sungguh-sungguh ajaran-ajaran
mengenai ketuhanan, mengamalkan serta menuruti dengan teliti segala ajaran-
ajaran kerohanian atau pendidikan mental spiritual.
Dalam kehidupan manusia, segala sesuatu berawal dari diri sendiri dan
kemudian berlanjut pada keluarganya. Dalam keluarga, manusia akan
diberikan pengetahuan dan pelajaran tentang hidup baik tentang ketuhanan
ataupun etika oleh orang tua atau pengasuh kita (wali), dan beranjak dari hal
tersebut pula orang tua secara perlahan menanamkan nilai-nilai keagamaan
dalam tubuh dan pikiran setiap anak-anaknya melalui praktik maupun teori.
Begitu pula halnya dengan pendidikan atau pemahaman tentang tri hita karana
itu sendiri, secara sadar maupun tidak sadar hal tersebut atau nilai-nilai ajaran
tersebut sudah ditanamkan oleh orang tua melalui praktik kepada anak-
anaknya seperti mengajarkan anaknya untuk mebanten saiban. Memang hal ini
manpak sepele namun jika kita mampu mengkaji lebih dalam sesungguhnya
hal ini mengandung nilai pendidikan yang sangat tinggi meskipun orang tua
11
kebanyakan tidak mampu menjelaskan secara logika dan benar makna dari
tindakan tersebut.
Selain hal tersebut diatas masih banyak hal terkait implementasi Tri
Hita Karana yang dapat dilakukan dalam kehidupak keluarga, seperti
mebanten ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperi membuka lahan
perkebunan yang baru.. Interaksi manusia dengan alam dan Tuhan yang
nampak pada kegiatan tersebut hampir tidak pernah diperbincangkan oleh
manusia dan menganggap hal tersebut sebagi hal yang biasa, namun
demikianlah umat hindu mengimani ajaran Tri Hita Karana yang mana
implementasinya sendiri terkadang dilakukan secara tidak sengaja namun
mengena pada sasaran.
12
malangmalang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat ilmu-
ne, patuh guru-ne barokah urip-e (masyarakat pesantren), dan sebagainya.
Selanjutnya kesadaran untuk mengangkat dan menggali kembali pengetahuan
lokal atau kearifan budaya masyarakat etnik muncul karena kemajuan ilmu
pengetahuan, informasi. ekonomi dan sosial masyarakat dunia sekarang.
Kedepan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dunia
dihantui akan krisis multidimensi dan berhadapan dengan semakin
meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan serta pencemaran
yang meluas baik di daratan, laut maupun udara. Pengetahuan lokal yang
sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya, dan
diekspresikan di dalam tradisi dan mitos, yang dianut dalam jangka waktu
cukup lama inilah yang disebut ’kearifan budaya lokal’. Pada makna yang
sama berlaku diberbagai bidang yang berkembang di masyarakat, seperti
bidang pertanian, pengelolaan hutan secara adat, pelestarian sumber air, yang
secara umum dinyatakan sebagai kearifan lokal. Beberapa fungsi dari kearifan
lokal, yaitu untuk:
13
yang terdapat pada pohon rindang dan besar atau gua yang dihuni mahkluk
gaib. Konsep“pamali” atau (bahas Jawa ora elok) kencing dibawah pohon
besar di bawahnya terdapat sumber air, hal tersebut merupakan perilaku
dari masyarakat tradisional Jawa untuk memagari perbuatan anak-cucu
agar tidak merusak alam; sehingga debit dan kualitas airnya dapat terjaga.
Pada kenyataannya Kearifan lokal tersebut sulit dijelaskan secara ilmiah,
namun dapat direnungi dalam jangka waktu panjang, mengapa orang tidak
boleh kencing dibawah pohon, ternyata terkait penjagaan kualitas sumber
air. Pada contoh lain di Bali, banyak pohon-pohon besar atau pohon
tertentu di selimuti oleh kain bermotif kotak putih hitam, karena pada
pohon tersebut bersemayam roh jahat dilambangkan kotak hitam dan roh
baik dengan lambing kotak putih. Sudarmin (2011) menanyakan makna
ilimiah dari pembiasaan masyarakat orang Bali tersebut, diperoleh
jawaban bahwa hal tersebut terkait dengan perilaku dan karakter
konservasi bagi masyarakat Bali. Dengan demikian, jika kita melihat pada
satu sisi rasional atau sisi sains ilmiah yang semuanya harus dapat
dipahami secara logika, maka konsep ora elok dan kebiasaan menyelimuti
pohon dengan kain bermotif hitam putih bagi masyarakat Bali tersebut
sering dipahami sebagai takhayul secara bulat dan jika dilanggar saja,
maka dampaknya banyak pohon yang dirusak tanpa ada perasaan salah.
