Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

BILANGAN PECAHAN, DESIMAL, PERSEN, RASIONAL, DAN RIIL

Mata Kuliah : Bilangan dan Pengolahan Data


Jumlah SKS :3
Semester :1
Dosen Pengampu : 1. Frida Destini, M.Pd.
2. Jody Setya Hermawan, M.Pd.
Disusun oleh:

Kelompok 6

Selly Meita Safira (2313053167)


Wulan Zahara Arrum Rizki (2313053188)
Feriska Listy (2353053014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas karunia Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bilangan Pecahan, Desimal,
Persen, Rsional dan Riil sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Bilangan dan Pengolahan Data.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Frida Destini,
M.Pd., dan Bapak Jody Setya Hermawan, M.Pd., selaku dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membuka diri atas kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sebagai acuan
perbaikan dalam pembuatan makalah kami pada waktu yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan pembaca serta turut andil dalam
mencerdaskan generasi muda.

Metro, 9 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Bilangan Pecahan..................................................................................................................3
B. Bilangan Desimal..................................................................................................................6
C. Bilangan Persen..................................................................................................................13
D. Bilangan Rasional...............................................................................................................19
E. Bilangan Riil.......................................................................................................................24
F. Latihan Soal........................................................................................................................29
BAB III..........................................................................................................................................30
PENUTUP.....................................................................................................................................30
A. Kesimpulan.........................................................................................................................30
B. Saran...................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahan bentuk-bentuk
atau Struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungannya diantara hal-hal itu. Bertitik
tolak dari tujuan pembalajaran matematika di Sekolah yaitu Dasar menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, maka
matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memberi tekanan pada penalaran dan
pembentukan sikap anak memberikan pengajaran perpangkatan dan akar bilangan dalam
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai mata pelajaran dalam rumpun
tersebut, mata pelajaran matematika bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar berguna
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif serta kemampuan bekerja sama . Keadaan ini menuntut setiap orang baik itu anak-anak
ataupun dewasa hingga tua sekalipun harus teliti dalam berhitung. Tujuannya adalah agar tidak
terjadi kesalahan dalam proses penghitungan yang berakibat fatal. Orang yang mahir matematika
bukan berarti karena kebetulan. Untuk menguasai materi matematika di syaratkan mengetahui
dan menguasai kajian dasarnya. Selanjutnya dia sering berlatih dengan soal-soal yang berkaitan
dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sehingga dia bisa menguasai teori, konsep dan
penerapannya dengan benar untuk mempelajari salah satu disiplin ilmu ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian bilangan pecahan, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
2. Bagaimana pengertian bilangan desimal, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
3. Bagaimana pengertian bilangan persen, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
4. Bagaimana pengertian bilangan rasional, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
5. Bagaimana pengertian bilangan riil, operasi hitung, sifat, dan jenis-jenis nya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bilangan pecahan, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
2. Mengetahui pengertian bilangan desimal, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?

1
3. Mengetahui pengertian bilangan persen, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
4. Mengetahui pengertian bilangan rasional, operasi hitung, dan jenis-jenis nya?
5. Mengetahui pengertian bilangan riil, operasi hitung, sifat, dan jenis-jenis nya?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan merupakan salah satu bilangan yang sering kita jumpai dalam pelajaran
matematika. Dalam bahasa inggris, pecahan berarti fraction yang berasal dari bahasa latin, yaitu
“fractus” yang artinya rusak. Pengertian dari bilangan pecahan adalah bagian dari satu
keseluruhan dari suatu kuantitas tertentu.
Secara matematis, bilangan pecahan dapat disimbolkan dengan “a/b”. Bilangan a/b bisa
dibaca dengan “a per b”. Bilangan a sebagai pembilang dan bilangan b sebagai penyebut.
Bilangan pecahan terbagi menjadi 4 jenis, yaitu : pecahan biasa, pecahan campuran,
pecahan desimal, dan pecahan senilai.

1. Pecahan Biasa
Pecahan biasa terbagi menjadi dua macam, yaitu pecahan sejati dan pecahan tidak sejati.
Pecahan sejati merupakan bilangan pecahan yang pembilangnya lebih kecil daripada
penyebutnya. Sedangkan pecahan tidak sejati merupakan kebalikannya. Misalkan diketahui
sebuah bilangan pecahan a/b, jika a < b disebut pecahan sejati, jika a > b disebut pecahan tidak
sejati.
Contoh :

2. Pecahan Campuran
Pecahan campuran dapat diperoleh dari pecahan biasa tidak sejati dengan pembagian
porogapit bersisa. Pecahan campuran terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan biasa.
Pecahan campuran dapat disimbolkan sebagai berikut :

3
Cara mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran dapat dilakukan dengan menggunakan cara
porogapit. Contoh :

Selain mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran, kalian juga bisa mengubah pecahan
campuran ke pecahan biasa dengan cara berikut :

3. Pecahan Desimal
Pecahan desimal merupakan bilangan pecahan yang penyebutnya bilangan kelipatan 10,
yaitu 10, 100, 100, dst. Penulisan dari bilangan ini menggunakan tanda koma (,). Contoh :

4
4. Pecahan Senilai
Pecahan senilai merupakan dua atau lebih bilangan pecahan yang memiliki perbandingan
yang sama antara pembilang dan penyebutnya.
Contoh:
1/2 senilai dengan 4/8, karena perbandingan pembilang dan penyebutnya sama, yaitu 1/2.

a) Perbandingan Bilangan Pecahan


Dalam membandingkan dua atau lebih bilangan pecahan, Perlu menyamakan terlebih
dahulu penyebut dari bilangan-bilangan pecahannya. Untuk menyamakan penyebutnya,
diperlukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan yang menjadi
penyebutnya. Perhatikan contoh menyamakan penyebut sebagai berikut :

setelah penyebutnya sama, maka pembilang dapat dibandingkan nilainya.

