Anda di halaman 1dari 15

DOSEN PENGAMPU :

1. Prof. Dr. Drs. Aprizal Lukman, M.Pd.


2. Dr. Dra. Evita Anggereini, M.Si.
3. Prof. Dr. Dra. Asni Johari, M.Si.

Disusun oleh :

Delia Junika Setiya Ningsih & Sekar


Ayu Dwi Deewanti
Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum berdasarkan UU No 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 adalah seperangkat


rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

Kurikulum dan pendidikan adalah dua konsep yang harus dipahami sebelum membahas
pengembangan kurikulum. Kurikulum dan pendidikan ibarat dua koin, setiap koin saling
berhubungan dan tidak terpisahkan. Konsep kurikulum berkembang seiring dengan
perkembangan teori dan praktek pendidikan, dan juga berubah seiring dengan sekolah atau
teori pendidikan yang digunakan.
Latar Belakang Kurikulum 1975
1. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai akibat lajunya
pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal
yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu
adalah:
● Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru tentang pelaksanaan
sistem pendidikan nasional.
● Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang
antara lain berbunyi: “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mempercepat lajunya pembangunan.
● Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
● Adanya inovasi dalam sistem belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif yang telah
memasuki dunia pendidikan.
● Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang kini sedang berlaku.

2. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam
rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap
Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Ciri Khas Kurikulum 1975
● Adanya Pendidikan Moral Pancasila. Sedangkan pada kurikulum setelah 1975 yaitu kurikulum 1984
dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
● Kurikulum 1975 termasuk kedalam zaman Orde Baru (Orba) yang mana menjadi salah satu kurikulum
diantara 6 kurikulum lainnya yang mengalami pergantian. Kurikulum 1975 merupakan pergantian dari
kurikulum 1968, dan penyempurnaan Kurikulum 1975 menghasilkan Kurikulum 1984.
● Kurikulum 1975 termasuk kurikulum yang berorientasi pada pencapaian, hal tersebut berlaku pula pada
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1968 dan kurikulum setelahnya yaitu kurikulum 1984
(Muhammedi. 2016).
● Kurikulum 1975 berorientasi pada tujuan umum dan khusus, dikenal dengan pokok bahasan dan sub
pokok bahasan, pendekatan integrative, menekankan pada efisiensi dan efektifitas waktu, pendekatan
Pengembangan Intruksional, dipengaruhi psikologi tingkah laku, menggunakan teori Behaviorism,
susunan lebih kompleks. Untuk penyempurnaan kurikulum 1975 yaitu kurikulum 1984 memiliki ciri
khas orientasi tujuan belajar yang menekankan pada konseep esensial yang telah ditetapkan diawal,
dalam orientasi kepada tujuan instruksional, pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik dengan
belajar aktif dalam ranah koognitif, afektif, maupun psikomotorik, materi pelajaran menggunakan
pendekatan spiral, menanamkan konsep, pendekatan keterampilan proses ( Muhammedi. 2016).
Landasan Filosofis Kurikulum
1975
Kurikulum 1975 dikembangkan berdasarkan pemikiran orientasi filosofis pendidikan
keilmuan yang dominan dan tidak berorientasi kepada pembangunan walaupun masih terikat
pada pengaruh politik di mana situasi pemerintah saat itu merupakan awal pemerintahan
orde baru. Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Latar belakangnya adalah pengaruh konsep di bidang manajemen yaitu MBO
(managemen by objective).

Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam prosedur pengembangan sistem
instruksional (PPSI).

Berdasarkan landasan filosofisnya, kurukulum 1975 ditujukan atas dasar pendididkan.


Namun, pada tahun 1975 pengaruh politik tidak bisa diabaikan, karena kurikulum ini berada
pada masa orde baru.
Landasan Psikologis Kurikulum 1975
Dalam implemenasinya kurikulum ini banyak menekankan kepada pemberian stimulus respon
atau menganut aliran psikologi behaviorisme serta latihan dengan mempertimbangkan efisiensi
dan efektivitas penggunaan kemampuan sekolah dan guru serta efisiensi waktu.

