Anda di halaman 1dari 23

WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG KETAULADANAN

Megawati

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Sang Maha Pencipta Semesta Alam, yang
senantiasa memberikan karunia rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada hambanya
yang selalu konsisten dengan ajaranNya, shalawat serta salam dijunjungkan
kepada nabi besar Muhammad SAW, hingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik, yang berjudul “Wawasan Al-Qur’an tentang Ketauladanan.”
Program studi pendidikan agama Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Disadari bahwa meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, namun makalah
ini jauh dari kesempurnaan.

Gorontalo, November 2023


Penyusun,

Megawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................3
C. TUJUAN..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
A. PENGERTIAN KETELADANAN.........................................................4
B. AYAT YANG MENGANDUNG KETELADANAN............................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................19
A. KESIMPULAN.....................................................................................19
B. SARAN..................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur‟an mengandung ragam aspek kajian penting, baik dalam masalah
hukum syari‟ah, akidah, akhlak, moral, bahkan sejarah umat-umat terdahulu.
Semua aspek tersebut menjadi bukti bahwa AlQur‟an merupakan kitab suci yang
komprehensif secara isi, serta menjadi acuan dan pegangan hidup bagi manusia.
Salah satu aspek menarik untuk diteliti adalah kajian lebih dalam tentang
substansi uswahtun hasanah secara terperinci.1
Salah satu keistimewaan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur‟an
sebagai kitab suci adalah berbagai ajaran kebaikan dan nilai-nilai pendidikan bagi
umat manusia. Dengan adanya berbagai ajaran pendidikan tersebut, Keteladanan
Rasulullah Saw Berdasarkan Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 21 Bagi Pendidik
Era Milenial 30 | Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 1, No. 1, 2019
membuktikan kepada manusia bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad
adalah benar merupakan wahyu darinya2. Al-Qur'an sendiri telah memberikan
isyarat bahwa permasalahan nilai pendidikan sangat penting, jika Al-Qur'an dikaji
lebih mendalam maka ditemukan beberapa ayat yang didalamnya mencakup
masalah pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk
dikembangkan dalam kehidupan kita. Dengan demikian, diantara 6666 ayat yang
ada di dalam al-Qur‟an, terdapat beberapa ayat yang membicarakan tentang
metode mendidik ala Al-Qur‟ani
Keteladanan merupakan sebuah metode pendidikan islam yang sangat
efektif diterapkan oleh seorang guru dalam proses pendidikan. Karena dengan
pendidikan keteladanan pasti mempengaruhi individu pada kebiasaan. Tingkah

1 Studi Komparatif Tafsir At-thabari and Tafsir Al-azhâr Tafsir Al-, “Self Healing Perspektif Al- Qur ’
an Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah Institut Ilmu Al- Qur ’ an ( Iiq ) Jakarta 1444 H / 2022 M Self
Healing Perspektif Al- Qur ’ an Program Studi Ilmu Al- Qur ’ an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Dan
Dakwah Institut Ilmu Al-,” 2022.
2 Nurdin Nurdin, “Implementasi Keteladanan Rasulullah Saw Berdasarkan Al-Qur’an Surat Al-
Ahzab Ayat 21 Bagi Pendidik Era Milenial,” Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam 1, no. 1 (2019): 29–
48, https://doi.org/10.22373/tadabbur.v1i1.48.

1
laku dan sikap. Dalam al-qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah
hasanah berarti teladan yang baik. Kata-katauswah ini dalam al-qur’an beberapa
kali mengambil sampel pada diri para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi
Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh kepada Allah. Selain itu, keteladanan juga
dapat ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik serta tenaga kependidilan
dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.
Pentingnya dikaji keteladanan pendidikan islam dalam Wawasan Al-Quran.
Karena fenomenanya pendidikan islam kurang diminati oleh masyarakat. Untuk
itu, pendidikan Islam harus dikemas dan direformulasikan pada paradigma ke
depan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat dengan memahami Al-
Quran secara tekstual dan kontekstual. Pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran
diaplikasiklan dalam sehari-hari. Sebagaimana yang dicontohkan dan
dipraktekkan dalam kehidupanh nabi Muhammad dan para sahabat, serta nabi-
nabi sebelumnya yang telah difirmankan dalam Al-Quran.3 Telah diketahui
bersama, bahwa Allah Swt mengutus nabi Muhammad Saw agar menjadi teladan
bagi seluruh manusia dalam merealisasikan sistem pendidikan Islam. 4 Setiap
prilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, merupakan prilaku Islami yang
bersumber dari Al-Quran.Aisyah ra sendiri pernah berkata bahwa akhlak beliau
adalah Al-Quran.5 Dengan demikian, sebagai muslim, hendaknya menjadikan
Rasul sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keagungan
keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah pembawa risalah abadi,
kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan
masalah ibadah, atau yang menyangkut kepatuhan atau kesabaran. Ini semua perlu
diteladani dengan harapan agar kita menjadi manusia yang bermental Islami yang
seluruh aspek kejiwaannya didasari dengan nilai-nilai luhur Al-Quran dan Hadits.

