Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENGETAHUI FIGUR SEORANG GURU NABI MUHAMMAD GURU


YANG SEMPURNA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam Studi Al-Hadits
yang diampu oleh Arief Hidayat Afendi, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 4
1. Siti Marhamah (200641117)
2. Lelly Oktafiani (200641003)

20-D1D-R1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan kenikmatan hingga penyusun senantiasa menjalankan
aktivitas serta kegiatan semata-mata mencapai ridho Allah SWT.
Penulisan makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
terstruktur yakni Al-Islam Study Al-Hadits yang berisi tentang “Mengetahui Figur
Seorang Guru Nabi Muhammad Guru Yang Sempurna”. Namun penyusun
menyadari adanya kekurangan, baik dalam susunan kalimat atau tatanan bahasa,
dikarenakan masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam makalah ini, sehingga
saran dan kritik yang membangun dirasa sangat perlu untuk perbaikan isi makalah
di masa mendatang.
Akhir kata dari penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi mereka
yang mempelajarinya. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua.
Aamiin..

Cirebon, 12 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1. Apa pengertian guru? ................................................................................... 2
C. Tujuan Dan Manfaat .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Guru ........................................................................................... 3
B. Nabi Muhammad Guru Yang Sempurna...................................................... 4
C. Hadits Tentang Figur Seorang Guru ............................................................ 8
D. Kedudukan Dan Fungsi Hadits dalam Al-Qur‟an ...................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Satu hal yang menarik dalam ajaran Islam adalah penghargaan Islam
yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat dibawah Nabi dan Rasul, dalam
beberapa riwayat hadits mereka mendapat julukan warâtsatu al-anbiyâ
(pewaris para nabi), dan diibaratkan keunggulan mereka dibandingkan dengan
yang lain, seperti bulan purnama di tengah-tengah bintang. Islam memiliki
tokoh dan figur sentral dimana seluruh sisi kehidupannya dapat dijadikan
contoh oleh para pengikutnya, sehingga ajarannya tidak bersifat utopia dan
khayalan, melainkan terwujud dalam tataran realitas. Dan itu semua nampak
dalam pribadi Nabi Muhammad Saw.
Rasulullah SAW datang membawa perubahan besar bagi peradaban
manusia. Beliau hadir membuka jendela menyambut mentari yang menyapu
gelapnya ruang kebodohan. Beliau datang pada saat yang dibutuhkan untuk
menyampaikan risalah Tuhannya ke seluruh penjuru dunia. Beliau mendidik
dan mengajar manusia dengan akhlak dan budi pekerti mulia yang kemudian
menghantarkannya pada kesuksesan dunia akhirat.
Karakteristik pendidik yang dimiliki Rasulullah merupakan keteladanan
yang harus terus dijaga spiritnya sebagai prototype bagi para pendidik Muslim
sampai akhir dunia ini. Sejatinya, seorang pendidik memiliki sifat-sifat
tertentu sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau telah
memberikan keteladanan tentang bagaimana karakteristik seorang guru yang
baik itu. Sebagaimana yang terdapat dalam hadisnya, beliau telah
mengajarkan sifatsifat yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan
demikian penyusun menghadirkan makalah ini untuk mengetahui karakteristik
Rasulullah sebagai guru yang sempurna.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian guru?
2. Bagaimana figur Nabi Muhammad sebagai guru yang sempurna?
3. Apa saja hadits tentang figur seorang guru?
4. Bagaimana kedudukan dan fungsi hadits dalam Al-Qur‟an?

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk mengetahui definisi dari guru.
2. Untuk mengetahui figur Nabi Muhammad sebagai guru yang sempurna.
3. Untuk mengetahui hadits yang termasuk dalam figur seorang guru.
4. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi hadits dalam Al-Qur‟an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru
Hakekat guru memiliki dua pengertian yaitu pengertian secara umum
dan pengertian secara khusus. Pengertian guru secara umum adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikimotorik agar mencapai
tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas kemanusiaannya
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu pendik dalam konteks
ini bukan hanya terbatas pada orang yang bertanggung jawab mengarahkan
dan memberdayakan potensi dasar peserta didik melalui kegiatan belajar
mengajar di sekolah, tetapi pendidik adalah manusia dewasa yang
bertanggung jawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dan
berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi
yang berakhlak mulia.
Sementara itu pengertian pendidik (guru) dalam arti khusus adalah
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang memiliki
kecakapan serta keahlian dibidang didatik-metodik secara professional serta
mendapat sertifikat mengajar secara resmi yang ikut bertanggung jawab
membantu peserta didik mencapai kedewasaan melalui transfer of knowledge
dan transfer of value yang berlangsung dalam kegitan belajar mengajar di
lembaga pendidikan sehingga peserta didik mencapai keseimbangan dan
kesempurnaan aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.
Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa guru adalah sosok
manusia yang memiliki tugas cukup rumit dan berat, guru tidak hanya sebatas
menyampaikan pengetahuan dan informasi, tetapi ia juga harus mampu
membuat peserta didik menjadi manusia-manusia yang memiliki moralitas
unggul, pekerti yang tinggi serta nilai-nilai keagamaan yang mumpuni,
singkatnya menjadi manusia ideal.

