Anda di halaman 1dari 16

Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan

Volume 22 No. 2 Juli – Desember 2021


P-ISSN: 1411-7886; E-ISSN: -
Hafid Rustiawan: Implikasi
Page: 181 - 196 Al-Qur’an Surah…

IMPLIKASI AL-QURAN SUROH AL-MU‘MINUN AYAT 13-14 TERHADAP


PENDIDIKAN

Hafid Rustiawan
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia
Corresponding: hafidrustiawan@uinbanten.ac.id

Abstrak
Dalam perspektif ahli pendidikan, yang paling pertama dan paling utama yang harus
dilakukan oleh orang tua terhadap anak adalah pendidikan. Oleh karena itu pendidikan
terhadap anak harus diberikankan semenjak dini, namun tidak semua orang memiliki
perspektif yang sama, sehingga pendidikan sering terabaikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap awal periode pendidikan dan aspek pendidikan yang terkandung
dalam al-Qur’an, khususnya dalam suroh al-Mu’minun ayat 13-14. Kajian ini menjadi
penting, mengingat al-Qur’an adalah sumber pokok ajaran Islam yang pertama dan
utama, dan suroh al-Mu’minun ayat 13-14 adalah diantara ayat-ayat al-Qur’an yang
jadi landasan dalam memahami proses penciptaan manusia, sedangkan pendidikan juga
harus memperhatikan aspek manusia. Tujuan penulisan adalah untuk mengungkap isi
kandungan al-Qur’an suroh al-Mu’minun ayat 13-14, guna keperluan mendapatkan
kejelasan teori pendidikan yang dapat dipahami sebagai implikasi dari makna yang
terkandung dalam suroh al-Mu’minun ayat 13-14, dengan pertimbangan bahwa suroh
al-mu’minun memberikan petunjuk tentang proses penciptaan manusia. Karena
pendidikan harus memperhatikan manusia (peserta didik), maka kandungan ayat tersebut
dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pendidikan. Hasil kajian terhadap ayat al-
Qur’an suruh al-Mu’minun ayat 13-14 dipahami bahwa manusia diciptakan dari dua
unsur. Pertama unsur materi, yaitu unsur yang membentuk fisik/jasmaniah manusia.
Materi tersebut adalah nuthfah yang berasal dari sari pati tanah (sulalah min thin).
Nuthfah yang bakal tumbuh menjadi embrio (janin) adalah yang sudah terjadi
integrasi/pembuahan dari sperma dan ovum. Nuthfah tumbuh berkembang dan berubah
menjadi alakoh dan kemudian menjadi mudhgoh, kemudian membentuk izom dan
kemudian menjadi lahm. Periode tersebut dinamakan sebagai periode ovum (periode
nuthfah), sebab pada saat itu sudah mulai terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
sehingga membutuhkan perawatan. Berdasarkan proses kejadian tersebut, pendidikan
fisik (jasmani) harus dimulai semenjak terjadinya pembuahan, Pendidikan yang
diberikan adalah pendidikan yang terfokus pada pemeliharaan fisik, dengan tujuan agar
janin tetap sehat dan kuat sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Pendidikan tersebut dinamakan pendidikan tidak langsung (indirect). Unsur kedua
adalah unsur immateri, yang membentuk psikhis/ruhiyah manusia. Ruh merupakan
ciptaan Alloh sebagai daya hidup manusia, sehingga manusia mampu menggunakan
potensinya. Ruh ditiupkan kepada janin ketika berusia 120 hari, sehingga janin menjadi
hidup, memiliki pendengaran, penglihatan, serta indera yang menangkap pengertian,
gerakan dan sebagainya. Berdasarkan proses kejadian tersebut, pendidikan ruhiyah

181
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
hendaknya segera dilaksanakan semenjak terintegrasi ruh kepada janin, pendidikan
tersebut diberikan dalam rangka mengembangkan potensi ruhani (psikhis) anak, sebab
jika ruh sudah diintegrasikan, janin menjadi hidup dan seluruh potensi psikhis (ruhani)
manusia mulai berkembang.

Kata Kunci: al-Mu’minun, Implikasi Pendidikan.

I. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh orang dewasa secara sadar dan
bertanggungjawab dalam mengembangkan potensi peserta didik, melalui bimbingan,
arahan tuntunan, serta memberikan latihan kepada peserta didik, agar seluruh potensi yang
dimilikinya tumbuh berkembang secara optimal. Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik adalah pertumbuhan dan perkembangan yang berjalan sesuai dengan tempo dan
irama perkembangannya yang sejalan dengan yang dimilikinya.
Dalam implementasinya, pendidikan secara utuh tidak dapat dilakukan secara instan,
tetap harus dilakukan melalui proses secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
kondisi peserta didik, baik dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, maupun kondisi
aspek potensi yang dimilikinya, sehingga pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan
yang diharapkan.
Pendidikan Islam adalah sebuah sitem pendidikan yang menyandarkan dirinya
kepada sumber ajaran Islam, artinya teori-teori yang digunakan harus sesuai dengan ajaran
Islam, atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan sumber ajaran Islam. Diantara
sumber ajaran Islam adalah Al_qur’an, dan dikategorikan kepada sumber pokok ajaran
Islam yang pertama dan utama, karena al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan dari
Alloh SWT.kepada Rasululloh SAW. Yang secara substansi tidak ada satupun diantara
makhluk-Nya yang ikut campur, termasuk Malaikat.
Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam berisi tentang petunjuk, bukan hanya
bagi orang beriman dan orang bertaqwa, bahkan bagi manusia di seluruh alam dan
disepanjang zaman,. Dilihat dari aspek petunjuknya, Al-Qur’an adalah kitab petunjuk yang
lengkap, baik yang berhubungan dengan Alloh, dengan sesama manusia, maupun dengan
alam lingkungan. Dalam al-Qur’an suroh al-An’am Alloh berfirman”tiadak kami alfakan
sesuatupun dari ak-kitab (Q.S. Al-Anam: 38).
Petunjuki-petunjuk yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut, sangat berkaitan
dengan kebutuhan manusia guna mendapatkan kesejahteraan danh kebahagiaan hidup di