Kearifan lokal sebagai kearifan lingkungan saat ini sangat penting
demi keharmonisan lingkungan untuk kelangsungan hidup berkelanjutan
tanpa harus mengkorbankan rasionalitas ilmu pengetahuan melebur dalam
keyakinan tradisional secara mutlak, melainkan mengutamakan azas
manfaat dan kewajaran. Misalnya pengelolaan hutan berbasis kearifan
lokal di Kabupaten Timor merupakan contoh kearifan lingkungan yang
digali dari kearifan lokal pengelolaan hutan secara adat dan dipertahankan
secara turun temurun, begitu juga pengelolaan hutan yang ada di
Karimunjawa Jawa Tengah.
14
Pada penggalian kearifan lokal perlu dipahami beberapa hal agar
kearifan tersebut dapat diterima dan ditaati, hal-hal yang perlu dipahami
yaitu kearifan lokal tersebut adalah: (1) masih ada, (2) sesuai dengan
perkembangan masyarakat, (3) sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, (4) diatur dengan Undang-undang. Pendidikan sains
berbasis kearifan lokal dapat digunakan sebagai sumber dan media
pembelajaran sains untuk melestarikan potensi dan kearifan lokal setiap
daerah atau suku bangsa tertentu. Kearifan lokal harus dikembangkan dari
potensi daerah atau suku bangsa tertentu.
15
E. Kearifan Lokal sebagai Fenomena Keilmuan
Kearifan lokal sebagai fenomena Keilmuan, maka perlu dilakukan analisis
Metodologis dalam kajiannya, yaitu analogi dengan Indigenous Science,
kearifan lokal sebagai suatu usaha untuk menemukan kebenaran yang
didasarkan pada fakta-fakta atau gejalagejala yang berlaku secara spesifik
dalam sebuah budaya dan kearifan lokal masyarakat tertentu [Sudarmin,
2013]5.
5
Sudarmin, Mastur, Z dan Paimin, “merekontruksi pengetahuan sains ilmiah berbasis budaya
dan kearifan lokal di wilayah kepulauan Karimunjawa sebagai wahana menenamkan softkill
karakter kon-servasi pada mahasiswa”. (Semarang: UNNES, 2013)
16
pendalaman ini menjadi karakteristik utama pada penelitian kualitatif dalam
konteks penelitian kearifan lokal. Melalui pendalaman yang ilmiah, maka
diharapkan khazanah keilmuan dari kearifan lokal yang berkembang dan
bersifat ilmiah.
17
memiliki arti bagi kehidupan seseorang dan yang mampu menimbulkan
reaksi-reaksi emosional. Hasil penilaian ini adalah keputusan yang berupa
respon- respon individu, yang disebut coping (penyesuaian).
18
adalah cara bertingkah-laku santri sebagai orang yang akan menuntut
ilmu dengan seorang kiai dan kebersamaaan adalah cara bertingkah-laku
santri sebagai orang yang hidup jauh dari orangtua dan merasa senasib
seperjuangan. Pada pembelajaran sains rasa ingin tahu, kerja keras,
kejujuran adalah sejumlah kategori tingkah laku yang bekerja ilmiah
untuk memperoleh sains ilmiah.
d. Atribusi-atribusi [Attributions]
Satu karakteristik umum dari manusia adalah perasaan butuh untuk
menerangkan sebab-sebab peristiwa dan perilaku yang terjadi.
Attributions yang menjadi satu karakter diri yang menggambarkan proses
mental dan berpikir untuk menghubungkan [pertalaian] antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya atau satu perilaku dengan perilaku
atau peristiwa lainnya. Attribution ini membantu kita untuk
menyesuaikan informasi baru mengenai dunianya dan membantu
mengatasi ketidaksesuaian antara cara baru dengan cara lama dalam
memahami suatu kearifan lokal. Terkait dengan pembentukan dan
berkembangannya kearifan lokal, maka pada bagian attribution ini
menyediakan fungsi penting dalam kehidupan untuk mengorganisasikan
informasi bermakna secara kejiwaan dengan mengontrol antara intention
(niat) dengan perilaku.
Sekolah berbasis kearifan lokal tidak serta merta muncul begitu saja,
melainkan terdapat proses dan langkah-langkah, sehingga suatu sekolah dapat
dikatakan berbasis kearifan lokal. Langkah-langkah tersebut mulai dari
mengumpulkan berbagai jenis kearifan lokal sampai pada penerapannya dalam
pendidikan baik terintegrasi dalam mata pelajaran maupun menjadi mata
pelajaran pengembangan diri. Kemendiknas (2011) menguraikan hasil analisis
tentang penentuan jenis keunggulan lokal dalam implementasinya di sekolah
dalam pembelajaran, yang meliputi: inventarisasi aspek potensi keunggulan
lokal, analisis kondisi internal sekolah, analisis lingkungan eksternal sekolah,
dan strategi penyelenggaraan sekolah berbasis kearifan lokal (Zuhdan K.
