Anda di halaman 1dari 14

PAPER

SEJARAH TEORI EVOLUSI


TEORI LAMARCK DAN DARWIN

Disusun Oleh :

1. Ovia Prasetiyani (A1C419065)


2. Indi Meilan (A1C419067)
3. Sekar Ayu Dwi Deewanti (A1C419094)

Dosen Pengampu :

1. Dr. Ervan Johan Wicaksana, S.Pd., M.Pd., M.Pd.I.


2. Dr. Tedjo Sukmono., S.Si., M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan menggunakan nama Charles


Darwin, tetapi sebenarnya biologi evolusioner telah berakar semenjak zaman
Aristoteles. Darwin merupakan ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori
evolusi, karena sudah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah,
hingga kini. Konsep primer teori Darwin tentang evolusi ialah tentang seleksi
alam yang disebut sebagai teori evolusi terbaik oleh mayoritas komunitas sains
dalam menjelaskan peristiwa evolusi. Buku yang Darwin tulis berjudul On The
Origin of Species by Means of Natural Selection menyajikan kasus-kasus yang
meyakinkan prihal evolusi serta sudah bisa menghubungkan apa yang sebelumnya
dipandang sebagai suatu perpaduan fakta membingungkan serta tak saling
berkaitan menjadi suatu pandangan kohesif tentang kehidupan. Darwin
mengetengahkan topik-topik yang terkenal dalam biologi seperti besarnya
keanekaragaman pada organisme, asal-usul organisme dan kekerabatan, kemiripan
serta perbedaannya, penyebaran geografisnya, serta adaptasi dengan lingkungan di
sekitarnya [CITATION Ris17 \p 3 \l 1033 ].

Menurut Ristasa, (2017, p. 3) Tahap perkembangan teori Evolusi dapat dibedakan


menjadi Masa Pra-Darwin, Masa Darwin, dan Masa Pasca-Darwin.

Masa Pra-Darwin

Charles Robert Darwin adalah seorang naturalis dan ahli geologi Inggris,
Ia paling dikenal untuk kontribusinya kepada teori evolusi, dan dijuluki sebagai
Bapak Evolusi, walapun sebenarnya gagasan evolusi pertama kali bukan
diperkenalkan oleh Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya hingga zaman Yunani
kuno. Berdasarkan literature yang dibaca, yaitu menurut Taufik, (2019, p. 100)
Pertama kali pemikiran teori evolusi dipopulerkan oleh Thales (600 SM), yang
menyatakan air adalah induk asal usul serta sumber adanya sesuatu. Anaximander
(611–547 SM), menyatakan makhluk hidup berasal dari lumpur yang dipanasi
oleh sinar matahari. Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500 SM) dan
Empedocles (490 - 430 SM) juga membicarakan isu yang sama dalam tulisan-
tulisan mereka. Aristoteles (384–322 SM), menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati (Abiogenesis), Heraklitus, menyatakan bahwa segala
sesuatu dirubah menjadi bentuk baru. Hal tersebut menjadi tonggak sejarah
perkembangan teori evolusi.

Sampai pada abad ke-18, paham yang berkembang adalah bahwa


organisme adalah sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam bahasan Biologi tentang
“Asal-usul Kehidupan” disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus (The Special
Creation). Lalu ditahun 1700-an, pemikiran yang mulai berbeda dengan teori
Ciptaan Khusus kemudian mulai digagas oleh beberapa orang ahli [CITATION
Ris17 \p 5 \l 1033 ]. Menurut Iskandar, (2008, p. 10) Pada tahun 1707 Carl Vonlinn
atau biasa dikenal Carolus Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, mencari
keteraturan di dalam keanekaragaman kehidupan "untuk kemuliaan dan
keagungan Tuhan". Linnaeus merupakan Bapak taksonomi, yaitu cabang biologi
yang membahas penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang sangat
beraneka ragam. Beliau mengembangkan sistem dua tata nama (binomial
nomenclature) dalam menamai organisme menurut genus dan spesies. Linnaeus
memakai suatu sistem untuk pengelompokan spesies yang saling mirip ke dalam
suatu jenjang kategori yang semakin umum. Bagi Linnaeus pengelompokan
spesies yang mirip tidak mengimplikasikan adanya pertalian keluarga menurut
garis evolusi, dan menurutnya setiap spesies itu adalah tetap, dari awal
penciptaannya, tetapi seabad kemudian sistem taksonominya ternyata menjadi
titik fokus pendapat Darwin mengenai evolusi.

