Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Dr. Yaya Sunarya, M.Pd

Dr. H. Abdul Kodir, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 5

Muhammad Agus Hidayatullah (1212030094)

Muhamad Fikri Fauzan Najib (1212030089)

Nabila Nazwa Alawiah (1212030106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB 4C

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah robbil ‘alamin, puji dan syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT, atas segala nikmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Sholawat teriring salam selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, kerabat, serta
pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Baapak Dr. Isop Syafe’i,


M.Ag. selaku Dosen mata kuliah Kurikulum Bahasa Arab yang telah
membimbing dan berkontribusi sehingga makalah yang berjudul “Hakikat
Pendidik” ini dapat terselesaikan di waktu yang tepat. Adapun tujuan
penyusunan makalah yakni untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kurikulum Bahasa Arab Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


ataupun materi yang disampaikan, karena keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya pengalaman kami. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca yang budiman untuk ketepatan makalah
ini.

Bandung, 04 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Makalah ........................................................................................... 2

BAB II 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Hakikat Pendidik .......................................................................................... 3

B. Tugas dan Peran Pendidik ............................................................................ 7

C. Kode Etik dan Karakter Pendidik ................................................................ 8

BAB III 12

PENUTUP ............................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran baik tentu saja memerlukan seorang pendidik yang baik.


Pendidik yang baik mampu menyampaikan materi dengan baik agar peserta didik
bisa memahami pelajaran dengan baik. Oleh karena itu pengaruh seorang pendidik
sangat besar bagi peserta didik.

Seorang pendidik adalah seseorang yang memelihara, menyampaikan


informasi dan membantu perkembangan seorang peserta didik agar peserta didik
bisa menjadi seseorang yang baik akhlaknya dan luas wawasannya.

Ada banyak sekali tugas seorang pendidik untuk peserta didik. adanya tugas
ini supaya tau bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik, profesional dan
menjadi pendidik yang bisa menjadi contoh bagi seorang peserta didik.

Pendidik juga bukan hanya seorang guru yang aada di sekolah atau seorang
dosen yang ada di perguruan tinggi. Seorang orang tua juga merupakan seorang
pendidik, bahkan orang tua merupakan pendidik pertama bagi seorang anak yang
tentunya sangat berpengaruh bagu masa depan seorang anak.

Bahkan manusia pertama yaitu Nabi Adam A.S. mempunyai seorang pendidik,
yaitu Allah SWT. dan pada hakikatnya seorang pendidik itu kembali kepada yang
menciptakan manusia dan menciptakan segala ilmu dan yang Maha Baik yaitu
Allah SWT..

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pendidik dalam Filsafat Pendidikan Islam?


2. Apa hakikat dari pendidik?
3. Bagaimana Pendidik dalam Al-Qur’an?
4. Apa saja tugas dan peran seorang pendidik?

1
5. Bagaimana kode etik dan karakteristik sorang pendidik dalam islam?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu Pendidik dalam Filsafat Pendidikan Islam


2. Untuk mengetahui apa hakikat dari pendidik
3. Untuk mengetahui bagaimana Pendidik dalam Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui apa saja tugas dan peran seorang pendidik
5. Untuk mengetahui bagaimana kode etik dan karakteristik sorang pendidik
dalam islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidik

Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murobbi, muallim


dan muaddib. Kata murobbi berasal dari kata robba-yurobbi (QS:17-24). Kata
muallim adalah isim fail dari allama-yuallimu sebagaimana ditemukan dalam Al-
Quran (2:31). Sedangkan kata Muaddib, berasal dari kata addaba-yuaddibu (QS
3:79&146).

Kata atau istilah «murabbi», maksud dari murobbi ini lebih mengarah ke
pemeliharaan secara jasmani maupun rohani, maksud pendidik sebagai murobbi ini
bisa dicontohkan sebagai orang tua. Sedangkan untuk kata «muallim», pada
umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada
pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan (baca:pengajaran) dari seseorang
yang lebih tahu kepada seseorang yang tidak tahu bisa dicontohkan sebagai guru di
sekolah, dosen di perguruan tinggi. Adapun istilah «muaddib», menurut Al-Attas,
lebih luas dari istilah muallim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam
(M.Naquib al-Attas, 1984:5).

Peranan orang tua sangat berpengaruh dalam mendidik anaknya karena secara
moral dan teologis keduanya dibebani tanggungjawab dalam mendidik anaknya.
Sedangkan di sekolah tanggung jawab dibebankan kepada guru, begitu juga di
masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya.
Oleh karena itu, peranan orang tua, guru dan tokoh masyarakat dapat dikategorikan
sebagai pendidik.