182
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…
dunia hingga kehidupan di akhirat. Dengan petunjuk-petunjuk tersebut hidup manusia
menjadi mudah dan bertindak secara tepat mencapai sasaran.
Dianta pentunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an dan dibutuhkan manusia adalah
petunjuk yang berkaitan dengan teori-teori pendidikan, mengingat dalam implementasinya,
pendidikan membutuhkan langkah yang tepat yang harus diikuti. Pelaksanaan pendidikan
yang berpedoman pada teori akan jauh lebih baik hasilnya, dari pada pelaksanaan yang
hanya didasarkan pada proses secara natural, krena pendidikan tersebut bersifat spekulatif,
namun di sisi lain, teoi-teori pendidikan yang berdasar kepada al-Qur’an juga masih perlu
dikaji, sebab hingga saat ini, kajian-kajian teori pendidikan berdasarkan al-Qur’an belum
dilakukan sepenuhnya.
Diantara ayat al-Qur’an yang mengandung implikasi kependidikan adalah suroh al-
mu’minun, ayat 13-15. Ayat tersebut merupakan salah satu ayat al-Qur’an yang
menceritakan tentang proses penciptaan manusiaq. Meski ayat al-Qur’an tersebut tidak
menjelaskan secara terperinci, namun pada ayat al-Qur’an yang dimaksud terdapat
indikasi-indikasi yang dapat dipahami sebagai isyarat yang berhubungan dengan
pendidikan. Makalah ini akan menganalisis Implikasi pendidikan secaa teoritis berdasarkan
pemahaman dari makna suroh ak-Minun ayat 13-14, kemudian dituangkan dalam makalah
berjudul implikasi al-Qur’an suroh al-Mu’minun ayat 13-14 terhadap pendidikan.

II. LITERATUR REVIEW

ٍ ْ ِ‫ﰲ ﻗَـﺮا ٍر ﱠﻣﻜ‬ ِ


‫ﻀﻐَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
ْ ‫ ﰒُﱠ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ َﻋﻠَ َﻘﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ‬١٣ - ۖ ‫ﲔ‬ َ ْ ً‫ﰒُﱠ َﺟ َﻌﻠْ ٰﻨﻪُ ﻧُﻄْ َﻔﺔ‬
ۗ ِِ ۗ
١٤ - ‫ﲔ‬ َ ْ ‫اﳋَﺎﻟﻘ‬ ْ ‫ﻀﻐَﺔَ ِﻋ ٰﻈ ًﻤﺎ ﻓَ َﻜ َس ْو َ اﻟْﻌِ ٰﻈ َﻢ َﳊْ ًﻤﺎ ﰒُﱠ اَﻧْ َﺸﺄْﻧٰﻪُ َﺧﻠْ ًﻘﺎ اٰ َﺧ َﺮ ﻓَـﺘَـﺒَ َﺎر َك ا ُّٰ اَ ْﺣ َس ُﻦ‬
ْ ‫اﻟْ ُﻤ‬
Artinya: 13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu
yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.

