MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Al-Qur’an Hadis dengan
dosen pengampuh Dr. Khaerul Asfar, Lc, M.Th.I
Oleh;
Julianto Dunggio
Arman Nani
Muthia
Megawati
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2023 M/1445 H
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat bagi
manusia di dunia ini. Allah SWT sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana al-
kamu menjadi susah.” Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk
al-Qur’an ini, akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan
sejahtera di dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa saja yang membangkang dan
mengingkari ajaran Islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang sempit
dan penuh penderitaan. Kualitas manusia berkaitan dengan tiga hal berikut ini,
pertama, berkenaan dengan kekuatan iman. Iman adalah keyakinan terhadap Allah,
terhadap hari akhir. Di antara ayat al-Qur’an yang menyebutkan lima sendi iman
tersebut adalah surah al-Baqarah ayat 177. Sedangkan iman kepada takdir Tuhan
disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an secara implisit, sedang secara eksplisit
manusia. Iman yang benar bertumpu pada keyakinan tauhidullah, serta mendorong
untuk berbuat banyak dalam hidupnya menuju ridha Allah SWT. Kedua,berkaitan
dengan kehendak untuk beramal saleh. Amal baik merupakan manifestasi dari iman
yang benar. Amal saleh menuntut adanya ketaatan terhadap Allah, terhadap diri
sendiri dengan berupaya memenuhi yang menjadi haknya (ruhani dan jasmani),
1
Al-Imam Muhyiddin Yahya bin Syarf al-Din al-Nawawi, Matan alArba’in al-Nawawiyah,
(ttp.: Al-Maktabah al-Sa’adiyah Putra, tt.), h. 7-8.
terhadap keluarga dengan memenuhi yang menjadi haknya erhadap tetangga dengan
memenuhi apa yang menjadi hak tetangga, terhadap masyarakat dengan memenuhi
apa yang menjadi hak masyarakat, dan seterusnya. Manusia adalah mahluk sosial
yang saling memiliki hak dan kewajiban, plus solidaritas yang senantiasa
ditumbuhkembangkan.
hidup bersama, tidak rakus, dan harus memelihara kelestarian lingkungan hidup.
Ketiga, berkenaan dengan ilmu pengetahuan. 2 Untuk dapat merealisasikan amal saleh
dijumpai di alam raya ini. Alam raya merupakan kamus yang khusus diperuntukan
kepada manusia. Bagi manusia yang berilmu, Allah berjanji akan mengangkat
derajatnya. Ilmu memiliki nilai sentral di samping iman. Saking sentralnya masalah
ilmu ini, sampai-sampai Nabi Muhammad SAW bersabda :”Barang siapa yang
menghendaki dunia, hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki
akhirat, hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya,
hendaknya dengan ilmu.”3 Dalam hal ini, keilmuan seseorang sangat berpengaruh
budayanya.
B. Rumusan Masalah
2
Prof. Dr. H. Sanusi Uwes, M.Pd. dalam karyanya Visi dan Pondasi Pendidikan (Dalam
Perspektif Islam), (Ciputat: Logos, 2003), h. 36.
3
t Arnold John Winsinch, Al-Mu’jam al-Mufahros li Alfaadz al-Hadiits al-Nabawiy, (Leiden:
Breil, 1943), juz II, h. 153
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa pertanyaan yang harus
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus
dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini
yang berkaitan dengan pelajaran agama Islam dari pendidikan dasar sampai dengan
jasmani dan rohani kearah kedewasan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam
potensi hidup manusia berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar sehingga
terjadi perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial
serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup dan proses tersebut
merupakan kitabullah yang dinuzulkan oleh malaikat Jibril kepada nabi. Dia
5
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Hidakarya Agung,
1970, Cet.ke-3, h.11
hakikatnya merupakan penjiwaan dari nilai-nilai yang terkandung dalam kitab
samawi tersebut.