Pada tahun 1726, ada seorang ahli geologi Skotlandia, juga dikenal
sebagai naturalis, ahli kimia dan ahli pertanian bernama James Hutton. Ia dijuluki
sebagai Bapak Geologi Modern karena teorinya tentang ilmu geologi dan waktu
geologi. Dalam bidang meteorologi, Hutton telah lama mempelajari atmosfir.
Pada tulisannya yang berjudul Theory of the Earth, di dalamnya mengandung
sebuah Theory of Rain. Hutton juga menyumbangkan pikirannya dalam bidang
evolusi, dimana dia berpendapat bahwa seleksi alam terjadi karena dipengaruhi
oleh mekanisme yang terjadi pada makhluk hidup. Ide-ide Hutton dalam berbagai
bidang terutama geologi dituangkan dalam buku Charles Lyell (1797) yang
berjudul Principals of Geology, Ia merupakan ahli geologi terkemuka pada masa
Darwin, yang memadukan teori gradualisme Hutton dalam suatu teori yang
dikenal dengan nama Uniformitarianisme (keseragaman), kemudian buku yang
ditulis Lyell memberikan banyak masukan untuk Charles Darwin antara lain, jika
perubahan geologis merupakan akibat dari kerja yang lambat dan terus menerus,
bukan akibat dari kejadian yang tiba-tiba, bumi ini pasti sudah sangat tua lebih
dari 6000 tahun seperti yang dinyatakan oleh banyak ahli teologi berdasarkan
petunjuk dari kitab Injil. Proses yang sangat lambat tetapi sangat halus yang
bertahan selama periode waktu yang sangat panjang dapat menyebabkan
perubahan yang cukup besar [CITATION Isk08 \p 12 \l 1033 ].

Lamarck menempatkan fosil dalam suatu konteks evolusi

Menjelang akhir abad ke-18, beberapa ahli ilmu pengetahuan alam


menyatakan bahwa kehidupan telah berkembang bersama-sama dengan evolusi
bumi. Jean Baptiste Lamarck (1744 -1829) di antara para pendahulu Darwin yang
mampu mengembangkan suatu model komprehensif untuk mencoba menjelaskan
bagaimana kehidupan berevolusi [CITATION Ris17 \p 9 \l 1033 ].

Menurut Campbell, Jane, & Nitchel, (2003) Lamarck mempublikasikan


teori evolusinya pada tahun 1809, pada saat ia mengepalai koleksi invertebrata di
Museum Sejarah Alam (Natural History Museum) Paris. Lamarck juga memiliki
sumbangan besar dibidang taksonomi, dari bukunya yang berjudul Historie
naturelle des animaux sans vertebres, di dalam buku tersebut Ia mengemukakan
adanya hewan yang tidak bertulang belakang yang disebut Invertebrata, jadi dia
mengolongkan hewan-hewan yang bertulang belakang dan tidak bertulang
belakang. Hal serupa juga disampaikan oleh Gould, (2002, p. 170) Ia menuliskan
bahwa ‘’ Jean-Baptiste-Pierre-Antoine de Monet, Chevalier de Lamarck (1744-
1829)— now redesignated, with democratic brevity, as Citoyen Lamarck—
became professor of "lower" animals (the old Linnaean classes Insecta and
Vermes, later renamed "invertebrates" by Lamarck himself) at the newly founded
Museum d'Histoire Naturelle in 1793’’.
Dengan cara membandingkan spesies masa kini dengan bentuk-bentuk
fosil, Lamarck dapat melihat beberapa garis keturunan, masing-masing
memberikan urutan kronologis dari fosil yang lebih tua hingga fosil yang lebih
muda yang menuju ke spesies modern. Apabila Aristoteles dikatakan melihat satu
anak tangga kehidupan, maka Lamark melihat banyak, ia yakin spesies dapat
menaiki anak tangga itu dan menjadi spesies yang lebih kompleks. Pada anak
tangga yang paling bawah terdapat organisme mikroskopis, yang menurutnya
dihasilkan terus-menerus secara spontan dari bahan-bahan yang tidak hidup. Pada
puncak tangga evolusi terdapat tumbuhan dan hewan paling kompleks. Evolusi
sepertinya telah digerakkan oleh kecenderungan naluriah untuk menjadi semakin
kompleks, yang oleh Lamarck dinamakan dengan kesempurnaan. Ketika
organisme mencapai kesempurnaan, organisme itu akan dapat beradaptasi
semakin baik dengan lingkungannya. Dengan demikian Lamarck yakin bahwa
evolusi memberikan respons terhadap sentimen interieurs atau "kebutuhan yang
dirasakan" oleh organisme [CITATION Ris17 \p 10 \l 1033 ].

