Anda di halaman 1dari 10

PENGENALAN ISLAM SEJAK LAHIR (STUDI TERHADAP HADIST

MENGAZANKAN BAYI)

Harisa Us dan Pradhita Mahdayani


Universitas Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda
Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masyarakat yang memberikan pengenalan mengenai


agama islam kepada bayi yang baru lahir melalui perantara dengan mengumandangkan azan
pada telinga bayi dan hal tersebut praktikkan karena berpedoman kepada Hadis Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hadist-hadist yang menjelaskan mengenai praktik mengazankan bayi yang baru lahir.. Metode
yang digunakan penulis pada penelitian ini yaitu berjenis kepustakaan (library research),
sumber datanya diperoleh dari data sekunder dan metode pengolahan datanya adalah analisis
deskriptif yaitu mendiskripsikan terkait hadist-hadist tentang mengazankan bayi yang baru
lahir. Hasil dari penelitian ini adalah hadist Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan
mengenai mengazankan bayi baru lahir yaitu diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Timirzi dan
Ahmad bin Hanbal. Serta tujuan dari mengazankan bayi baru lahir yaitu agar kata atau
kalimat yang didengar oleh bayi untuk pertama kalinya yaitu kata atau kalimat yang agung,
dimana di dalamnya terdapat kata-kata yang mengagungkan Tuhan, serta sebagai Langkah
pertamanya melalui syahadah untuk masuk kedalam agama Islam.

Kata Kunci : Islam,Tradisi, Azan, Hadis

A. PENDAHULUAN
Pada proses menjalani kehidupan di dunia akan selalu di awali dengan adanya
peristiwa kelahiran. Pada waktu manusia dilahirkan di dunia, mereka akan lahir dalam
keadaan suci dan belum mengetahui mengenai kehidupan yang akan mereka jalani pada
dewasa nantinya. Oleh karena itu, pada saat bayi baru lahir haruslah kita sambut dengan
keadaan yang baik sesuai dengan ajaran agama yang kita peluk yaitu agama islam.
Pada agama islam terdapat tahapan dalam menyambut bayi yang baru lahir ke
dunia yaitu salah satunya dengan cara melafalkan azan pada telinga kanan bayi dan
melafalkan iqamah pada telinga kiri bayi yang mempunyai tujuan untuk menanamkan
rasa keimanan kepada Allah SWT dalam hatinya sejak bayi masih kecil.
Tahapan yang dilakukan untuk penyambutan bayi tersebut telah dipraktikkan
secara turun temurun pada zaman Rasulullah SAW. Rasulullah mengajarkan kita tentang
beberapa sunnah yang dapat dilakukan ketika menyambut bayi yang baru lahir yaitu
mengumandangkan azan dan iqamah, memberikan nama yang baik, melaksanakan
aqiqah dan lain-lain. Sunnah yang telah diajarkan Rasulullah ini menjadi Langkah awal
dalam mengenalkan dan mendidik anak sejak sini mengenai agama islam.
Namun, pada penelitian ini penulis akan lebih fokus kepada salah satu sunnah yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW yaitu mengazankan bayi. Sunnah mengazankan bayi
mempunyai dasar hukum yang juga berasal dari Rasul yaitu berupa hadist. Hadist adalah
sumber ajaran bagi umat islam yang kedua setelah Al-Qur’an, oleh karena itu untuk
mengetahui mengenai ajaran agama islam yang benar selain perlunya petunjuk dari Al-
Qur’an, kita juga memerlukan petunjuk dari Hadist Nabi Muhammad SAW.
Salah satu hadist yang menjelaskan mengenai sunnah mengazankan bayi yaitu
terdapat dalam Riwayat yang disebutkan tentang Rasulullah SAW yang mengetahui
tentang kelahiran cucunya yang Bernama Hasan bin Ali. Abu Rafi’ mengemukakan
bahwa “Aku menyaksikan Rasulullah SAW menyerukan adzan ditelinga Hasan bin Ali
saat dia baru dilahirkan ibunya yaitu Fatimah”. (HR. Abu Dawud dan Tirmizi). 1Oleh
karena itu, berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan dari penulisan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui hadist-hadist yang menjelaskan mengenai praktik mengazankan bayi
yang baru lahir.