3 Taklimudin Taklimudin and Febri Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam Dalam
Persfektif Quran,” BELAJEA: Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1 (2018): 1,
https://doi.org/10.29240/bjpi.v3i1.383.
4 Ubabuddin Din Hafid, „Konsep Pendidikan Karakter Perspektif Islam‟, Ta‟dib: Jurnal Pendidikan
Islam, 2018, https://doi.org/10.29313/tjpi.v7i1.3428.
5 Musthofa Muhammad ‟Imaroh, Jawahirul Bukhari (Surabaya: Haromain, 2006)

2
B. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Keteladanan?
2. Apa saja ayat-ayat alqur’an yang mengandung keteladanan?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian keteladanan
2. Untuk mengetahui ayat-ayat alquran yang mengandung keteladanan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KETELADANAN
Teladan dalam term al-Quran disebut dengan istilah “uswah“ dan
“Iswah” atau dengan kata “al qudwah” dan “al qidwah” yang memiliki arti
suatu keadaan ketika seseorang manusia mengikuti manusia lain, apakah
dalam kebaikan, dan kejelekan. Jadi “keteladanan” adalah hal-hal yang ditiru
atau dicontoh olehseseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang
dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat
pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian
“uswatun hasanah”. Dari definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa metode
keteladanan merupaka suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam
proses pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru
(modeling). Namun yang dikehendaki dengan metode keteladanan dijadikan
sebagai alat pendidikan Islam dipandang keteladanan merupakan bentuk
prilaku individu yang bertanggung jawab yang bertumpu pada praktek secara
langsung.
Keteladanan (Uswah hasanah) Dari segi bahasa metode berasal dari dua
perkataan, yaitu meta dan hodos, Meta berarti “melalui” dan hodos berarti
“jalan” atau “cara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“metode” adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. 6 Dengan demikian,
maka metode merupakan sebuah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang
supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan
atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan
lainnya.Sedangkan keteladanan dasar katanya “teladan” yaitu: “(perbuatan
atau barang dsb.) yang patut ditiru dan dicontoh.” Oleh karena itu keteladanan
adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “keteladanan”
dasar katanya “teladan” yaitu: “(perbuatan atau barang dsb,) yang patut ditiru

6 Taklimudin and Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam Dalam Persfektif Quran.”

4
dan dicontoh.”Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru
atau dicontoh. Dalam bahasa Arab “keteladanan” diungkapkan dengan kata
“uswah” dan “qudwah” bentuk dari huruf-huruf; hamzah, as-sin, dan al-wau.
Artinya “pengobatan dan perbaikan.”kata “uswah“ dan “al-Iswah”
sebagaimana kata dalam term Al-Quran berarti suatu keadaan ketika
seseorang manusia mengikuti manusia lain. Baik dalam kejelekan.Untuk itu,
lafad “uswah” harus diidhafahkan pada “hasanah”.Yaitu contoh atau teladan
yang baik
Keteladanan merupakan sikap dan perbuatan yang dilakukan baik
sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang dan menjadi contoh untuk
orang lain yang ada disekitarnya. Keteladanan seorang guru misalnya, dalam
kegiatan sehari-harinya guru akan menjadi cermin bagi siswa di sekolah,
maka dari itu guru harus mengedepankan aspek sikap dalam bentuk aksi
nyata dari pada hanya sekedar nasihat tanpa dibuktikan perbuatan. Oleh
karena itu, guru merupakan sosok figur yang didambakan kehadiran dan
peranannya dalam pendidikan. Tidak akan pernah menjadi teladan seorang
guru apabila ia hanya bertugas memberikan prinsip dan ilmu saja. Akan
tetapi, jauh lebih bermakna apabila seorang guru memberikan cerminan
dalam mengaplikasikan prinsip dan ilmu tersebut. Sebesar apa pun prinsip
yang diberikan kepada siswa jika tanpa disertai keteladanan maka tidak
bermakna apa-apa.
Uswah Hasanah diterjemahkan dengan panutan yang baik. Uswah bisa
dibaca dengan mendommahkan hamzah, bisa juga dibaca iswah dengan
membaca kasrah hamzahnya. Keduanya qira’at yang mutawatir. Kata ini bisa
jadi merupakan kata jadian masdar dari asa-ya’su-aswan-asan, yang artinya
mengikuti iqtida’ atau nama dari sesuatu yang diikuti. Akar katanya alif-sin-
waw yang mempunyai arti menyembuhkan, memperbaiki dan mendamaikan.
Seorang dokter disebut al-asi. Ungkapan “asatu al-jurh” artinya aku
mengobati kamu. Asautu baina qaum artinya aku mendamaikan dua
kelompok itu. Bagaimana hubungan antara arti memperbaiki, mengobati,
mendamaikan dengan arti panutan yang merupakan arti dari dua kata uswah,

