Anda di halaman 1dari 15

PESERTA DIDIK PRESPEKTIF AL-QUR’AN

(AL TAHRIM:6, AL SYU’ARA:214,AL-TAUBAH:122,AL-NISA:170)

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu: Mahbub Junaidi, M.Th.I

Disusun Oleh :
Elin Rias Tuti (19054015)
Risma Elsafitri (19054020)
Fitri Ardiha Nur Kholifah (20054023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN


2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat dan
salam juga kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan kebaikan
beliau kita dituntun dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yakni agama
Islam.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi ”. Dengan ini
penulis mengangkat judul “PESERTA DIDIK PERSEKTIF AL-QUR’AN”.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengakui bahwa
manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Dalam pembuatan makalah
ini penulis banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon agar
pembimbing materi dan pembaca dapat memakluminya. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi
manfaat kepada kita semua, Aamiin.

Lamongan, 9 November 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Pengertian Peseta Didik.............................................................................3
B. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Mengandung tentang Peserta didik...............3
1. Al-Tahrim ayat 6...................................................................................4
2. Asy-Syu’ara ayat 214.............................................................................5
3. At-Taubah ayat 122............................................................................... 7
4. An-Nisa’ayat 170................................................................................... 8
C. Implementasi Ayat-Ayat Al-Qu’an bagi pesert Didik.....................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem
pendidikan Islam. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan,
tetapi pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini
membuktikan bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana
cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta
didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya,
sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya.
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan
jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik di dalam mencari nilai-
nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut
ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan
alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan
agama peserta didik.
Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT:
‫دِّينُ ا ْلقَيِّ ُم‬G‫كَ ال‬GGِ‫ق هَّللا ِ َذل‬G َ َّ‫ َر الن‬Gَ‫فََأقِ ْم َو ْج َه َك لِلدِّي ِن َحنِيفًا فِ ْط َرةَ هَّللا ِ الَّتِي فَط‬
ِ G‫ ِدي َل لِ َخ ْل‬G‫ا اَل تَ ْب‬GG‫اس َعلَ ْي َه‬
َ‫س اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫َولَ ِكنَّ َأ ْكثَ َر النَّا‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (Q.S Ar-Rum : 30)
Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang
sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya
masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten
menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Dengan demikian, maka agar
pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan fitrah anak didik.

iv
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumusakan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu peseta didik ?
2. Apa saja ayat-ayat yang mengandung tentang peserta didik ?
3. Bagaimana Implementasi Ayat-Ayat Al-Qu’an bagi peserta didik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tetang peserta didik
2. Untuk mengetahui ayat-ayat yang mengandung tentang peserta didik
3. Untuk mengetahui Implementasi Ayat-Ayat Al-Qur’an bagi peserta didik

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetian Peserta Didik Prespektif Al-Qur’an


Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah
yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan
bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya
melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah
anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak.
Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan
tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di
masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.1
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan
menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan
arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa
berarti orang yang mencari, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh
jalan spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai
derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada
sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya
disebut dengan mahasiswa.2
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik,
selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya
dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan
pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang
buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak
yang dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang
yang celaka dan binasa.

1
Abdul Mujib, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), cet. 2, h. 103
2
Abdul Mujib, Ibid., h. 104

vi
B. Ayat-ayat Al-Qur’an
1. Surat At-Tahrim ayat 6

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(QS. At-Tahrim : 6)

Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus


bermula dari rumah. Walau secara redaksional ayat tersebut tertuju kepada kaum
pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju
kepada perempuan dan lelaki (Ibu dan Ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa
(misalnya ayat memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan
perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung  jawab terhadap anak-anak
dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung
jawab atas kelakuannya. Perintah kepada orang beriman agar menjaga
keselamatan diri dan seisi rumah tangga dari api neraka.
Caranya adalah dengan menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri
dengan iman agar tidak mengikuti hawa nafsu dan senantiasa taat menjalankan
perintah Allah Swt. Islam sangat memberi perhatian terhadap religiusitas keluarga
inti (nuclear family), karenanya kepala keluarga diminta memberikan bimbingan,
nasehat dan pendidikan kepada mereka secara baik. Diharapkan dari rumah tangga
itulah dimulai menanamkan iman dan memupuk Islam. Karena dari rumah tangga
itulah akan terbentuk umat dan selanjutnya akan tegak masyarakat Islam.
Keluarga yang rapuh keimanannya, maka sendi-sendi bangunan masyarakat dan
bangsa juga akan keropos dan rapuh.3

3
https://blog.uad.ac.id/anggi1700016030/2018/05/29/memahami-isi-kandungan-qs-at-tahrim-
ayat-6/

vii
2. Asy–Syu’ara 214

Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.