B. TINJAUAN LITERATUR
1. Pengertian Manusia
Ahli sosiologi mengemukakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki jiwa dan hidup berdampingan denga manusia yang lainnya. Manusia
mempunyai kepribadian, kesadaran serta psikologi yang cukkup unik dibandingkan
dengan makhluk lainnya di muka bumi ini. Dalam pandangan psikologi islam,
konsep jiwa hampir sama dengan konsep nash. 2
Sedangkan secara etimologi, kata manusia pada Al-Qur’an mempunyai empat
makna yang digunakan, yaitu :3

1
Hamdani dan H. Yufi Mohammad Nasrullah, “Nilai-Nilai Pedagogis dalam Hadist Nabi Tentang
Adzan di Telinga Bayi”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 13, No. 1, 2019 ,Hal. 189
2
Rudi Ahmad Suryadi, “Dimensi-Dimensi Manusia Perspektif Pendidikan Islam”, (Yogyakarta :
DEEPUBLISH, 2019), Hal. 2
3
Ramayulis dan Mulyadi, “Bimbingan Konseling dan Islam”, (Jakarta : Kalam Mulia, 2016), Hal. 16
a. Al-Insan, yaitu sebuah kata yang dapat menggambarkan keistimewaan manusia
yang mempunyai gelar klalifah, serta dikaitkan dengan proses penciptaannya.
Dalam Al-Qur;an kata Al-Insan merujuk pada peran manusia sebagai makhluk
jasmani dan rohani.
b. Al-Basyar, yaitu menggambarkan mengenai sifat manusia yang terpancar dalam
rohaninya seperti ramah, bersahabat, sopan, lemah lembut serta taat kepada Allah
SWT.
c. Bani Adam, yaitu kata yang menjelaskan bahwa manusia merupakan keturunan
dari Nabi Adam as serta pengakuannya kepada Tuhan.
d. Al-Nash, yaitu sebuah kata yang disebutkan sebanyak 240 kali dan tersebar pada
53 surah dalam Al-Qur’an. Kata tersebut menggambarkan bahwa prinsip dasar
manusia merupakan makhluk sosial dan ditujukan kepada seluruh manusia tanpa
memandang statusnya, maupun dia beriman atau kafir.

Manusia merupakan makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT daripada


makhluk yang lainnya, karena keistimewaannya yaitu manusia mempunyai akan
yang dapat digunakan untuk membedakan yang baik dan buruk. Manusia dianugerahi
hati agar dapat dbakan untuk memutuskan suatu hal yang sesuai dengan petunjuk
yang diberikan oleh Allah SWT. Manusia mempunyai raga yang diharapkan dapat
digunakan secara aktif untuk membuat sebuah karya dan melakukan tindakan yang
naik dan benar, sampai pada pisisi mulai yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepadanya yaitu ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lain sebagainya. 4

2. Pengertian Agama Islam


Agama berasal dari bahasa sansekerta yang mempunyai arti yaitu “tradisi”,
selain itu juga terdapat istilah lain yang menjelaskan mengenai konsep tersebut yaitu
kata Religi yang berasal dari bahasa latin yaitu “Raligio” yang berakar dari kata kerja
re-ligare artinya “Mengikat Kembali” yang artinya yaitu seseorang yang religius
berarti secara sengaja orang tersebut mengikat dirinya kepada Tuhannya.5
Menurut kamus bahasa indonesia, pengertian dari Agama merupakan suatu
prinsip yang mengandung keyakinan kepada Tuhan yang di dalamnya terdapat ajaran

4
Heru Juabdin Sada, “Mnausia dalam Perspektif Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7, 2016,
Hal.133
5
Abd.Rozak dan Ja”far, “Studi Islam di Tengan Masyarakat Majemuk”, (Jakarta : Yayasan Asy Syariah
Modern Indonesia, 2019) Hal. 1-2
mengenai kewajiban-kewajiban yang mempunyai hubungan dengan keyakinan
tersebut.
Sedangkan pengertian Islam secara etimologi yaitu berasal dari bahasa arab
dari kata salima yang artinya selamat sentosa.selanjutnya dari kata salama akan
terbentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam situasi selamat, sentosa yang
bermakna berserah diri, taat, tunduk serta patuh. Kemudian dari kata aslama akan
membentuk kata Islam (aslama yuslimu islaman) yang mempunyai makna pokok
yang sama dengan kata aslama.6
Orang yang telah masuk Islam dinamakan dengan muslim yaitu seseorang
yang telah menyatakan bahwa dirinya akan patuh, taat serta menyerahkan diri kepada
Allah SWT, serta seseorang yang melaksanakan aslama, seseorang tersebut
keselamatannya akan terjamin di dunia maupun di akhirat. Agama Islam juga
dinyatakan sebagai satu-satunya agama yang telah dibenarkan oleh Allah SWT, yang
telah dijelaskan pada QS. Ali Imran : 85 yang berbunyi :