b) Operasi Bilangan Pecahan


Dalam operasi bilangan pecahan, terdapat aturan yang perlu diperhatikan, yaitu
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Berikut penjelasan dari operasi-operasi
tersebut, termasuk contoh soal penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
 Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan bilangan pecahan disimbolkan dengan tanda tambah (+). Sedangkan
pengurangan disimbolkan dengan tanda (–). Dalam penjumlahan bilangan pecahan yang
memiliki penyebut yang sama, bilangan yang dijumlahkan hanya bilangan pada pembilang saja.
Sedangkan penjumlahan bilangan pecahan yang berbeda penyebutnya, tidak dapat dilakukan
secara langsung. Namun harus menyamakan terlebih dahulu penyebutnya dengan menggunakan
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari penyebut-penyebutnya. Aturan yang sama juga

5
berlaku untuk operasi pengurangan bilangan pecahan. Cara menyamakan penyebutnya sama
dengan menyamakan penyebut untuk perbandingan bilangan pecahan. Contoh :

 Perkalian
Dalam perkalian antar bilangan pecahan tidak perlu menyamakan penyebutnya. Perkalian
dilakukan secara langsung antar pembilang dan antar penyebut. Perkalian dari bilangan pecahan
dapat dirumuskan sebagai berikut:

 Pembagian
Dalam pembagian antar bilangan pecahan tidak perlu menyamakan penyebutnya.
Pembagian bilangan pecahan dapat diubah menjadi bentuk perkalian bilangan pecahan.
Pembagian dari bilangan pecahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

B. Bilangan Desimal
Bilangan desimal adalah bilangan yang punya penyebut khusus, yaitu sepuluh, seratus,
seribu, dan seterusnya. Bilangan desimal memiliki ciri khas dalam penulisannya, yaitu
menggunakan tanda koma sebagai pemisah antara bilangan bulat dan bilangan pecahannya.

6
Menurut asal terbentuknya, bilangan desimal termasuk dalam kelompok bilangan pecahan, nih.
Untuk memahami bentuk bilangan desimal, detikers harus bisa menentukan nilai bilangan
desimal terlebih dahulu.

a) Cara Menentukan Nilai Bilangan Desimal


Contoh:
2,145
Penjelasan:
Dari bilangan desimal di atas, angka 2 adalah bilangan bulat yang menunjukkan bilangan satuan.
Kemudian, angka 1 yang terletak di belakang koma menunjukkan bilangan persepuluhan yang
nilainya 0,1. Angka 4 merupakan bilangan bulat yang menunjukkan bilangan perseratusan
dengan nilai 0,04. Terakhir, angka 5 menunjukkan bilangan perseribuan yang nilainya 0,005.
Dengan begitu, bilangan di atas terdiri atas, 2 satuan + 1 persepuluhan + 4 perseratusan + 5
perseribuan.

b) Contoh bilangan desimal


Bilangan desimal memiliki banyak bentuk. Dibawah ini adalah contoh penulisan bilangan
desimal dengan berbagai bentuk.
1) Satu angka di belakang koma
Contoh:
0,3
Angka nol merupakan bilangan bulat yang menempati nilai satuan, sedangkan angka tiga
menempati bilangan persepuluhan.

2) Dua angka di belakang koma


Contoh:
1,24
Angka satu merupakan bilangan bulat yang menempati nilai satuan, angka dua merupakan
bilangan persepuluhan, dan angka empat adalah bilangan perseratusan.

7
3) Banyak angka di belakang koma
Contoh:
2,1234
Selain bilangan desimal dengan satu atau dua angka di belakang koma, bilangan desimal juga
dapat memuat banyak angka di belakang koma. Jumlah angka di belakang koma bisa berjumlah
tiga, empat, atau bahkan lebih.

c) Cara Melakukan Pembulatan Bilangan Desimal ke Satuan Terdekat


Aturan pembulatan bilangan desimal adalah apabila angka desimal bilangan yang dibulatkan
kurang dari 5 (0,1,2, dan 4), maka angka tersebut dibuang dan diganti nol. Kemudian jika lebih
dari atau sama dengan 5, maka angka satuan terdekat dinaikkan satu.
Misalnya:
4,6. Kita lihat bilangan persepuluhannya adalah 6. Karena itu bilangan satuan 4 ditambahkan 1
menjadi 5. Jawabannya 4,6 dibulatkan menjadi 5.
2,1. Bilangan persepuluhannya adalah 1. Maka bilangan satuan ditambahkan 0. Jawabannya 2,1
dibulatkan menjadi 2.
3,87. Tetap memperhatikan angka di belakang koma yakni 8. Karena itu bilangan satuan 3
ditambahkan 1 menjadi 4. Jawabannya 3,87 dibulatkan menjadi 4.
6,175 dibulatkan menjadi 6. Aturannya sama dengan sebelumnya yakni apabila angka desimal
bilangan yang dibulatkan kurang dari 5 (0,1,2, dan 4), maka angka tersebut dibuang dan diganti
nol. Kemudian jika lebih dari atau sama dengan 5, maka angka satuan terdekat dinaikkan satu.

Misalnya :
2,31. Terlihat bilangan perseratusannya adalah 1 yang berarti lebih kecil dari 5. Maka bilangan
perpuluhannya yakni 3 ditambahkan dengan 0. Pembulatannya menjadi 2,3.
3,46. Bilangan perseratusannya adalah 6 yang artinya lebih besar dari 5. Karena itu
perpuluhannya yakni 4 bisa ditambahkan dengan 1 menjadi 5. Pembulatannya menjadi 3,5.
5,658. Pembulatannya dimulai berjenjang dengan melihat angka 8. Di mana bilangan
perseratusan 5 ditambahkan 1 menjadi 5,66. Lalu bilangan perseratusan 6 lebih besar dari 5.
Pembulatan akhirnya menjadi 5,7.

