A.PENDAHULUAN
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk tujuan
institusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum
suatu satuan pendidikan.
2. 2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi. geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiaan serta budaya bangsa.
Kurikulum sebagai salah satu instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan nasional
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.
Kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka disebut rencana
pelajaran atau dalam bahasa Belanda leer plan. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat
politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947
dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut
kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara
dan masyarakat.
C. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang yang lebih
merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang
berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar.
D. Kurikulum 1964
E. Kurikulum 1968
Lahirnya Kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964 dipengaruhi oleh
perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde
Baru. Kurikulum 1968 menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama.
F.Kurikulum 1975/1976
1. .Latar Belakang
Latar belakang ditetapkanya kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan
pengajaran di sekolah sebagai berikut:
a Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program
pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan
pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah:
1) Selama Pelita 1, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru
tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan
nasional.
4) Adanya inovasi dalam sistem belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif
yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang kini
sedang berlaku.
b Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang
berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
G. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan
lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam GBHN 1983 hasil Sidang Umum MPR 1983 menyiratkan
keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975
kepada kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan
pergantian Kurikulum 1975 menjadi Kurikulum 1984.
1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan
atau tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap
pendidikan, Kurikulum. 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan
perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap
Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
H. Kurikulum 1994
A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dan digunakan dalam bidang
olahraga. Secara etimologis curriculum yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu". Jadi istilah kurikulum
pada zaman Romawi kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Baru pada tahun 1855, istilah
kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan yang mengandung arti sejumlah mata
Dalam mengembangkan kurikulum perlu azas-azas yang kuat agar tujuan kurikulum tercapai
sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum
dapat berpegang pada azas-azas berikut:
1. Azas religius
2. Azas Filosofis
3. Azas Psikologis
4. Azas Sosiologis
5. Azas Organisatoris
6. Azas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Azas-azas kurikulum tersebut untuk lebih jelasnya diuraikan pada bagian berikut ini.
A. Azas Religius
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya "sesungguhnya aku telah
meninggalkan untuk kamu, yang jika kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu
tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitabullah dan sunnah nabi Nya" (HR. Hakim).
B. Azas Filosofis
Azas ini berhubungan dengan filsafat dan tujuan pendidikan. Filsafat dan tujuan
pendidikan berkenaan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang
tentang sesuatu
C. Azas Psikologis
Psikologi merupakan salah satu azas dalam pengembangan kurikulum yang harus
dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum. Hal ini dikarenakan posisi kurikulum
dalam proses pendidikan memegang peranan yang sentral. Dalam proses pendidikan
terjadi interaksi antarmanusia, yaitu antara siswa dengan pendidik, dan juga antara siswa
dengan manusia lainnya.
Pandangan guru terhadap suatu teori belajar dan pembelajaran akan mempengaruhi
cara ia mengelola pembelajarannya. Adakalanya guru kurang atau tidak memperhatikan
tingkat kemampuan dan perkembangan siswa, yang penting ia membelajarkan materi
pelajaran kepada siswa. Sebagai ilustrasi, membelajarkan sila-sila dari Pancasila di
Sekolah Dasar/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA atau perguruan tinggi, sekalipun sila-sila
Pancasila itu Secara
D. Azas Sosial-budaya
Azas sosial-budaya berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi
individu, dan rekonstruksi masyarakat. Bentuk bentuk kebudayaan mana yang patut
disampaikan dan ke arah mana proses sosialisasi tersebut ingin direkonstruksi sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
Masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasan yang mau tidak mau harus dikenal
dan diwujudkan peserta didik dalam bentuk perilakunya. peserta didik pada gilirannya
antara kepentingan siswa sebagai individu dengan kepentingan siswa sebagai anggota
masyarakat. Keseimbangan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum semata-mata
bersifat society centered (terpusat pada masyarakat).
E. Azas Organisatoris
Azas ini berkenaan dengan organisasi dan pendekatan kurikulum. Studi tentang
kurikulum sering mempertanyakan tentang jenis organisasi atau pendekatan apa yang
dipergunakan dalam pembahasan atau penyusunan kurikulum tersebut. Penggunaan suatu
jenis pendekatan pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh
kurikulum tersebut. Dilihat dari organisasinya ada tiga kemungkinan tipe atau bentuk
kurikulum.