َ‫َو َمن يَ ۡبت َِغ غ َۡي َر ٱِإۡل ۡس ٰلَ ِم ِد ٗينا فَلَن ي ُۡقبَ َل ِم ۡنهُ َوهُ َو فِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِمنَ ۡٱل ٰ َخ ِس ِرين‬
Artinya : “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-
orang yang rugi”.7
3. Azan
Azan merupakan salah satu zikir yang digunakan untuk memberi tahu
mengenai masuknya waktu salat. 8
azan merupakan sebuah pemberitahuan atau
seruan mengenai masuknya waktu salat yang menggunakan lafal tertentu. Azan
termasuk dalam syiar islam yang secara terus menerus diabadikan oleh Rasulullah
saw, baik dilakukan beliau pada saat di kampung atau dalam perjalanan.9
Azan telah disyariatkan sejak tahun pertama hijrah, dimana Rasulullah saw
bersabda. “bahwa bila terdapat tiga orang yang mengerjakan sholat tanpa adanya
seruan azan dan iqamat, maka mereka tersebut akan dikuasai oleh setan”. (HR
Ahmad)

6
Abuddin Nata, “Studi Islam Komprehensif”, (Jakarta : Kencana, 2014), Hal 11
7
Departemen Agama, “Al-Qur’an dan Terjemahan”, (Jakarta : Departemen Agama, 2002), Hal. 76
8
Imaduddin Utsman al-Bantanie, “Buku Induk Fikih Islam Nusantara (Mencakup Fatwa- Fatwa
Kontemporer dan Bab Fikih Lengkap Berdasarkan Kitab-Kitab Mu’tabarah Kalangan Pesantren)”,
(Yogyakarta : Deepublish, 2021), Hal. 240
9
Abdul Kadir Nuhuyunan, dkk, “pedoman dan Tuntunan Shalat Lengkap”, (Jakarta : Gema Insani,
2002), Hal.14
Salah satu dalil disyariatkannya azan dan telah disepakai oleh para ulama yaitu
dijelaskan pada QS. Al-Jumu’ah : 9, yang berbunyi sebagai berikut :
ۡ َ‫ة ِمن يَ ۡو ِم ۡٱل ُج ُم َع ِة ف‬zِ ‫صلَ ٰو‬
… ِ ‫ٱس َع ۡو ْا ِإلَ ٰى ِذ ۡك ِر ٱهَّلل‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ي لِل‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila telah diseur
(dikumandangkan azan) untuk menunaikan sembahyang pada hari jum’at, maka
bersegeralah kamu mengingat Allah”.10
Mengumandangkan azan, maka akan tercapai panggilan untuk melakukan shalat
jam’ah serta mengumandangkan mengenai syi’ar islam. Imam Qurthubi menjelaskan
bahwa “ walaupun lafadz atau kalimat dalam azan tidak banyak, namun di dalamnya
terkandung ajaran akidah, tauhid, serta seruan kemenangan tentang memperoleh
kebagian yang kekan dan abadi yang mengisyaratkan tentang akhirat, dan selanjutnya
lafadz azan diulang dua kali yang bertujuan untuk menegasakan dan menguatkan
syi’ar tersebut.11
Mengaumandangkan azan pada telinga bayi yang baru lahir, maknanya sama
dengan mengumandangkan azan sebagai seruan untuk menunaikan salat.
Perbedaannya mungkin terletak pada cara mengumandangkan dan melantunkannya
saja. Azan yang di kumandangkan di telinga bayi yang baru lahir dilantunkan dengan
lembut, sedangkan azan yang dikumandangkan untuk seruan salat, dilantunkan
dengan keras. 12
Adapun syarat dalam mengumandangkan azan yaitu antara lain :13
a. Niat. Malikaih dan Hambaliah mengemukakan bahwa seseorang yang
mengumandangkan azan tanpa alasan dan tidak membaca niat, maka azan
tersebut tidak sah. Sedangkan, Syafi’iah dan Hanafiah mengemukakan bahwa
tidak mewajibkan niat untuk syarat dari azan yang berarti mengumandangkan
azan tanpa niat tetap sah.
b. Dalam mengumandangkan lafadz azan harus secara berurutan dan tidak boleh
melakukan jeda diam dalam waktu yang lama dan tidak boleh jeda dengan
pembicaraan baik pendek maupun panjang. Adapun tiga mazhab telah
mensepakati bahwa adanya pembicaraan pendek untuk azan dapat membatalkan