5
barangkali karena orang yang pekerjaannya mendamaikan, mengobati patut
untuk menjadi panutan.7
Dalam al-Qur’an kata uswah hasanah disebutkan tiga kali pada Q.S
alAhzab yang menjelaskan tentang perang ahzab atau khandak dan Q.S
alMumtahanah yang menceritakan tentang dakwah nabi Ibrahim. Padahal
uswah hasanah bukan hanya dalam kejadian tersebut saja. Banyak cerita nabi-
nabi lain yang bisa kita jadikan uswah. Misalkan keteladanan Ashab alKahf
pada QS. al-Kahf ayat 9-26, menceritakan keteladanan sekelompok pemuda
yang mempertahankan iman mereka kepada Allah swt. dan mengingkari
keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala.
Mereka hidup di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas menyembah
berhala, akan tetapi mereka masih mempertahankan keimanan yang diyakani
oleh mereka. Kemudian mereka lebih memilih mengasingkan diri di gua
karena khawatir akan gangguan oleh masyarakat, mereka berdo’a kepada
Allah agar mencurahkan rahmatNya bagi mereka di dalam gua tersebut,
kemudian Allah swt mengabulkan permohonan mereka dan Allah tidurkan
mereka selama 309 tahun.8 Dan masih banyak lagi kisah yang dapat kita
teladani dalam al-Qur’an.
Dengan demikian “keteladanan”atau “uswah hasanah” adalah hal-hal
yang ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain yang memiliki nilai
positif. Sehingga yang dikehendaaki dengan keteladanan (uswah hasanah) di
sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam,
yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian“uswah hasanah”
Menurut Mohamamad Surya (2003: 95) keteladanan adalah kunci dan
suatu cerminan untuk siswa yang patut ditiru dan dicontoh. Keteladanan
pendidik dimulai dari penampilan, tindakan, ucapan, pakaiannya, kualitas
keilmuan, kepemimpinan, keikhlasan, kejujuran, maupun cara menghadapi
masalah. Tidak mungkin guru dapat menolong siswa jika masih memiliki
persoalan yang tidak bisa dilaluinya. Dilansir dari republika.co.id bahwa

7 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid VII, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), hlm.
639.
8 Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an: Pelajaran Dari Orang-Orang Dahulu, Ma‘a Qashashis-
Sābiqīna Fil-Qur’an, terjemahan Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jilid II,
hlm. 35-36

6
perundungan saat ini marak terjadi karena anakanak khususnya di Indonesia
kekurangan sosok teladan yang baik. Tayangan media saat ini kebanyakan
hanya hiburan yang tidak mendidik. Belum lagi tayangan yang memberikan
efek negatif pada anak dalam berita-berita terkini misalnya lemparlemparan
kursi, tawuran, kekerasaan, pornografi, tindakan asusila dan lain sebagainya.
Anak melihat gurunya, orang tua yang bertengkar, secara disadari atau tidak
akan mempengaruhi jiwa anak karena seorang anak adalah peniru yang paling
baik. Oleh karena itu, sebagai orang dewasa hendaknya mencontohkan hal-
hal yang baik saja.
Dalam observasi perkembangan anak didik di dalam buku (William
Stern) yang terkenal dengan teori konvergensinya bahwa pribadi seseorang
dapat dengan mudah terbentuk oleh lingkungannya melalui pengembangan
potensi dasar yang ada pada diri individunya. Potensi dasar ini lah yang kelak
menjadi penentu tingkah laku seseorang (melalui proses). Maka, yang harus
dihindari sejak dini adalah potensi dasar seseorang yang menyimpang.
Dengan kata lain, potensi dasar tesebut harus selalu diarahkan kepada tujuan
yang baik sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan optimal.
Keteladanan dan pembiasaan baik merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam mengembangkan potensi dasar manusia ke arah yang lebih
baik. Pendekatan keteladanan memberikan dampak yang baik terhadap
perkembangan akhlak mulia. Metode keteladanan dapat dimaknai sebagai
metode pemberian contoh yang baik kepada siswa, baik dalam hal ucapan
maupun perbuatan. Metode ini akan berdampak pada kebiasaan seseorang
khususnya pada tingkah laku dan sikap seseorang yang pada dasarnya semua
manusia senang meniru. Maka, jika seseorang melihat kebiasaan baik dari
lingkungannya, mereka pun akan dengan cepat mencontohnya (Fathani,
2008).

B. AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG KETELADANAN (USWAH)


Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang menjadikan Al-Quran
dan Al-hadits (sunnah) sebagai sumber rujukan utamanya. Dalam Al-Quran
kata-kata keteladanan yang diistilahkan dengan uswah, hal ini bisa dilihat

7
dalam berbagai ayat yang terpencar-pencar, diantaranya yaitu sebagaimana
yang dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat: 21 yang artinya
sebagai berikut:

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخَر َو َذ َك َر َهّٰللا َك ِثْيًر ۗا‬

Terjemahan Kemenag 2019

21. Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.

Ayat ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah saw. baik
dalam ucapan, perbuatan maupun perlakuannya. Ayat ini merupakan perintah
Allah kepada manusia agar meneladani Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa
Al Ahzab, yaitu meneladani kesabaran, upaya dan penantiannya atas jalan keluar
yang diberikan oleh Allah Azza wa jalla. Yakni, ujian dan cobaan Allah akan
membuahkan pertolongan dan kemenangan sebagaimana yang Allah janjikan
kepadanya9
Menurut Muhammad Jamaluddin al-Qasimy bahwa sesungguhnya pada diri
Rasulullah itu terdapat suri tauladan yaitu orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangannya) di hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Maksudnya adalah di dalam akhlak dan prilaku rasulullah itu terdapat suri
tauladan yang baik karena di sana terdapat ketetapan dan ketegaran hati di saat
menghadapi cobaan dan situasi yang berat. Padahal hal ini sangat dibutuhkan atau
diperlukan. Dan juga di sana di dapati kesabaran ketika menghadapi cobaan dan
ancaman. Jiwa beliau tetap tabah dan tenang dalam menghadapi segala situasi dan
keadaan.Tidak mengeluh dalam kesulitan, tidak merasa rendah terhadap hal-hal
yang besar.Meski dalam keadaan lemah beliau tetap teguh dan sabar sebagaimana
orang yang beriman untuk selalu unggul.Barang siapa bisa bersabardalam berdoa
kepada Allah ketika menghadapi situasi yang berat seperti ini maka dia
merupakan orang yang punya derajat tinggi.10 Sementara itu berkaitan dengan

9 Taklimudin and Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam Dalam Persfektif Quran.”
10 Taklimudin and Saputra.