183
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
Suroh al-Mu’minun ayat 13-14, sebagaimana dikemukakan di atas, menjelaskan
tentang penciptaan manusia. Terdapat lima kata kunci yang berhubungan dengan proses
penciptaan manusia, yakni nuthfah (sperma), alaqoh (tergantung), mudgoh (segumpal
daging), izom (tulang) dan lahm (daging).
Muhaimin (2001), dengan merujuk kepada berbagai pendapat mengatakan, bahwa
nutfah mempunyai arti sperma atau ovum, sedangkan jika sperma dan ovum tersebut
sudah bercampur, maka dinamakan nuthfah amsyaz. Dari nuthfah kemudian tumbuh
berkembang menjadi. Kata alaqoh menurut Shihab (1987) mempunyai arti yang banyak,
salah satunya adalah tergantung atau terdempet. Makna tersebut sesuai dengan posisinya
yaitu nempel, melekat atau tergantung dan terlihat dempet seperti dua bagian. Proses
selanjutnya adalah mudhgoh artinya sepotong daging yang tidak berbentuk dan tidak
berukuran (Ibn. Katsir, 1981: 111), namun padanya sudah ada elemen-elemen pembentuk
tulang belulang dan pembentuk daging. Proses selanjutnya adalah izom, yaitu mudgoh
yang sudah berisis tulang belulang,proses selanjutnya adalah lahm, yaitu elemen-elemen
pada mudhgoh yang sudah membentuk daging.
Makna Suroh al-Mu’minun ayat 13-14, dapat diterjemahkan sebagai berikut
“kemudian kami jadikan air mani itu alaqoh (sesuatu yang melekat). Lalu sesuatu yang
melekat itu kami jadikan Mudhgoh (segumpal daging). Dan segumpal daging itu kami
jadikan izom (tulang belulang), Lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan lahm
(daging), kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Alloh Pencipta yang paling baik (14).”
Potongan akhir dari suroh al-Mu’minun ayat 14 diturunkan tidak berbarenagn
dengan ayat al-Qur’an atau potongan ayat sebelumnya. Potongan akhir ayat ke 14 itu
diturunkan ketika Umar Bin Khotob RA mendengar orang yang membaca ayat al-Qur’an
tersebut hingga “tsumma ansya’nahu kholqon akhor.” Lalu Umar Bin Khotob RA, berkata
“fa tabaroka Allohu ahsanu al-kholiqin,” kemudian Alloh menurunkan potongan akhir dari
suroh al-mu’minun ayat 14 tersebut, yang bunyinya “fa tabaroka Allohu ahsanu al-kholiqin
(maka maha suci Alloh, Pencipta yang paling baik. (Dahlan, dkk: 364).
Berdasarkan al-Qur’an suroh al-Mu’minun ayat 13-14, proses penciptaan manusia
berlangsung melalui lima periode, yakni mulai nuthfah, kemudian tumbuh dan berkembang
menjadi alaqoh, kemudian menjadi muhgoh. Dari mudhgoh menjadi idhom dan kemudian
menjadi lahm. Setelah menjadi lahm, Berubah menjadi makhluk akhor. Meenurut Ibn,
184
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…
Katsir, (1081: 241) yang dimaksud Kholqon akhor, adalah makhluk yang berbeda dengan
sebelumnya. Jadi setelah Alloh meniupkan ruh kedalam janin, maka janin menjadi berubah
dalam bentuk yang berbeda, ia bergerak dan menjadi makhluk yang memiliki pendengaran,
penglihatan, indera yang menangkap pengertian, gerakan dan sebagainya.
Ramayulis (2010: 56), dengan merujuk kepada ayat al-Qur’an sebagaimana
dikemukakan di atas, mengemukan bahwa manusia diciptakan dari intisari tanah yang
dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (Rahim), kemudian
nuthfah dijadikan darah beku (alaqoh) yang menggantung dalam Rahim, darah beku
tersebut kemudian dijadikan segumpal daging (mudhgoh) dan kemudian dibalut dengan
tulang belulang Izom, kemudia lahm., dan jadilah ia sebagai kholqon akhor
Kholqon akhor terjadi karena ditiupkan ruh kepadanya, sehingga janin menjadi
bergerak serta menunjukkan perkembangan pada aspek lain, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga aspek ruhani. secara
ruhani. Dalam al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan tentang ditiupkan ruh
kepada manusia antara lain suroh al-hijr (29), shod (72), sehingga difahami, bahwa
perubahan janin (lahm), tersebut terjadi karena ditiupkan ruh kepadanya, meskipun teks
ayat tersebut berhubungan dengan penciptaan Adam, namun juga berlaku pada semua
keturunan Adam.
Dalam hadits dikatakan ”Abu Abdurrohman Abdulloh bin Masud r.a berkata, telah
bersabda Rasululloh SAW, yang jujur dan terpercaya kepada kami ”sesungguhnya
penciptaan kalian dikumpulkan dalam Rahim ibu, selama 40 hari berupa nuthfah
(sperma),l alu menjadi alaqoh (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mumudghoh
(segumpal daging) selama itu pula,kemudian Alloh mengutus Malaikat untuk meniupkan
ruh dan mencatat 4 perkara, yakni rizkinya, amalnya,ajalnya dan sengsara atau bahagianya,
Demi Alloh,Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada diantara kalian yang
melakukanperbuatan penghuni syurga, hingga jarak antara Dia dengan syurga hanya
sehasta,namun suratan terjadinya sudah ditetapkan, lalu iamelakukan perbuatan penghuni
neraka,maka iapun masukneraka. Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni
neraka, hinggajarak antara dia dan neraka hanya sehasta, namun taqdirnya sudah
ditetapkan,lalu iamelakukan perbuatan penghuni syurga,maka iapun masuk syurga.(H. R.
Bukhori Muslim).

185
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
Kandungan hadits di atas berisi tentang beberapa hal yang berhubungan dengan
manusia, diantaranya berkaitan dengan penciptaan manusia. Hadits tersebut dalam konteks
ilmu bayan, jika dikaitkan dihubungkan dengan suroh al-Mu’minun ayat 13-14, merupakan
bayan tafsir., sebab menjelaskan secara rinci tentang yang tidak dirinci oleh ayat al-Qur’an,
bagaimana janin berubah menjadi kholqon akhor adalah karena ditiupkan ruh kepadanya,
sehingga dipahami, bahwa keberadaan nuthfah dalam kandungan berlangsung selama 40
hari, kemudian berubah menjadi alaqoh dan setelah 40 hari juga berubah menjadi
mudhgoh, setelah 40 hari Alloh memerintahkan kepada Malaikat untuk meniupkan ruh
kepadanya. Dengan demikian ruh ditiupkan kepada janin dalam kandungan ketika sudah
berusia 120 hari, yang pada waktu itu janin berbentuk lahm.
Berdasrkan rujukan di atas, pada al-Qur’an suroh al-Mu’minu ayat 13-14, terdapat
beberapa hal yang dapat dipahami bahwa; Pertama, manusia diciptakan dari dua unsur
yang berbeda, yakni pertama dar iunsur materi, yaitu dari sperma laki-laki dan ovum
perempuan, yang berasal dari saripati tanah, Kedua unsur tersebut terintegrasi dengan
cara ruh ditiupkan kepada janin dalam kandungan ketika berusia 120 hari.
Kedua, proses penciptaan manusia berlangsung melalui lima fase, yakni nuthfah
,kemudian menjadi alaqoh, kemudian menjadi mudhgoh, menjadi izom dan menjadi lahm.
Kondisi janin dalam kandungan sangat tergantung kepada kondisi ibunya. Kondisi ibu baik
secara fisik, maupun secara fsikhis akan mempengaruhi kondisi janin dalam kandungan,
termasuk setiap asupan makanan/minuman yang dikonsumsi setiap hari.

