KAJIAN ILMU
DISUSUN OLEH :
1. M. Daud Abdul Aziz
2. Ivan Harvan
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui teori-teori para ilmuwan tentang evolusi.
2. Mengetahui bukti-bukti evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Embriologi perbandingan
Organisme yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat akan mengalami
tahapan yang sama dalam perkembangan embrionya. Sebagai contoh, semua
embrio vertebrata akan mengalami suatu tahapan diman mereka memilki kantong
insang pada bagian samping tenggorokannya. Memang, pada tahapan
perkembangan ini, persamaan pada ikan, katak, ular, burung, manusia, dan semua
vertebrata lain jauh lebh terlihat daripada perbedaanya. Sementara perkembangan
itu berlangsung, berbagai vertebrata menjadi semakin bervariasi, dan akhirnya akan
memiliki ciri khas pada kelasnya. Pada ikan, misalnya, kantung insang berkembang
menjadi insang ; pada vertebrata darat, struktur embrio tersebut akan dimodivikasi
untuk fungsi-fungsi lain, seperti saluran eutachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan tenggorokan pada manusia. Embriologi berbandingan sering kali
membentuk homologi pada beberapa struktur, seperti kantung insang, yang mejadi
sedemikian berubah pada perkembangan selanjutnya sehingga asal mulanya yang
sama tidak lagi terlihat dengan jelas saat membandingkan bentuknya telah
berkembang secara lengkap.
Diilhami oleh prinsip Darwinan mengenai pewarisan yang dimodifikasi,
banyak ahli embriologi pada akhir abad ke-19 mengemukakan pandangan ekstrim
yaitu “Entogeni memberikan ikhtisar filogeni.” Pendapat ini menganggap bahwa
perkembangan organisme individu, atau ontogeni, merupakan pengulangan sejarah
evolusioner spesies, atau filogeni. Teori rekapitulasi ini adalah suatu pernyataan
yang berlebihan. Meskipun semua vertebrata memiliki banyak ciri perkembangan
embrio yang sama, tidak benar bahwa mamalia pertama-tama mengalami “tahapan
perkembangan ikan”, kemudian “tahapan amfibia”, dan seterusnya. Ontogeny
dapat memberikan petunjuk untuk filogeni, tetapi penting untuk diingat bahwa
semua tahapan perkembangan itu bisa berubah sepanjang rentetan proses evolusi
yang panjang.
Fosil hidup
Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang
menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup
antara lain ikan coelacanth, burung Finch dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat
mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya
atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat
lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus (Anonim, 2009).
Pemanfaatan fosil
Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari
waktu geologi dan kecocokannya dengan
lapisan batuan tergantung pada fosil.
Organisme berubah sesuai dengan berjalannya
waktu dan perubahan ini digunakan untuk
menandai periode waktu. Sebagai contoh,
batuan yang mengandung fosil graptolit harus
diberi tanggal dari era paleozoikum. Persebaran
geografi fosil memungkinkan para ahli geologi
untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-
bagian lain di dunia.
1. Fosil tumbuhan
Salah satu fosil tumbuhan
yang pernah ditemukan adalah Archaefructus liaoningensis yang berusia 140
juta tahun. Struktur fosil ini mirip daun dan pada fosil tersebut mengandung
minyak tumbuh-tumbuhan. Minyak ini merupakan suatu ciri khas yang hanya
dimiliki tanaman berbunga.
Jika dilihat dari fosil yang terekam dalam lapisan-lapisan sedimen di
kerak Bumi, fosil tumbuh-tumbuhan tertua tercatat berusia 425 juta tahun,
yang ditunjukkan dengan keberadaan fosil fern, fir, conifer dan beberapa
varietas tumbuhan purba yang lain. Sementara di masa 130 juta tahun silam
tumbuhan berbunga mulai mewarnai permukaan Bumi. Di antara dua masa itu
tidak diketahui secara pasti bagaimana tumbuhan yang lebih tua mampu
berevolusi membentuk tumbuhan berbunga. Charles Darwin menjumpai
fenomena ini sejak abad 19 lalu (Smunsa, 2001).
Sejak itu berbagai kemungkinan diungkapkan, namun permasalahan ini
masih kontroversial hingga sekarang. Di kalangan ilmuwan, fenomena ini
dikenal sebagai salah satu misteri Darwin.
Oleanane
Fosil tanaman yang paling banyak ditemukan di bumi adalah sejenis paku-
pakuan (fern). Salah satu temuan di dinding tambang batubara berupa fosil
tumbuhan sejenis pakis yang disebut pteridosperm yang memiliki daun selebar
sekitar 6 centimeter. Hal ini ditemukan oleh para pekerja sebuah tambang
batubara di Illinois, AS terkejut saat melihat lukisan di dinding tambang yang
menggambarkan pemandangan masa lalu. Setelah mengebor emas hitam yang
mereka inginkan, pada langit-langit gua bekas pengeboran terlihat jejak lumut,
semak belukar, dan tumbuh-tumbuhan purba lainnya.
Sebagaimana dilaporkan dalam sebuah jurnal Geologi edisi bahwa fosil
vegetasi purba yang diperkirakan berumur 300 juta tahun memenuhi kawasan
tambang hingga seluas 10 kilometer persegi. Ini merupakan fosil hutan terbesar
yang pernah ditemukan. Menurut Dr. Howard Falcon-Lang seorang pakar
kebumian dari Universitas Bristol yang menemukan situs tersebut menyatakan
bahwa Para geolog mencoba menuruni sekitar seratus meter di bawah
permukaan tanah dan menyusuri orong-lorong gelap gulita yang panjangnya
beberapa kilometer dengan fosil hutan di langit-langitnya. Mereka menemukan
jejak keragaman ekologi yang sangat kompleks. Jenis tumbuh-tumbuhan paling
banyak ditemukan berupa sejenis pakis yang tingginya sekitar 4 meter dan
membentuk sub kanopi yang menaungi vegetasi di bawahnya. Namun, ada jenis
paku-pakuan raksasa yang tingginya mencapai 40 meter dan ini merupakan
temuan yang tak ternilai.
