DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V1
INDRAWATI HASAN ( G8220045)
PIDYA IGIRISA (G8220013)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia - Nya kepada kita semua sehingga tersusunlah makalah ini dengan judul
Pemilihan Bacaan Sastra Untuk SD.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan yang lebih mendalam
tentang Sosiologi Pendidikan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang berbagai hal tentang apa itu Pemilihan Bacaan Sastra Untuk SD. dan
penjabarannya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Daftar isi................................................................................................................................ii
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSATAKA........................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak belum dapat memilih bacaan sastra yang baik untuk diriya sendiri. Anak akan
membaca apa saja bacaan yang ditemui tidak peduli sesuai atau tidak untuknya karena
memang belum tahu. Agar anak dapat memperoleh bacaan yang sesuai dengan
perkembangan kediriannya, guru harus peduli dengan bacaan yang dikonsumsikan
kepadanya (Ibrahim, 2005:48).
Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan saat anak membaca buku bacaan,
diperlukan adanya pengetahuan tentang buku yang dapat dikonsumsi anak sesuai dengan
tahap perkembangan dirinya. Oleh sebab itulah, sangat penting dipahami bahwa
pemilihan bacaan yang cocok buat anak menjadi prioritas utama dalam menyediakan
buku anak khususnya buku sastra.
Rumusan masalah yang dapat diambil dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pemilihan bacaan sastra anak yang sesuai dengan tahap perkembangan
dirinya?
2. Bagaimana penilaian bahan bacaan sastra anak SD?
3. Bagaimana Memilih Buku Bacaan Untuk Anak SD ?
1.3 Tujuan
1. Untuk menguraikan pemilihan bacaan sastra anak yang sesuai dengan tahap
perkembangan dirinya.
2. Untuk menjelaskan penilaian bahan bacaan sastra anak SD.
3. Untuk mengetahui Memilih Buku Bacaan Untuk Anak SD
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pada pembicaraan dibawah ditunjukkan tahapan perkembangan kedirian siswa
yang meliputi perkembangan intelektual, moral, emosional dan personal, bahasa, dan
pertumbuhan konsep cerita (Brady, 1991:28-37; Huck dkk, 1987:52-63). Tiap tahapan
mempunyai karakteristik yang berbeda, walau tidak dalam pengertian bertentangan,
sejalan dengan perkembangan tingkat kematangan anak. Hal itu akan membawa
konsekuensi logis pada adanya karakteristik yang juga berbeda dengan bacaan yang
dinyatakan sesuai (matching) dengan tiap tahapan yang dimaksud. Kesemuanya itu
merupakan informasi yang berharga dan penting untuk diketahui dalam rangka
pemilihan buku bacaan sastra buat sibuah hati tersayang.
1) Perkembangan Intelektual
Berbicara maslaah pertumbuhan dan perkembangan intelektual (kognitif)
anak, pada umumnya orang merujuk teori Jean Piaget yang mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual merupakan hasil interaksi dengan lingkungan dan
kematangan anak. Semua anak melewati tahapan intelektual dalam proses yang sama
walau tidak harus dalam umur yang sama. Tiap tahapan lebih awal kemudian
tergabung dalam tahapan berikutnya sebagai struktur berpikir baru yang sedang
berada pada tahap perkembangan. Jadi, tiap tahapan kognitif yang kemudian
merupakan kumulasi gabungan dari tahapan-tahapan sebelumnya.
Piaget membedakan perkembangan intelektual anak kedalam empat tahapan. Tiap
tahapan mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain,
dan hal itu berkaitan dengan respons anak terhadap bacaan. Sebagai konsekuensinya
hal itupun mempunyai implikasi logis dalam pemilihan bahan bacaan anak. Tahapan
perkembangan intelektual yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Tahap sensori-motor (the sensory-motor period, 0-2 tahun)
Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap
ini disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan
informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini
adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta
mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan
sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsug. Anak mulai dapat memahami
hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara
permanen.