10
Departemen Agaman, Hal. 809
11
M. Sukron Maksum, “Dahsyatnhua Adzan”, (Yogyakarta : Pustaka Marwa, 2010), Hal. 23
12
Imam Musbikin, “Ajaibnya Adzan untuk Mencerdaskan Otak Anak Sejak Lahir”, (Yogyakarta : Diva
Press, 2013). Hal. 19
13
Syeikh Abdurrahman Al-Jaziri, “Kitab Shalat Fikih Emapt mazhab (Mudah Memahami Fikih dengan
Metode Skema)”, (Jakarta: Hikmah, 2010), Hal. 235-237
azan. Namun mazhab Hambali mengemukakan bahwa mengucapkan satu kata
haram atau cacian merupakan satu alsan yang cukup untuk membuat azan
tersebut tidak sah.
c. Azan dikumandangkan menggunakan bahasa arab, terkecuali bagi orang non
Arab yang ingin mengumandangkan azan untuk dirinya sendiri atau untuk
komunitasnya, pendapat ini telah disepakati oleh tiga mazhab. Sedangkan
mazhab Hambali, mengharuskan mengumandangkan azan dengan bahasa arab.
d. Mengumandangkan azan setelah waktu shalat tiba, sehingga tidak sah jika
mengumandanglan azan sebelum waktunya salat tiba.
e. Bacaan azan harus dikumandangkan secara tertib dan telah disepakai oleh tiga
mazhab. Sedangkan mazhab Hanafiah berpendapat bahwa azan yang
dikumandangkan tidak tertib hukumnya adalah makruh. Sehingga bagi muazin
dianjurkan untuk mengulan bacaan yang tidak tertib tersebut.
4. Hukum Azan
Hukum dari mengumandangkan azan dan iqamah adalah wajib. Dimana
dijelakskan pada Dalil nabi Muhammad Saw, yang artinya :14
“jika waktu shalat telah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian
mengumandangkan azan untuk kalian semua, dan hendaklah yang paling tua
menjadi imam,” (HR. Bukhari-Muslim)
Sehingga, berdasarkan dari Hadist tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
hukum azan adalah fardhu kifayah dan bukan fardhu ‘ain. Karena jika fardhu ‘ain,
maka semua orang hukumnya wajib untuk mengumandangkan azan.

C. METODE
Pada penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kepustakaan (library search)
yaitu penelitian yang menggunakan metode pengumpulan data pustaka yang
mempunyai kaitan dengan objek penelitian. Sumber data dari penelitian ini yaitu
menggunakan data sekunder yaitu menggunakan buku, jurnal , skripsi serta teori-
teori yang sudah ada dan mempunyai kaitan dengan objek penelitian ini.
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis dskriptif
kualitatif yaitu dengan menganalisis, menggambarkan dan mendeskripsikan tentang

14
Adil Sa’adi, “Fiqhun-Nisa Thaharah-Shalat (Ensiklopediana Ibadah untuk Wanita)”, (Jakarta: Hikmah,
2008) , Hal.142
suatu kondisi berdasarkan fakta dan data yang berhasil dikumpulkan dari berbagai
literatur.
D. HASIL
1. Hadist Mengazankan Bayi
Fungsi dari mengumandangkan azan selain digunakan sebagai pemberitahuan
masuknya waktu sholat, juga dapat dikumandangkan pada saat menyambut kelahiran
bayi yang secara tidak langsung mempunyai tujuan yaitu mengajak atau membawa bayi
untuk masuk dan memeluk agama islam. Karena di dalam kalimat azan terdapat kalimat
syahadat dan tauhid. Hadist yang mengemukakan mengenai mengumandangkan azan dan
iqomah pada bayi bersumber dari Nabi Muhammad SAW yang diriwatkan oleh Abu
Dawud, at-Tirmizi, serta Ahmad bin Hanbal, yang dimana sumber dari hadist tersebut
yaitu sama dari Abu Rafi15. Adapun hadist-hadist tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Hadist Riwayat Abu Dawud