Lamarck terutama dikenang melalui bukunya yang berjudul Philosophie


zoologique, didalam buku tersebut ada mekanisme yang dikemukakannya untuk
menjelaskan bagaimana adaptasi spesifik berkembang, atau bisa disebut bahwa
Lamarck merupakan pionir yang menjelaskan evolusi spesies. Mekanisme
tersebut mengembangkan dua ide yang populer pada masanya. Yang pertama, use
(menggunakan) dan disuse (tidak menggunakan), yaitu ide bahwa bagian-bagian
tubuh yang digunakan secara luas untuk menghadapi lingkungan akan menjadi
lebih besar dan lebih kuat; sedangkan di pihak lain, bagian-bagian tubuh yang
tidak digunakan akan mengalami penurunan. Di antara contoh-contoh yang
dirujuk oleh Lamarck adalah berkembangnya otot lengan atas (bicep) yang lebih
besar pada otot pandai besi yang pekerjaannya menempa dan memegang palu dan
seekor jerapah yang menjenjangkan lehernya untuk menggapai dedaunan yang
terletak pada cabang-cabang pohon yang tinggi. Ide kedua disebut dengan
pewarisan sifat-sifat yang diperoleh selama hidup atau disebut juga pewarisan
‘’Acquired characteristik’’. Dalam konsep hereditas ini, modifikasi yang
didapatkan oleh suatu organisme selama masa hidupnya dapat diteruskan ke
keturunannya. Leher jerapah yang panjang berkembang secara perlahan-lahan
sebagai produk kumulatif dari generasi-generasi leluhurnya yang meregangkan
lehernya, semakin tinggi dan semakin tinggi lagi, demikian Lamarck berargumen.
Namun, tidak ada bukti bahwa sifat-sifat yang didapatkan bisa diwariskan secara
spontan. Para pandai besi bisa meningkatkan kekuatan dan staminanya sepanjang
hidupnya karena mengayun-ayunkan palu yang berat, tetapi sifat yang didapatkan
ini tidak mengubah gen yang diwariskan oleh gamet kepada keturunannya
[CITATION Gam00 \p 84 \l 1033 ].

Menurut Ristasa, (2017, p. 10) Meskipun teori Lamarck bisa dikatakan


kurang, tetapi sesungguhnya Lamarck pantas mendapat banyak pujian bagi
teorinya yang berwawasan jauh ke depan dalam berbagai hal dalam tuntunannya
bahwa evolusi merupakan penjelasan paling baik bagi adanya fosil dan
keanekaragaman kehidupan saat ini, dalam pengakuannya atas luar biasanya usia
bumi, dan khususnya dalam penekanan adaptasi terhadap lingkungan sebagai
suatu produk utama evolusi.

Di tahun 1766-1834 ada seorang pakar demografi Inggris dan ekonomi


politik yang terkenal bernama Thomas Robert Malthus. Ia mempunyai tempat
khusus dalam sejarah biologi, meskipun dia bukan ahli biologi tetapi seorang ahli
ekonomi politik. Malthus menjadi terkenal pada tahun 1798 ketika dia
menerbitkan sebuah essay yang berjudul "The Principle of Population as it affects
the Future Improvement of Society". Di dalamnya, Malthus mengangkat
keraguan- keraguan tentang apakah suatu bangsa bisa menjangkau suatu titik di
mana hukum tidak lagi diperlukan, dan setiap orang hidup dengan makmur dan
harmonis. Menurut Malthus diperlukan perjuangan yang keras untuk
mempertahankan eksistensi manusia, karena potensi pertumbuhan populasi
manusia seperti deret geometri (kelipatan 2) sedangkan kemampuan untuk
menyediakan makanan dan sumber daya lainnya seperti deret aritmetik (deret
hitung). Darwin mengadaptasikan gagasan Malthus kepada teori evolusinya,
bahwa untuk mempertahankan dirinya, manusia harus berkembang untuk
menyesuaikan diri seperti umumnya hewan yang lain [CITATION Gam00 \p 87 \l
1033 ].

Masa Darwin
Teori Evolusi Darwin-Wallace

Charles Darwin (1809 - 1882) lahir di Shrewsbury Inggris. Charles


Darwin berusia sekitar 22 tahun ketika melakukan ekpedisi bersama H.M.S
Beagle (sebuah kapal inggris yang berlayar ke seluruh dunia). Selama perjalanan,
Darwin berkesempatan mengumpulkan dan mengobservasi keanekaragaman
hayati berdasarkan bentuknya. Pemikiran awal Darwin dipengaruhi pandangan
Aristoteles adalah bahwa : “tidak ada perubahan sejak waktu kreasi bumi”
[CITATION Sid14 \p 158 \l 1033 ] . Menurut Helmi, (2017, p. 85) Ketika HMS Beagle
berlayar di Galapagos, Darwin telah selesai membaca buku Charles Lyell yang
berjudul Principles of Geology. Ide Lyell bersama-sama dengan pengalamannya
di kepulauan Galapagos, telah membuat Darwin meragukan pandangan gereja
bahwa bumi statis dan diciptakan hanya beberapa ribu tahun yang lalu. Menurut
pengamatannya, bumi ini sudah sangat tua dan secara konstan berubah. Di sini
Darwin telah mengambil satu langkah penting menuju pengenalan bahwa
kehidupan di bumi juga telah berevolusi. Segera setelah kembali dari
penjelajahannya (tahun 1836), Darwin mulai mengevaluasi kembali semua yang
teramati selama pelayarannya. Ia mulai memahami adanya keterkaitan antara
munculnya spesies baru dengan proses adaptasi lingkungan. Menurutnya, spesies
baru muncul dari bentuk nenek moyangnya melalui akumulasi adaptasi yang
terjadi secara bertahap terhadap lingkungan hidup yang berbeda.

Ketika kepulanganya ke Britania Raya di tahun 1836 Darwin memahami


bahwa antara asal mula spesies dengan adaptasi terhadap lingkungan ada
keterkaitan yang erat. Sudah diketahui secara umum bahwa intisari tulisan Darwin
yang kemudian menjadi popular adalah terhadap 2 hal, yakni, Spesies yang hidup
sekarang merupakan evolusi dari spesies yang hidup sebelumnya, dan cara
terjadinya evolusi adalah melalui seleksi alam. Darwin menyatakan kesamaan
leluhur memiliki makna bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama
dengan binatang yang lain. Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup
yang memiliki ciri yang sama atau homolog berasal dari leluhur yang sama dan
evolusi menjadikan mereka berlainan pada saat ini. Darwin mengatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari awal yang tunggal. Awal yang tunggal ini adalah
makhluk hidup bersel satu yang terdiri dari asam amino dan air. Secara ringkas,
ide dari Darwin dapat dikatakan yaitu, Seleksi alam adalah keberhasilan yang
berbeda dalam reproduksi (kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan
hidup dan berproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara
lingkungan dan keanekaragaman yang melekat di antara individu-individu
organisme yang menyusun suatu populasi. Produk seleksi alam adalah adaptasi
populasi organisme dengan lingkungannya [CITATION Sid14 \p 159 \l 1033 ].