3
B. Nabi Muhammad Guru Yang Sempurna
Islam memiliki tokoh dan figur sentral dimana seluruh sisi
kehidupannya dapat dijadikan contoh oleh para pengikutnya, sehingga
ajarannya tidak bersifat utopia dan khayalan, melainkan terwujud dalam
tataran realitas. Dan itu semua nampak dalam pribadi Nabi Muhammad Saw.
Maka fungsi utama diutusnya Rasulullah Saw adalah untuk menjadi bukti
hidup dan contoh nyata dari seluruh ajaran dan syariat Allah Swt yang
diturunkan melalui wahyu-Nya. Rasulullah Saw telah memperagakan semua
ajaran yang diterimanya dari Allah Swt, hal ini menjadi bukti bahwa syariat
islam bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehingga tidak ada alasan bagi
manusia untuk tidak mengikuti Islam dengan dalih ajarannya dinilai berat dan
di luar batas kemampuan manusia. Rasulullah Saw adalah tokoh yang
memiliki banyak peran. Ia adalah seorang pemimpin umat, komandan perang,
referensi bagi umat dan hakim dalam menyelesaikan berbagai masalah. Tapi
dari sekian banyak peran beliau, peran paling utama dan esensial adalah peran
sebagai seorang pendidik atau guru.
Sejatinya, seorang pendidik memiliki sifat-sifat tertentu sebagaimana
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau telah memberikan keteladanan
tentang bagaimana karakteristik seorang guru yang baik. Sebagai seorang
pendidik yang selalu mengajar umatnya dengan berbagai macam hal, beliau
memiliki karakteristik dan akhlak mulia yang begitu kuat sebagai seorang
guru, sehingga maksud dari ajarannya dapat tersampaikan dan dapat
diamalkan oleh murid-muridnya. Karena itu beliau sebagai pendidik terlebih
dahulu menunjukkan contoh dan karakter yang dapat di ikuti oleh peserta
didiknya. Oleh sebab itu, sebagai seorang pendidik sudah sepatutnya seorang
guru menerapkan dan melaksanakan karakteristik seorang pendidik ini agar
pembelajaran yang dilakukannya berhasil dengan baik. Berikut beberapa
karakteristik Rasulullah saw. sebagai seorang pendidik.
1. Serasi Antara Ucapan dan Perbuatan
Dalam sebuah pengajaran, kesesuaian antara ucapan dan perbuatan
lebih cepat dapat diterima oleh peserta didik ketimbang hanya sekedar

4
ucapan saja tanpa dibarengi oleh tindakan nyata. Oleh karena itu,
pendidik harus menegakkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari
baik sewaktu di hadapan peserta didiknya maupun dalam pergaulan di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungannya. Karena ia adalah sosok
yang akan digugu dan ditiru bukan saja oleh murid-muridnya tapi juga
masyarakat lingkungannya. Ketika Rasulullah saw. memerintahkan
manusia melakukan kebaikan dan beliau adalah orang yang paling
pertama kali melakukannya. Beliau melarang manusia dari keburukan
dan beliau adalah orang yang paling pertama kali menghindari dan
menjauhinya. Ini adalah kesempurnaan akhlak beliau. Hal itu tidaklah
aneh, karena akhlak beliau adalah Alquran.

2. Bersikap Adil Terhadap Murid


Perlakuan yang berbeda dan tidak adil terhadap peserta didik,
menyebabkan terjadi saling memusuhi di antara mereka, dan akan
tercipta jurang pemisah antara guru dan peserta didik lainnya yang
terzalimi. Oleh sebab itu, seorang pendidik harus konsisten menerapkan
sikap adil di antara peserta didiknya supaya rasa persaudaraan dan
saling cinta membudaya di antara mereka. Seperti halnya Rasulullah
memberi perhatian yang besar dalam mengajarkan nilai keadilan
kepada para sahabatnya, dengan menjelaskan kepada mereka betapa
besar pahala berlaku adil pada hari kiamat.