8
teladan yang diberikan oleh Rasulullah SAW dalam menjalani hubungan antar
sesama manusia (berakhlak) yaitu bisa dilihat dalam Al-Quran surat Al-Fath ayat:
29 yang artinya yaitu sebagai berikut:

‫ُمَح َّم ٌد َّر ُسْو ُل ِهّٰللاۗ َو اَّلِذ ْيَن َم َع ٓٗه َاِش َّد ۤا ُء َع َلى اْلُك َّفاِر ُر َح َم ۤا ُء َبْيَنُهْم َتٰر ىُهْم ُر َّك ًعا ُسَّجًدا َّيْبَتُغ ْو َن َفْض اًل‬
‫ِّم َن ِهّٰللا َو ِرْض َو اًناۖ ِس ْيَم اُهْم ِفْي ُوُجْو ِهِهْم ِّم ْن َاَثِر الُّسُجْو ِد ۗ ٰذ ِلَك َم َثُلُهْم ِفى الَّتْو ٰر ىِةۖ َو َم َثُلُهْم ِفى‬
‫اِاْل ْنِج ْيِۚل َكَزْر ٍع َاْخ َر َج َش ْط َٔـٗه َفٰا َز َر ٗه َفاْسَتْغَلَظ َفاْسَتٰو ى َع ٰل ى ُسْو ِقٖه ُيْع ِج ُب الُّز َّر اَع ِلَيِغ ْيَظ ِبِهُم‬
ࣖ‫اْلُك َّفاَر ۗ َو َعَد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت ِم ْنُهْم َّم ْغ ِفَر ًة َّو َاْج ًرا َع ِظ ْيًم ا‬

Terjemahan Kemenag 2019

29. Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi),
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-
tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan)
dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya,
kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya.
Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka
diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang
kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Dalam ayat di atas, kita dapat meneladani bagaimana contoh yang diberikan
Rasulullah SAW dalam menjaga hubungannya dengan sesama muslim yang
senantiasa berkasih sayang dan mempererat silaturrahmi atau ukhwah, dilain
pihak Rasulullah SAW juga memperlihatkan betapa kita tidak boleh bekerja sama
(menjalani hubungan kemitraan) yang didasarkan atas kekufuran. Bukan
sbaliknya yang bekerja sama dengan orang-orang kufur dan bermusuhan dengan
sesama muslim. Dalam berlangsungnya proses pendidikan metode keteladanan

9
dapat diterapkan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung (direct) dan secara tidak
langsung (indirect).11
Adapun beberapa ayat keteladanan (uswah hasanah) berdasarkan ayat yang
secara langsung dan tidak langsung (artinya dalam ayat tersebut tidak menyatakan
Istilah uswatun hasanah tetapi maksud yang dikehendaki adalah uswatun hasanah
(contoh yang baik). Q.S Al-Mumtahanah ayat 4 :

‫َقْد َكاَنْت َلُك ْم ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِفْٓي ِاْبٰر ِهْيَم َو اَّلِذ ْيَن َم َع ۚٗه ِاْذ َقاُلْو ا ِلَقْو ِم ِهْم ِاَّنا ُبَر ٰۤء ُؤا ِم ْنُك ْم َو ِمَّم ا َتْعُبُد ْو َن‬
‫ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللاۖ َكَفْر َنا ِبُك ْم َو َبَدا َبْيَنَنا َو َبْيَنُك ُم اْلَع َداَو ُة َو اْلَبْغ َض ۤا ُء َاَبًدا َح ّٰت ى ُتْؤ ِم ُنْو ا ِباِهّٰلل َو ْح َد ٓٗه ِااَّل َقْو َل‬
‫ِاْبٰر ِهْيَم َاِلِبْيِه َاَلْسَتْغ ِفَر َّن َلَك َو َم ٓا َاْمِلُك َلَك ِم َن ِهّٰللا ِم ْن َش ْي ٍۗء َر َّبَنا َع َلْيَك َتَو َّك ْلَنا َو ِاَلْيَك َاَنْبَنا َو ِاَلْيَك‬
‫اْلَم ِص ْيُر‬
Terjemahan Kemenag 2019

4. Sungguh, benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada
kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu
sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekufuran)-mu dan telah nyata antara
kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja.” Akan tetapi, (janganlah engkau teladani)
perkataan Ibrahim kepada ayahnya,713) “Sungguh, aku akan memohonkan
ampunan bagimu, tetapi aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah
terhadapmu.” (Ibrahim berkata,) “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami
bertawakal, hanya kepada Engkau kami bertobat, dan hanya kepada Engkaulah
kami kembali”.

713) Nabi Ibrahim a.s. pernah meminta ampunan kepada Allah untuk ayahnya
yang musyrik. Ini tidak boleh ditiru karena Allah tidak membenarkan orang
mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surah an-Nisā’ [4]:
48).