“dan tidak menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk mengabdi kepadaku”
pula disepakati. oleh para pakar pendidikan Islam pada umumnya. Muhammad
kepada Allah, berarti menjadi hamba Allah dan inilah tujuan hidup kita di dunia,
yang berarti tujuan pendidikan yang wajih kepada anak-anak yang sedang
menghadapi kehidupan.6
Asbabun Nuzul surat adz-Dzariyat ayat 56, yaitu Ketika para malaikat
mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT
bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia
kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan,
bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
untuk kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Dengan dasar ini,
6
M. Natsir, Capita Selekta (Jakarta : Bulan Bintang,1973), h. 79.
maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi
baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling
turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah
SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk
Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan
senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak
Kata ( )ْلِح ْك َم ِةhikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu,
bebas dari kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang
besar atau lebih besar serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang
besar atau lebih besar. Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali,
7
Moh. 'Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan Bintang,
1970), h. 24.
8
Al-Wahidi, Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi, Mawaqi’ At-Tafasir ,Mesir, tt, hal. 440/ 1.Lihat
juga: Al-Wahidi An- Nasyabury, Asbâb an-Nuzul, Mawaqiu’ Sy’ab, t-tp, tt, 191/1.
9
Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim, Tahqiq oleh Samy bin
Muhammad Salamah, Dar at-Thoyyibah Linasyri Wa Tawji’, Madinah , 1420 H, 613/IV.
inginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah
perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk
pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamai hakim (bijaksana). Siapa yang tepat
dalam penilaiannya dan dalam pengaturannya, dialah yang wajar menyandang sifat
ini atau dengan kata lain dia yang hakim. Thahir Ibn ‘Asyur menggaris bawahi
bahwa hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang
bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasar ilmu dan akal.
juga kekaburan.
yang harmonis, dan juga pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh
perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti . Selain itu tujuan pendidikan
menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan agar seseorang dapat
yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecendrungan dan potensi yang
dimilikinya dan untuk mencapai tujuan ini diperlukan metode pendidikan yang tepat.
yang telah diformulasikan oleh ahlinya. Dalam hal ini ditemui dua macam pengertian
yaitu terbatas (sempit) dan luas (tidak terbatas) Pertama pengertian disampaikan
oleh mayoritas ahli hadits ialah :Sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi S.A.W. baik
dan sifat atau keadaan Nabi S.A.W. yang lain, semuanya hanya disandarkan
pada beliau saja tidak termasuk yang disandarkan pada sahabat dan tidak pula
َو َم ْن َأَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه بِالِع ْلِم، َو َم ْن َأَر اَد اآلِخ َر َه َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم، َم ْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِبْالِع ْلِم
ُك ْو نُــْو ا َر َّباِنِّيْـيَن ُح َلَم اَء ُفَقَهاَء ُع َلَم اَء َو ُيَقاُل َالَّرَّباِنُّي اَّلِذ ى ُيــَر ِبـّـى الَّناَس ِبِص َغاِر ْالِع ْلِم َقْبَل ِكَباِر ِه
"Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik apabila
seseorang mendidik manudia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-
lama menjadi banyak."(HR. Bukhari)
ُك ُّل َم ْو ُلوٍد ُيوَلُد َع َلى اْلِفْطَر ِة َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang
tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna.
Apakah kalian melihat ada cacat padanya?"(HR. Bukhari)
Agama bagi manusia agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh
penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang
baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al
Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, selalu bersilaturahim dengan keluarga
amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan
10
Arifin Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam (Bumi Aksara, Jakarta, 2010), h. 50.
menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup.
sehari-hari.11
Tiga hal penting yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada
yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau
seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran. Peran orang tua dan guru sangat
diperlukan dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak
generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu peran
para orang tua dan pendidik baik di lingkungan sekolah maupun di luar
bangsa tidak akan dapat berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi
keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa
harus memiliki niat dan perhatian yang serius agar generasi masa depan
mul
11
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Pendidikan, (Ar- Ruzz Media,
Yogyakarta, 2012), h. 120.