Artinya : “Musaddad menyampaikan kepada kami dari Yahya, dari Sufyian,


dari Ashim bin Ubaidullah, dari Ubaidillah bin Abu Rafi’ bahwa ayahnya berkata,
aku melihat Rasulullah SAW mengumandangkan azan di telinga al-Hasan bin Ali
Ketika Fatimah melahirkannya. Beliau mengumandangkannya seperti azan untuk
shalat.”
2. Hadist Riwayat at-Timirzi

Artinya : “Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dari Yahya bin
Sa’id dan Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Ashim bin Ubaidillah, dari
Rafi’ bahwa ayahnya berkata, “ Aku melihat Rasulullah SAW mengumandangkan
azan salat pada telinga Al-Hasan bin Ali setelah Fatimah melahirkannya”.

3. Hadist Riwayat Ahmad bin Hanbal


Terdapat tiga hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal yaitu antara lain :
Hadist Pertama :
Artinya : “Ahmad bin Hanbal berkata : Waki’ menyampaikan sebuah hadis
kepada kami (Waki’ berkata) : Sufyan menyampaikan hadis kepada kami dari ‘Ashim
bin ‘Ubaidillah dari ‘Ubaidillah bin Rafi’ dari bapaknya, dia (Abi Rafi’) berkata :

15
Nurdhin Baroroh dan Mhd Abyan Fauzi, “Telaah Hads Tuntunan Mengazani dan Mengistiazahi Bayi
(Analisis Ta’arud al-Adillah)”, Jurnal Livinh Hadis, vol. 4, No. 2, 2019,Hal. 375
“Bahwa Nabi Mengumandangkan azan pada telinga al-Hasan bin Ali Ketika
Fatimah melahrkannya”.

Hadist Kedua :
Artinya : “Ahmad bin Hanbal berkata : Yahya bin Sa’id telah menyampaikan
sebuah hadis kepada kami, dari Sufyan dari ‘Ashim bin ‘Ubaidillah dai ‘Ubaidillah
bin Abi Rafi’ dari bapaknya, dia (Abi Rafi’) berkata: “Sata telah melihat Nabi SAW
mengumandangkan azan zpada telinga al-Hasan bin Ali pada hari dia dilahirkan
dengan azat salat”.

Hadist Ketiga :
Artinya : “Ahmad bin Hanbal berkata: Yahya dan Abdurahhman telah
menyampaikan hadist tersebut kepada kami dari Sufyan dari’Ashim bin ‘Ubaidillah
dari “Ubaidillah bin abi Rafi’ dari bapaknya, dia (abi Rafi’) berkata : “Saya telah
melihat Rasulullah SAW mengumandangkan azan pada kedua telinga al-Hasan
ketika Fatimah melahirkannya, dengan azan salat”.
2. Skema Sanad Hadist Mengazankan Bayi
Tujuan dari penjelasan skema sanad hadist ini yaitu untuk mengetahui kualitas
dari masing-masih hadist yang kita ketahui. Adapun skema sanad dari masing-
masing hadist mengazankan bayi sebagai berikut : 16

a. Skema Sanad Hadis Riwayat Abu Dawud


Rasulullah SAW - Abi Rafi’ – Ubaidillah bin Abi Rafi – Asim bin Ubaidillah –
Sufyan bin sa’id – Yahya bin Sa’id – Musaddad – Abu Dawud
b. Skema Sanad Hadist Riwayat ai-Timirzi
Rasulullah SAW – Abi Rafi’ – Abd Rahman bin Mahdi – Muhammad bin
Bassyar – at-Tirmizi
c. Skema Sanad Hadist Riwayat Ahmad bin Hanbal
Hadist yang pertama :
Rasulullah SAW – Abi Rafi – Ubaidillah bin Abi Rafi – Asim bin Ubaidillah –
Sufyan bin Sa’id – Waki bin al-Jarrah bin Malih – Ahmad bin Hanbal
Hadist yang Kedua :

16
Nardin Baroroh dan Mhd Abyan Fauzi. Hal. 377-385
Rasulullah SAW – Abi’ Rafi’ – Ubaidillah bin Abi Rafi – Asim bin Ubaidillah –
Sufyan bin Sa’id – Yahya bin said – Abd Rahman bin Mahdi – Ahmad bin
Hanbal
Hadist yang ketiga :
Rasulullah SAW – Abi Rafi – Ubaidillah bin Abi Rafi – Asim bin Ubaidillah –
Sufyan bin sa’id – Yahya bin Sa’id – Ahmad bin Hanbal.