III. METODOLOGI
Metode penelitian adalah upaya untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
suatu kebenaran pengetahuan dengan cara-cara ilmiah. Oleh karena itu, metode yang
digunakan dalam suatu penelitian harus tepat. penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
kualitatif sehingga akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata. Data yang
dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka seperti halnya
pada penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto, penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilakukan.. Oleh karena itu, penelitian
kualitatif mampu mengungkap fenomenafenomena pada suatu subjek yang ingin diteliti
secara mendalam
186
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…

IV. PEMBAHASAN
Menurut Langgulung, (1997) dalam konteks pendidikan Islam, sekurang-kurangnya
ada delapan pengertian yang tercakup dalam pengertian pendidikan, yakni al-Tarbiyah al-
diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-talim al-Islamy
(pengajaran keislaman, tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi
al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah inda al-muslimin (pendidikan dikalangan
orang-orang Islam) dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).
Diantara yang terkandung dalam istilah tersebut adalah al-tarbiyah, menurut
Ramayulis (2010 :84), dalam term tersebut terdapat 4 pendekatan, yakni : menjaga dan
memelihara fithroh anak didik menjelang dewasa (baligh), mengembangkan seluruh
potensi menuju kesempurnaan, mengarahkan seluruh fithroh menuju kesempurnaan,
melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Dalam rangka mengimplementasikan makna yang terkandung dalam kata tarbiyah,
relasinya dengan penciptaan manusia sebagaimana yang diisyaratkan al-Qur’an suroh al-
Mu’minun ayat 13-14, ada dua jenis pendidikan yang harus diimplementasikan kepada
anak ketika masih berada dalam kandungan:
Pendidikan fisik (al-jism) Fisik (al-jism) adalah salah satu dimensi manusia, yang
berbentuk materi, terbentuk dari struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih
sempurna dibandingkan dengan organisme-organisme makhluk lainnya, namun pada
penciptaan dimensi fisik manusia sama dengan makhluk materi lainnya, baik dengan
binatang, maupun tumbuhan, sebab semuanya termasuk bagian dari alam., meski manusia
memiliki struktur yang lebih lengkap. Kesamaan tersebut karena yang menjadi unsur
materialnya adalah sama. Unsur-unsur tersebut meliputi unsur tanah, api, udara dan air.
(Mudjib, 2006: 61). Keempat unsur tersebut merupakan materi yang abiotic (tidak hidup).
Ia akan hidup jika diberi energy kehidupan yang bersifat fisik yang lazimnya disebut
nyawa. Dalam hal ini, Ibn Miskawaih menyebut nyawa manusia sebagai energy al-hayah
(daya hidup), sedangkan al-ghozali menyebutnya sebagai ruh jasmaniah. Dengan
demikian, maka jika pada tubuh manusia sudah tidak ada nyawa atau ruh jasmainiahnya
(kata al-Ghozali), maka manusia akan mati, oleh karena itu karena hidupnya jasmani
tergantung kepada ruh, maka ketiadaan ruh pada jasad akan menimbulkan kematian (Q.S.
Al-Mu’Minun: 15).
187
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
Fisik manusia meski tidak memiliki daya hidup tersendiri, namun padanya terdapat
perangkat bagi kehidupan, karena pada tubuh terdapat konstruksi fisik seperti susunan
sel, fungsi kelenjar, alat pencernaan susunan saraf sentral, urat darah daging, tulang
sumsum, kulit, rambut dan sebagainya. (Ramayulis, 2010: 175). Konstruksi fisik tersebut
merupakan kelengkapan bagi kehidupan manusia, tanpa ada konstruksi tersebut sekalipun
diberi daya hidup, manusia tidak dapat berbuat apapun, sekalipun guha kebutuhan
hidupnya. Oleh karena itu, urgensi fisik tidak dapat diabaikan keberadaannya.
Fisik diberi daya hidup atau nyawa atau energy alhayyah dan al-Ghozali
menyebutnya sebagai ruh jasmaniah, ketika janin dalam kandungan sudah berusia 120 hari,
maka konstruksi fisik menjadi hidup dan berfungsi, sehingga manusia hidup secara utuh
sempurna, janin memiliki berbagai kebutuhan. Secara garis besar kebutuhan-kebutuhan
tersebut mencakup kebutuhan fisik dan kebutuhan psikhis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
datang secara instingtif seiring dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya, tanpa
harus dipelajari, dan itu merupakan fithroh manusia, dan jika kebutuhan-kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi, akan terjadi kehilangan keseimbangan Menurut Quraish Syihab
(1996: 126), secara garis besar kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan jasmaniah dan
kebutuhan ruhaniah. Kebutuhan ruhaniah adalah kebutuhan primer dan kebutuhan yang
sering mendominasi, sehingga orang sering mengejar untuk pemenuhan kebutuhan tersebut
sehingga kebutuhan ruhani terabaikan. Mengabaikan salah satunya akan menimbulkan
dampak yang kurang bagus bagi keseimbangan hidup manusia, padahal Islam adalah
agama yang seimbang, capailah-kebutuhan-kebutuhan tersebut melalui prinsip
keseimbangan, sebagaimana yang diperintahkan untuk mendapatkan kebahagiaan ukhrowi,
tetapi tidak meninggalkan kebutuhan duniawi. Demikian juga tentang kebutuhan jasmani
dan ruhani, idealnya dipenuhi secara seimbang,kehilangan keseimbangan akan berdampak
negative.
Berdasarkan uraian di atas, dapat difahami bahwa fisik merupakan salah satu dimensi
manusia yang bersifat materi. Fisik tampak jelas dapat diindera, meski tidak hidup, tetapi
merupakan wadah daya hidup. Fisik juga tampak indah, al-Qur’an menyebutkan manusia
diciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk (Q.S. At-Tin: 4). Fisik juga menjadi perhatian
sesame manusia, kekuatan tubuh, keperkasaan badan dan kesehatannya selalu menjadi
perhatian utama, bahkan menjadi alat perbandingan antara yang satu dengan lainnya