Menurut penafsiran M. Quraish Shihab Ayat ini menyatakan: Sungguh telah


terdapat buat kamu wahai orang-orang beriman suri tauladan yang baik pada

11 Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak dalam Islam,
(Bandung: al-Bayan, 1998), hal. 39

10
sikap, tingkah laku dan kepribadian Nabi Ibrahim dan orang-orang beriman yang
bersama dengannya atau para nabi sebelum Nabi Ibrahim as. Teladan itu antara
lain ketika mereka berkata dengan tegas kepada kaum mereka yang kafir:
“Sesungguhnya kami tanpa sedikit keraguan pun terlepas diri dari kamu walaupun
kamu adalah keluarga kami dan tentu saja kami pun terlepas diri dari apa yang
kamu sembah selain Allah karena itulah yang menjadi sebab keberpisahan kami
dengan kamu. Kami mengingkari, menolak lagi tidak merestui kekafiran
kamu.Kalau dahulu perselisihan dan perbedaan kita masih terpendam di dalam
lubuk hati, kini hal itu telah demikian kuat dan kini telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian akibat penolakan kamu menyembah Tuhan
Yang Maha Esa dan kehendak kamu mengembalikan kami kepada kekufuran.
Kebencian dan permusuhan buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah Yang Maha Esa semata-mata; Tetapi ucapan Ibrahim kepada orang tuanya:
yaitu : “Sesungguhnya aku pasti akan memohonkan ampunan bagimu karena
hanya itu yang dapat akulakukan dan aku tidak memiliki sesuatu apapun untukmu
atas hal-hal yang bersumber dari kuasa Allah yang dapat dijatuhkan-Nya
kepadaMu. Ucapan Nabi Ibrahim ini janganlah kamu teladani karena Nabi
Ibrahim mengatakannya sebelum dia mengetahui bahwa orang tuanya tetap
bersikeras memusuhi Allah. Setelah nabi mulia itu mengetahui, ia pun berlepas
diri.12 Sebagai mana dijelaskan dalam Q.S Al-Mumtahanah ayat 6

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْيِهْم ُاْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُجوا َهّٰللا َو اْلَيْو َم اٰاْل ِخ َۗر َو َم ْن َّيَتَو َّل َفِاَّن َهّٰللا ُهَو اْلَغ ِنُّي‬
٦ ࣖ ‫اْلَحِم ْيُد‬
Terjemahan Kemenag 2019

6. Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) benar-benar terdapat suri
teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah
dan (keselamatan pada) hari Kemudian. Siapa yang berpaling, sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Menurut penafsiran ibnu katsir bahwa ayat tersebut Allah SWT berfirman
kepada orang-orang yang beriman yang bermusuhan dengan orang-orang kafir

12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hal. 162

11
untuk melepaskan diri dari mereka, “sesungguhya telah ada suri tauladan yang
baik bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersamanya,”yaitu para pengikut
beliau yang beriman(kepada Allah)”. Kecuali soal permohonan ampunan Ibrahim
untuk ayahnya, karena permohonan itu hanyalah karena Ibrahim terlanjur berjanji
untuk meminta ampun bagi ayahnya. Namun setelah Ibrahim mengetahui bahwa
ayahnya musuh Allah kemudian ia melepaskan diri dari padanya.13
Senada dengan hal tersebut Prof. Dr. Hamka, dalam tafsir alAzhar menegaskan
bahwa Nabi Ibrahim memohonkan ampunan untuk ayahnya kepada Allah, asal
ayahnya itu berjanji akan kembali ke jalan yang benar. Ibrahim adalah seorang
yang sangat halus perasaannya, dikatakan kepada ayahnya ia akan benar-benar
memintakan ampunan karena kesanggupannya hanyalah memohon, dan kuasanya
tidak lebih dari itu. Yang Maha Kuasa hanyalah Allah semata. Tetapi setelah janji
itu tidak terpenuhi oleh ayahnya, dan bagaimanapun halus perasaanya dan sangat
cintanya Ibrahim kepada ayahnya setelah ia tahu bahwa ayahnya benar-benar
musuh Allah kemudia ia berlepas diri dari padanya.14
Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat disimpulkan bahwa Nabi Ibrahim
telah mengedepankan keteladanan dalam beberapa hal.Sebagai pendidik, Nabi
Ibrahim tampil sebagai teladan dengan kasih sayang dan lemah lembut.Dalam
hubungan ini hendaknya seorang guru atau pendidik tidak boleh berlaku kasar
kepada muridnya, tidak boleh menghina murid yang sedang berkembang.Kasih
sayang dan lemah lembut yang ditunjukkan seorang guru tersebut sejalan dengan
psikologi manusia.Diketahui bahwa kegairahan dan semangat belajar seorang
murid atau sebaliknya, sangat bergantung kepada hubungan antara murid dengan
guru. Q.S Al-An’am ayat 90

‫ٰۤل‬
٩٠ ࣖ ‫ُاو ِٕىَك اَّلِذ ْيَن َهَدى ُهّٰللا َفِبُهٰد ىُهُم اْقَتِد ْۗه ُقْل ٓاَّل َاْس َٔـُلُك ْم َع َلْيِه َاْج ًر ۗا ِاْن ُهَو ِااَّل ِذ ْك ٰر ى ِلْلٰع َلِم ْيَن‬
Terjemahan Kemenag 2019

90. Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka,
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak meminta

13 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul…, hal. 671


14 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, jilid 9 Cet ke-3 (Singapura: Pustaka
Nasional PTE LTD, 1999), hal. 7296

12
imbalan kepadamu atasnya (menyampaikan Al-Qur’an).” (Al-Qur’an) itu
hanyalah peringatan untuk (umat) seluruh alam.

