TEORI-TEORI EVOLUSI
James M. Henslin
Teori evolusi menurut James M. Henslin terbagi dalam dua tipe, yaitu linear dan multilinear. Cara
pandang linear menganggap bahwa masyarakat berubah melalui proses yang sama. Sebaliknya, teori
multilinear dalam evolusi memahami perbedaan cara perubahan yang dialami tiap kelompok di
masyarakat.
Auguste Comte
Sebagai salah satu sosiolog terkemuka, Auguste Comte turut menyumbangkan idenya tentang evolusi.
Salah satu pemikirannya tentang perubahan sosial yang terkenal adalah the law of three stages.
Melalui the law of three stages, Comte menjelaskan bahwa masyarakat bergerak melewati tiga fase
yaitu teologis, metafisis, dan positivis.
Masyarakat di fase teologis bergantung pada hal-hal spiritual dan magis. Kemudian, masyarakat mulai
mengenal pemikiran-pemikiran spekulatif di fase metafisis. Manusia kemudian bergerak ke fase
positivis dan mengenal teori-teori empiris.
Talcott Parsons
Sosiolog asal Amerika Serikat, Talcott Parsons berpendapat bahwa evolusi tidak dapat dilepaskan dari
proses adaptasi manusia. Dalam proses evolusi, anggota masyarakat harus bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan segala tantangan yang datang.
Empidocles
Empidocles mengatakan bahwa hanya bentuk-bentuk yang paling baik sajalah yang dapat bertahan,
sedangkan bentuk yang kurang baik akan hilang binasa.
Weismann
Perubahan sel somatik diakibatkan karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan, (evolusi yakni
ialah proses seleksi alam terhadap faktor genetika).
Beberapa petunjuk yang bisa kita digunakan untuk mengetahui adanya proses evolusi antara lain:
adanya fosil, homologi, variasi, dan, fisiologi, analogi, embriologi dan anatomi perbandingan, dan
petunjuk biokimia.
berleher panjang. Karena bisa menjangkau daun yang tinggi, bisa bertahan hidup. Bagi jerapah yang
berleher pendek tidak bisa. Jerapah yang punya leher panjang diwariskan pada keturunnya.
Herbert Spencer
Filsuf asal Inggris ini merujuk teori evolusi biologis dalam menjelaskan perubahan sosial. Herbert
Spencer berpendapat bahwa evolusi masyarakat memiliki pola yang mirip dengan evolusi biologis
suatu organisme.
Seperti anggota tubuh, masyarakat berangkat dari keadaan dan dengan fungsi yang berbeda. Mereka
akan saling bergantung dan melengkapi fungsi satu sama lain di tengah masyarakat.
Teilhard de Chardin
Teilhard de Chardin, seorang paleontolog, ia memadukan faham materialisme dengan faham kreasonis
kultural. Ia mengatakan bahwa evolusi di bumi berlangsung dalam tiga fase, yaitu :
a. Geosfer, yang merupakan masa kabut purba sampai diambang kehidupan. Masa ini disebut masa
prahidup.
b. Biosfer, yang dimulai dari kehidupan ganggang di air sampai terjadinya antropoid di daratan. Fase
ini disebut sebagai masa kehidupan.
c. Noosfer, yang dimulai dari adanya manusia sebagai manusia purba yang memiliki pemikiran
sebagai mahkluk yang kian hari kian meningkat sifat manusiawinya. Fase ini disebut sebagai masa
pemikiran atau perasaan.
Evolusi berjalan berjalan terus, manusia sekarang merupakan ciptaan Tuhan yang 'belum selesai',
karena akan menurunkan makhluk-makhluk baru yang kian sempurna sesuai dengan kondisi
alamnya. Manusia adalah kesadaran moral, kesadaran sosial, dan kesadaran kosmis.
Memanusiakan manusia berarti menghubungkan sifat manusiawi yang makin luas dan kemampuan
akal budinya yang terus ditingkatkan. Manusia dapat merencanakan perkembangannya sendiri dan
mengikutsertakan kehendaknya dalam proses tersebut.