188
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…
(Darajat, 1993: 2). Dalam al-Qur’an dinyatakan: ”Dan apabila kamu melihat mereka,
tubuh-tubuh mereka menjadi kagum. (Al-Munafiqun: 4).
Dilihat dari fungsinya, fisik memiliki fungsi yang tidak dapat diabaikan, karena fisik
merupakan wadah bagi ruh, sehingga ruh atau daya hidup tidak akan berperan jika tidak
menyatu dengan fisik, Oleh karena itu, fisik tidak kalah penting dari ruh, orang tidak bisa
bekerja/beribadah jika tidak memiliki fisik . Dengan demikian, fisik tidak dapat dianggap
sebagai pelengkap, sebab fisik menjadi alat bagi berfungsinya ruh, seperti alat indera yang
berbentuk fisik, berfungsi untuk mengindera. Telinga untuk mendengar, mata untuk
melihat, hidung untuk mencium, lidah untuk merasa dan kulit untuk meraba. Jika alat
indera itu tidak ada, maka manusia tidak dapat mengindera.
Pentingnya fisik bagi kehidupan manusia menjadi alasan tentang pentingnya
mendidik fisik, termasuk fisik janin dalam kandungan dengan tujuan agar fisik sehat dan
kuat. Dengan fisik yang sehat akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara sehat
pula. Al-Qur’an maupun hadits banyak yang berkaitan, bahkan memerintahkan agar hidup
sehat, seperti tentang perintah kebersihan ( Q.S.Al-Muddatsir: 4-5) dan memiliki
kekuatan ( Q.S. Al-Anfal 60). Al-Qur’an juga memberikan petunjuk praktis agar manusia
sehat, diantaranya adalah Makanan dan minuman yang halal dan baik ()Q.S. Al-A’rof :
31).
Dalam pelaksanaannya, pendidikan fisik hendaknya dimulai pada awal terjadinya
pembuahan sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia dimulai pada saat
konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur oleh spermatosoma laki-laki
memasuki dinding telur (ovum), terjadilah konsepsi, yang kemungkinan terjadinya
pembuahan tersebut berlangsung secara alamiah. (Haditomo: 1999).
Menurut Bucaille (1982), Semenjak terjadinya pembuahan, pada sel telur wanita,
akan menghasilkan sel baru, dengan membelah menjadi dua, kemudian terus berkembang
menjadi empat, kemudian delapan, dan seterusnya sambil bergerak menuju kantung
kehamilan, dan melekat, berdempet serta masuk ke dinding Rahim, sehingga disebut
alaqoh. Tahapan-tahapan tersebut sangat berperan bagi kondisi pada tahap mudhgoh, pada
tahap terbentuk elemen-elemen yang merupakan bakal untuk tulang belulang dan untuk
daging, namun pada proses pembentukannya ada yang terbentuk secara sempurna, dan
ada yang cacat tidak terbentuk secara sempurna yang disebabkan oleh peristiwa dan
kondisi periode sebelumnya. ( Muhaimin: 2001).
189
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
Diantara yang menyebabkan kondisi tidak sempurna atau cacat adalah disebabkan
dengan adanya kebiasaan ibu pada saat mengandung, sakit pada masa awal kehamilan,
demikian juga jika sang ibu memiliki kebiasaan makan/minum yang membahayakan sepeti
merokok, minum alkohol, demikian juga ketegangan emosi yang dialami ibu memberikan
dampak negative terhadap janin dalam kandungan. (Haditomo: 1999).
Berdasarkan rujukan di atas, proses perkembangan fisik manusia berlangsung
semenjak terjadinya pembuahan dalam kandungan, namun tidak semua janin dapat tumbuh
berkembang mencapai ideal, ada juga yang tidak ideal, yang disebabkan adanya
kondisi/peristiwa yang terjadi pada ibu ketika mengandung, terutama diawal-awal masa
kehamilan. Cacat tubuh atau cacat mental pada anak dapat disebabkan karena ibunya yang
melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan yang seharusnya, seperti alkohol, merokok
atau obat-obatan. Oleh karena itu, agar janin dalam kandungan tumbun secara sempurna,
janin harus dididik secara fisik dalam arti dipelihara dirawat dan dijaga kesehatannya.
Dalam al-Qur’an, juga terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan
pendidikan fisik, dalam hal ini, Zakiah (1995) mengatakan, bahwa pendidikan fisik
dibutuhkan berkaitan dengan berbagai kebutuhan:
Pertama, untuk membangun dan membina manusia yang kuat,sehat dan mampu
melaksanakan tugasnya,bukan sekedar untuk menumbuhkan otot dan kekuatan tubuh
secara baik, agaqr tubuh mampu melakukan apa yang diinginkannya, agar mendapatkan
kesenangan dan kegembiraan. Pembinaan fisik yang sehat adalah dalam rangka
pembinaan kepribadian yang seimbang dan serasi sebagai pengabdian kepada Alloh.
Kedua, anak dianjurkan dari awal kehidupannya mendapatkan pengalaman yang
bermacam-macam, yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang sehat seperti olah raga
lari lompat jauh dan lain-lain. Dalam olah raga tersebut juga sekaligus terbentuk akhlak,
toleransi, sportif kerjasama dan sebagainya.
Ketiga, Islam mementingkan kesehatan, kebersihan pencegahan berbagai penyakit
dan lain-lainnya. Dalam pelaksanaan ibadah shalat disyaratkan wudhu yang diawali
dengan kebersihan fisik.
Berdasarkan rujukan di atas, dapat difahami, bahwa semenjak terjadinya pembuahan
antar ovum dengan sperma, pertumbuhan embrio mulai berlangsung, oleh karena itu,
semenjak terjadinya pembuahan pula pendidikan fisik harus diberikan, sebab dalam
pertumbuhannya embrio membutuhkan kondisinya yang sehat. Kondisi embrio yang sehat
190
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…
akan didapatkan melalui kondisi ibunya yang sehat pula, baik secara jasmani, maupun
ruhani.
Dalam implementasinya pendidikan periode ovum (usia 0-3 bulan) terfokus pada
aspek kesehatannya, melalui kesehatan ibu, sebab pada saat itu, ketergantungan janin
terhadao kesehatan ibu sangat total, apapun yang terjadi pada ibu, baik secara fisik maupun
secara psikhis, akan berdampak pada kondisi janin dalam kandungan. Dengan demikian,
pendidikan yang diberikan pada janin (0-3 bulan) adalah pendiidikan tidak langsung
(indirect) .
Selanjutnya, berkenaan dengan pendidikan ruhiyah (Psikhis). Aspek ruhani atau
aspek psikhis manusia, merupakan satu dari dua aspek manusia, yang bersifat
psikologis/kejiwaan. Aspek tersebut terdiri dari berbagai unsur kejiwaan manusia, unsur-
unsur tersebut berfungsi jika ruh masih ada dalam jasad. Oleh karena itu, ruh adalah daya
hidup manusia karena merupakan sentral kehidupan manusia dan dikatakan sebagai daya
al-hayyah. Dengan adanya ruh manusia bergerak dan mampu memfungsikan seluruh
fungsi yang ada pada dirinya, oleh karena itu unsur-unsur psikhis tersebut dikategorikan
kepada dimensi ruhani. Secara singkat, ruh dapat dimaknai sebagai zat hidup yang
diberikan Allah kepada manusia. (Langgulung,2000: 304).,
Dalam Bahasa Arab kata ruh (ar-ruh), bentuk jamaknya arwah, mengandung
berbagai pengertian, angin sepoi-sepoi, rahmat, ruh, jiwa sukma, wahyu, Malaikat dan
secara khusus ditujukan kepada Jibril. (Al-Munawwir, 1984: 583). Dalam al-Qur’an