Allah memerintahkan kepada Rasulullah supaya megikuti para nabi


terdahulu dan meneladani mereka dalam akhlak yang terpuji dan sifat yang luhur,
seperti bersabar terhadap penganiayaan orang-orang yang bodoh dan memberi
maaf kepada mereka.15 Dan berdo‟a kepada Allah untukdiberikan kemenangan
untuk membela agama Allah. Namun perintah meneladani (mengikuti) pada para
Nabi adalah dalam hal aqidah yakni mengesakan Allah dan syari‟at yang dibawa
nabi Muhammad yakni syariat Islam dan ahlakul karimah sebagaimana yang
dipraktekkan nabi Muhammad SAW. Hal ini dijelaskan di dalam Q.S Ath-Thur
ayat 21

‫َو اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو اَّتَبَع ْتُهْم ُذ ِّرَّيُتُهْم ِبِاْيَم اٍن َاْلَح ْقَنا ِبِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َم ٓا َاَلْتٰن ُهْم ِّم ْن َع َم ِلِهْم ِّم ْن َش ْي ٍۗء ُك ُّل‬
٢١ ‫اْم ِرٍئ ۢ ِبَم ا َك َسَب َر ِهْيٌن‬

Terjemahan Kemenag 2019

21. Orang-orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami akan mengumpulkan anak cucunya itu dengan mereka (di dalam
surga). Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka.
Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan
Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya.”20 Ayat di atas menurut Thabathaba‟i
merupakan salah satu penyampaian berita gembira tentang anugerah Allah kepada
orangorang beriman, bahwa anak cucu mereka akan mengikuti mereka masuk ke
surga sehingga lebih sempurna lagi kegembiraan mereka. Thabathaba‟i juga
menguraikan perbedaan antara kata ittaba‟athum dengan ilhaqna bihim.
Menurutnya, yang pertama menunjukkan adanya kesamaan antara yang mengikuti

15 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Toha Puta, 1987), hal. 320.

13
dan yang diikuti dalam bidang keikutan tersebut, yakni keduanya beriman dengan
obyek imanyang sama dan sah, sedang yang kedua yakni alhaqna mengandung
makna keikutan tetapi yang mengikuti
 Pandangan Al-Qur’an Terkait Ketauladanan
Pandangan Al-Quran terkait dengan keteladanan (uswatun hasanah).
Al-Quran adalah kitab yang diturunkah oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagai mukjizat, yang sudah dibukukan dalam satu mushaf, diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas serta membacanya
merupakan ibadah. Pendidik atau orang tua dalam segala tingkah lakunya
menjadi sorotan bagi peserta didik dan masyarakat. Pentingnya akan
pendidikan keteladanan (Tarbiyah bi al-qudwah) bagi para pendidik atau orang
tua terhadap anak asuhnya, Abdullah Nashih Ulwan dalam Tarbiyatu al-Aulad
fi al-Islam mengatakan bahwa keteladanan (uswah hasanah) adalah sebuah
metode pendidikan yang memberikan pengaruh pada diri dan jiwa anak. Hal itu
karena seorang pendidik merupakan contoh nyata dalam pandangan anak.
Contoh-contoh yang baik itulah yang akan ditiru oleh anak dalam berprilaku
dan berakhlak. Dari sini kita dapat melihat bahwa keteladanan punya peranan
penting terhadap baik dan buruknya anak. Jika seorang pendidik mempunyai
sifat yang jujur dan dapat dipercaya, maka si anak akan tumbuh dan
berkembang seperti itu pula. Begitu sebaliknya jika seorang pendidik
mempunyai sifat pendusta maka peserta didik akan berkembang dengan
berprilaku pendusta. Kaitannya dengan hal tersebut, Abdurahman an-Nasr asy-
Sya‟dy dalam menafsirkan uswah (keteladanan) menjadi dua yakni uswah
hasanah dan uswah syayyiah (teladan baik dan buruk).16
Dari dualisme kutub yang berlawanan tersebut pendidik dituntut
memiliki prilaku yang pantas ditiru sebagai mana yang dikehendaki oleh
AlQuran. Sehingga pendidikan Islam tidak hanya sebuah konsep tetapi
merupakan pendidikan yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari.Muhammad Nasib ar-Rifa‟i menegaskan bahwa keharusan meneladani
nabi Muhammad SAW dalam ucapan, perbuatan, maupun prilaku.
Bentuk keteladanan dicontohkan oleh Nabi Saw yang perlu kita ikuti

16 Abdurahman an-Nasr asy-Sya‟diy, Tafsir al-Karimi al-Rahmani fi Tafsiri Kalami alMannani, Juz I,
(Bairut: Alimu al-Kitab, 1414 H/1993 M), Cet. ke-2, hal. 267

