NIM : A1C419094
Kelas : Reguler A
Ruangan : R-001
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS JAMBI
2021
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu, untuk mengenal spesies yang
representative dari Euglenophyceae dan Phaeophyceae.
II. KAJIAN TEORI
A. Euglenophyceae
Euglenophyta, yang termasuk kelompok fitoplankton, ialah sel tunggal
berflagela dan berfotosintesis serta umumnya dikenal dengan kelompok
Euglena. Euglena berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “mata bulat”.
Euglena merupakan organisme bersel tunggal yang memiliki kloroplas
berwarna hijau terang meskipun kadang-kadang juga ditemukan jenis-jenis
yang warnanya kurang terang. Kloroplas terdiri atas pigmen klorofil a dan b
serta karotenoid. Sitoplasma terdiri atas paramilon semacam zat tepung yang
digunakan sebagai cadangan energi. Di dalam membran sel, terdapat semacam
protein yang tersusun seperti strip yang menutupi seluruh sel. Jenis-jenis
Euglenophyta yang bisa bergerak memiliki flagela yang tertanam dalam
kerongkongan bagian anterior. Namun, ada juga jenis yang memiliki satu
flagela yang pendek dan tidak muncul atau tidak terlihat. Euglenophyta
umumnya banyak ditemukan di perairan yang kaya bahan organik atau
terpolusi (Sulastri, 2018, p. 72).
Menurut (Mulyadi, 2014, p. 34) Euglenophyta merupakan fagellata
fotosintetik yang tidak terkurung dalam dinding sel yang kaku. Euglena
merupakan anggota khas dari kelompok ini dan diperkirakan berjumlah 450
jenis. Karena tidak memiliki dinidng sel, Euglena dapat berubah bentuk
dengan mudah.Bergerak cepat dengan bantuan flagel yang panjang dan
terletak di ujung anteriornya. Klasifikasi euglenophyta masih terdapat
perbedaan pendapat di kalangan ahli biologi. Ciri-ciri dari Euglenophyta yaitu
merupakan organisme bersel tunggal dengan susunan sel eukariota. Pada
dasarnya euglenoid memiliki dua buah flagel tipe cambuk berjumbai. Sel tidak
dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel berprotein, yang
berada didalam plasmalema. Beberapa euglenoid berfotosintesis dan yang lain
tidak. Euglenophyta sudah memiliki inti yang tetap dan mempunyai
khloroplas. Semua euglenoid mempunyai satu atau dua flagella yang
menyebabkan mereka dapat bergerak secara aktif. Selnya telah mempunyai
bentuk yang tetap (dinding sel bukan terdiri dari selulosa melainkan suatu
selaput tipis yang dapat mengikuti gerakan sel euglenoid yang sewaktu-waktu
dapat berubah bentuk).
Divisi Euglenophyta adalah mikroalga unisesuler, bergerak aktif,
reproduksinya dengan pembelahan biner, memiliki sista dorman dan memiliki
bintik mata yang jelas. Mikroalga divisi Euglenophyta banyak ditemukan dan
melimpah, sesekali mewarnai air kolam berwarna hijau tua, atau membentuk
filamen hijau di permukaan. Euglena berenang bebas di berbagai habitat, dapat
ditemukan di hampir semua lokasi di mana ada air tawar atau payau,
berkembang dengan baik di lingkungan yang tercemar atau diperkaya,
terutama bila ada banyak limbah organik (Harmoko, Triyanti, & Aziz, 2018, p.
22).
B. Phaeophyceae
Phaeophyta merupakan salah satu kelompok makroalga yang tersebar
melimpah di zona intertidal. Kelompok organisme tersebut memiliki
karateristik warna bervariasi yang disebabkan oleh adanya pigmen
penyusunnya. Pigmen fukosantin pada Phaeophyta memberikan gradasi warna
berbeda pada setiap jenis, yaitu berwarna coklat gelap ataupun coklat
kekuningan. Struktur talus pada alga coklat makrobentik sendiri ada 3 bagian
yaitu blade, holdfast, dan stipe. Blade adalah bagian daun yang berbentuk
pipih dari tallus. Holdfast adalah bagian dari talus berada di bawah yang
berfungsi sebagai struktur yang melekat pada substrat. Stipe adalah struktur
yang mendukung blade ( Kumalasari, Sulistiyowati, & Setyati, 2018, p. 28).