3
Dalam usia 1 ½ - 2 tahun anak akan menyukai aktivitas atau permainan
bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai
bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud
dapat berupa nyanyia, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam
perkataan yang tidak dilagukan. Bunyi-bunyian ritmis akan memicu tumbuhnya
rasa keindahan pada diri anak. Hal ini dapat dijumpia dan dilakukan oleh ibu yang
menggendong, menyanyikan atau meninabobokan si buah hati. Kesenangan anak
terhadap hal-hal tersebut dapat juga dipahami bahwa anak mempunyai bakat
keindahan dan menyenangi hal-hal yang terasa indah di inderanya. Permainan
bunyi yang berwujud repetisi dan keritmisan merupakan dasar penting bagi
penggunaan sebuah sajak.
2. Tahap praoperasional (the preoperational period, 2-7 tahun)
Dalam tahap ini anak mulai dapat "mengoperasikan" sesuatu yang sudah
mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik.
Karakteristik dalam tahap ini antara lain bahwa:
a) Anak mulai belajar mengaktualisasikan dirinya lewat bahasa, bermain,
dan menggambar (corat-coret).
b) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya
sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman
langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain.
Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain.
c) Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya
lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam
pembicaraan. Perkembangan kognitif pada saat ini yang secara luar biasa
adalah perkembangan bahasa dan konsep formasi.
d) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak
mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara
menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya.
Kemungkinan implikasinya terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan
karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah:
a) Buku-buku yang menampilkan gambar-gambar sederhana sebagai
ilustrasi yang menarik.
b) Buku-buku bergambar yang memberikan kesempatan anak untuk
memanipulasikannya.
4
c) Buku-buku yang memberikan kesempatan anak untuk mengenali objek-
objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya.
d) Buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan
tingkah laku dan perasaan anak.
Menurut Donaldson anak usia 3 atau 4 tahun sudah dapat
mendemonstrasikan kemampuannya jika objek dan situasi yang dihadapkan
kepadanya konkret dan bermakna. Sifat egosentris pada anak akan
membawanya untuk dapat menanggapi cerita dengan mengidentifikasikan
dirinya terhadap tokoh utama cerita, dan karenanya anak akan mengalami
proses asimilasi dengan melihat diri dan dunianya dengan pandangan yang
baru.
3. Tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun)
Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil.
Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah:
a) Anak dapat membuat klasifikasi warna sederhana, mengklasifikasikan
objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi
karakter tertentu.
b) Anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, mengurutkan
abjad, angka, besar-kecil, dan lain-lain.
c) Anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa
depan, adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi lebih
mudah untuk mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang
berbeda.
d) Anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah
sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang
dilakukan oleh orang dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu
yang abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang
konkret.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai
dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas
antara lain buku-buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai
berikut.
(a) Buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis
dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
5
(b) Buku-buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana, baik yang
menyangkut masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh
yang dilibatkan.
(c) Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara
bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana.
(d) Buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan
cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya
ke waktu atau tempat lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat
memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau
memprediksikan kelanjutan cerita.
4. Tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas)
Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak.
Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain:
a) Anak sudah mampu berpikir "secara ilmiah", berpikir teoritis,
beragumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan
berpikir.
b) Anak sudah mampu memecahka masalah secara logis dengan
melibatkan berbagai masalah yang terkait.
Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah:
(a) Buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa
anak untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi
terhadap karakter tokoh.
(b) Buku-buku bacaan cerita yang menampilka alur cerita ganda, alur cerita
yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk
memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan persoalan
(atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks.
Selain itu, perlu dicatat bahwa belum tentu semua anak yang masuk ke
tingkat sekolah menengah pertama sudah mencapai tingkat berpikir formal di
atas. Sebagian anak mungkin belum mencapai tingkat itu, tetapi sebagian yang
lain justru sudah mampu menunjukkan kemampuan berpikir analitis, misalnya
sebagaimana yang terlihat ketika memberikan komentar terhadap buku cerita
yang dibacanya. Pemahaman terhadap tahapan intelektual dapat membantu
memilih buku-buku bacaan yang sesuai dengan posisi usia dan perkembangan
kognitif anak, bagaimanapun ia bukan merupakan sesuatu yang mutlak.