8
d) Cara mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa
Cara mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa adalah dengan melihat banyaknya angka di
belakang koma. Jika di belakang koma hanya ada 1 angka, maka bentuk pecahannya
berpenyebut 10. Jika di belakang koma ada 2 angka, maka bentuk pecahannya berpenyebut 100
dan seterusnya. Lalu, pembilang diisi dengan bentuk bulat dari bilangan desimalnya. Perhatikan
contoh berikut.
Tentukan bentuk pecahan dari 0,75!
Pertama, tentukan jumlah angka di belakang komanya terlebih dahulu. Pada 0,75 terdapat dua
angka di belakang koma. Artinya, bentuk pecahannya berpenyebut 100. Dengan demikian :

Bentuk pecahan tersebut masih bisa disederhanakan dengan cara membagi pembilang dan
penyebut dengan angka 25.

e) Cara mengubah pecahan desimal ke pecahan campuran


Sebelum mengubah bentuk desimal ke campuran, harus menjadikannya pecahan biasa seperti
pembahasan sebelumnya. Jika sudah berbentuk pecahan biasa, lakukan pengubahan menjadi
campuran. Perhatikan contoh berikut.
Tentukan bentuk pecahan campuran dari 1,25!
Pertama, tentukan banyaknya angka di belakang koma. Pada 1,25 terdapat 2 angka di belakang
koma. Artinya, pecahannya berpenyebut 100.

Lalu, sederhanakan bentuk pecahan di atas !

9
f) Cara mengubah pecahan desimal ke persen

Cara mengubah pecahan desimal ke persen adalah dengan mengalikan pecahan tersebut dengan
100%. Selain itu, bisa memilih cara yang lebih panjang, yaitu dengan menjadikannya pecahan
berpenyebut 100 dahulu. Perhatikan contoh berikut.
Tentukan bentuk persen dari 0,35!
Penyelesaian :
Cara 1 :
Kalikan 0,35 dengan 100%, sehingga diperoleh:
0,35×100%=35%
Cara 2 :

g) Operasi Pecahan Desimal


Operasi pecahan ini meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
1) Penjumlahan pecahan desimal
Penjumlahan bisa dilakukan dengan menjumlahkan seluruh angkanya seperti penjumlahan
bilangan bulat. Hanya saja, harus meletakkan tanda koma pada hasilnya. Tanda koma diletakkan
lurus dengan tanda koma bilangan yang dijumlahkan. Perhatikan contoh berikut.
Tentukan hasil penjumlahan dari 3,49 + 2,11!
Lakukan penjumlahan biasa seperti berikut.

10
Jadi, hasil penjumlahan dari 3,49 + 2,11 = 5,60
2) Pengurangan pecahan desimal
Prinsip dasar pengurangan sama dengan penjumlahan. Namun, jangan lupa untuk meletakkan
tanda komanya. Perhatikan contoh berikut.
Tentukan hasil pengurangan dari 4,3 – 1,25!
Ingat 4,3 = 4,30

Jadi, hasil pengurangan dari 4,3 – 1,25 = 3,05


3) Perkalian pecahan desimal
Perkalian pecahan desimal juga sama dengan perkalian bilangan bulat. Namun, harus tetap
menambahkan koma sebanyak angka di belakang koma pada bilangan yang dikalikan.
Misalnya ana mengalikan 2,36 × 1,2. Nah 2,36 memiliki 2 angka di belakang koma dan 1,2
memiliki 1 angka di belakang koma. Hasil perkaliannya harus memiliki 3 (2+1) angka di
belakang koma. Perhatikan contoh berikut.

Jadi, hasil perkalian 2,36 dengan 1,2 adalah 2,832.

h) Pembagian pecahan desimal


Sebenarnya, pembagian pecahan desimal sama seperti pembagian bilangan bulat. Namun, cara
yang lebih mudah adalah mengubahnya menjadi pecahan terlebih dahulu. Lalu, lakukan operasi
pembagian pecahan biasa. Perhatikan contoh berikut.
Tentukan hasil 0,7 : 0,2!
Pertama, ubah keduanya menjadi pecahan biasa.

11
Jadi, hasil 0,7 : 0,2 adalah 3,5
Contoh soal
Contoh Soal 1
Ani memiliki pita sepanjang 1,2 m. Lalu, ia membeli lagi sepanjang 0,75 m. Pita tersebut akan ia
gunakan untuk membuat 2 buah bunga yang ukurannya sama. Tentukan panjangnya pita yang
dibutuhkan untuk membuat satu bunga!
Pembahasan :
Ani memiliki pita 1,2 m. Lalu, ia membeli lagi 0,75 m. Artinya, harus menjumlahkan panjang
pita Ani secara keseluruhan.
Panjang pita total =1,2+0,75
=1,95 m
Pita tersebut akan digunakan untuk membuat dua bunga yang berukuran sama. Artinya, panjang
pita total harus dibagi dua. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
Panjang pita 1 bunga =1,95:2

Jadi, panjangnya pita yang dibutuhkan untuk membuat satu bunga adalah 0,975 m.

Contoh Soal 2
Pak Halim memiliki sebidang tanah berbentuk persegi panjang. Panjang dan lebar tanah Pak
Halim berturut-turut adalah 35,6 m dan 12,5 m. Tentukan luas sebidang tanah tersebut!
12
Pembahasan:
Untuk mencari luas tanah Pak Halim, gunakan perkalian seperti berikut.

Jadi, luas tanah Pak Halim adalah 445 m2.

