Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN BAB I

SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

A.PENDAHULUAN

Pembahasan tentang sejarah singkat perkembangan kurikulum di Indonesia


diturunkan dari buku Lima Puluh Tahun Pendidikan Indonesia yang diterbitkan Departemen
Pendidikan Nasional tahun 1996. Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan tahun 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi
dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan
perkembangan iptek. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Hamalik (2003) bahwa
dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk tujuan
institusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum
suatu satuan pendidikan.
2. 2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi. geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiaan serta budaya bangsa.

Kurikulum sebagai salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan nasional
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.

B. Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka disebut rencana
pelajaran atau dalam bahasa Belanda leer plan. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat
politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947
dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut
kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara
dan masyarakat.

C. Kurikulum 1952

Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang yang lebih
merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang
berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar.

D. Kurikulum 1964

Di penghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun 1964,


pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi
nama Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.

E. Kurikulum 1968

Lahirnya Kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh
perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde
Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama.

Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana dan


menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

F.Kurikulum 1975/1976

Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 1975/1976. Kurikulum


1975 untuk SD/SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu
SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan (STM, SMEA).

1. .Latar Belakang
Latar belakang ditetapkanya kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan
pengajaran di sekolah sebagai berikut:

a Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program
pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan
pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah:

1) Selama Pelita 1, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru
tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

2) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan


dalam GBHN yang antara lain berbunyi: "Mengejar ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.

3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan
nasional.

4) Adanya inovasi dalam sistem belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif
yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.

Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang kini
sedang berlaku.

b Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang
berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968 menggunakan prinsip-


prinsip sebagai berikut.

a. Berorientasi pada tujuan.


b. Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d. Menganut pendekatan sistem yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI).
e. Dipengaruhi psikologi behaviorisme dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
3. Komponen Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur:
a. Tujuan institusional baik SD, SMP, dan SMA/SPG/SMEA/ STM
b. Struktur program Kurikulum Struktur program adalah kerangka umum
program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.
c. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sesuai dengan namanya, Garis-Garis
Besar Program Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal yang berhubungan
dengan program pengajaran, yaitu:
1. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
2. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap
satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
3. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran
bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
4. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun
pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.
4. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar merupakan suatu
sistem yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan.
5. Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada
akhir satuan pelajaran tertentu.
6. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di samping itu
mereka mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi
manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik.
7. Supervisi dan Administras
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah,
baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengawas
sekolah.

G. Kurikulum 1984

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan
lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam GBHN 1983 hasil Sidang Umum MPR 1983 menyiratkan
keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975
kepada kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan
pergantian Kurikulum 1975 menjadi Kurikulum 1984.

Secara umum dasar perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 di antaranya


adalah sebagai berikut.

1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.

Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan
atau tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap
pendidikan, Kurikulum. 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan
perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap
Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional).


2) Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
3) Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

H. Kurikulum 1994

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran


menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar,
kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan
suasana pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan
kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus
diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran
pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan


sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan

I. Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004

Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu


pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran
terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan
proses pembelajaran.

Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum.


Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu
pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum.

Kurikukum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar
kinerja yang telah ditetapkan

J. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan


pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta efisiensi manajemen pendidikan.
Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun.
RANGKUMAN BAB II
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Kurikulum

Para ahli kurikulum terdapat perbedaan dalam memberikan definisi mengenai


kurikulum. Perbedaan tersebut disebabkan adanya sudut pandang yang berlainan yang
mendasari pemikiran mereka. Sekalipun masing-masing definisi mengandung
kebenaran, ada baiknya dicoba menemukan diantara berbagai definisi tersebut.
Definisi mana yang paling tepat dan paling dapat diterima. Definisi yang dipilih inilah
nanti yang dijadikan sebagai pegangan di dalam pembahasan berikutnya.

Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dan digunakan dalam bidang
olahraga. Secara etimologis curriculum yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu". Jadi istilah kurikulum
pada zaman Romawi kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Baru pada tahun 1855, istilah
kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan yang mengandung arti sejumlah mata

B. Kurikulum dan Pembelajaran

Pengertian kurikulum di atas ternyata sangat luas, yakni meliputi seluruh


pengalaman belajar siswa. Keluasan ini pada akhirnya seringkali membingungkan
para guru dalam pengembangan kurikulum, sehingga menyulitkan dalam perencanaan
pembelajaran. Hilda Taba memandang kurikulum dari sisi lain yang lebih fungsional.
Pandangannya juga diikuti tokoh-tokoh lain di antaranya W. Ralp Tyler. Menurut
Tyler (1970) ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses
pengembangan kurikulum dan pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan apa yang ingin dicapai?


b. Pengalaman belajar apa yang perlu dipersiapkan untukmencapai tujuan?
c. Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?
d. Bagaimana menentukan keberhasilan pembelajaran?
C. Fungsi dan Peran Kurikulum
dalam pendidikan mempunyai beberapa fungsi.
1. Fungsi bagi Sekolah yang Bersangkutan.
Kurikulum sekolah dasar berfungsi bagi sekolah dasar, kurikulum SMA
berfungsi bagi SMA dan sebagainya. Fungsi kurikulum untuk sekolah
bersangkutan sekurang-kurannya memiliki dua fungsi:
a. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Kurikulum suatu
sekolah atau madrasah pada dasarnya merupakan suatu alat atau upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah atau madrasah yang
b. Sebagai pedoman dalam mengatur segala kegiatan pendidikan setiap hari
2. Fungsi kurikulum bagi guru
Kurikulum sebagai alat pedoman bagi guru dalam melaksanakan program
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau tujuan sekolah
/madrasah dimana guru itu mengajar.

3. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah


Kepala sekolah dan madrasah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan
pendidikan disekolah dan madrasah memegang peranan strategis dalam
mengembangkan kurikulum disekolah dan madrasah
4. Fungsi kurikulum bagi pengawas (supervisor)
Bagi pengawas ,fungsi kurikulum dijadikan sebagai pedoman patokan atau ukuran
dalam menetapkan bagian mana yang memerlukan perbaikan dan penyempurnaan
dalam usaha pelakasanaan fungsinya apabila ia memahami kurikulum.
5. Fungsi kurikulum bagi pengawas
Peraturan menteri pendayangunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi
Republik indonesia nomor 21 tahun 2010 tentang jabatan fungsioal pengawas
sekolah da angka kredittnya.
6. Fungsi bagi sekolah /madrasah diatasnya
Kurikulum sekolah dasar /madrasah ibtidaiyah berfungsi bagi penyusunan
kurikulum SMP/MTS ,kurikulum SMP/MTS berfungsi bagi penyusunan
kurikulum SMA /MA dan seterusnuya.
7. Fungsi bagi masyarakat dan pengguna lulusan
kurikulum suatu satuan pendidikan berfungsi bagi masyarakat dan pihak pegguna
lulusan satuan pendidikan tersebut.
RANGKUMAN BAB III
AZAS – AZAS PENGEMBNGAN

Dalam mengembangkan kurikulum perlu azas-azas yang kuat agar tujuan kurikulum tercapai
sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum
dapat berpegang pada azas-azas berikut:

1. Azas religius
2. Azas Filosofis
3. Azas Psikologis
4. Azas Sosiologis
5. Azas Organisatoris
6. Azas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Azas-azas kurikulum tersebut untuk lebih jelasnya diuraikan pada bagian berikut ini.

A. Azas Religius

Menurut Muhammad al Thoumy al Syaibany (1979) salah satu azas


pengembangan kurikulum adalah azas religius/agama Kurikulum yang akan
dikembangkan dan diterapkan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah sehingga dengan adanya
dasar ini kurikulum diharapkan dapat membimbing peserta didik untuk membina iman
yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan melengkapinya dengan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya "sesungguhnya aku telah
meninggalkan untuk kamu, yang jika kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu
tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitabullah dan sunnah nabi Nya" (HR. Hakim).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan


untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Untuk mengembangkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia memerlukan asumsi-asumsi religius. Azas religius
merupakan asumsi asumsi yang bersumber dari ajaran agama, yang dijadikan titik tolak
dalam berpikir tentang dan melakukan pengembangan serta implementasi kurikulum.
Azas Religius merupakan prinsip yang ditetapkan berdasarkan nilai nilai Ilahi yang
tertuang dalam kitab suci yang berisi nilai-nilai kebenaran yang universal, abadi, dan
bersifat futuristik.