3. Makna Azan di Telinga Bayi dan Perspektif Hadis


Dalam buku Tarbiyatul Aulad : Pendidikan Anak dalam Islam karya Abdullah
Nashih Ulwan bahwa beliau telah megutip dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang
mengemukakan bahwa mengumandangkan azan pada telinga bayi yang baru lahir
yaitu bertujuan agar kata atau kalimat yang didengar oleh bayi untuk pertama kalinya
yaitu kata atau kalimat yang agung, dimana di dalamnya terdapat kata-kata yang
mengagungkan Tuhan, serta sebagai Langkah pertamanya melalui syahadah untuk
masuk kedalam agama Islam dan termasuk sebagai sebuah perintah untuk umat
manusia dalam memulai hidupnya, seperti perintah mengucapkan kalimat tauhid
pada saat akhir hidupnya. Dengan mengumandangkan azan pada bayi, akan
berpengaruh pada hatinya, walaupun sejatinya mereka belum mampu merasakannya.
17

Pada dasarnya hal tersebut dapat dijadikan sebuah pelajaran bahwa manusia
yang baru dilahirkan ke dunia, mereka akan diperkenalkan dengan nama Allah,
supaya mereka dapat menyadari tentang Penciptan-Nya. Selain itu tujuan dari
mengumandangkan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya
bermaksud untuk mengatakan bahwa manusia lahir di dunia ini semata-mata untuk
hanya beribadah kepada Allah SWT, serta dapat digunakan sebagai pelindung untuk
melindungi dirinya dari pengaruh buruk sepertu halnya pengaruh dari setan.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hadist Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan mengenai mengazankan bayi yaitu
telah diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Timirzi dan Ahmad bin Hanbal, serta
mempunyai sanad yang bersambung .

17
2. Makna dari mengumandangkan azan kepada bayi yang baru lahir yaitu memiliki arti
sebagai langkah pertama bagi manusia melalui syahadah untuk masuk ke dalam
agama Islam dan supaya mereka dapat menyadari tentang Penciptan-Nya, serta
sebagai pelindung dari pengaruh yang baruk.

F. DAFTAR PUSTAKA
Al-Bantanie, Imaduddin Utsman. 2021. Buku Induk Fikih Islam Nusantara (Mencakup
Fatwa- Fatwa Kontemporer dan Bab Fikih Lengkap Berdasarkan Kitab-
Kitab Mu’tabarah Kalangan Pesantren). Yogyakarta : Deepublish

Al-Jaziri, Syeikh Abdurrahman. 2010. Kitab Shalat Fikih Empat Mazhab (Mudah
Memahami Fikih dengan Metode Skema). Jakarta : Hikmah

Baroroh, Nurdin dan Mhd abyan Fauzi. 2019. Telaah Hadis Tuntunan Mengazani dan
Mengistiazahi Bayi (Analisis Ta’arud al-Adillah). Jurnal Living Hadis, Vol.
4, No. 2

Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : Departemen Agama

Hamdani dan H. Yufi Mohammad Nasrullah. 2019. Nilai-Nilai Pedagogis Hadits nabi
Tentang Adzan di Telinga Bayi. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol 13,
No.1

Maksum, M. Sukron. 2010. Dahsyatnya Adzan. Yogyakarta : Pustaka Marwa

Nata, Abuddin. 2014. Studi Islam Komprehensif. Jakarta : Kencana

Nuhuyanan, Abdul Kadir, dkk. 2002. Pedoman & Tuntunan Shalat Lengkap. Jakarta :
Gema Insani

Ramayulis dan Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling dalam Islam. Jakarta : Kalam
Mulia

Rozak,Abd dan Ja’far. 2019. Studi Islam di Tengah Masyarakat Majemuk (Islam
Rahmatan Lil’Alamin). Jakarta : Yayasan Asy Syariah Modern Indonesia

Sa’adi, Adil. 2008. Fiqhun-Nisa Thaharah-Shalat (Ensiklopediana Ibadah untuk


Wanita). Jakarta : Hikmah

Sada, Heru Juabdin. 2016. Manusia Dalam Perspektif Agama Islam. Al-Tadzkiyyah :
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7

Suryadi, Rudi Ahmad. 2019. Dimensi-Dimensi Manusia Perspektif Pendidikan Islam.


Yogyakarta : Deepublish

Anda mungkin juga menyukai