Prasetyo, 2013) Penjabaran langkah-langkah tersebut antara lain:
19
1. Inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal, dilakukan dengan:
a) Mengidentifikasi semua potensi keunggulan daerah pada setiap
aspek potensi (SDA, SDM, Geografi, Sejarah,Budaya),
b) Memperhatikan potensi dan komparatif.
c) Mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi melalu
dokumentasi, observasi, wawancara, atau literatur dan ;
d) Mengelompokkan hasil identifikasi setiap aspek keunggulan
lokal yang saling terkait.
2. Menganalisis kondisi internal sekolah,dengan
a) Mengidentifikasi data riil internal sekolah meliputi peserta didik,
diktendik, sarpras, pembiayaan dan program sekolah
b) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sekolah yang dapat
mendukung pengembangan potensi keunggulan lokal yang telah
diidentifikasi dan,
c) Menjabarkan kesiapan sekolah berdasarkan hasil identifikasi dari
kekuatan dan kelemahan sekolah yang telah dianalisis.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah dengan,
a) Mengidentifikasi data riil lingkungan eksternal sekolah meliputi
komite sekolah, dewan pendidikan, dinas/instansilain,
b) Mengidentifikasi peluang dan tantangan yang ada dalam
pengembangan potensi keunggulan lokal yang telah diidentifikasi,
c) Menjabarkan kesiapan dukungan pengembangan Pendidikan
berbasis kearifan lokal berdasarkan hasil identifikasi dari peluang
dan tantangan sekolah yang telah dianalisis. Disamping itu, dalam
melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah perlu
memperhatikan tiga hal yaitu tema keunggulan lokal, penetapan
jenis keunggulan lokal, dan kompetensi keunggulan lokal.
4. Penentuan jenis keunggulan lokal
adalah dengan melakukan strategi penyelenggaraan pembelajaran
berbasis keariafan lokal, yaitu bahwa yang menjadi acuan dalam
menentukan strategi penyelenggaraan pembelajaran berbasis keariafan
lokal, adalah:
20
a) Untuk kompetensi pada ranah kognitif (pengetahuan) maka strateginya
adalah dengan cara mengintegrasikan pada mata pelajaran yang
relevan atau melalui muatan lokal,
b) Untuk kompetensi padakeunggulan lokal di kabupaten/kota yang
merupakan keunggulan kompetitif ranah psikomotor (keterampilan)
maka strateginya adalah dengan menetapkan Mata Pelajaran
Keterampilan,
c) Untuk kompetensi pada ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan
cara Pengembangan Diri, Mata Pelajaran PKn, Mata Pelajaran Agama
atau Budaya Sekolah dan,
d) Strategi penyelenggaraan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan
kemampuan masing masing sekolah.
21
c. Mempersiapkan Software dan Hardware Software berupa program
kurikulum, dan tenaga pengajar, sedangkan hardware berupa sarana dan
prasarana yang menjadi fasilitas pendukung pelaksanaan program harus
disiapkan secara rapi.
d. Menyiapkan Strategi Pelaksanaan Program ini membutuhkan strategi
pelaksanaan yang tepat, baik itu ditaruh di intrakurikuler ataupun
ekstrakurikuler. Jika diintra, maka menjadi satu mata pelajaran yang
menjadi perhatian besar anak didik dan wajib diikuti oleh semua anak. Bila
diekstrakurikuler, maka biasanya waktunya sore dan disesuaikan dengan
maniat dan bakat, namun waktunya lebih bebas, luas, dan menyenangkan.
Menentukan strategi pelaksanaan ini sangat penting supaya bisa
memprediksi hal yang akan terjadi dalam proses pelaksanaan, bias
mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi, sekaligus menyiapkan solusi
alternatif secara cepat, aplikatif, dan efektif.
e. Studi Banding Studi banding ke lembaga pendidikan yang sudah sukses
menerapkan sekolah berbasis kearifan lokal bias mempercapat proses
perencanaan, palaksanaan, dan penentuan target. Studi banding dapat
melahirkan.
f. imajinasi dan ide-ide segar dalam mengembangkan sekolah berbasis
kearifan lokal.Mencari Investor Keberlangsungan sekolah berbasis
kearifan lokal ini membutuhkan suntikan dana yang kuat. Oleh sebab itu,
sangat penting mencari investor yang bisa mendanai dan mengembangkan
program ini
g. Membuka Pasar Kearifan/keunggulan lokal identik dengan peluang
ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dibutuhkan
menajemenprofessional untuk mengurusi hal ini. Sekolah setidaknya
membuka divisi khusus untuk menangani bidang pemasaran ini atau
bekerja sama dengan pihak tertentu yang sudah professional dalam
membidangi masalah pemasaran ini.
h. Mempersiapkan Siswa-Siswi yang Terampil. Untuk menjangkau masa
depan yang kompetitif, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.