Pembelajaran integrative sangat cocok diterapkan ketika pada masa itu. Dikarenakan dalam
proses pembelajaran pada saat itu mata pelajarannya masih sangat padat. Maka, untuk
mengefektifkan proses pembelajaran diberlakukan pembelajaran integrative dengan memberikan
pelajaran bersama-sama untuk mengefisienkan waktu yang terbatas. Untuk dalam
implementasinya digunakan aliran behaviorisme yang mana dalam proses pembelajaran dengan
berorientasi pada guru, maka guru menggunakan aliran ini agar lebih produktif.

Menganut pendekatan instruksional dikenal dengan prosedur Pengembangan Sistem


Instruksional (PPSI) dengan sebagai pengukur tingkah laku siswa. Dengan adanya pengaruh
psikologis tingkah laku terhadap penekanan pemberian stimulus respon (pemberian rangsangan-
respon) dan latihan (Drill).
Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum adalah pendekatan sistem yang
disebut dengan PPSI (Prosedur Pengembangan sistem Instruksional) dengan
komponen sebagai berikut :

1) kemampuan merumuskan tujuan-


tujuan secara operasional,

2) kemampuan mengembangkan 3) kemampuan melaksanakan


deskripsi tugas-tugas secara analisis tugas-tugas (Hamalik,
lengkap dan akurat, dan 2005)
Landasan Yuridis Kurikulum 1975
Prencanaan dan pengembangan yang dilakukan ketika Kurikulum 1975 dengan berdasarkan SK
Kemendikbud No. 079/10/1975 dijabarkan apa saja yang dilakukan dalam proses perencanaan dan
pengembangannya. Pusbangkuradik/Puskur menggunakan pendekatan rasional yang kemudian dikenal
dengan pendekatan berorientasi kepada tujuan. Maka dirancang pendekatan berorientasi kepada tujuan
untuk kurikulum 1975 untuk SD, SMP dan SMA berdasarkan Garis-Garis Besar Program
Pembelajaran.

Berdasarkan Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0211/U/1978 Tanggal 5 Juli
1978 tentang Sistem Tahun Ajaran Sekolah pasal 12, untuk memulai Kurikulum 1975 yang awalnya
akan diberlakukan pada tahun 1979 pada awal bulan Januari, kemudian diganti dengan minggu ketika
bulan Juli. Perubahan yang terjadi tercantum pada Keputusan tersebut.

Hasil dari sidang MPR tahun 1973 berdasarkan tujuan dalam pendidikan tidak jauh dari keadaan
Indonesia pada massa orde baru. Indonesia menekankan pembangunan yang memang dirasakan saat
itu sangat cepat manfaat yang dirasakan. Tidak berbeda pada pendidikan di Indonesia yang
memprioritaskan manusia yang unggul dalam perbaikan ekonomi Indonesia agar meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Landasan Konseptual kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut :

Menekankan kepada efisiensi Menganut pendekatan sistem Pembelajaran lebih banyak


dan efektivitas dalam hal daya instruksional yang dikenal dengan menggunaan teori Behaviorisme,
dan waktu. Prosedur Pengembangan Sistem yakni memandang keberhasilan
Instruksional (PPSI). dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari
luar, yaitu sekolah dan guru
Pada periode kurikulum ini dikenal
dengan itilah “satuan pelajaran” yang
bermaksud rencana pembelajaran Disusunnya kurikulum ini untuk mengganti
setiap satuan pembahasan. kurikulum 1968 agar terciptanya keselarasan
antara kurikulum dengan kebijakan baru yang
dirancang oleh pemerintah.
Implementasi Kurikulum 1975 Di Sekolah Dasar
● Pendekatan kurikulum 1975 adalah orientasinya kepada tujuan
● Pendididkan berlangsung dengan terdapat beberapa komponen yaitu komponen
pelajar, guru, kurikulum, dan metode pengajar, dilengkapi administrasi, tujuan, dan
kmponen penunjang lainnya agar mencapai tujuan pendidikan.
● Implementasi terhadap system penyampaian di lapangan tidak berjalan efesien,
dikarenakan waktu yang sedikit dan materi yang kompleks menyulitkan bagi tenaga
pendidik memaksimalkannya tanpa fasilitas yang baik. Waktu sekolah adalah
sebagian kecil dari waktu kehidupan murid yang berlangsung selama 24 jam.
● Atas dasar prinsip efisiensi dan efektivitas, kurikulum 1975 memilih jumlah jam
pelajaran selama seminggu 36 jam dan bukan 42 jam, karena pertimbangan bahwa
para murid dapat dituntut untuk bekerja lebih keras pada setiap jam yang tersedia.
● Atas dasar prinsip ini juga disarankan agar setiap pelajaran hendaknya tidak
diberikan dalam 1 jam pelajaran saja untuk satu minggu, melainkan antara 2 jam
dan sebanyak-banyaknya 3 jam pada setiap pertemuan.
Lanjutan
● Kurikulum 1975 dicirikan dengan sifat kurikulum yang integrated subject
curriculum organization, jumlah pelajaran untuk tingkat SD 9 bidang studi
yang mencakup PSPB, Pelajaran Ilmu Alam dan Ilmu Hayat digabung
menjadi satu dengan nama Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pelajaran Ilmu
Aljabar dan Ilmu Ukur digabung menjadi satu dengan nama Matematika,
Sisi positif kurikulum ini adalah, “ilmu-ilmu dasar yang diserap siswa SD
pada masa itu menjadi semakin berkembang”.
Hambatan Kurikulum 1975
● Permasalahan yang dihadapi pemerintah Orde Baru dalam bidang pendidikan di
antaranya adalah masalah pemerataan, efektifitas atau efisiensi, dan relevansi
pendidikan dengan pembangunan nasional.
● Pelaksanaan kurikulum 1975 dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), dikarenakan ketika pada saat perencanaan kurikulum 1975 dipengaruhi oleh
adanya konsep dibidang manajemennya yaitu, MBO (management by objective) yang
saat itu dikenal dengan “Metode, materi, dan tujuan pengajaran yang dirincikan
kembali pada prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) atau dikenal pula
sebagai “satuan pelajaran” yang menyebabkan membahas satuan pelajaran dengan
sangat rinci.
● Sulitnya bagi guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran dengan waktu yang
tidak banyak dan berbanding terbalik dengan materi pelajaran yang sangat padat serta
fasilitas yang kurang mendukung. Hal tersebut menjadi pr bagi pemerintah saat itu.
Kelebihan Kurikulum 1975
● Beberapa kelebihan kurikulum 1975 yaitu, berorientasi pada tujuan,
mengarah pada pembentukan tingkah laku siswa, relevan dengan kebutuhan
masyarakat, menggunakan pendekatan psikologi, menekankan efektivitas
dan efisiensi, menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor-
faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan dari fasilitas yang menunjang
pelaksanaannya program tersebut, prinsip yang berkesinambungan
● Kebijakan tersebut dikarenakan permasalahan yang dihadapi pemerintah
Orde Baru dalam bidang pendidikan di antaranya adalah masalah
pemerataan, peningkatan kualitas, efektifitas dan efisiensi, dan relevansi
pendidikan dengan pembangunan nasional. Keempat permasalahan ini oleh
pemerintah Orde Baru ditangani dan diselesaikan dengan berbagai upaya
yang selanjutnya dikenal dengan kebijakan pendidikan.
Kekurangan Kurikulum 1975
Beberapa kekurangan dari kurikulum 1975 yaitu, terdapat ketidak serasian antara materi kurikulum
berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik, terdapat kesenjangan antara program kurikulum
dan pelaksanaannya di sekolah, terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap
jenjang, guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran,
pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik, sehingga
kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah, kurikulum ini berorientasi pada guru
hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode metode
ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru, kreativitas murid kurang berkembang
karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan
pembelajaran di kelas.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai