HAKIKAT PENDIDIK
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 5
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
BAB III 12
PENUTUP ............................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak sekali tugas seorang pendidik untuk peserta didik. adanya tugas
ini supaya tau bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik, profesional dan
menjadi pendidik yang bisa menjadi contoh bagi seorang peserta didik.
Pendidik juga bukan hanya seorang guru yang aada di sekolah atau seorang
dosen yang ada di perguruan tinggi. Seorang orang tua juga merupakan seorang
pendidik, bahkan orang tua merupakan pendidik pertama bagi seorang anak yang
tentunya sangat berpengaruh bagu masa depan seorang anak.
Bahkan manusia pertama yaitu Nabi Adam A.S. mempunyai seorang pendidik,
yaitu Allah SWT. dan pada hakikatnya seorang pendidik itu kembali kepada yang
menciptakan manusia dan menciptakan segala ilmu dan yang Maha Baik yaitu
Allah SWT..
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimana kode etik dan karakteristik sorang pendidik dalam islam?
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidik
Kata atau istilah «murabbi», maksud dari murobbi ini lebih mengarah ke
pemeliharaan secara jasmani maupun rohani, maksud pendidik sebagai murobbi ini
bisa dicontohkan sebagai orang tua. Sedangkan untuk kata «muallim», pada
umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada
pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan (baca:pengajaran) dari seseorang
yang lebih tahu kepada seseorang yang tidak tahu bisa dicontohkan sebagai guru di
sekolah, dosen di perguruan tinggi. Adapun istilah «muaddib», menurut Al-Attas,
lebih luas dari istilah muallim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam
(M.Naquib al-Attas, 1984:5).
Peranan orang tua sangat berpengaruh dalam mendidik anaknya karena secara
moral dan teologis keduanya dibebani tanggungjawab dalam mendidik anaknya.
Sedangkan di sekolah tanggung jawab dibebankan kepada guru, begitu juga di
masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya.
Oleh karena itu, peranan orang tua, guru dan tokoh masyarakat dapat dikategorikan
sebagai pendidik.
3
manusianya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia (A.
Tafsir, 1994:75).
(Tuhan yang maha pemurah (1) yang telah mengajarkan Al-Qur›an (2) Dia
menciptakan manusia (3) mengajarkannya pandai berbicara(4). (Q.S Ar-Rahman
:1-4).
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah mengutus seorang Rasul yang
membacakan ayat-ayat Allah (Al-Qur›an), dan membimbing ke jalan yang benar,
membersihkan jiwa umat manusia dari berbagai kotoran perbuatan yang hina,
menjelaskan masalah-masalah yang masih samar tersebut di dalam Al-Qur›an,
(baik berupa hokum, petunjuk dan rahasia Allah dan kenapa al-Qur›an itu sebagai
4
petunjuk dan cahaya bagi umat manusia), menanamkan rahasia di dalam agama dan
juga mengajarkan pengetahuan yang tidak bersumber dari akal manusia.
5
Dalam ayat ini Luqman (sebagai orang tua) mendidik anaknya dengan nasihat-
nasihat yang mencakup pokok-pokok tuntunan agama. Di sana ada akidah, syariah
dan akhlak tiga unsur ajaran Al-Qur’an. Disana ada akhlak terhadap Allah, terhadap
pihak lain dan terhadap diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan
ciri dari segala macam kebijakan, serta perintah bersabar yang merupakan syarat
mutlak untuk meraih sukses duniawi dan ukhrawi. (Quraisy Shihab, 2002:140)
Dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi : 60-82 Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana
Nabi Khidir mengajari dan memahamkan Nabi Musa tentang hal-hal yang
diketahuinya. Khidir adalah julukan guru Nabi Musa yang bernama Balya bin
Malkam, yang menurut kebanyakan ulama bahwa Balya adalah seorang Nabi (Al-
Maraghi, 1989:343).
Pendidik bukan hanya sekedar guru, ustad, mudarris atau murabbi akan tetapi
orangtua, sekolah, masyarakat (lingkungan) dan pemerintah dikategorikan sebagai
pendidik sebab keempat faktor ini dapat menentukan keberhasilan anak didik
(Syahminan Zaini,1986:133).
Ayat di atas menjelaskan bahwa kewajiban kedua orang tua memelihara dan
bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib
(1993:291-292) secara umum, kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah
sebagai berikut :
6
1. mendoakan anak-anaknya dengan do’a yang baik
Adapun tugas lain dari pendidik selain mendidik yaitu menciptakan situasi
untuk pendidikan. Yang dimaksud situasi pendidikan disini ialah suatu keadaan
dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dengan hasil
yang memuaskan. Selain itu pendidik juga harus memiliki pengetahuan-
pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan. Pengetahuan
ini jangan hanya sekedar diketahui tetapi juga harus diamalkan dan diyakini sendiri
(Marimba, 1989:38-9).
7
sangat memerlukan bantuan guru untuk mengembangkan potensinya. Dalam
mengembangkan potensinya tersebut seorang guru memiliki peran yang banyak.