C. Bilangan Persen
Persen merupakan perbandingan atau rasio untuk menyatakan pecahan dari seratus yang
ditunjukkan dengan simbol %. Kata persen berasal dari bahasa Latin, yaitu per centum yang
artinya per-seratus. Persen juga menjadi suatu cara untuk menunjukkan sebuah angka sebagai
bagian dari keseluruhan, dimana keseluruhan tersebut ditulis dengan 100%.
Nilai tertinggi persen adalah tidak terhingga sedangkan nilai terendahnya adalah 0%,
tidak ada nilai minus di jenis bilangan ini. Bilangan persen ini berawal dari adanya pemungutan
pajak lelang pada zaman romawi kuno dengan menggunakan fraksi 1/100 dari nilai lelangnya
atau dalam bahasa latin disebut dengan istilah centesima rerum venalium.
Rumus Persen
Persen (%) = (jumlah bagian) / (jumlah total) x 100%

Contoh Perhitungan Persen


Sebuah botol berisi minyak sebanyak 200 ml, kemudian ditambahkan minyak ke dalam botol
tersebut sebanyak 20 ml. Berapa persen kenaikan volume minyak pada botol setelah
ditambahkan?
Penyelesaian :
Maka, persen penambahan minyak pada botol tersebut adalah :
Persentase (%) = (jumlah bagian) / (jumlah total) x 100%
Persentase (%) = 20 / 200 x 100%
Persentase (%) = 0,1 x 100%
Persentase (%) = 10%
Jadi, kenaikan volume minyak pada botol 200 ml, setelah ditambahkan minyak sebanyak 20 ml
adalah 10%.

13
a) Definisi dan Cara menghitung Persentase / Persen Keuntungan
Keuntungan atau bisa juga disebut dengan laba adalah kelebihan pendapatan di atas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan untuk sebuah periode tertentu. Laba ini didapatkan dari aktivitas usaha
perusahaan yang tersusun oleh beberapa komponen, yakni:
1) Pendapatan
2) Beban
3) Biaya
Untuk dapat mengetahui keuntungan yang didapatkan dalam bentuk persen, dapat
menghitungnya menggunakan rumus persentase keuntungan berikut ini.
% Untung = Besar Keuntungan / Modal (100%)
Contoh soal menghitung persen Keuntungan :
1) Sebuah toko berhasil menjual barang dengan modal Rp100.000 dan berhasil
mendapatkan keuntungan sebesar Rp20.000. Berapa persen keuntungan yang didapatkan
toko tersebut?
Penyelesaian :
% Untung = Besar Keuntungan / Modal (100%)
% Untung = 20.000/100.000 x 100%
% Untung = 0,2 x 100%
% Untung = 20%
Jadi, keuntungan yang didapatkan oleh toko tersebut adalah sebesar 20%

2) Seseorang melakukan transaksi pada pasar saham dan mendapatkan keuntungan dari total
penjualannya sebesar 25%. Jika saat itu harga per lembar sahamnya adalah Rp2.000 dan
lembar saham yang dijual sebanyak 200 lembar. Berapa keuntungan yang didapatkannya?
Penyelesaian :
Total penjualan = Rp2.000 x 200 = Rp400.000
Keuntungan 25% yang artinya adalah (25/100) x Rp400.000 = Rp100.000
Maka, keuntungan yang didapatkan dari hasil menjual 200 lembar saham adalah sebesar
Rp100.000

b) Definisi dan Cara menghitung Persen Kerugian

14
% Rugi = Besar Rugi / Modal (100%)
Kerugian dapat terjadi jika mendapati harga penjualan barang lebih kecil daripada harga saat
membeli barang tersebut. Berapa besar kerugian yang dialami juga dapat dihitung
menggunakan rumus persentase kerugian seperti berikut ini.

Contoh Soal Menghitung Persen Kerugian


1) Sebuah kedai kopi membeli mesin kopi seharga Rp15.000.000. Ternyata kedai kopi
tersebut perlu melakukan upgrade pada mesin kopi, sehingga harus menjual kembali
mesin kopi yang sudah dibeli dengan harga Rp13.500.000. Berapa persen kerugian yang
ditanggung oleh kedai kopi itu?
Penyelesaian :
Harga beli = Rp15.000.000
Harga jual = Rp13.500.000
Kerugian = Harga Beli - Harga Jual
Kerugian = Rp15.000.000 - Rp13.500.000
Kerugian = Rp1.500.000
Kerugian yang ditanggung oleh kedai kopi tersebut sebesar Rp1.500.000.
Persentase kerugian = Besar Rugi / Modal (100%)
% Rugi = Rp1.500.000 / Rp15.000.000 x 100%
% Rugi = 0,1 x 100%
% Rugi = 10%
Berdasarkan persentase tersebut, kerugian yang dialami oleh kedai kopi itu sebesar 10%.
Selanjutnya, persen tidak hanya digunakan untuk menghitung laba dan rugi
perusahaan saja. Dapat menemukan perhitungan persen dari bunga. Mekanisme penggunaan
bunga ini dapat di temui seperti pada bunga pinjaman dan bunga simpanan.

c) Definisi dan Cara menghitung Persen Bunga


Secara umum, bunga dapat diartikan sebagai bentuk balas jasa atau pinjaman atau barang,
yang dibayar oleh debitur kepada kreditur.

15
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang perlu dibayarkan kepada nasabah (apabila
nasabah yang memiliki simpanan) dan harga yang perlu dibayar oleh nasabah kepada bank (jika
nasabah yang memperoleh pinjaman).
Di bawah ini adalah rumus persentase bunga yang dapat di gunakan untuk menghitung
jumlah bunga yang di bayarkan atau yang di dapatkan.
Bunga % = (Total - Modal) / Modal x 100%
Contoh menghitung persen Bunga :
1) Seseorang menyimpan uangnya ke dalam bentuk tabungan di bank sebesar
Rp10.000.000. Setelah satu tahun, jumlah tabungan orang tersebut menjadi
Rp10.500.000. Berapakah persentase bunga tabungannya?
Penyelesaian :
Modal = Rp10.000.000
Total akhir = Rp10.500.000
Bunga % = (Total - Modal) / Modal x 100%
Bunga % = (Rp10.500.000 - Rp10.000.000) / Rp10.000.000 x 100%
Bunga % = (Rp500.000) / Rp10.000.000 x 100%
Bunga % = 0,05 x 100%
Bunga % = 5%
Maka, persentase bunga tabungan yang didapatkan dalam jangka waktu satu tahun adalah 5%.

d) Cara Menghitung Persentase Harga Jual


Harus tahu cara menghitung persentase harga jual agar keuntungan yang didapat bisa diketahui
dan tentunya agar tidak ada kerugian.
Contoh Soal Menghitung persen Harga Jual:
1) Suatu barang dibeli dengan harga Rp1.200.000,00 lalu barang tersebut dijual kemudian
mendapatkan keuntungan 25%. Tentukan persentase laba dari harga jualnya!
Penyelesaian :
Diketahui :
Harga beli Rp1.200.000,00
Persentase laba 25%
Ditanya : Berapakah persentase laba dari harga jualnya ?