B. Azas Filosofis

Azas ini berhubungan dengan filsafat dan tujuan pendidikan. Filsafat dan tujuan
pendidikan berkenaan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang
tentang sesuatu

Dalam pengembangan kurikulum, filsafat menjawab hal-hal mendasar bagi


pengembangan kurikulum, antara lain ke mana peserta didik akan dibawa? masyarakat
yang bagaimana yang akan dikembangkan melalui pendidikan tersebut? apa hakikat
pengetahuan yang akan dibelajarkan kepada peserta didik? Norma atau sistem yang
bagaimana yang harus ditransformasikan kepadapeserta didik sebagai generasi penerus?
bagaimana proses pendidikan harus dijalankan?

C. Azas Psikologis

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan berkaitan dengan


proses perubahan perilaku siswa. Adanya kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
perilaku baru berupa kemampuan atau kompetensi aktual dan potensial dari setiap siswa,
serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki untuk waktu yang relatif lama.

Psikologi merupakan salah satu azas dalam pengembangan kurikulum yang harus
dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum. Hal ini dikarenakan posisi kurikulum
dalam proses pendidikan memegang peranan yang sentral. Dalam proses pendidikan
terjadi interaksi antarmanusia, yaitu antara siswa dengan pendidik, dan juga antara siswa
dengan manusia lainnya.

Azas psikologis berkaitan dengan perilaku manusia. Sehubungan dengan


pengembangan kurikulum dan pembelajaran, perilaku manusia menjadi landasan
berkenaan dengan psikologi belajar dan psikologi perkembangan anak. Hal ini meliputi
teori-teori yang berhubungan dengan individu dalam proses belajar serta
perkembangannya.

Pandangan guru terhadap suatu teori belajar dan pembelajaran akan mempengaruhi
cara ia mengelola pembelajarannya. Adakalanya guru kurang atau tidak memperhatikan
tingkat kemampuan dan perkembangan siswa, yang penting ia membelajarkan materi
pelajaran kepada siswa. Sebagai ilustrasi, membelajarkan sila-sila dari Pancasila di
Sekolah Dasar/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA atau perguruan tinggi, sekalipun sila-sila
Pancasila itu Secara

D. Azas Sosial-budaya
Azas sosial-budaya berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi
individu, dan rekonstruksi masyarakat. Bentuk bentuk kebudayaan mana yang patut
disampaikan dan ke arah mana proses sosialisasi tersebut ingin direkonstruksi sesuai
dengan tuntutan masyarakat.

Masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasan yang mau tidak mau harus dikenal
dan diwujudkan peserta didik dalam bentuk perilakunya. peserta didik pada gilirannya
antara kepentingan siswa sebagai individu dengan kepentingan siswa sebagai anggota
masyarakat. Keseimbangan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum semata-mata
bersifat society centered (terpusat pada masyarakat).

E. Azas Organisatoris

Azas ini berkenaan dengan organisasi dan pendekatan kurikulum. Studi tentang
kurikulum sering mempertanyakan tentang jenis organisasi atau pendekatan apa yang
dipergunakan dalam pembahasan atau penyusunan kurikulum tersebut. Penggunaan suatu
jenis pendekatan pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh
kurikulum tersebut. Dilihat dari organisasinya ada tiga kemungkinan tipe atau bentuk
kurikulum.

a. Kurikulum subject matter atau separated subject


Organisasi ini brttitik tolak dari mata pelajaran atau disebut juga pendekatan mata
pelajaran,seperti geogerafi,sejarah,ekonomi,biologi,kimia ,aljabar ,menyanyi dan
sebagainya.
b. Kurikulum korelasi
Kurikulum korelasi yang dimaksud adalah menguhungkan mata-mata pelajaran yang
sejenis atau mata pelajaran
c. Kurikuum integrasi (terpadu)
Dalam bentuk kurikulum ini.tidak lagi menegenal mata pelajaran dan tidak lagi
mengenal bidang studi ,artinya mata pelajaran dan semua bidang studi.

Anda mungkin juga menyukai