Menurut (Mulyadi, 2014, p. 43) Phaeophyta dibedakan dari yang lain,
karena memiliki warna coklat atau hijau zaitun. Tersebar di pantai-antai di
daerah yang lebih dingin. Sekitar 1.000 spesies telah diketahui secara
terperinci. Fucus (gulma batu) Ascophyllun adalah ganggang coklat yang
paling umum, tersebar di daerah iklim sedang. Fucus dapat mncapai 30-100
cm dan melekat pada batu-batuan. Genus lain yang terkenal adalah Sargassum.
Kawasan yang ditumbuhinya dikenal dengan laut Sargassum. Sargassum
filipendula memiliki panjang hamper 0,5 meter, banyak cabang, dan lupa-lupa
(gelembung udara) yang kecil-kecil bertangkai. Phaeophyta yang terbesar,
Kelp, merupakan salah satu raksasa dalam dunia tumbuhan. Ukurannya dapat
mencapai 3 km. Biasanya kelp terdiri dari satu sampai beberapa helai daun
yang dihubungkan oleh tangkai ke suatu pelekap berupa akar yang tumbuh
kuat pada batuan di dasarnya.
Air kolam
berwarna hijau
Hasil
b. Phaeophyta
Awetan alga
Hasil
V. HASIL
Adapun hasil yang didapat termuat dalam tabel berikut :
No Gambar Klasifikasi
1 Euglena acusformis
Kerajaan : Protista
Filum : Euglenozoa
Kelas: Euglenoidea
Ordo : Euglenales
Famili : Euglenaceae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena acusformis
VI. PEMBAHASAN
Dari hasil yang didapat pada praktikum kali ini yaitu ada Euglena acusformis.
Karakteristiknya yaitu sel tunggal berbentuk silinder yang bergelombang atau oval
dan umumnya dapat berenang dengan bebas. Bentuk badan meruncing pada
bagian posterior, sementara bagian anterior membentuk seperti kerongkongan dan
ujungnya membulat atau tumpul. Sel berwarna hijau cerah karena ada kloroplas
yang bisa berbentuk bulatan, oval, atau pita, serta kadang-kadang dengan
pyrenoid. Terdapat juga sel yang berwarna merah karena adanya pigmen
karotenoid. Beberapa jenis dapat melakukan kontraksi untuk mengubah bentuk,
tetapi jenis lain memiliki sifat yang tetap dan tidak berubah bentuk. Sel ditutupi
pellicle,yakni semacam protein yang tersusun berbentuk strip yang menutupi sel.
Sel panjang 20–540 μm dan lebar 5–50 μm. Banyak ditemukan di perairan danau
eutrofik serta banyak bahan organik nitrogen, baik berasal dari limbah binatang
maupun tumbuhan. Suhu 21,96–28,92°C, konduktivitas 46–364 µS/cm, pH 6,41–
7,87, dan alkalinitas 17,78–142,84 mgCaCO3/L.
Selanjutnya ada Phacus longicauda. Karakteristiknya sel soliter berbentuk
oval atau orbicularis dan sebagian berbentuk spiral. Sel datar seperti lempengan
atau seperti daun. Bagian anterior membulat, sedangkan bagian posterior memiliki
berbagai variasi bentuk ekor yang lurus, bengkok, panjang, atau pendek.
Kloroplas berbentuk bulatan kecil tanpa pyrenoid atau bulatan besar dengan
pyrenoid. Terdapat paramylon berbentuk lingkaran atau memanjang. Sel dapat
berenang bebas menggunakan flagela yang keluar dari anterior. Panjang kurang
lebih 10–140 μm dan lebar 5–50 μm. Habitat biasanya diperairan danau, kolam
pada tingkat status eutrofik, banyak bahan organik dari peternakan atau limbah.
Suhu 26,15–28,92°C, konduktivitas 33–364 µS/cm, pH 7,6–7,87, dan alkalinitas
19,65–142,84 mg CaCO3/L.
Spesies selanjutnya yang didapat yaitu Trachelomonas scabra.
Karakteristiknya yaitu sel soliter, terbungkus kulit atau disebut lorica yang
memiliki warna, kuning, cokelat, atau merah. Lorica memiliki berbagai bentuk,
bisa bulat, oval, atau silinder. Pada beberapa jenis, lorica mengecil di bagian
anterior dan berbentuk seperti leher serta ujungnya berlubang. Permukaan dinding
lorica ada yang halus dan ada yang berduri. Habitat di perairan danau dangkal
meso-eutrofik dengan suhu 21,96–29,07°C, konduktivitas 46–226,06 µS/cm, pH
6,41–7,67, dan alkalinitas 17,78–226,06 mgCaC3/L.