6
2) Berikut Perkembangan Moral
7
1) Penghormatan tanpa mempertanyakan terhadap kekuatan yang ada diluar
jangkauan, masalah baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, ditentukan oleh
konsekuensi fisik yang diterima terhadap suatu tindakan yang dilakukan.
2) Hubungan dipandang dalam pemahaman marketplace daripada loyalitas, keadilan,
atau rasa terimakasih. Anak berprinsip bahwa "jika Anda mencubit saya, sayapun
akan mencubit Anda".
3) Berorientasi pada anak baik, pada tingkah laku anak yang baik, anak
menginformasikan gambaran stereotip dari tingkah laku orang pada umumnya.
Tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang mendapat persetujuan, demikian
pula yang sebaliknya.
4) Orientasi sampai ke pemilikotoritas, aturan yang pasti, dan konvensi sosial.
Tingkah laku yang baik kini juga dipahami sebagai aktivitas melakukan tugas dan
kewajiban, hirmat kepada orang lain, dan tunduk pada aturan sosial.
5) Kriteria tingkah laku yang benar kini dipahami atau didasarkan dalam kaitannya
dengan aturan umum yang standar dan yang disetujui oleh atau telah menjadi
konvensi masyarakat.
6) Keputusan-keputusan individual kini didasarkan pada kata hati, hati nurani, dan
etika yang berlaku secara konsisten dan universal.
Perbedaan perkembangan moral kedalam enam kategori di atas harus dipahami
sebagai sesuatu yang tidak bersifat mutlak. Tiap tahap berisi sebagai sesuatu yang
tidak bersifat mutlak. Tiap tahap berisi berbagai pengalaman moral-sosial yang lebih
kompleks drai yang diperkirakan. Walau seorang anak sedang berada dalam satu
tahap perkembangan moral tertent, dalam kesempatan yang berbeda mungkin saja ia
mengoperasikan tahap yang lain. Selain itu, juga perlu diketahui, dan ini merupakan
hal yang harus idingat bahwa tidak mudah menghubungkan antar tahapan tersebut
dengan usia anak, dan Kohlberg pun mengemukakan bahwa orang dewasa yang
berada dalam tahap 5 dan 6 hanya dalam jumlah persentase yang kecil.
3) Perkembangan Emosional dan Personal
Sebagai seorang manusia didalam kedirian anak terdapat berbagai aspek yang sama-
sama mengalami pertumbuhan dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Aspek-
asoek yang dimaksud antara lain adalah kognitif, afektif atau respons emosional,
hubungan sosial, dan orientasi nilai-nilai, akan sama-sama terlibat dalam peristiwa
pembelajaran. Hal tersebut dapat diibaratkan sebagai sebuah matriks dalam
perkembangan personalitas, dan proses perkembangan itu sungguh amat kompleks.
Agar dapat berproses untuk secara penuh berfungsi sebagai seorang manusia (fully
functioning), atau agar dapat menjadi seorang manusia yang dapat mengaktualisasikan
diri (becoming), berbagai kebutuhan dasar anak harus terpenuhi. Kebutuhan-
kebutuhan dasar itu, antara lain, adalah kesadaran bahwa dirinya merasa dicintai dan
dapat mencintai, dimengerti, aman dan selamat, diakui sebagai anggota kelompok,
dan merasa memiliki kebebasan untuk tumbuh dan berkembang.
8
Sebagai bahan pertimbangan di bawah ini dikemukakan beebrapa karakteristik
anak pada kelompok usia tertentu sebagai salah satu kriteria pemilihan buku bacaan
sastra anak. Namun demikian, kehati-hatian dan sikap kritis guru harus tetap
diutamakan karena harus diakui adanya perbedaan tingkat kecepatan kematangan
anak akibat kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat.