Kenakeragaman hayati yang jelas terlihat dari kumpulan fosil tumbuh-
tumbuhan menjadi sumber informasi yang penting untuk mempelajari sejarah
hutan purba. Menurut Scott, proses pembentukan fosil di wilayah ini sangat lain
dan lebih dinamis dibandingkan kawasan lainnya. Epos Pennsylvania yang
berlangsung antara 229-325 juta tahun lalu diperkirakan puncak periode
pembentukan formasi batubara di wilayah tersebut. Deposit tambang dan fosil
di Illinois itu mungkin terbentuk karena gempa besar yang menyebabkan
kawasan tersebut lebih rendah dari permukaan laut. Hutan yang terendam air
garam kemudian mati dan mulai tertutup endapan-endapan selama jutaan tahun
sampai menjadi batubara (Enterpises, 2010).
Biasanya, para ilmuwan mencari tahu sejarah kebumian dengan mengebor
lapisan batuan secara vertikal dan mempelajari lapisan demi lapisan. Tapi,
dengan temuan ini mereka dapat mempelajari satu periode kehidupan di Bumi
secara rinci yang terekam dalam satu lapisan yang sangat luas.
2. Fosil Hewan
Fosil Hewan paling banyak ditemukan daripada fosil tumbuhan. Fosil
vertebrata banyak ditemukan diberbagai daerah, sedangkan fosil avertebrata
sangat jarang ditemukan dipermukaan bumi. Hal ini karena pada
umumnya anggota vertebrata tidak memiliki bagian tubuh yang keras. Namun
demikian hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa akan dapat
ditemukan fosil dari vertebrata. Faktor adanya bagain tubuh yang keras
bukanlah satu-satunya penentu adanya fosil. Jika fosil terbentuk pada zaman
es, maka pada tersebut masih terdapat bakteri pembusuk. Zaman es terjadi
beberapa juta tahun yang lalu. Pada iklim yang dingin mayoritas bakteri sedang
tidak aktif melakukan proses pembusukan. Fosil yang ditemukan pada
umumnya berusia lebih dari 10.000 tahun. Dengan demikian maka fosil dari
golongan Avertebrata yang hidup pada zaman es pada jutaan tahun yang lalu
sangat mungkin untuk ditemukan.
Berikut ini beberapa contoh fosil hewan yang pernah ditemukan oleh para
arkeolog.
Memang, fosil tertua yang dikenali yang diketaui adalah prokarioti.
Contoh lain adalah penampakkan kronologi dari kelas-kelas hewan veterebrata
yang berbeda-beda dalam catatan fosil. Fosil ikan adalah yang paling tua dari
semua vetebrata lain, disusul kemudian oleh amfibia, diikuti oleh reptilian,
kemudian mamalia dan burung. Urutan ini sesuai dengan sejarah keturunan
vetebrata sebagaimana diungkapkan oleh banyak jenis ti oleh para ahli
paleontology.
Pandangan Darwin mengenai kehidupan juga memperkirakan bahwa
transisi evolusioner harus meninggalan tanda-tanda dalam catatan fosil. Para
ahli paleontology telah menemukan banyak bentuk transisi yang
menghubungkan fosil yang lebih tua dengan spesies modern. Sebagai contoh,
serangkaian fosil mendokumentasikan perubahan bentuk dan ukuran tengkorak
yang terjadi ketika mamalia berevolusi dari reptilian. Setiap tahun, ahli
paleontology menemukan kaitan atau hubungan penting lainnya antara bentuk
modern dengan nenek moyangya. Pada beberapa tahun ini misalnya, para
peneliti telah menemukan paus yang telah menjadi fosil yang menghubungkan
mamalia air ini dengan leluhurnya yang hidup di daratan.
Paus merupakan setasea awal, ordo mamalia. Setasea awal ini hidup 50-60
juta tahun lalu. Catatan fosil mengindikasikan bahwa sebelum masa itu,
kebanyakan mamalia bersifat teresterial (hidup didarat). Walaupun saintis telah
lama menyadari bahwa paus dan setaea lain pastilah berawal dari mamalia darat,
dahulu baru sedikit temuan fosil yang mengungkapkan bagaimana struktur
tungkai setasea berubah seiring waktu, sehingga pada akhirnya tungkai belakang
hilang dan sirip terbentuk. Akan tetapi, dalam beberapa dasawarsa terakhir,
serangkaian fosil yang menakjubkan telah ditemukan di Pakistan, Mesir, dan
Amerika Utara. Fosil-fosil tersebut mendokumentasikan transisi dari kehidupan
didarat menjadi kehidupan dilaut.
BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
Evolusi adalah proses perubahan pada makhluk hidup dari generasi ke genersi
berikutnya dalam kurun waktu yang sangat lama. Teori-teori evolusi yaitu Teori
Fixisme, Katastrophisme, Transformisme, Gradualisme, Kreasionisme,
Uiformitanianisme, Lamarck, Darwin. Adapun bukti-bukti terjadinya evolusi yaitu
biogeografi, anatomi perbandigan, embriologi perbandingan, biologi molekuler serta
paleontologi.
DAFTAR PUSTAKA
.