16
Dijawab :
Harga Jual = 100 + persentase laba/100 x harga beli
Harga Jual = 100 + 25/100 x Rp1.200.000
Harga Jual = Rp1.500.000
Jadi harga jualnya adalah Rp1.500.000 dengan catatan keuntungan 25% = 125% harga jual.

e) Cara Menghitung Persentase Harga Barang


Cara menghitung persentase harga barang di sini maksudnya adalah menghitung harga
beli dari suatu barang jika sudah diketahui persentase untungnya. Pada dasarnya, cara
menghitung persentase harga barang hampir sama dengan cara menghitung harga jual, yaitu:
Harga Beli Barang = 100/100 + % untung x harga jual
Contoh soal menghitung persen harga barang:
1. Pak Ahmad menjual sebidang tanah dengan harga Rp95.000.000. Sedangkan keuntungan
yang didapat adalah sebesar 25%. Berapa harga barang sebenarnya untuk tanah tersebut?
Penyelesaian :
Harga Barang = 100/((100+25)) ×95.000.000
Harga Barang = 100/125 ×95.000.000
Harga Barang = 0.8 ×95.000.000
Harga Barang = 76.000.000
Jadi, harga beli tanah semula yaitu Rp. 76.000.000

f) Cara Menghitung Persen Diskon


Strategi memberikan diskon umumnya dipakai untuk menarik banyak pengunjung dan
pembeli. Dari sekian banyak jenis diskon yang diberikan, kebanyakan menawarkan diskon
berupa potongan harga dalam bentuk persen. Semakin besar persentase diskonnya, maka
semakin besar pula minat orang-orang membelinya.
Cara menghitung persen diskon yang paling sering digunakan adalah menghitung diskon
tunggal, karena bentuk promosi ini paling banyak digunakan.
Rumusnya:
Diskon Dalam Rupiah = (% Diskon X Harga Asli Produk Dalam Rupiah)

17
Kemudian, disusul dengan perhitungan :
1. Harga Produk Setelah Didiskon = Harga Asli Produk Dalam Rupiah – Diskon Dalam
Rupiah
2. Harga Produk Setelah Diskon = (100% – % Diskon) X Harga Asli Produk Dalam Rupiah.
3. Persentase diskon dikonversikan ke dalam bentuk desimal, dengan cara % Diskon x
1/100

Contoh soal menghitung persen diskon :


1) Sebuah produk skincare Korea seharga Rp425.000 sedang diberi diskon sebesar 30%.
Berapa harga setelah diskon?
Penyelesaian :
Total diskon sebesar 30% x Rp425.000
= 0,30 x Rp425.000
= Rp127.500
Kemudian, harga setelah diskon adalah Rp425.000 – Rp127.500 = Rp297.500

g) Cara Menghitung Persen Uang


Secara tidak sadar, cara menghitung persen uang mungkin adalah hal yang cukup sering kita
lakukan. Salah satu bentuknya adalah misalnya saat kita ingin mengetahui berapa satu persen
dari Rp1.000.000 atau Rp250.000 itu berapa persen dari Rp10.000.000.
Rumus sederhana yang bisa kita ingat adalah:
Hasil = Nilai/100 x persen

Contoh soal menghitung persen uang


1) Bu Tuti akan membeli sebuah mesin untuk pabriknya dengan harga Rp10.000.000. Untuk
itu, Bu Tuti diharuskan membayar uang muka sebesar 10% terlebih dahulu. Berapa 10%
dari Rp10.000.000?
Penyelesaian :
Hasil = Nilai/100 x persen
Hasil = 10.000.000/100 x 10%
Hasil = 1,000.000

18
Jadi, 10% dari Rp10.000.000 adalah Rp1.000.000

D. Bilangan Rasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang bisa dibentuk menjadi pecahan ab dengan b ≠ 0, a
dan b termasuk bilangan bulat. Itu artinya, semua bilangan bulat, baik positif maupun negatif,
termasuk bilangan rasional. Mengapa demikian? Karena semua bilangan bulat bisa dijadikan
pecahan dengan penyebut 1, contoh 3 bisa diubah menjadi 31, 7 bisa diubah menjadi 71, dan
seterusnya.
1. Notasi Bilangan Rasional
Bilangan rasional biasa disimbolkan sebagai Q. Notasi atau penulisan bilangan rasional adalah
sebagai berikut.
Q = ab|a,b ∈Z, b≠0
Notasi di atas bisa diartikan bahwa pada bilangan rasional ab , a dan b termasuk elemen bilangan
bulat dengan b tidak boleh nol. Contoh bilangan rasional adalah 12,57,31, dan masih banyak
lainnya. Lalu, bagaimana dengan bilangan desimal?
Jika bilangan desimal tersebut bisa dijadikan pecahan, maka tetap disebut bilangan rasional.
Misalnya 0,4 bisa dijadikan pecahan 410 atau 25, 0,25 bisa dijadikan pecahan 25100 atau 14, dan
seterusnya

2. Bentuk-Bentuk Bilangan Rasional


Suatu bilangan dikatakan rasional atau tidak mengacu pada bisa tidaknya bilangan tersebut
dijadikan pecahan. Ada beberapa bentuk suatu bilangan yang bisa dijadikan pecahan, yaitu
sebagai berikut.
a) Bilangan rasional berbentuk pecahan
Semua bentuk pecahan sudah pasti dikategorikan sebagai bilangan rasional, baik pecahan murni
maupun pecahan campuran. Bilangan rasional bentuk pecahan bisa dibagi menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
 Pecahan murni, di mana penyebut lebih besar daripada pembilang, contoh 23.
 Pecahan campuran, di mana pembilang lebih besar daripada penyebut, contoh 32.
 Pecahan yang menghasilkan bilangan bulat, di mana penyebut bisa membagi habis
pembilangnya, contoh 42=2.