14
seperti; qudwah alibadah (mencontoh dalam beribadah), qudwah zuhud,
qudwah tawadu‟, qudwahalkarimah, qudwah syaja‟ah, qudwah al-quwad al-
jasadiyah, qudwah hasan alsiyaasah.17 Dengan mencontoh apa yang diperbuat
oleh nabi dan mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat tentunya akan
tercapai sebuah kehidupan yang dinamis dan tercapai kehidupan yang tentram
penuh dengan naungan dan rahmat dari Allah.
Pendidikan keteladanan merupakan tiang penyangga dalam upaya
meluruskan penyimpangan moral dan prilaku anak. Bahkan keteladanan
merupakan asas dalam meningkatkan kualitas anak menuju kemuliaan,
keutamaan dan tata cara bermasyarakat. Dengan demikian, keteladanan orang
tua dalam keluarga akan menjadi faktor penentu baik buruknya anak. Jika
orang tua sebagai pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, maka
kemungkinan anak akan tumbuh sifat-sifat mulia. Anak yang dibesarkan
dengan celaan dan permusuhan, ia akan belajar memaki dan berkelahi. Tetapi
sebaliknya seorang anak jika dibesarkan dengan rasa aman dan penuh kasih
sayang serta persahabatan maka ia akan belajar keadilan dan belajar
menemukan cinta dalam kehidupan Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam
merupakan pedoman yang sempurna bagi dunia pendidikan, baik baik dari
aspek filsafat, azaz-azaz, metode maupun media pengajarannya.Al-Quran
merupakan therapy (obat) bagi krisis yang tengah melanda dunia pendidikan
Islam dan memperbaiki prilaku manusia sebagai kholifatullah fil ardli,
sehingga tercipta sistem harmonis dan kokohnya sendi-sendi kehidupan sosial
masyarakat.
Untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan jiwa yang terdidik dan konsisten
dengan rambu-rambu, al-shirathal al-mustaqim. Pendidikan Islam bertujuan
menciptakan manusia yang saleh dan ideal dalam atmosfer kehidupan sosial
masyarakat, sekaligus berusaha untuk kebahagiaan akhiratnya.Jika kita
menginginkan pendidikan Islam tetap menjadi sesuatu yang istemewa dan
memiliki fungsi, maka harus dilakukan internalisasi nilai-nilai Al-Quran dalam
berbagai aspeknya. Upaya ini hendaknya senantiasa diperhatikan dan
dilakukan secara serius, intensif, dan berkelanjutan oleh pakar pendidikan

17 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah…, hal. 612 – 618

15
untuk menatap masa depan dimensi Al-Quran terhadap uswah dalam
pendidikan Islam secara integral memiliki potensi positif yang bermuara pada
etika moral.
Pendidikan moral merupakan pendidikan yang paling urgen dalam
kehidupan bermasyarakat. AlQur‟an bila ditelaah secara intensif
mengisyaratkan akan tata kehidupan yang lebih baik di hari yang akan datang.
Rasulullah, sebagai muallimul awwal fil Islam, pendidik pertama dalam Islam,
bertugas membacakan dan menyampaikan dan mengajarkan Al-Quran kepada
manusia, mensucikan diri dari dosa, menjelaskan mana yang halal dan mana
yang haram, serta menceritakan kehidupan manusia dimasa silam dan
mengkaitkanya dengan kehidupan zamannya serta memprediksikan zaman
yang akan datang. Dengan demikian, tampaklah jelas bahwa pendidik bertugas
dan bertanggung jawab seperti rasul, tidak terikat pada ilmu atau bidang studi
yang diajarkannya, yakni menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang
terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas kemanusiaan dan tugas-tugas
ketuhanan.
 Nilai-nilai Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang
dapat dicontohi oleh orang lain. Muhammad Nasib Ar-Rifa‟ dalam Tafsir Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri
teladan yang baik bagimu. Maksudnya adalah mengapa kamu tidak mengikuti
dan meneladani perilaku Rasulullah. Karena itu, Allah SWT berfirman, “yaitu
bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan hari kiamat. Dan dia
banyak mengingat Allah.”18 Dalam redaksi lain Muhammad Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Mishbah menafsirkan ayat 21 surat Al-Ahzab, mengatakan
bahwa rasul adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran,
tetapi juga sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan
Allah Swt kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan bahwa Kami tidak
mengurus engkau untuk membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar
engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kepribadian Nabi Muhammad SAW
yang mulia itu tentu saja menjadi rahmat bagi orang yang meneladaninya,

18 Muhammad Nasib Ar-Rifa’, Kemudahan Dari Allah : Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Penrjm,
Syihabuddin., Cet-1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hal. 841..