(QS. Asy-Syu’ara’: 214 )

Alquran Surat Asy-syu’ara : 214 berisi perintah menjadikan keluarga


terlebih dahulu dalam arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian
kerabat jauh dan akhirnya seluruh manusia seperti yang dijelaskan dalam hadits
tadi. Selain itu Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga(orang tua) dalam pengembangan
kesadaran beragama anak sangatlah dominan. Baru kemudian kerabat jauh dan
akhirnya seluruh manusia.
Selain itu Adapun dasar operasional pendidikan yang harus kita ketahui
terdiri atas, Dasar historis, Dasar social, Dasar ekonomi, Dasar politik dan
administrative, Dasar psikologis , Dasar filosofis. Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan
keluarga (orang tua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah
dominan, hal ini menunjukkan orangtua mempunyai kewajiban untuk
memberikan pendidikan kepada anak dalam upaya menyelamatkan mereka dari
siksa api neraka.4

3. At-Taubah ayat 122

4
https://kang-purngeblog.blogspot.com/2017/12/obyek-pendidikan-islam.html

viii
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah : 122)

Allah telah menganjurkan pembagian tugas.Seluruh orang yang beriman


diwajibkan berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan
masing-masing.Tuhanpun menuntun hendaknya jihad itu dibagi kepada jihad
bersenjata dan jihad memperdalam ilmu pengetahuan dan agama.Setelah ada
pembagian tugas itu, sehingga ilmu dan pengetahuan agama bertambah
mendalam.5

Mengenai ayat ini, al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:


Dari setiap masyarakat Arab ada sekelompok orang yang berangkat mendatangi
Rasulullah SAW, kemudian mereka menanyakan tentang masalah agama yang
mereka inginkan, sekaligus mendalami ilmu agama. Mereka berkata kepada
Nabi:” Apa yang engaku perintahkan untuk kami kerjakan? Maka beliau SAW
juga memberi tahu kami hal-hal yang harus kami perintahkan kepada keluarga
kami, jika kami telah kembali kelak kepada mereka.”

Ibnu ‘Abbas mengemukakan, bahwa Nabi SAW menyuruh mereka untuk


senantiasa mentaati Allah dan Rasul-Nya.Dan beliau mengutus mereka kepada
kaumnya, agar menyuruh mereka mengerjakan shalat dan menunaikan zakat. Dan
jika mereka datang kepada kaumnya, mereka berkata: “ Sesungguhnya Barang
siapa yang memeluk Islam, berarti dia termasuk golongan kami.” Mereka juga
5
Hamka, Tasir Al-Azhar,Juz  XI, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), h. 86-91.

ix
memberi peringatan, sehingga ada seorang dari mereka yang harus berpisah ari
bapak dan ibunya.Nabi SAW memberi tahu mereka dan menyuruh agar mereka
memberi peringatan kepada kaumnya. Dan jika telah kembali kepada kaum
tersebut, maka mereka menyeru mereka supaya masuk islam dan memperingatkan
mereka dari api Neraka, serta menyampaikan kabar gembira tentang Surga.6

Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam


disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dengan
demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan,
setiap orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu,
mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.

Pada ayat ini memberi anjuran tegas kepada umat Islam agar ada
sebagaian dari umat Islam memperdalam agama.seorang yang mendalami ilmunya
dan selalu memiliki tanggung jawab dalam pencarian ilmu Allah. Hasil dari
pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi diharapkan mampu
untuk menyampaikan terhadap orang lain.

4. An-Nisa ayat 170

Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu


kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhan (Pembimbing dan
Pemelihara) kamu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. dan
jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun), karena
sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’: 170)

6
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Bogor: Pustaka Imam asy-
Syafi’i.2008), h. 296-297.

x
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul Muhammad itu
kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Rabb-mu.Maka berimanlah kamu,
itulah yang lebih baik bagimu.Yaitu, Sungguh telah datang kepada kalian
Muhammad dengan membawa hidayah, agama yang hak dan penjelasan tuntas
dari Allah. Maka berimanlah kalian dengan apa yang dibawanya dan ikutilah dia,
niscaya itu lebih baik bagi kalian.