Selanjutnya ada spesies Sargassum sp. Berdasarkan literature yang dibaca
yaitu menurut Kumalasari, Sulistiyowati, & Setyati, (2018, p. 29) Sargassum sp.
memiliki bentuk talus silindris dengan cabang yang rimbun. Panjang rata-rata 9
cm. Gelembung gas yang menempel pada blade berfungsi untuk mengapung di
perairan. Talus berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua. Blade berbentuk
lonjong. Stipe menyerupai batang berbentuk silindris. Holdfast berbentuk cakram.
Jenis ini ditemukan tumbuh melekat pada substrat berbatu.
Sargasum terdapat teramat melimpah mulai dari air surut pada pasang-surur
bulan setengah ke bawah. Alga ini hidup melekat pada batu atau bongkahan
karang dan dapat terbedol dari substratnya selama ombak besar dan menghanyut
kepermukaan laut atau terdampar di bagian atas pantai. Warnanya bermacam-
macam dari coklat muda sampai coklat tua. Alat pelekatnya terdiri dari cakram
pipih (Subagio & Kasim, 2019, p. 313).
Spesies selanjutnya yaitu Padina australis berdasarkan literature yang dibaca
yaitu menurut Kepel, Mantiri, Rumengan, & Nasprianto, (2018, p. 181) Thallus
seperti kipas membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus), berwarna cokelat
kekuningan, terdiri dari beberapa cuping-cuping dengan lebar 3-4 cm; memiliki
garis konsentrik ganda pada permukaan bawah dimana mempunyai jarak sama
satu dengan yang lain berkisar 2-3 mm. Pengapuran terjadi di bagian permukaan
daun; hidup pada substrat berpasir, karang mati di daerah intertidal.
Spesies terakhir yang didapat yaitu Turbinaria ornate Alga ini memiliki
cabangcabang silendrikdengan diameter 2 – 3 mm dan mempunyai cabang lateral
pendek dari 1 – 1,5 cm panjangnya. Alga ini terdapat di pantai berbatu dan
paparan terumbu. Thallus tegak dengan bentuk daun agak membulat, umumnya
membentuk corong dengan dikelilingi gerigi yang tajam dan terletak tidak
beraturan, bagian tengah daun melengkung ke dalam, mempunyai reseptakel yang
melekat pada batang, berwarna cokelat gelap dan membentuk rhizoid alat pelekat,
hidup pada subsrtrat berkarang. Jenis ini memiliki blade yang tebal dan berbentuk
seperti corong. Bagian ujung blade membentuk bibir dengan bagian tengah
melengkung kedalam. Bagian tepi blade bergerigi. Stipe berupa cabang yang
bergabung dengan struktur blade. Holdfast berbentuk cakram. Ditemukan pada
substrat berbatu.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Euglena
merupakan organisme bersel tunggal yang memiliki kloroplas berwarna hijau
terang meskipun kadang-kadang juga ditemukan jenis-jenis yang warnanya
kurang terang. Jenis-jenis Euglenophyta yang bisa bergerak memiliki flagela yang
tertanam dalam kerongkongan bagian anterior. Dari spesies yang didapat
semuanya merupakan uniflagel. Phaeophyta dibedakan dari yang lain, karena
memiliki warna coklat atau hijau zaitun. Genus yang terkenal adalah Sargassum.
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., & Setyati, D. (2018). Komposisi Jenis Alga
Makrobentik Divisi Phaeophyta di Zona Intertidal. BERKALA SAINSTEK, VI(1), 28-
30.
Harmoko, Triyanti, M., & Aziz, L. (2018). EKSPLORASI MIKROALGA DI SUNGAI
MESAT KOTA LUBUKLINGGAU. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 13(2), 19-
23.
Kepel, R. C., Mantiri, D. M., Rumengan, A., & Nasprianto. (2018). BIODIVERSITAS
MAKROALGA DI PERAIRAN PESISIR DESA BLONGKO, KECAMATAN
SINONSAYANG, KABUPATEN MINAHASA SELATAN. JurnalIlmiahPlatax,
6(1), 174-187.
Mulyadi, H. (2014). Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press .
Subagio, & Kasim, M. S. (2019). Identifikasi Rumput Laut (Seaweed) di Perairan Pantai
Cemara, Jerowaru Lombok Timur Sebagai Bahan Informasi Keanekaragaman Hayati
Bagi Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 3(1), 308-321.
Sulastri. (2018). Fitoplankton Danau-Danai Di Pulau Jawa. Jakarta: LIPI Press.
LAMPIRAN