Asal mula kata kebudayaan itu sebenarnya tidak secara langsung menjadi
kebudayaan, akan tetapi awalnya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah
yang diambil dari bentuk jamak kata buddhi yang berarti maksudnya adalah budi
atau akal seseorang. Adapun yang mengadopsi dari bahasa asing (culture) yaitu
berasal dari bahasa latin yaitu colore, yang dimaksud. colore disini adalah
itu disebut dengan culture atau dalam bahasa Indonesia sama dengan kesopanan,
dengan budaya dan budaya sendiri merupakan hasil dari pemikiran manusia atau
maka kebudayaan tersebut bisa melindungi manusia dari ancaman alam yang
manusia bisa membuat suatu alat yang mampu menjaga dirinya dari serangan
masyarakat atau manusia yang satu dengan yang lainnya menjadi harmonis.
kebiasaan yang kiranya tidak merugikan satu sama lain, meskipun pada
kenyataannya adat atau kebiasaan itu tidak selamanya menguntungkan satu sama
lain. Kebudayaan juga bisa membuktikan kepada kita bahwasanya manusia itu
tidak sama. Dengan ketidaksamaan itulah antara satu sama lain bisa memahami
dan saling melengkapi. Misalnya dalam hal hasil kebudayaan yang berbeda-beda
12
Soekanto, 188.
13
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 2010),
159. 5 Djaka. P, 173.
14
Julian Ashari, Dari Bumi Untuk Langit (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2014), 85.
1. Pemahaman budaya dalam perspekti Al-Qur’an
Qur’an sebagai kitab suci dan merupakan petujuk dari Allah bagi
sampai hari ini bahkan hari berikutnya al-qur’an tidak dapat diubah atau
tinggi perbedaan antar beragama. Hal ini sejalan dengan ideology Negara
bahwa kebudayaan itu merupakan segala bentuk hasil dari kehidupan manusia
Islam barulah hal itu dibahas, yakni ada kebudayaan baik dan ada kebudayaan
yang tidak baik dan ajaran Islam lah yang mengatur serta membedakan hal
tersebut. Dengan keragaman budaya yang ada tidak jadi masalah karena kita
hidup di negara yang sangat komplit dengan keragaman budaya. Akan tetapi,
di samping itu kita harus bisa memilah dan memilih antara kebudayaan yang
baik dan tidak baik sesuai dengan ajaran agama yang kita yakini yaitu agama
kesinambungan antara teori kebudayaan yang ada saat ini sebagaimana telah
suatu hadits, akan tetapi menurut penulis kita semua mengetahui dan sepakat
kebudayaan tanpa adanya masyarakat dan tidak ada masyarakat yang tidak
bersifat baru, sekelas agama pun ada yang mengatakan bahwa itu bagian dari
kebudayaan15 .
15
M. Arif Khoiruddin, ‘Agama dan Kebudayaan Tinjauan Studi Islam’, Agama dan
Kebudayaan, vol. 6, no. 1 (2015).
Dan telah menceritakan kepadaku Abu At Thahir telah mengabarkan kepada
kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Malik bin Anas dari Ishaq bin
Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik bahwa dia berkata, “Saya
campuran kurma muda) dan Tamr (minuman yang terbuat dari kurma) kepada
Abu Ubaidah bin Jarrah, Abu Thalhah dan Ubay bin Ka’ab, tiba-tiba
dan pecahlah bejana (khamr) ini.” Kemudian saya mengambil gentong milik
masyarakat yaitu praktek suap menyuap, secara tidak langsung perbuatan ini
hadissudah tegas dijelaskan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan. Dalam
orang yang memberi suap dan menerimanya Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al
Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abdullah bin ‘Amru ia
Islam belum bisa melaksanakan secara sempurna sesuai apa yang tertera
16
Ashabul-Muslimin, Shahih Muslim (Bekasi, 2011).
17
LIPIA, ‘Lidwa Pustaka (HadisSembilan Imam)’ (Jakarta, 2011)