Peran-peran tersebut antara lain:
1. Sebagai pendidik;
2. Sebagai pengajar;
3. Sebagai pembimbing;
4. Sebagai pelatih;
5. Sebagai penasihat;
6. Sebagai pembaharu;
7. Sebagai teladan;
8. Sebagai pribadi;
9. Sebagai peneliti;
10. Sebagai pendorong kreativitas;
11. Sebagai pembangkit pandangan;
12. Sebagai pekerja rutin;
13. Sebagai pemindah kemah dari hal lama menjadi hal baru;
14. Sebagai pembawa ceritera;
15. Sebagai aktor;
16. Sebagai emansipator;
17. Sebagai evaluator;
18. Sebagai pengawet;
19. Sebagai kulminator (pengarah) (E.Mulyasa, 2006:37-64).
Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang bermakna tulisan (kata-kata
atau tanda) secara konvesional kata ini dimaksud sebagai alat yang digunakan
telegram untuk menyampaikan pesan. Sedangkan etik dapat bermakna susila, sikap,
perangai atau akhlak. Dengan demikian kode etik secara kebahasaan bermakna
ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tata susila dan akhlak (Abudin Nata,
2007:136).
8
Berdasarkan pengertian di atas, maka kode etik atau akhlak memiliki ciri
sebagai berikut:
Pertama, sesuatu perbuatan yang telah mendarah daging dan menyatu menjadi
kepribadian karena hal ini dapat membentuk karakteristik dan ciri yang
membedakan individu satu dengan individu lainnya.
Kedua, tindakan dan tikah laku tersebut dilakukan dengan mudah dan tanpa
memerlukan pemikiran panjang.
Ketiga, perbuatan yang dilakukan itu timbul akibat perbuatan orang lain.
Keempat, tindakan atau perbuatan tersebut dilakukan atas dorongan hati nurani,
bukan karena berpura-pura atau bersandiwara.
Kelima, perbuatan atau tindakan tersebut dilakukan karena Allah Swt dengan
niat ikhlas tanpa pamrih sehingga perbuatan tersebut bernilai ibadah dan kelak
mendapatkan balasan dari Allah Swt.
Dengan demikian, kode etik adalah suatu istilah atau simbol dari wacana yang
mengarah kepada suatu perangkap perbuatan yang memiliki nilai, baik atau buruk,
pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan. Kode etik tersebut haruslah
dimiliki oleh setiap pekerja professional termasuk di dalamnya profesi seorang
pendidik (Abudin Nata, 2007 :137).
1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka
dan tabah;
9
2. Memiliki sifat penyantun dan penyayang;
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak;
4. Menghindari dan menghilangkan sikap sombong terhadap sesama manusia;
5. Memiliki sikap rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat;
6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia;
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ-nya
rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal;
8. Menjahui sifat pemarah dalam menghadapi problem peserta didiknya;
9. Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut terhadap
peserta didik yang kurang lancar bicaranya;
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didiknya, terutama
kepada peserta didik yang belum mengerti dan mengetahui;
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, meskipun
pertanyaan tersebut tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang
diajarkan;
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya;
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun
kebenaran itu datangnya dari peserta didik;
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang
membahayakan;
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari
informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya mencapai
tingkat taqarub kepada Allah Swt;
16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban
kolektif, seperti ilmu kedokteran, politik, psikologi, ekonomi dan
sebagainya) sebelum mempelajari ilmu fardu ain (kewajiban individual,
seperti aqidah, syariah dan akhlak).
10
1. Pendidik haruslah seperti kedua orang yang memiliki sifat rasa kasih sayang
kepada anak didiknya sehingga pendidik dapat menyayangi anak didiknya
seperti kepada anaknya sendiri;
2. Mempunyai kemampuan dan keahlian dalam menyelenggarakan
komunikasi aktif dengan anak didiknya;
3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didik;
4. Memperlakukan semua anak didik sama, tidak membeda-bedakan dari
status sosial, kecerdasan dan lain sebagainya;
5. Memiliki sifat keadilan, kesucian dan kesempurnaan;
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitas, tidak banyak menuntut hal yang diluar
kewajibanya;
7. Dalam mengajar selalu mempergunakan pola integrated curriculum atau
keterpaduan antara satu materi dengan materi lainnya;
8. Memberikan bekal materi atau ilmu yang bersifat futuristic kepada anak
didiknya dalam mengarungi masa depannya;
9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai keperibadian yang kuat,
tanggung jawab, dan mampu mengatasi problem anak didik serta
mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pendidikan Islam paling tidak terdapat empat golongan pendidik, yaitu,
Allah SwT, Nabi atau rasul, Orang tua, Orang lain
Tugas dan peranan pendidik dalam Islam ialah mendidik anak didiknya dengan
cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan
maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidik memiliki tugas dan peranan
yang mulia.
Pendidik harus memiliki karakter yang ideal. Karakter ideal ini diambil dari
sumber yang ideal yaitu al- Qur’an dan Sunnah. Karakter-karakter ini menjadi salah
satu bagian penting yang perlu dimiliki oleh seorang guru. Dengan dimilikinya
karakter-karakter positif guru maka akan menjadi contoh sekaligus sebagai alat
yang efektif bagi pendidik dalam pembelajaran.
12
DAFTAR PUSTAKA
Quraisy Shihab, Studi Kritis Tafsir Al-Manar, (Pustaka Hidayah, Bandung, 1994)
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. (Kencana Prenada
Media: Jakarta, 2006)
Ahmad Supardi, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Gunung Djati: Bandung, 1998)
13