16
memahami, menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan ini
terdapat beragam perilaku yang ditampilkan pengikutnya guna meneladani
Nabi Muhammad Saw.19
Adapun mengenai sosok kriteria keteladanan seorang muslim menurut
komentar Al-Ustaz Musthafa Masyhur dalam sebuah bukunya dapat penulis
jelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1) Kriteria pertama yang terpenting adalah bahwa seorang muslim teladan
harus mempunyai aqidah yang lurus. Aqidah tauhid yang ada pada dirinya
harus bersih dan tidak terkotori oleh noda-noda yang mencemarkan
kebersihan dan kesuciannya.
2) Seorang akh muslim harus melaksanakan amal ibadah yang fardhu dengan
pelaksanaan yang shahih dan lurus.
3) Al-Akh muslim harus menjadikan seluruh hidupnya untuk ibadah.
4) Dia harus memperbanyak tilawatil qur‟an dengan tartil dan berusaha untuk
menghafal yang sekiranya mudah untuk di baca ketika Qiyamullail.
5) Dia harus tafaquh fiddin (mendalami agama) dan berusaha untuk
menambah pengetahuan dalam bidang itu serta memahami permasalahan
Islam dan kaum muslimin.20
Fungsi dan tujuan pokok keteladanan adalah meraih derajat takwa dan
mulia di sisi Allah Swt. Mulai dari fungsi moral-etis, fungsi keagamaan,
fungsi sosial, hingga fungsi yang lainnya. Salah satu fungsi keteladanan
adalah yang bersifat internal, fungsi moral, dan etis. Kejujuran,
keteladanan, kedisiplinan, rendah hati, pengendalian hawa nafsu, saling
menghargai, sebagian dari perwujudan dari fungsi moral dan etis dalam
keteladanan. Dengan demikian, keteladanan itu dapat berupa kesengajaan.
Dalam hal ini, Heri Jauhari menyatakan bahwa “keteladanan kadangkala
diupayakan dengan cara disengaja, yaitu pendidik sengaja memberi contoh
yang baik kepada para peserta didiknya supaya dapat menirunya”21 .

19 Quraish Shihab, 2009: 159


20 Al-Ustaz Musthafa Masyhur, Teladan Di Medan Dakwah,Cet-3, (Surakarta: Era Intermedia,
2000), hal. 27
21 Heri Jauhari Muchatar, Fiqih Pendidikan, Cet.1., (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2005), hal. 224

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut Pendidikan keteladanan dalam islam mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan yakni terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, dapat ditempuh
dengan didapatkannya dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Pendidik muslim tidak hanya
dalam lingkungan pendidikan formal saja, tetapi pendidikan juga harus informal
dan nonformal. Kita sebagai umat manusia harus mengikuti perilaku keteladanan
Nabi Muhammad SAW. yang perlu kita ikuti seperti; qudwah alibadah
(mencontoh dalam beribadah) Seperti cara makan, ketakwaan. Perilaku yang
baik dan lain-lain. metode keteladanan akan memberikan kemudahan kepada
pendidik dalam melakukan evaluasi terhadap hasil dari proses belajar mengajar
yang dijalankannya. Metode keteladanan akan memudahkan peserta didik dalam
mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya selama
proses pendidikan berlangsung
Metode uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara
memberi contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya
ibadah dan akhlak. Metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode
yang mempunyai pengaruh dan terbukti dalam mempersiapkan dan membentuk
aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. pendidik dituntut memiliki prilaku
yang pantas ditiru sebagai mana yang dikehendaki dalam Al-Qur’an.
Sehingga pendidikan Islam tidak hanya sebuah konsep tetapi merupakan

18
pendidikan yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari..
Pendidikan keteladanan merupakan tiang penyangga dalam upaya
meluruskan penyimpangan moral dan prilaku anak. Bahkan keteladanan
merupakan asas dalam meningkatkan kualitas anak menuju kemuliaan,
keutamaan dan tata cara bermasyarakat. Dengan demikian, keteladanan
orang tua dalam keluarga akan menjadi faktor penentu baik buruknya
anak.
B. Saran
Dalam makalah ini kami berkeinginan pembaca dapat member kritik dan
saran yang membangun, agar kami dapat menulis makalah yang lebih baik
lagi di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, Semarang: Toha Puta, 1987


Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim, Tafsir Al-Azhar, jilid 9 cet ke-3,
(Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1999
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir Jilid III, Jakarta: Gema Insani Press, 2000
At-thabari, Studi Komparatif Tafsir, and Tafsir Al-azhâr Tafsir Al-. “Self Healing
Perspektif Al- Qur ’ an Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah Institut Ilmu Al-
Qur ’ an ( Iiq ) Jakarta 1444 H / 2022 M Self Healing Perspektif Al- Qur ’ an
Program Studi Ilmu Al- Qur ’ an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Dan
Dakwah Institut Ilmu Al-,” 2022.
Al-Ustaz Musthafa Masyhur, Teladan Di Medan Dakwah, cet-3, Surakarta: Era
Intermedia, 2000.
Heri Jauhari Muchatar, Fiqih Pendidikan, Cet.1., Bandung: Remaja RosdaKarya,
2005.
Ilyas, Asnelly, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip-prinsip Pendidikan Anak
dalam Islam, Bandung: al-Bayan, 1998
Nurdin, Nurdin. “Implementasi Keteladanan Rasulullah Saw Berdasarkan Al-
Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 21 Bagi Pendidik Era Milenial.” Tadabbur:
Jurnal Peradaban Islam 1, no. 1 (2019): 29–48.

19
https://doi.org/10.22373/tadabbur.v1i1.48.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,
Volume 4, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Taklimudin, Taklimudin, and Febri Saputra. “Metode Keteladanan Pendidikan
Islam Dalam Persfektif Quran.” BELAJEA: Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1
(2018): 1. https://doi.org/10.29240/bjpi.v3i1.383.
Ulwan, Abdullah Nasih, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, cet. ke-8, Bairut:
Dar alSalam lithaba‟ati wa al-Nasyr wa al-Tauzii‟, 1405 H/1985

20

Anda mungkin juga menyukai