Hakikat pendidik dalam Islam, adalah orang-orang yang bertanggung jawab


dalam perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak
didik, baik potensi afektif, kognitif maupun potensi psikomotor. Senada dengan ini,
Mohammad Fadhli al-Jamali menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat derajat

3
manusianya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia (A.
Tafsir, 1994:75).

Didalam Al-Qur›an telah disebutkan bahwa pendidik itu ada empat,


diantaranya:

1. Allah Sebagai Pendidik

Sebagaimana dalam Al-Qur’an:

(Tuhan yang maha pemurah (1) yang telah mengajarkan Al-Qur›an (2) Dia
menciptakan manusia (3) mengajarkannya pandai berbicara(4). (Q.S Ar-Rahman
:1-4).

Menurut Al Maraghi, (1989:187) ayat ini menerangkan bahwa Allah telah


mengajari Nabi Muhammad Saw Al-Qur›an dan Nabi Muhammad mengajarkannya
pada umatnya. Dia (Allah) telah menciptakan umat manusia ini untuk mengajarinya
mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terpetik dalam sanubarinya.
Sekiranya demikian, maka Nabi Muhammad Saw tidak akan dapat mengajarkan
Al-Qur›an pada umatnya.

2. Rasul Sebagai Pendidik

Allah SWT. berfirman dalam Q.S Al-Baqarah : 151.

“Sebagaimana (kami telah sempurnakan nikmat kami kepadamu) kami telah


mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan
Hikmah (Al-Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang kamu belum
ketahui.” (Al-Baqarah:105)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah mengutus seorang Rasul yang
membacakan ayat-ayat Allah (Al-Qur›an), dan membimbing ke jalan yang benar,
membersihkan jiwa umat manusia dari berbagai kotoran perbuatan yang hina,
menjelaskan masalah-masalah yang masih samar tersebut di dalam Al-Qur›an,
(baik berupa hokum, petunjuk dan rahasia Allah dan kenapa al-Qur›an itu sebagai

4
petunjuk dan cahaya bagi umat manusia), menanamkan rahasia di dalam agama dan
juga mengajarkan pengetahuan yang tidak bersumber dari akal manusia.

3. Orang Tua sebagai Pendidik

Sebagai mana dalam Q.S Luqman : 12-19 yang artinya:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:


bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang tidak bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji (12) Dan
ingatlah ketika Luqman berkata anaknya diwaktu ia member pelajaran kepadanya,
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah benar kezaliman
yang besar (13) Dan kamiperintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku,
kamudian hanya kepadakulah kembalimu (14) Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Ku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang
itu, maka janganlah engkau mengetahui keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku, kemudian
hanya kepada-Ku lah kamu kembali, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan (15) (Luqman berkata), “Hai anak, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji Sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam
bumi, niscaya Allah akan mendatangkan (membalasnya), sesungguhnya Allah
maha halus lagi maha mengetahui (16) Hai anak ku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (17) Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri (18) dan sederhanakanlah kamu
dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai (19).” ( Q.S Luqman:12-19)

5
Dalam ayat ini Luqman (sebagai orang tua) mendidik anaknya dengan nasihat-
nasihat yang mencakup pokok-pokok tuntunan agama. Di sana ada akidah, syariah
dan akhlak tiga unsur ajaran Al-Qur’an. Disana ada akhlak terhadap Allah, terhadap
pihak lain dan terhadap diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan
ciri dari segala macam kebijakan, serta perintah bersabar yang merupakan syarat
mutlak untuk meraih sukses duniawi dan ukhrawi. (Quraisy Shihab, 2002:140)

4. Orang Lain Sebagai Pendidik

Dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi : 60-82 Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana
Nabi Khidir mengajari dan memahamkan Nabi Musa tentang hal-hal yang
diketahuinya. Khidir adalah julukan guru Nabi Musa yang bernama Balya bin
Malkam, yang menurut kebanyakan ulama bahwa Balya adalah seorang Nabi (Al-
Maraghi, 1989:343).

Pendidik bukan hanya sekedar guru, ustad, mudarris atau murabbi akan tetapi
orangtua, sekolah, masyarakat (lingkungan) dan pemerintah dikategorikan sebagai
pendidik sebab keempat faktor ini dapat menentukan keberhasilan anak didik
(Syahminan Zaini,1986:133).

Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik anaknya merupakan


tanggungjawab sunatullah, karena keduanya diberikan amanat oleh Allah Swt
untuk memelihara dan mendidik sesuai dengan tuntunan agama. Allah Swt
mengingatkan dalam firmannya:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Q.S. at-Tahrim {66}: 6)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kewajiban kedua orang tua memelihara dan
bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib
(1993:291-292) secara umum, kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah
sebagai berikut :

6
1. mendoakan anak-anaknya dengan do’a yang baik

2. memelihara anak dari api neraka

3. menyerukan shalat pada anaknya

4. menciptakan kedamaian dalam rumah tangga

5. mencintai dan menyayangi anak-anaknya

6. bersikap hati-hati terhadap anak-anaknya

7. Memberi nafkah yang halal

8. mendidik anak agar berbakti pada orang tuanya

9. memberi air susu sampai dua tahun

B. Tugas dan Peran Pendidik

Adapun tugas lain dari pendidik selain mendidik yaitu menciptakan situasi
untuk pendidikan. Yang dimaksud situasi pendidikan disini ialah suatu keadaan
dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dengan hasil
yang memuaskan. Selain itu pendidik juga harus memiliki pengetahuan-
pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan. Pengetahuan
ini jangan hanya sekedar diketahui tetapi juga harus diamalkan dan diyakini sendiri
(Marimba, 1989:38-9).

Menurut Abuddin Nata (2005:114) secara sederhana mengatakan tugas


pendidik adalah mengarahkan dan membimbing para murid agar semakin
meningkat pengetahuannya, semakin mahir keterampilannya dan semakin terbina
dan berkembang potensinya. Sedangkan tugas pokok pendidik adalah mendidik dan
mengajar.

Sedangkan tugas guru pada bagian lain adalah terhadap kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada bidang ini guru merupakan
komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak
maju kehidupan bangsa. Guru memiliki peran yang sangat penting. Peserta didik

7
sangat memerlukan bantuan guru untuk mengembangkan potensinya. Dalam
mengembangkan potensinya tersebut seorang guru memiliki peran yang banyak.
Peran-peran tersebut antara lain:

1. Sebagai pendidik;
2. Sebagai pengajar;
3. Sebagai pembimbing;
4. Sebagai pelatih;
5. Sebagai penasihat;
6. Sebagai pembaharu;
7. Sebagai teladan;
8. Sebagai pribadi;
9. Sebagai peneliti;
10. Sebagai pendorong kreativitas;
11. Sebagai pembangkit pandangan;
12. Sebagai pekerja rutin;
13. Sebagai pemindah kemah dari hal lama menjadi hal baru;
14. Sebagai pembawa ceritera;
15. Sebagai aktor;
16. Sebagai emansipator;
17. Sebagai evaluator;
18. Sebagai pengawet;
19. Sebagai kulminator (pengarah) (E.Mulyasa, 2006:37-64).

C. Kode Etik dan Karakter Pendidik

Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang bermakna tulisan (kata-kata
atau tanda) secara konvesional kata ini dimaksud sebagai alat yang digunakan
telegram untuk menyampaikan pesan. Sedangkan etik dapat bermakna susila, sikap,
perangai atau akhlak. Dengan demikian kode etik secara kebahasaan bermakna
ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tata susila dan akhlak (Abudin Nata,
2007:136).

8
Berdasarkan pengertian di atas, maka kode etik atau akhlak memiliki ciri
sebagai berikut:

Pertama, sesuatu perbuatan yang telah mendarah daging dan menyatu menjadi
kepribadian karena hal ini dapat membentuk karakteristik dan ciri yang
membedakan individu satu dengan individu lainnya.

Kedua, tindakan dan tikah laku tersebut dilakukan dengan mudah dan tanpa
memerlukan pemikiran panjang.

Ketiga, perbuatan yang dilakukan itu timbul akibat perbuatan orang lain.

Keempat, tindakan atau perbuatan tersebut dilakukan atas dorongan hati nurani,
bukan karena berpura-pura atau bersandiwara.

Kelima, perbuatan atau tindakan tersebut dilakukan karena Allah Swt dengan
niat ikhlas tanpa pamrih sehingga perbuatan tersebut bernilai ibadah dan kelak
mendapatkan balasan dari Allah Swt.

Dengan demikian, kode etik adalah suatu istilah atau simbol dari wacana yang
mengarah kepada suatu perangkap perbuatan yang memiliki nilai, baik atau buruk,
pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan. Kode etik tersebut haruslah
dimiliki oleh setiap pekerja professional termasuk di dalamnya profesi seorang
pendidik (Abudin Nata, 2007 :137).

Pengertian kode etik menurut Undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang


pokok-pokok kepegawaian dinyatakan bahwa kode etik adalah sebagai pedoman
sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam dan diluar kedinamisan.Kode Etik Guru
Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya berkerja sebagi guru.

Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani yang dikutip oleh Abdul Mujib


(2006:137)

mendefinisikan kode etik pendidik sebagai berikut:

1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka
dan tabah;

9
2. Memiliki sifat penyantun dan penyayang;
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak;
4. Menghindari dan menghilangkan sikap sombong terhadap sesama manusia;
5. Memiliki sikap rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat;
6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia;
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ-nya
rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal;
8. Menjahui sifat pemarah dalam menghadapi problem peserta didiknya;
9. Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut terhadap
peserta didik yang kurang lancar bicaranya;
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didiknya, terutama
kepada peserta didik yang belum mengerti dan mengetahui;
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, meskipun
pertanyaan tersebut tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang
diajarkan;
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya;
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun
kebenaran itu datangnya dari peserta didik;
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang
membahayakan;
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari
informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya mencapai
tingkat taqarub kepada Allah Swt;
16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban
kolektif, seperti ilmu kedokteran, politik, psikologi, ekonomi dan
sebagainya) sebelum mempelajari ilmu fardu ain (kewajiban individual,
seperti aqidah, syariah dan akhlak).

Muhammad Athiyah al-Abrasyi yang dikutip oleh Ahmad Supardi (1998:85)


mengatakan, kode etik pendidik yang dikembangkan dalam pendidikan Islam
adalah penekanan peran pendidik dalam membantu mengembangkan kemampuan
anak didik. Karekteristik tersebut adalah sebagai berikut:

10
1. Pendidik haruslah seperti kedua orang yang memiliki sifat rasa kasih sayang
kepada anak didiknya sehingga pendidik dapat menyayangi anak didiknya
seperti kepada anaknya sendiri;
2. Mempunyai kemampuan dan keahlian dalam menyelenggarakan
komunikasi aktif dengan anak didiknya;
3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didik;
4. Memperlakukan semua anak didik sama, tidak membeda-bedakan dari
status sosial, kecerdasan dan lain sebagainya;
5. Memiliki sifat keadilan, kesucian dan kesempurnaan;
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitas, tidak banyak menuntut hal yang diluar
kewajibanya;
7. Dalam mengajar selalu mempergunakan pola integrated curriculum atau
keterpaduan antara satu materi dengan materi lainnya;
8. Memberikan bekal materi atau ilmu yang bersifat futuristic kepada anak
didiknya dalam mengarungi masa depannya;
9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai keperibadian yang kuat,
tanggung jawab, dan mampu mengatasi problem anak didik serta
mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam konteks filsafat pendidikan Islam, pendidik sering di sebut dengan


murabbi, muallim, dan muaddib. Istilah umum yang sering dipakai untuk
menggambarkan makna pendidikan adalah tarbiyah.

Pengertian pendidik dalam pendidikan Islam secara fungsional menunjukan


kepada seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan pengetahuan,
keterampilan, pendidikan, dan pengalaman.

Dalam pendidikan Islam paling tidak terdapat empat golongan pendidik, yaitu,
Allah SwT, Nabi atau rasul, Orang tua, Orang lain

Tugas dan peranan pendidik dalam Islam ialah mendidik anak didiknya dengan
cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan
maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidik memiliki tugas dan peranan
yang mulia.

Kode etik pendidik yang dikembangkan dalam pendidikan Islam adalah


penekanan peran pendidik dalam membantu mengembangkan kemampuan anak
didik. Kode etik memiliki peran yang penting sebagai pedoman bagi pendidik
dalam menjalankan tugas-tugasnya.Kode etik pendidik dapat berhubungan dengan
dirinya sendiri, dengan pelajaran, dan dengan peserta didik.

Pendidik harus memiliki karakter yang ideal. Karakter ideal ini diambil dari
sumber yang ideal yaitu al- Qur’an dan Sunnah. Karakter-karakter ini menjadi salah
satu bagian penting yang perlu dimiliki oleh seorang guru. Dengan dimilikinya
karakter-karakter positif guru maka akan menjadi contoh sekaligus sebagai alat
yang efektif bagi pendidik dalam pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Rosdakarya: Bandung, 2000)

Quraisy Shihab, Studi Kritis Tafsir Al-Manar, (Pustaka Hidayah, Bandung, 1994)

Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidik Islam. (Kalam Mulia:


Jakarta, 1986)

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. (Kencana Prenada
Media: Jakarta, 2006)

Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2005)

Abuddin Nata. Paradigma Pendidikan Islam. (Grasindo: Jakarta, 2001)

Ahmad Supardi, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Gunung Djati: Bandung, 1998)

13

Anda mungkin juga menyukai