Kemudian Allah berfirman “jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak
merugikan Allah sedikitpun)” yaitu Allah tidak membutuhkan kalian dan
keimanan kalian serta tidak akan rugi dengan kekafiran kalian. Pada ayat ini Allah
SWT berfirman, ”Dan adalah Allah Maha Mengetahui.” Yaitu, bagi orang yang
berhak mendapat hidayah diantara kalian, maka Allah SWT memberinya hidayah.
Sedangkan terhadap orang-orang yang berhak mendapatkan hinaan, maka Allah
SWT pun akan menghinakannya. Hakim “Maha bijaksana”.Yaitu pada perkataan,
syariat dan qadar-Nya. “karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu
adalah kepunyaan Allah.7

Pada surat an-Nissa ayat 170, nabi Muhammad Saw diutus dengan
membawa kebenaran kepada manusia, jadi manusia disini merupakan objek yang
hendak dituju oleh Allah melalui rasulnya untuk diberikan kebenaran. Manusia
sebagai tujuan dari dakwah Muhammad yang diutus oleh Allah merupakan objek
dari dakwah Muhammad, dalam pendidikan manusia jugalah yang menjadi objek
dikarenakan akal yang dimiliki manusia hendaklah dioptimalkan dan
diberdayakan sehingga menjadi sesuatu yang baik dan terhindar dari kedzaliman.

C. Implementasi ayat-ayat Al-Qur’an bagi peserta didik


7
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.2003), h.
466

xi
Berdasarkan penjelasan diatas, maka beberapa ayat Al-Qur’an yang
menyinggung tentang seseorang pendidik dalam pembelajaran, diantaranya
adalah Q.S. At-Tahrim ayat 6, Q.S. Asy-Syu’ara ayat 214, Q.S. At-Taubah
ayat 122 dan Q.S. An-Nisa’ ayat 170. Maka sesuai dengan ayat-ayat Al-
Qur’an yang telah dijelaskan diatas, maka implementasi ayat-ayat Al-Qur’an
bagi pendidik adalah :

1. Dalam surah at-tahrim ayat 6 dapat kita jadikan pegangan dalam membina
diri sendiri dan orang lain.
2. Proses pembinaan dimulai dari diri sendiri.
3. Perintah menjaga diri sendiri dengan tetap menjalankan perintah Allah
SWT, menjauhi laranagn Allah, dan bertaubat dari perkara yang
menjadikan murka Allah dan mendatangkan siksa.
4. mendidik diri sendiri dengan cara menjalankan terlebih dahulu perintah
Allah dan rasulnya dan jauhkan larangan Allah dan rasulnya, sampai
seseorang merasa senang dalam menjalankannya.
5. Dalam surah as-syuara dapat disimpulkan bahwa Allah menyuruh
Rasulullah SAW, agar memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya
yang terdekat dan bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan para
kerabat kecuali keimanannya.
6. Dalam surah at taubah dapat di simpulkan bahwa Orang-orang yang
berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan nilainya
dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dengan demikian
dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan,
setiap orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut
ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
7. Pada surat an-Nissa ayat 170, nabi Muhammad Saw diutus dengan
membawa kebenaran kepada manusia, jadi manusia disini merupakan
objek yang hendak dituju oleh Allah melalui rasulnya untuk diberikan
kebenaran. Manusia sebagai tujuan dari dakwah Muhammad yang diutus
oleh Allah merupakan objek dari dakwah Muhammad, dalam pendidikan
manusia jugalah yang menjadi objek dikarenakan akal yang dimiliki

xii
manusia hendaklah dioptimalkan dan diberdayakan sehingga menjadi
sesuatu yang baik dan terhindar dari kedzaliman .

xiii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu,


melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual,
dan keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia
supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang
sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama.

Peserta didik adalah orang maupun kelompok yang bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat
dipahami oleh objek pendidikan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
kaitannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman agar memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya, amin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), cet. 2, h. 103 Abdul Mujib,
Ibid., h. 104
https://blog.uad.ac.id/anggi1700016030/2018/05/29/memahami-isi-kandungan-qs-at-tahrim-
ayat-6/

https://kang-purngeblog.blogspot.com/2017/12/obyek-pendidikan-islam.html
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Bogor: Pustaka Imam asy-
Syafi’i.2008), h. 296-297.

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Bogor: Pustaka Imam asy-
Syafi’i.2003), h. 466
https://farahalkiftiyah.wordpress.com/2018/08/23/tafsir-ayat-ayat-tentang-obyek-dan-peserta-
didik-dalam-pendidikan-islam/#_ftn5

15

Anda mungkin juga menyukai