digunakan dalam berbagai makna serta konteks yang berbeda, misalnya dalam Suroh
An-Nahl (16: 2) bermakna wahyu, dalam suroh mujadalah (QS:22) berarti malaikat yang
membawa wahyu kepada para nabi yakni malaikat jibril. Adapu pembahasan ruh di sini
adalah ruh yang merupakan dimensi manusia. (al-hijr: 29 dan shod 72).
Ruh adalah daya hidup yang menjadi penyebab adanya kehidupan bagi manusia,
karenanya dikatakan sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kehidupan jasad, (Ar-Razi, 2001: 28). Wujud ruh adalah gaib, berada di luar alam fisika,
sehingga manusia sangat sulit untuk memahami hakikatnya. (Quraish Shihab,2005: 120).
Naturnya sangat halus, tidak mungkin dapat diraba dengan akal pikiran, walaupun akal
memiliki potensi yang sangat dahsyat dapat mencapai ilmu pengetahuan. Ruh juga
mengandung kehidupan, sumber petunjuk bagi jiwa, dan sumber kesadaran akal pikiran
manusia. (Rahman Utsman, 1994: 110).
191
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
Ruh terintegrasi dengan jasad setelah janin dalam kandungan sudah berusia 120
hari, dengan cara ditiupkan kepada janin secara langsung, ketika janin berada dalam
kandungan, pada saat itu terjadilah integrasi antara ruh dengan jasad, sehingga jasad
menjadi hidup dan bergerak. Ruh adalah ciptaan Alloh dan langsung diberikan kepada
manusia, sehingga ruh dikatakan sebagai sesuatu yang mengandung unsur ilahiyah. (Ibn.
Qoyyim 1981; 208).
Jika fisik/ jasmani berasal dari tanah, maka ruh berasal dari Tuhan, karenanya, natur
ruh adalah suci dan mempunyai sifat untuk mendekat kepada Tuhan. Ruh ditiupkan pada
tubuh manusia ketika masih berbentuk janin (embrio) dalam kandungan, sehingga janin
dalam kandungan menjadi hidup dan bergerak, karenanya adalah penyebab adanya
kehidupan manusia. (Agus Mustofa, 2008: 27).
Dalam bahasa lain ruh merupakan aspek psikologis dari struktur kepribadian
manusia dan merupakan alam amar Alloh yang sifatnya gaib dan diciptakan untuk
menjadi substansi dan sekaligus menjadi eksistensi kepribadian manusia, tidak hanya di
alam materi, tetapi juga dialam immateri, dan diciptakan lebih dulu dan lebih abadi dari
struktur jasmani.(Abdul Mujib, 2006). Dalam Al-Qur’an (Al-Hijr: 29) Alloh berfirman
yang artinya “Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan
ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduk sujudlah kamu kepadanya (Q.S. Al-Hijr: 29).
Ruh adalah salah satu dimensi manusia, ia merupakan zat hidup yang
menghidupkan manusia secara totalitas. Fisik dapat hidup dan bergerak karena adanya
ruh. Manusia mampu berfikir, berperasaan, berkeyakinan serta beribadah dan
mengendalikan diri, serta berilmu pengetahuan karena adanya ruh. Ruh juga mengatur
pembicaraan baik lisan, maupun tulisan, berfikir, dan menumbuhkan etos belajar.
(Rahman Utsman, 1994: 126).
Ruh memiliki potensi beragama, yaitu kemampuan dasar yang tersimpan sebagai
modal dalam pengembangan hidup beragama. Dalam al-Qur’an suroh al-A’rof, terjadi
dialog antara Alloh SWT. dengan ruh, yang terjemahannya sebagai berikut “Dan ingatlah
ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (Tulang belakang) anak cucu Adam keturunan
mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman)
“bukankah Aku ini Tuhanmu?merekamenjawab, betul (engkau Tuhan kami),kami
bersaksi (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,
“sesungguhnya ketika itu kamilengah terhadapmu. (Al-A’rof: 172).
192
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…
Ayat al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa ruh memiliki potensi beragama,
sebagaimana dalam jawabannya ketika ditanya “bukankah akuini Tuhanmu ? ruh
menjawab “benar kami bersaksi”. Dalam jawaban tersebut terdapat pengakuan ruh
tentang Alloh sebagai pencipta mereka. Kesaksian tersebut merupakan keyakinan secara
Tauhid kepada Alloh, dan Tauhid merupakan salah satu aspek dalam beragama, dan
termasuk pada dimensi keyakinan. Yang akan mendorong manusia ibadah serta
mengamalkan norma-norma yang ditentukan dalam bentuk akhlak yang baik.
Jika ditinjau dari aspek kehidupan manusia, ruh merupakan sentral kehidupan
manusia. Seluruh aspek manusia baik secara fisik, maupun secara psikhis berhubungan
dengan ruh. Fungsi-fungsi yang ada pada manusia dapat berfungsi jika terkonneksi
dengan ruh, seperti menggunakan daya fikir, daya nafsnya, melakukan perbuatan baik dan
buruk. Ruh dikatakan sebagai lambang kehormatan manusia dan essensi manusia yang
asli. (Nabih 1994: 135).
Dengan adanya ruh, nafs memiliki peluang untuk berbuat baik atau berbuat buruk,
memiliki kesempatan untuk memilih apa yang ingin dilakukannya, perbuatan yang baik
atau perbuatan yang buruk, dan terkadang ragu dan bimbang saat memilih tentang apa
yang akan dilakukannya, mampu mengimplementasikan perannya dalam mewujudkan
prilaku moral dan akhlak tertentu, nafs juga mendorog seseorang untuk melakukan
perbuatan tertentu yang menjadi pilihannya. Jika pilihan perbuatan tersebut ada dalam
kesanggupannya, terwujudlah perbuatan baik atau buruk nafslah yang mewujudkannya.
Kualitas nafs yang telah terbentuk pada seseorang akan membentuk sistem pengendalian
diri. (Jumantoro, 2001:7).
Menurut salah satu hadits, penciptaan ruh terjadi jauh terlebih dahulu sebelum
diciptakan jasadnya, Ruh diciptakan dan senantiasa dalam genggaman Alloh. Jika manusia
mampu memfungsikan ruh, Ruh memiliki potensi untuk mengetahui dan merasakan
keberadaan Tuhan, namun manusia memiliki kemampuan berbeda, sehingga tidak tidak
semua manusia dapat memfungsikannya. (Manzur,2086: 110).
Dari uraian di atas dipahami, bahwa ruh adalah dimensi manusia yang berbentuk
immateri, ia merupakan zat hidup sehingga menghidupkan seluruh potensi manusia, baik
secara fisik, maupun secara fisik. Dengan adanya ruh fisik dapat hidup dan bergerak secara
fsikhis, dengan adanya ruh manusia mampu berfikir, berperasaan, berkeyakinan,
beribadah, mengendalikan diri, berilmu pengetahuan dan bergerak. karenanya ruh adalah
193
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
dimensi sentral kehidupan manusia dan merupakan substansi keistimewaan manusia. Jika
ruh tidak ada atau terpisah dari jasad, manusia menjadi tidak berdaya, baik secara fisik,
maupun secara psikhis.
Uraian di atas menjadi rujukan tentang awal mula pendidikan ruhani (psikhis),
sebagimana diuraikan di atas, bahwa semenjak terintegrasi ruh pada janin semenjak itu
pula danya kehidupan pada manusia dan semenjak itu pula seluruh aspek yang menjadi
potensi manusia mulai aktif dan berkembang. Oleh karena itu, pendidikan yang
berorientasi pada pengembangan aspek psikhis (ruhani) idealnya harus dilaksanakan
semenjak terintegrasinya ruh dengan dengan badan ketika janin dalam kandungan, yaitu
usia 120 hari.

V. KESIMPULAN
Hasil kajian terhadap ayat al-Qur’an suruh al-Mu’minun ayat 13-14 menghasilkan
suatu pemahaman bahwa manusia diciptakan dari unsur, yakni unsur materi dan unsur
immateri. Kedua unsur tersebut merupakan zat yang berbeda, sehingga secara
naturalistik, memiliki karakteristik yang berdeda juga. Materi merupakan zat kebendaan
yang bersifat material dan memiliki potensi membentuk fisik yang kemudian membentuk
jasmani atau badan, sedangkan immateri adalah ruh yang merupakan zat hidup yang
menjadi sentral kehidupan manusia. Baik secara fisik, maupun secara psikhis.
Pertama unsur materi, berasal dari nuthfah. Atau nuthfah amsyaz yaitu sperma -
laki yang sudah bercampur dengan ovum perempuan. Yang disebut dengan pembuahan
Pada awal pembuahan, Nuthfah yang terintegrasi hanya satu sel saja, kemudian berproses
mengalami pertumbuhan menjadi alaqoh, kemudian dari alaqoh menjadi mudhgoh,
menjadi izom dan lahm. Periode tersebut dinamakan sebagai periode ovum (periode
nuthfah). Berdasarkan proses kejadian tersebut, secara fisik kejadian manusia sudah
dimulai, karena fisik merupakan salah satu aspek pendidikan, maka pada saat itu
pendidikan fisik (jasmani) harus diawali. Pendidikan yang diberikan adalah pendidikan
yang terfokus pada pemeliharaan fisik janin, dengan tujuan agar janin tetap sehat dan kuat
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pemeliharaan kesehatan janin
dilakukan melalui kiesehatan ibunya, sebab pada periode tersebut secara totalitas, janin
tergantung kepada ibunya. Dengan demikian, pendidikan dilaksanakan secara indirect.