22
Oleh sebab itu, siswa-siswi belajar di lembaga pendidikan harus
mempersiapkan untuk menguasai berbagai keterampilan.
i. Mempersiapkan Home Company Seyogyanya sekolah mempunyai
terobosan kreatif dengan mendirikan home company atau home industry
sebagai objek percontohan yang bisa mendinamisasi potensi siswa-siswi.
j. Melibatkan Masyarakat Sekitar Kesuksesan sekolah berbasis kearifan lokal
harus dirasakan oleh masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, program ini harus
melibatkan partisipasi masyarakat sekitar dalam konteks perencanaan,
kajian, perumusan, penetapan, pelaksanaan, evaluasi, serta pengembangan
secara intensif dan ekstensif, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kata ethnoscience (etnosains) bersasal dari kata ethnos (bahasa
Yunani) yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan.
Etnosains adalah pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih
tepat lagi suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu sebagai system of
knowledge and cognition typical of a givel culture. Konsep etnosains
mengacu pada paradigma kebudayaan yang menyatakan bahwa kebudayaan
tidak berwujud fisik tapi berupa pengetahuan yang ada pada manah manusia.
24
B. Saran
Pembaca diharapkan dapat mengetahui keterkaiatan antara etnosains dan
kearifan local di lingkungan masyarakat.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://fkip.untan.ac.id/prodi/fisika/pengembangan-etnosains-dalampembelajaran-
pendidikan-sains-di-sekolah.html
Suastra, Wayan I., & Tika, K. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Sains
Berbasis Budaya Lokal untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains
dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan, 5(3): 258-273.
Sudarmin. 2014. Pendidikan Karakter Etnosains dan Kearifan Lokal (Konsep dan
Penerapannya dalam Penelitian dan Pembelajaran Sains). Semarang:
FMIPA UNNES.
26
PILIHAN GANDA SOAL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS
KEARIFAN LOKAL
27
6. Agar bangsa kita yang memiliki berbagai kearifan lokal tidak
hilang tertelan arus globalisasi, kita harus memiliki strategi
pemberdayaan komunitas dengan cara....
a. Menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan
potensi budaya yang dimiliki masyarakat lokal
b. Mengupayakan hak-hak demokratis individu untuk
dilibatkan dalam perencanaan pembangunan masyarakat
lokal
c. Membangun etika masyarakat agar memiliki keterbukaan
terhadap budaya-budaya luar yang masuk
d. Memperkuat nilai-nilai dan norma-norma leluhur yang ada
di masyarakat agar tetap terjaga sebagai bentuk kearifan
lokal
28
daya genetik tanaman hutan di Indonesia. Hal ini bisa
demikian karena Kearifan tradisional adalah....
a. Dasar kemandirian dan kewaspadaan
b. Memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses
pemberdayaan
c. Mendorong teknologi tepat guna
d. Benar semua
ESSAY
Jawab:
kearifan lokal adalah suatu bagian dari budaya masyarakat yang tidak
bisa dipisahkan dari bahasa masyarakat tersebut. Kearifan lokal
berhubungan secara spesifik dengan budaya tertentu dan mencerminkan
cara hidup suatu masyarakat tertentu. Kearifan lokal muncul dari dalam
masyarakat sendiri, disebarluaskan secara non-formal, dan dimiliki secara
kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan
Jawab:
Yaitu meliputi: inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal,
analisis kondisi internal sekolah, analisis lingkungan eksternal
sekolah, dan strategi penyelenggaraan PBKL.
Jawab:
Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam Tradisi Misalin
antara lain nilai religi, gotong royong, seni, sejarah, dan ekonomi. Nilai-
nilai kearifan lokal tersebut relevan sepanjang masa sehingga bermanfaat
bagi generasi yang mendatang.
29
4. Apakah hubungan kearifan lokal dengan karya-karya masyarakat Jelaskan
dan beri contoh?
Jawab:
Hubungan antara kearifan lokal dan karya masyarakat adalah kearifan
lokal menjadi inspirasi bagi karya masyarakat. Hal ini terutama terjadi
pada karya-karya seni. Karya seni pahat Asmat, misalnya, berangkat dari
kearifan lokal masyarakat setempat yang dimanifestasikan dalam bentuk
seni patung.
Jawab:
Hubungan antara sains-teknologi dan pengembangan budaya pada
dasarnya bersifat timbal balik. Di satu sisi, nilai-nilai budaya dalam
masyarakat tertentu sangat mendukung pengembangan sains
30