Penggunaan CRISPR-Cas9 pada manusia sendiri baru diinisiasi pada 2016. Aplikasi
pertama dilakukan tim yang dipimpin ahli onkologi dari Sichuan University, Lu You. Ia dan
timnya melakukan uji klinis teknologi ini dengan menyuntikkan sel yang sudah diedit kepada
seorang pasien kanker paru-paru di West China Hospital. Para peneliti mengambil sel imun
dari darah pasien, kemudian melakukan modifikasi terhadap sel tersebut dengan CRISPR-
Cas9. Gen tertentu dalam sel tersebut dinonaktifkan sebab protein PD-1 yang dikandungnya
sering dimanfaatkan kanker untuk berkembang. Sel ini diperbanyak, kemudian dikembalikan
ke dalam tubuh pasien. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari badan
peninjauan rumah sakit [ CITATION Feb20 \l 1033 ].
Meski begitu sempat terjadi beberapa tragedi dalam upaya awal memperbaiki mutasi
genetik penyebab penyakit pada manusia, di Inggris, pernah terjadi anak-anak menderita
penyakit terkait gen-X kombinasi dengan imunodefisiensi berat akibat pengubahan gen
dengan CRISPR. Di Cina pada tahun 2018, seorang peneliti secara kontroversial mengaku
telah menciptakan kelahiran bayi perempuan kembar yang telah diubah secara genetik
dengan teknologi CRISPR dengan tujuan untuk membuat bayi lebih resisten terhadap virus
HIV, mencetuskan inovasi ‘designer babies’. Upaya ini di Cina telah dikutuk sebagai
tindakan yang tidak etis, namun beberapa kalangan berpendapat hal tersebut dapat
bermanfaat di masa depan [CITATION Ang20 \p 220 \l 1033 ].
Doudna memprediksikan bahwa teknologi ini baru akan dapat digunakan pada
manusia pada 2025, dengan penekanan hanya pada orang dewasa. Dalam percobaan
mengoreksi penyakit metabolik tyrosinaemia pada tikus, Daniel Anderson dari Massachusets
Institute of Technology menemukan bahwa ia dan timnya harus memompa darah dalam
jumlah yang sangat banyak untuk mengirim protein Cas9 dan RNA lewat pembuluh darah
menuju organ target, yaitu hati. Hal ini sulit dan cenderung tidak mungkin dilakukan pada
manusia [ CITATION Feb20 \l 1033 ].
Teknologi ini pun tidak memenuhi etika medis yang ada saat ini. Perubahan gen
manusia pada fase embrio akan diwariskan kepada generasi berikutnya. Sebelumnya, para
ilmuwan belum pernah melakukan suatu penelitian untuk memodifikasi bagian manusia yang
dapat diwariskan turun-temurun. Nantinya, bila ada kesalahan mutasi gen pada bayi tersebut,
kesalahan ini akan diwariskan kepada keturunannya. Terlebih lagi, belum ada etika medis
yang membahas penggunaan penyuntingan genom, utamanya dengan teknologi CRISPR.
Teknologi edit genom CRISPR-Cas9 perlu penelitian lebih dalam hingga siap
digunakan pada manusia. Tujuh tahun pengembangannya belum dapat memetakan berbagai
kemungkinan dan dampak yang akan ditimbulkannya. Kemungkinan tidak akurat,
pelanggaran etika medis, efektivitasnya yang dipertanyakan, serta implikasi lainnya menjadi
pertimbangan atas ketidaksiapannya untuk saat ini. Diperlukan paling tidak setengah dekade
penuh riset lagi untuk mencapai tingkat kelayakan sebelum diaplikasikan ke manusia. Meski
menjanjikan, manusia tidak perlu tergesa-gesa mengadopsi pengetahuan ini untuk dirinya
sendiri. Manfaat yang telah diperhitungkan, baik berupa kekebalan terhadap penyakit maupun
kesempurnaan kualitas fisik dan mental, nantinya akan dituai bila tiba waktunya ketika
teknologi ini terjamin kelayakannya.
Bibliography
Angeline, W. K. (2020). CRISPR - Inovasi Biologi Molekuler dan Medis yang Kontroversial. Resident
Medical Doctor Murni Teguh Memorial Hospital. 47, pp. 218-221. Medan: Resident Medical
Doctor Murni Teguh Memorial Hospital Press.
Cahyo, L. D., Vita, H. D., Prasetia, I., & Habibulloh, M. A. (2021). Pemanfaatan Teknologi CRISPR-CAS9
dalam Mengembangkan Ikan Lele (Clarias sp.) Transgenik. NECTAR: JURNAL PENDIDIKAN
BIOLOGI, 2(1), 24-32.
Dance, E. (2019). Core Concept : CRISPR Gene Editing. Proceedings of the National Academy of
Sciences of the United States America 112 (pp. 6245-6246). Washington: AP Press.
Febriana, M., & Massie, M. A. (2020, Februari 22). Implementasi CRISPR-Cas9 Pada Manusia: Risiko
dan Perdebatannya. Retrieved Oktober 13, 2021, from Balairung:
http://www.balairungpress.com
Ntui, V. O., & Tripathi, J. N. (2019, November 28). CRISPR-Cas9 mediated genome editing tool for
banana and Plantain (Musa spp). Nairobi, Nairobi, Kenya.
Wu, Y., Liang, Y. W., Meizhu, B., Wei, T., & Bao, S. (2013, November 13). Correction of Genetic
Disease in Mouse via Use of CRISP-Cas9. Cell Stem Cell, pp. 659-662.