19
b) Bilangan rasional berbentuk desimal dengan pengulangan angka nol
Seperti pada pembahasan sebelumnya, suatu bilangan desimal juga termasuk bilangan rasional
jika bisa diubah ke dalam bentuk pecahan. Salah satu ciri yang menunjukkan bahwa bilangan
desimal bisa dijadikan pecahan adalah bilangan tersebut memiliki pengulangan nol di akhir
bilangannya, contoh 0,2500000 = 0,25; 0,50000 = 0,5; 0,400000 = 0,4, dan seterusnya.

c) Bilangan rasional berbentuk desimal dengan pengulangan teratur angka bukan nol
Bilangan desimal dengan pengulangan deret angka teratur juga bisa dijadikan pecahan, contoh
0,3333; 0,111111; 0,44444; 3,636363; dan seterusnya.

d) Bilangan rasional berbentuk desimal dengan pengulangan teratur angka bukan nol
Bilangan desimal dengan pengulangan deret angka teratur juga bisa dijadikan pecahan, contoh
0,3333; 0,111111; 0,44444; 3,636363; dan seterusnya.

3. Sifat Bilangan Rasional


Sifat bilangan rasional berlaku terhadap operasi penjumlahan, perkalian, hingga gabungan antara
perkalian dan penjumlahan/pengurangan. Adapun sifat-sifat yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
a) Sifat Tertutup
Bilangan rasional bersifat tertutup, baik pada penjumlahan maupun perkalian. Sifat ini bisa
dinyatakan sebagai berikut.
 Tertutup terhadap penjumlahan
Pada penjumlahan bilangan rasional ab dan cd di mana a, b, c, d ∈ Q, berlaku:

b) Sifat Komutatif
Sifat komutatif ini juga berlaku pada penjumlahan dan perkalian bilangan rasional.

20
 Sifat komutatif terhadap penjumlahan
Pada penjumlahan bilangan rasional ab dan cd di mana a, b, c, d ∈ Q, berlaku :

c) Sifat komutatif terhadap perkalian


Pada perkalian bilangan rasional ab dan cd di mana a, b, c, d ∈ Q, berlaku persamaan berikut

d) Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif juga berlaku pada gabungan operasi antara penjumlahan dan perkalian bilangan
rasional ab, cd, dan ef di mana a, b, c, d, e, f ∈ Q seperti berikut :

e) Sifat Identitas
Bilangan identitas adalah bilangan yang hanya terdiri dari angka 1 atau 0-1. Bilangan rasional
juga memiliki unsur identitas, di mana unsur tersebut juga harus termasuk bilangan rasional.
Operasi bilangan rasional dengan unsur identitasnya akan menghasilkan bilangan rasional itu
sendiri. Adapun sifat identitas pada penjumlahan dan perkalian adalah sebagai berikut.
 Identitas penjumlahan
Penjumlahan unsur identitas dan bilangan rasional akan menghasilkan bilangan rasional itu
sendiri. Pada bilangan ab di mana a, b ∈ Q, berlaku dengan disebut sebagai unsur identitas
penjumlahan.

21
 Identitas perkalian
Perkalian unsur identitas dan bilangan rasional menghasilkan bilangan rasional itu sendiri. Pada
bilangan ab di mana a, b ∈ Q, berlaku dengan disebut sebagai unsur identitas perkalian
4. Invers Bilangan Rasional
Invers berupa bilangan rasional yang merupakan kebalikan dari bilangan rasional awalnya.
Invers ini juga berlaku pada penjumlahan dan perkalian. Namun, hasil akhir keduanya tidaklah
sama.
 Pada penjumlahan, jika suatu bilangan rasional dijumlahkan dengan inversnya akan
menghasilkan nilai 0. Untuk bilangan ab di mana a, b ∈ Q, memiliki invers -ab,
sehingga ab+-ab=0.
 Pada perkalian, jika suatu bilangan rasional dikalikan dengan inversnya akan
menghasilkan nilai 1. Untuk bilangan ab di mana a, b ∈ Q, memiliki invers ba,
sehingga abba=1.

Contoh Soal 1
Tentukan bentuk rasional dari beberapa bilangan berikut.

Pembahasan :

22
Bentuk rasional dari 1,12121212
Mula-mula, harus memisalkan 1,12121212 sebagai x. Lalu, lakukan operasi eliminasi seperti
berikut :

Bentuk rasional 3,636363


Mula-mula, harus memisalkan 3,63636363 sebagai x. Lalu, lakukan operasi eliminasi seperti
berikut

Contoh Soal 2
Tentukan apakah bentuk bilangan berikut termasuk bilangan rasional atau tidak.
• 0,83333
• 2,449489743
Pembahasan:
 Bilangan 0,83333
Perhatikan bilangan tersebut. Di bagian belakang terdapat deret angka 3 berulang. Lalu,
bagaimana dengan angka 8? Angka 8 bisa dijadikan puluhan, dengan cara mengalikan bilangan
tersebut dengan 100. Misal, 0,8333 = x, maka:

23
Dengan demikian, 0,8333 termasuk bilangan rasional.

 Bilangan 2,449489743
Jika diperhatikan, deret angka desimalnya tidak membentuk pola tertentu atau tidak beraturan.
Dengan demikian, 2,449489743 bukan termasuk bilangan rasional.