194
Hafid Rustiawan: Implikasi Al-Qur’an Surah…
Kedua unsur immateri, yaitu ruh ciptaan Alloh sebagai daya hidup yang
menghidupkan manusia. Ruh terintegrasi kepada jasad dengan cara dihembuskan kepada
janin ketika janin sudah berusia 120 hari, sehingga janin menjadi hidup, dan disebut al-
Qur’an sebagai kholqon akhor (berbeda dari sebelumnya), yaitu menjadi makhluk yang
mampu bergerak dan pada saat itu juga janin telah menunjukkan kesempurnaannya sebagai
manusia. janin menjadi hidup, memiliki pendengaran, penglihatan, serta indera yang
menangkap pengertian, gerakan dan sebagainya. Proses kejadian tersebut menjadi
indikator, bahwa pendidikan ruhiyah (psikhis) hendaknya diawali semenjak
terintegrasinya ruh dengan janin. Pendidikan tersebut diberikan dalam rangka
mengembangkan potensi ruhani (psikhis) anak, sebab jika ruh sudah diintegrasikan, janin
menjadi hidup dan seluruh potensi psikhis manusia mulai berkembang. Dengan demikian,
semenjak terintegrasi antara ruh dan jasad, pendidikan tidak hanya difokuskan kepada
potensi fisik janin, tetapi juga pada pengembangan potensi ruhaninya.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Abdul Mujib Kepribadian Dalam Psikologi IslamRajagrafindi, Jakarta, 2006
Abddul Rahman Utsman, Nabih, Manusia Dalam Tiga Dimensi, Terjemahan Tajudin,
Bungkul Indah, Surabaya, 1994
Abdurrahman Kasdi dan Hamka Hasan,(Bandung: Mizan,2003
Agus Mustofa. Menyelam Ke Samudera Jiwa & Ruh. (Malang: Padma Press, 2008
A.W.Munawwir.Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya.Pustaka
Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani at-Tatbiyah ar-Rauhiyah, Jakarta: GEMA
INSANI PRESS, 2000
Alivermana, Wiguna.Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam. Yogyakarta: 2014
Asnawan.Cakrawala Pendidikan Islam. Yogyakarta: Absolute Media. 2012
Baharuddin. Paradigma Psikologi Islam. Studi Tentang Elemen Psikologi dari Al
Qur'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007
Rahardjo, M. Dawam. Ensiklopedia Al-Qur'an. Jakarta: Paramadina, 1996
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Bari 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2008
Harun Nasution.Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: UI;Press,1986)
Harun Nasution, Muhammad Abduh, 1993
Hasan Langgulung. Pendidikan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1985
195
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
Vol.22 No.2 Juli - Desember 2021
Hasan. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2006
Imam Al-Ghazali.Ilmu Dalam Perspektif Tasawuf al-Ghazali.terj. Muhammad Baqir,
Bandung: Karisma,1996
Jumantoro, Totok, Psikologi Da’wah, Surabaya Amzah, 2001
Lings, Martin, “what Is Sufism?” Membedah Tasawuf, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1987
Muhaimin et.al Paradigma Pendidikan Islam Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001
Nash Hamid Abu Zaid,Menalar Firman Tuhan,Wacana Majaz Dalam Al-Qur’an Menurut
Mu’tazilah.terj.
Qasem, Abdul. Etika Al Ghazali (Etika Majemuk Di Dalam Islam. Bandung Penerbit
Pustaka, 1988
Ramayulis, Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Kalamulia. 2010
Shihab, M.Quraish. Dia Dimana-mana. Jakarta:Penerbit lentera Hati, 2005
Suprayetno, W. Psikologi Agama, Medan, Perdana Mulya Sarana, 2009
Tim.Redaksi.Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi III (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004
Wathoni, Lalu Muhammad Nurul. Integrasi Pendidikan Islam dan Sains. Ponorogo: CV
Uwais Inspirasi Indonesia. 2018
W.J.S.Poerwadaerminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia,Edisi III (Jakarta.Balai
Pustaka,2005)
Wiyono, Slamet . Menejemen Potensi Diri. Grasindo.
Zakiah Daradjat. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah Jakarta: Ruhama. 1995

196

Anda mungkin juga menyukai