1. Anak usia 3-5 tahun:.
a. Pemfungsian tahap praoperasional (Piaget).
b. Pengalaman pada tahap prakarsa versus kesalahan (Erickson).
c. Penafsiran baik dan buruk. Boleh dan tidak boleh, berdasarkan konsekuensi
fisik dan hadiah atau hukuman.
d. Perkembangan bahasa langsung sangat cepat, dan pada usia lima tahun sudah
mampu berbicara dalam kalimat kompleks.
e. Perkembangan kemampuan perseptual seperti membedakan warna dan
mengenali atribut yang berbeda pada objek yang mirip.
2. Anak usia 6 dan 7 tahun.
a. Beralih ke cara berpikir tahap operasional konkret (Piaget), mulai berpikir
beda, menentang, dan bersikap hati-hati.
b. Pengalaman pada tahap kepandaian versus perasaan rendah diri (Erickson).
c. Penerimaan konsep benar (baik) berdasarkan hadiah dan persetujuan.
d. Melanjutkan perkembangan pemerolehan bahasa.
e. Mulai memisahkan fantasi dari realitas.
3. Anak usia 8 dan 9 tahun.
a. Pemfungsian tahap berpikir operasional konkret (Piaget), berpikir kini lebih
fleksibel dan hati-hati.
b. Pengalaman pada tahap kepandaian versus perasaan rendah diri (Erickson).
c. Penerimaan konsep berdasarkan aturan.
d. Adanya perhatian dan penghormatan dari kelompok kini lebih penting.
e. Mulai melihat dengan sudut pandang orang lain dan semakin berkurangnya
sifat egosentris.
4. Anak usia 10-12 tahun.
a. Pemfungsian tahap operasional konkret (Piaget), dapat melihat hubungan yang
lebih abstrak.
b. Pengalaman pada tahap kepandaian versus perasaan rendah diri (Erickson).
c. Penerimaan masalah benar berdasarkan ke-fair-an.
d. Memiliki ketertarikan yang kuat dalam aktivitas sosial.
e. Meningkatnya minat pada kelompok, mencari kekariban dalam kelompok.
5. Anak usia 13 dan adolesen.
a. Pemfungsian tahap operasional formal (Piaget), kemampuan untuk
memprediksi, menginferensi, berhipotesis tanpa refrensi.
b. Pengalaman tahap identitas versus kebingungan (Erickson).
c. Mungkin beralih ke tahap otonomi moral (tahap 5 dan 6 menurut Kohlberg).
9
4) Pertumbuhan Konsep Cerita
10
a. Plausibilitas
Cerita yang dikisahkan memiliki derajat yang dapat dipercaya (plausibilitas),
memiliki unsyur-unsyur kemasukakalan, memiliki pertimbangan bahwa secara akal
dapat diterima. Masalah plausibilitas tidak perlu ditafsirkan bahwa peristiwa yang
dikisahkan benar-benar ada. Artinya, ada realitas lain selain realitas faktual yaitu
realitas imaginatif.
b. Suspense
Cerita hendaknya menjaga rasa ingin tahu (suspense)nya pembaca. Cerita
yang menarik biasanya mampu menampilkan rasa ingin tahudan rasa penasaran. Ada
sejumlah cara untuk menjaga rasa ingin tahu, misalnya dengan mengisahkan peristiwa
seru sedikit demi sedikit, membuka misteri sebagian, atau memperlihatkan adanya
pembayangan akan hadirnya peristiwa berikut yang lebih seru.
2. Penokohan
Dalam sebuah cerita, alur memegang peran penting karena ialah yang
menggerakkan peristiwa dan cerita, tetapi tokoh merupakan unsyur cerita yang paling
banyak dibicarakan. Tokoh cerita yang hadir sebagai pelaku berbagai aksi yang seru
atau menegangkan sering lebih mengesankan hati pembaca.
Pengungkapan Tokoh
Secara garis besar perwatakan tokoh dapat diungkapkan lewat dua cara. Meliputi, cara
langsung dan tidak langsung, cara ekspositori dan dramatik.
1) Cara Langsung Atau Uraian (Telling)
Teliing menggungkapkan karakter tokoh secara langsung dengan “diuraikan”
oleh pengarang.
2) Cara Ragaan (Showing)
cara ragaan (showing) atau dramatik yang mengungkapkan watak tokoh secara
tidak langsung lewat alur cerita
3) Tema dan Moral
Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang
mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagaisebuah
kesatuan yang padu
4). Latar
Sebuah cerita memerlukan kejelasan kejadian mengenai dimana terjadi dan
kapan waktu terjadinya untuk memudahkan pengimajian dan pemahaman.
11
5). Stile
Stile berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam sastra. Jadi stile itu
termasuk dalam kategori bentuk, yaitu bentuk atau sarana yang dipergunakan
untuk mengekspresikan gagasan.
6.) Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar-ganbar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak.
Hapir semua sastra anak dari berbagai genre pada umumnya disertai gambar-
gambar ilustrasi yang menarik.
7). Format
Format bacaan memegang peran penting untuk memotivasi anak untuk
membaca sebuah buku bacaan cerita walau format itu sendiri bukan bagian
dari cerita. Yang termasuk bagian format buku adalah bentuk, ukuran, desain
sampul, desain halaman, ilustrasi ukuran huruf, jumlah halaman, kualitas
kertas, dan model penjilidan.
2.3 Memilih Buku Bacaan Untuk Anak SD
Memilih buku yang kita sukai dan anak-anak juga menyukainya, anak-
anak akan senang jika buku itu memiliki cerita yang menyenangkan. Berikut adalah
beberapa saran untuk memilih buku yang baik untuk dibaca nyaring.
1. Memperhatika anak-anak di sekolah atau perpustakaan umum. Membuat
catatan dari buku yang mereka pilih. Artinya kita merangkum buku apa yang paling
disukai anak-anak.
2. Tanya suatu sekolah atau perpustakaan umum. Mereka biasanya memiliki daftar
buku yang direkomendasikan untuk anak-anak SD .
3. Ingat buku apa yang kita sukai pada saat kita masih anak-anak. Beritahulah
anak-anak bahwa ada banyak buku-buku favorit untuk dibaca .
4. Mengidentifikasi buku yang direkomendasikan oleh sekolah atau perpustakaan
Banyak hal yang bisa dilakukan guru untuk memilih buku untuk anak-anak
didiknya.
1. Menyediakan waktu dan kesempatan untuk berbicara dengan anak-anak secara
individual tentang bacaan yang ia pilih. Memenuhi pertemuan dengan beberapa anak
setiap hari, terus bersama mereka membaca dan merespon mereka, dan perhatikan
ide-ide untuk membantu setiap pengalaman membaca anak-anak.
2. Sebelum, selama, dan setelah membaca nyaring, mendorong anak-anak untuk
merespon cerita. Tumbuhkan bahwa anak-anak tampaknya memiliki kecenderungan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Buku bacaan sastra mana yang akan kita pilih, dipertimbangkan dengan
kesesuaian usia anak yang akan membacanya. Sebelum menyajikan buku sastra atau
bacaan sastra anak perlu dilakukan penilaian bacaan sastra, agar apa yang dibaca anak
sesuai dengan dunianya. Bacaan sastra yang imaginatif akan menumbuhkan sikap
empati anak, sifat kreatif dan lain-lain.
3.2 Saran
Saat menyajikan buku sastra bagi anak khususnya anak usia Sekolah Dasar
(SD) hendaklah guru melakukan penilaian kelayakan buku sastra. Selain itu,
sajikanlah kepada siswa buku-buku yang dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dan
sikap imaginatifnya guna mengembangkan sifat kreatif sejak dini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14