Contoh Soal 3
Tentukan bilangan berikut ini termasuk bilangan rasional atau tidak.
• 0,875
• 1,33333
Jika termasuk bilangan rasional, tentukan bentuk rasional dari bilangan tersebut!
Pembahasan:
 Bilangan 0,875
0,875 termasuk bilangan rasional karena bentuk 0,875 = 0,875000. Di akhir desimalnya terdapat
angka nol berulang. Adapun bentuk rasional dari 0,875 adalah sebagai berikut :

 Bilangan 1,3333
Bilangan 1,333 termasuk bilangan rasional karena ada deret angka 3 berulang di belakang koma.
Bentuk rasional dari bilangan tersebut adalah sebagai berikut :

Jadi, bilangan 0,875 dan 1,333 termasuk bilangan rasional.

E. Bilangan Riil
Bilangan real atau bilangan riil merupakan sebutan bagi bilangan asli atau kelompok
bilangan yang terdiri dari angka-angka hitung dengan sifat natural. Adapun contoh dari

24
kelompok bilangan real ialah seluruh bilangan bulat positif yang dimulai dari angka 1, 2, 3, 4,
dan seterusnya.

1. Jenis-Jenis Bilangan Riil


 Bilangan irasional, yakni bilangan yang tidak bisa dinyatakan dalam bentuk pecahan
biasa. Contoh bilangan jenis ini ialah seperti √5,√13,√33,dan lain sebagainya.
 Bilangan rasional, yakni bilangan yang dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa,
campuran ataupun desimal. Bilangan bulat, yakni bilangan asli yang terbagi menjadi
positif (0,1,2,3,4,…n), dan negatif (-1,-2,-3,…-n). Bilangan pecahan, yakni bilangan
asli dalam bentuk pecahan yang ditandai dengan garis per, misalnya 2/3, ¼, 1 ½ , dan
lain sebagainya. Bilangan desimal, yakni bilangan asli yang memiliki tanda koma,
misalnya 0,5; 3,4; 26,7; dan sebagainya.

2. Sifat Dasar Bilangan Riil


 Untuk semua a,b dan elemen R, berlaku sifat komutatif penjumlahan, yaitu: a+b =
b+a
 Untuk semua a,b,c elemen R, berlaku sifat asosiatif terhadap penjumlahan, yaitu
(a+b)+c = a+(b+c)
 Adanya unsur identitas terhadap penjumlahan, yaitu 0 ∈ R. Sehingga berlaku untuk
semua a ∈ R, a+0 = 0+a = a
 Untuk semua elemen a ∈ R, terdapat -a ∈ R. Sehingga berlaku: a+(-a) = (-a)+a,
-a ∈ R disebut unsur lawan/elemen negatif/unsur invers terhadap penjumlahan.
 Untuk semua a,b ∈ R berlaku sifat komutatif terhadap perkalian, yaitu a.b = b.a
 Untuk semua a,b,c ∈ R berlaku sifat asosiatif terhadap perkalian yaitu (a.b).c = a.(b.c)
 Untuk semua a ∈ R, a ≠ 0, terdapat:

 Untuk semua a,b,c ∈ berlaku:


Sifat distributif terhadap penjumlahan, yaitu a(b+c) = ab + bc

25
Sifat distributif penjumlahan terhadap perkalian, yaitu: (a+b)c = ac + bc

3. Sifat-Sifat Bilangan Real


Terdapat beberapa sifat angka riil yang bisa diketahui dan dipahami. misalnya seperti a, b, c, dan
d yang merupakan angka riil, maka sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
a) Sifat Komutatif Penjumlahan dan Perkalian
Sesuai dengan namanya yakni komutatif, sifat ini saat dioperasikan bisa ditukar.
Misalnya: a + b = b + a dan a x b = b x a.

b) Sifat Asosiatif Penjumlahan dan Perkalian


Sifat asosiatif, angka mana yang dioperasikan terlebih dahulu, hasilnya akan tetap
sama. Misalnya: (a + b) + c = a + (b + c) dan (a x b) x c = a x (b x c)

c) Sifat Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan dan Pengurangan


Sifat distributif berarti dapat didistribusikan dengan mengombinasikan pengali
dengan setiap elemen yang ada dalam kurung. Misalnya:

a x (b + c) = a x b + a x c
a x (b – c) = a x b – a x c
dan
a x (b + c – d) = a x b + a x c – a x d

d) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan untuk Penyebut yang Sama


Penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebutnya sama, berarti yang
dioperasikan hanya bagian pembilangnya saja.

e) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan untuk Penyebut yang Berbeda


Sebelum mengoperasikan, penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Caranya
bisa dengan mengalikan pembilang dengan penyebut lawan, lalu penyebutnya saling
dikalikan, setelahnya baru bisa dioperasikan.

26
f) Perkalian pada Pecahan
Untuk mengoperasikannya, caranya adalah mengalikan pembilang dengan pembilang
dan penyebut dengan penyebut.

g) Pembagian pada Pecahan


Untuk mengoperasikannya, dapat dilakukan dengan menukar pembilang dan
penyebut dari angka pembagi, kemudian operasi pembagiannya diubah menjadi
perkalian.

h) Sifat Kali Silang


Sesuai dengan namanya, untuk mengoperasikan sifat ini perlu dilakukan menyilang.

Contoh Soal Bilangan Riil


1. Sebuah koperasi sekolah membeli lima lusin buku seharga Rp 120.000,00. Jika harga jual
sebuah buku Rp 3.000,00, maka keuntungan yang diperoleh koperasi tersebut adalah…
Jawaban :
Cara mencari untung = harga jual – harga beli
= (lima lusin buku x harga jual buku) – harga beli
= Rp 180.000,00 – Rp 120.000,00 = Rp 60.000,00
2. Luna mendatangi toko baju yang memberikan diskon sebesar 25% untuk semua produk. Jika
Luna berbelanja senilai Rp 800.000,00, berapa yang harus ia bayar?
Jawaban:
Diskon = 25% x Rp 800.000,00
= 25/100 x Rp 800.000,00
= Rp 200.000,00
Total yang harus dibayarkan Luna:
Rp 800.000,00 – Rp 200.000,00 = Rp 600.000,00

3. Pada sebuah toko elektronik miliknya, Pak Amir menjual kipas angin digital seharga
Rp1.500.000,00. Ia memperoleh kerugian 25% dari penjualan tersebut karena satu dan lain
hal. Maka harga pembelian Pak Amir terhadap kipas digital tersebut adalah?

27
Jawaban:
Cara menghitung harga beli dengan jumlah rugi p% adalah = harga jual × 100/100-p%
Harga beli = Rp 1.500.000,00 × 100/100-25
= Rp 1.500.000,00 × 100/75
= Rp 2.000.000,00

28
F. Latihan Soal
1. Hasil penjumlahan dari 1/2 + 2/5 + 1/10 adalah…
2. Hasil penjumlahan dari 3 ⅔ + 6 ¾ adalah...
3. Hasil dari 0.25 +0.50-15% adalah...
4. Nilai dari 0,3×0,008×4 adalah...
5. Bu Dani menabung di bank Rp 4.000.000,00. Setelah 1 seluruh tahun tabungan Bu Lis
Rp 4.240.000,00. Besar suku bunga yang diberikan selama 1 tahun adalah...
6. Nilai dari 270% dari 420 adalah...
7. Ibu membeli oleh-oleh berupa jeruk sebanyak 6,5 Kg untuk dibagikan kepada sanak
saudara, Jika jumlah saudara ibu ada 13 orang, maka setiap orang akan diberi berapa kg
jeruk?
8. Usia adik ¼ dari usia ayah saat ini, sedangkan usia kakek adalah 7 kali dari usia adik.
Jika saat ini usia ayah adalah 36 tahun, maka berapa usia kakek?
9. Ayah memainkan handphone selama 2,5 jam sehari, sedangkan ibu memainkan
handphone selama 1 jam 40 menit sehari. Jika handphone hanya boleh dimainkan selama
5 jam sehari, maka adik bisa memainkan handphone selama?
10. Harga dua buku dan dua pensil di koperasi sekolah adalah Rp 8.800,00. Jika harga sebuah
buku Rp. 600,00 lebih murah dari harga pensil, maka berapa harga sebuah buku tersebut?
11. Jika melihat pada sebuah peta, jarak kota Jakarta dengan Bogor yakni 5 cm. Padahal,
jarak sesungguhnya kedua kota tersebut diketahui sebesar 40 km. Jadi, berapa skala pada
peta tersebut?

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bilangan pecahan merupakan salah satu bilangan yang sering kita jumpai dalam pelajaran
matematika. Dalam bahasa inggris, pecahan berarti fraction yang berasal dari bahasa latin, yaitu
“fractus” yang artinya rusak. Pengertian dari bilangan pecahan adalah bagian dari satu
keseluruhan dari suatu kuantitas tertentu.
Secara matematis, bilangan pecahan dapat disimbolkan dengan “a/b”. Bilangan a/b bisa
dibaca dengan “a per b”. Bilangan a sebagai pembilang dan bilangan b sebagai penyebut.
Bilangan pecahan terbagi menjadi 4 jenis, yaitu : pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan
desimal, dan pecahan senilai.
Bilangan desimal adalah bilangan yang punya penyebut khusus, yaitu sepuluh, seratus,
seribu, dan seterusnya. Bilangan desimal memiliki ciri khas dalam penulisannya, yaitu
menggunakan tanda koma sebagai pemisah antara bilangan bulat dan bilangan pecahannya.
Menurut asal terbentuknya, bilangan desimal termasuk dalam kelompok bilangan
pecahan, nih. Untuk memahami bentuk bilangan desimal, detikers harus bisa menentukan nilai
bilangan desimal terlebih dahulu.
Persen merupakan perbandingan atau rasio untuk menyatakan pecahan dari seratus yang
ditunjukkan dengan simbol %. Kata persen berasal dari bahasa Latin, yaitu per centum yang
artinya per-seratus. Persen juga menjadi suatu cara untuk menunjukkan sebuah angka sebagai
bagian dari keseluruhan, dimana keseluruhan tersebut ditulis dengan 100%.
Bilangan rasional adalah bilangan yang bisa dibentuk menjadi pecahan ab dengan b ≠ 0, a
dan b termasuk bilangan bulat. Itu artinya, semua bilangan bulat, baik positif maupun negatif,
termasuk bilangan rasional. Mengapa demikian? Karena semua bilangan bulat bisa dijadikan
pecahan dengan penyebut 1, contoh 3 bisa diubah menjadi 31, 7 bisa diubah menjadi 71, dan
seterusnya.
Bilangan real atau bilangan riil merupakan sebutan bagi bilangan asli atau kelompok
bilangan yang terdiri dari angka-angka hitung dengan sifat natural. Adapun contoh dari
kelompok bilangan real ialah seluruh bilangan bulat positif yang dimulai dari angka 1, 2, 3, 4,
dan seterusnya.

30
B. Saran
Berdasarkan pengalaman dan pembahasan materi ini, maka kami memberikan beberapa
saran dan himbauan khususnya kepada pembaca dan penulis selanjutnya. Diharapkan dengan
saran dari kami, para pembaca mampu memahami dan mendalami materi secara menyeluruh.
Diharapkan pula bagi para calon penulis selanjutnya agar tidak mengulang kembali kesalahan-
kesalahan yang telah diperbuat oleh penulis dalam proses penulisan makalah ini.
Bagi penulis selanjutnya, kami menghimbau gunakanlah waktu sebaik-baiknya ntuk
memahami materi sebelum melakukan proses penulisan makalah, dan gunakan pula waktu
sebaik mungkin pada saat proses penulisan.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://www.juraganles.com/2016/09/mengenal-pecahan-jenis-jenis-pecahan-dan-cara-
mengubah-ke-bentuk-lain.html?m=1
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/8N0GjwrK-bilangan-pecahan-pengertian-
jenis-jenis-dan-contohnya
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/bilangan-pecahan-pengertian-jenis-perbandingan-operasi-
dan-contoh

32

Anda mungkin juga menyukai