Pada awal tahun 1840-an, Darwin telah mengetahui bagian-bagian penting


dari teorinya mengenai seleksi alam sebagai mekanisme penting evolusi. Namun,
ia tidak mempublikasikan pemikirannya itu. Pada tahun 1844, Darwin menulis
esai panjang mengenai asal mula spesies dan seleksi alam. pada bulan Juli tahun
1858 Darwin menerima sebuah surat dari Alfred Wallace (1823 - 1913), seorang
naturalis Inggris yang bekerja di India Timur. Surat itu disertai dengan sebuah
naskah tulisan tangan di mana Wallace meminta Darwin untuk memeriksa dan
mengevaluasi naskah tulisan itu dan meneruskannya ke Lyell jika naskah itu
memang layak untuk diterbitkan. Darwin menuruti, dan meneruskannya ke Lyell
dengan disertai surat: "Kata-kata Anda terbukti benar dengan sepenuh hati ...
saya belum pernah melihat suatu peristiwa kebetulan yang lebih hebat dari ini ...
dengan demikian semua keaslian pemikiran saya, sebanyak apapun itu, akan
menjadi hancur berantakan". Meskipun Wallace menulis idenya dan
dipublikasikan lebih dulu, tetapi Darwin mengembangkan dan memaparkan teori
seleksi alam jauh lebih luas dan dalam dibandingkan dengan Wallace yang
dikenal sebagai penulis utamanya. Buku catatan Darwin pun membuktikan bahwa
ia merumuskan teorinya mengenai seleksi alam 15 tahun sebelum membaca
naskah Wallace. Dalam periode satu dekade, buku Darwin dan pendukungnya
telah berhasil meyakinkan sebagian besar kalangan ahli biologi bahwa,
keanekaragaman biologi merupakan hasil dari evolusi. Darwin bisa berhasil,
padahal para ahli evolusi sebelumnya gagal. Ini bukan berarti karena ilmu
pengetahuan telah mulai bergeser menjauhi teologi alami, tetapi sesungguhnya
karena ia telah berhasil meyakinkan pembacanya dengan logika yang bersih tanpa
noda yang didukung oleh banyak bukti-bukti [CITATION Sid14 \p 160 \l 1033 ].
Didalam gagasan teori evolusinya yang Darwin jelaskan dalam bukunya
The On the Origin of Species terdapat dua pokok gagasan yang Darwin jelaskan
dalam bukunya tersebut. Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini
merupakan keturunan dari spesies moyangnya. Diedisi pertama bukunya, Darwin
tidak menggunakan kata evolusi. Darwin menyebutnya modifikasi keturunan
(descent with modifcation). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam
sebagai mekanisme modifikasi keturunan. Secara resmi teori evolusi Darwin
dapat dikonsumsi oleh khalayak publik saat bukunya The Origin of Species, by
Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the
Strunggle for Life (1859) dipublikasikan. Berbagai respon negatif bermunculan
sehingga menjadikan teori evolusinya kontroversial ditengah-tengah masyarakat.
Pada ahirnya dengan latarbelakang tersebut Darwin menerbitkan buku The
Descent of Man, and Selection in Relation to Sex (1871) yang dijadikan sebagai
penguat gagasan evolusinya. Dari gagasan tentang teori evolusinya, Darwin tidak
pernah menyatakan ataupun mengungkapkan bahwa manusia berasal dari kera.
Akan tetapi dengan pengklasifikasian kera (primat) yang masuk kedalam ordo
manusia telah memicu kesimpulan bahwa manusia merupakan keturunan kera.
[CITATION Lut05 \p 6 \l 1033 ].

Ahli Biologi evolusi Ernst Mayr dalam [ CITATION Cam03 \l 1033 ]


menguraikan logika teori seleksi alam Darwin menjadi tiga inferensi (kesimpulan)
berdasarkan lima pengamatan, yaitu sebagai berikut:

Observasi 1: Semua spesies memiliki potensi fertilitas yang sedemikian besar


sehingga jumlah populasinya akan meningkat secara eksponensial jika semua
individu yang dilahirkan berhasil bereproduksi dengan baik.

Observasi 2: Populasi cenderung menjadi stabil dalam jumlah, kecuali ada


fluktuasi musiman.

Observasi 3: Sumber daya lingkungan adalah terbatas.

Kesimpulan 1: Pertambahan individu yang lebih banyak dibandingkan dengan


yang dapat didukung oleh lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan
untuk mempertahankan keberadaan individu di dalam populasi itu, sehingga
hanya sebagian keturunan yang dapat hidup pada setiap generasi.

Observasi 4: Individu-individu dalam suatu populasi sangat jauh berbeda dalam


hal ciri-ciri khasnya; tidak akan ada dua individu yang persis sama.

Observasi 5: Banyak di antara variasi tersebut dapat diturunkan.

Kesimpulan 2: Kelangsungan hidup dalam perjuangan untuk mempertahankan


hidup tidak terjadi secara acak, tetapi bergantung sebagian pada susunan sifat
yang diwarisi dari indvidu-individu yang bertahan hidup. Individu yang mewarisi
sifat baik yang membuat individu tersebut cocok dengan lingkungannya besar
kemungkinan akan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan dengan
individu yang kurang cocok sifatnya terhadap lingkungan.

Kesimpulan 3: Kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
bereproduksi ini akan mengakibatkan suatu perubahan secara bertahap dalam
suatu populasi dan sifat-sifat menguntungkan akan berakumulasi sepanjang
generasi.

Teori Genetika

Di saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botani


Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun
1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan
Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran
ilmu genetika [CITATION Mei17 \p 61 \l 1033 ].

Penemuan hukum hereditas oleh Mendel (1866) pada perkembangan


mempengaruhi cabang ilmu dan konsep penting dalam biologi seperti evolusi,
perkembangan embrio makhluk hidup dan biologi molekuler bahkan bidang
sosial. Salah satu cabang ilmu Biologi yang berpengaruh besar setelah
ditemukannya hukum Mendel ialah teori evolusi Darwin. Darwin mengemukakan
teorinya pada masa pra-Mendel ketika orang-orang belum mengenal gen dan
kromosom. Meski DNA sudah berhasil di ekstraksi ketika itu namun belum
diketahui fungsinya. Darwin dalam On the Origin of Species (1859) menyatakan
dua hal penting dalam teori evolusi yaitu: Spesies-spesies yang hidup sekarang
berasal dari spesies nenek moyangnya di masa lalu dan perkembangan spesies
dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar populasi. Teori evolusi Darwin
berhasil meyakinkan sebagian besar ahli biologi bahwa variasi telah mengarah
pada evolusi hereditas, tetapi kurang berhasil menyakinkan mereka bahwa seleksi
alam merupakan mekanisme utamanya. Darwin tidak menawarkan penjelasan
yang tepat tentang kemunculan spesies baru hingga kemudian teori hereditas
Mendel yang bersifat empiris menutupi kekurangan teori evolusi Darwin dan ini
terjadi pada teori-teori lain yang muncul setelahnya [CITATION Mei17 \p 62 \l 1033 ].

Masa Pasca-Darwin

Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan pada


masa sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu
dengan lainnya. Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an
memberikan dorongan terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat
tumbuhan dan hewan. Seleksi alam menggunakan variasi tersebut untuk
membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi yang terpantau pada organisme
hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada awalnya sangat kritis
terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada
akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan
daripada ketika teori ini pertama kali diajukan [CITATION Tau19 \p 101 \l 1033 ]

Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi


yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan
menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan
keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para
ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke
waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas
sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species
yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin
dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada
tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan
evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan
prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan
pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang
memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati
di bumi [ CITATION Kim99 \l 1033 ].

Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya
Mendel disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi
seperti J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang
menyusun dasardasar genetika populasi. Hasilnya adalah kombinasi evolusi
melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi sintesis evolusi modern
[CITATION Mei17 \p 68 \l 1033 ].

Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling menunjang, tetapi
semua cabang ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena evolusi. Pernyataan ini
didukung oleh sebagian besar ahli biologi pada waktu itu. Theodozius
Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum begitu banyak fenomena evolusi
dari berbagai macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang terlibat dalam
pengembangan teori evolusi pasca Darwin antara lain, Morgan, yang melakukan
pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila
melanogaster), Mayr & Darlington, seorag ahli taksonomi sistematik &
zoogeografi burung, menemukan fenomena evolusi yang baru, Simpson, ahli
Paleontologi [ CITATION Cam03 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., Jane, B. R., & Nitchel, L. G. (2003). Biologi: Edisi Kelima Jilid.
2. Jakarta: Erlangga.
Gamlin, L. (2000). Jendela Iptek; Evolusi. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Gould, S. J. (2002). The Structure Of Evolutionary Theory. London: The Belknap
Press Of Harvard University Press.
Helmi. (2017). EVOLUSI ANTAR SPECIES (LELUHUR SAMA DALAM
PERSPEKTIF PARA PENENTANG). Jurnal Ilmiah Multi Sciences,
IX(2), 83-93.
Iskandar, D. T. (2008). Evolusi. Jakarta: UT Press.
Kimball, J. W. (1999). Biologi. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Luthfi , M. J., & Khusnuryani, A. (2005). Agama dan Evolusi: Konflik atau
Kompromi? Kaunia, I(1), 1-19.
Meilinda. (2017). TEORI HEREDITAS MENDEL: EVOLUSI ATAU
REVOLUSI (KAJIAN FILSAFAT SAINS). JURNAL PEMBELAJARAN
BIOLOGI, 4(1), 62-70.
Ristasa, R. (2017). Modul Mata Kuliah Evolusi. Jakarta: Pustaka Reka Cipta.
Sidharta, V. M. (2014). Resensi buku on the origin of species (oxford world‘s
classics). Journal of medicine, 13(2), 158-160.
Taufik, L. M. (2019). TEORI EVOLUSI DARWIN: DULU, KINI DAN NANTI.
Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 98-102.

Anda mungkin juga menyukai