3. Berakhlak Mulia dan Terpuji


Rasulullah saw. adalah sosok yang paling suci dari segi ruh dan
jiwa. Beliau adalah manusia yang paling agung akhlaknya. Beliau
bukanlah sosok yang bersikap keras lagi berhati kotor, dan tidak pula
berlaku ekstrim, melainkan beliau adalah sosok yang ramah, lemah
lembut, dan penuh kasih sayang.
Lebih jelas lagi, dalam hadis disebutkan bagaimana karakter
Rasulullah dihiasi akhlak yang mulia dan penuh kasih sayang. Imam al-

5
Bukhari meriwayatkan dari „Ata‟ ibn Yasar, dia berkata: Saya bertemu
„Abdullah ibn Amr ibn al-„As, saya berkata, “Ceritakan padaku tentang
karakter Rasulullah saw. di dalam Taurat.” Dia berkata, “Ya, demi
Allah, sungguh, di dalam Taurat beliau disifatkan dengan sebagian
karakter beliau yang disebutkan di dalam Alquran: (Wahai Nabi,
sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pemberi
kabar gembira serta pemberi peringatan) juga pengayom bagi kaum
yang tidak bisa baca tulis. Kamu adalah hamba-Ku dan rasul-Ku. Aku
namai kamu dengan al-Mutawakkil, tidak keras dan juga tidak kasar,
tidak suka berteriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan
keburukan, melainkan memberi maaf dan bersikap lapang. Allah tidak
akan mewafatkannya hingga Dia meluruskan agama yang bengkok
dengannya, sampai mereka mengucapkan La Ilaha Illallah, serta sampai
Dia membuka mata-mata yang buta dengannya, juga telinga-telinga
yang tuli, dan hati-hati yang lalai (Al-Bukhari, No. 1994).

4. Humoris
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, humor adalah
komunikasi yang dilakukan guru dengan menggunakan sisipan kata-
kata, bahasa dan gambar yang mampu menggelitik siswa untuk tertawa.
Sisipan humor yang diberikan dapat berbentuk anekdot, cerita singkat,
kartun, karikatur, peristiwa sosial, pengalaman hidup, lelucon atau
plesetan yang dapat merangsang terciptanya suasana riang, rileks, dan
menyenangkan dalam pembelajaran.
Humor atau bercanda adalah bersenda gurau dengan orang lain
tanpa mencela dan menghinanya. Sedangkan humor atau canda yang
dilarang adalah yang berlebihan dan yang terus-menerus yang
seringkali berujung menyakiti, melahirkan dendam, menjatuhkan
wibawa dan harga diri. Adapun yang selamat dari perkara-perkara
tersebut, maka merupakan canda yang boleh, yang Rasulullah saw.

6
pernah melakukannya sesekali waktu untuk suatu kemaslahatan, yaitu
membuat lawan bicara merasa nyaman dan akrab.
Dari Abu Hurairah dia berkata, para sahabat berkata: “Wahai
Rasulullah, Anda bercanda dengan kami?” Beliau bersabda, “Ya, hanya
saja aku tidak mengucapkan kecuali yang benar.” (At-Tirmizi, 2006:
104).

5. Sabar dan Mampu Mengendalikan Emosi


Kemampuan untuk menguasai amarah merupakan tanda
kekuatan seorang guru bukan indikasi kelemahannya, terlebih jika guru
yang bersangkutan mampu mengimplementasikan dalam pengajaranya.
Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw. dari hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang pandai
bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan
nafsunya ketika ia marah.” (Al-Bukhari, No. 5738). Prinsip ini terdapat
pada tindakan dan ucapan beliau sebagai sosok yang mampu menguasai
amarah dan sabar. Hal itu dapat kita lihat dalam beberapa riwayat
berikut ini. 1. Dari Anas ibn Malik dia berkata: “Saya pernah berjalan
bersama Nabi saw. sementara beliau mengenakan selimut Najran yang
bagian ujungnya agak kasar. Beliau dikejar oleh seorang badui lalu
menarik selimut beliau dengan keras hingga saya dapat melihat
permukaan pundak Rasulullah lecet oleh ujung selimut tersebut akibat
keras tarikannya. Dia berkata, “Wahai Muhammad, perintahkan
(kepada mereka) agar saya diberikan dari harta Allah yang ada
padamu.” Rasulullah menoleh dan tertawa, lalu Beliau memerintahkan
agar memberinya.”( Ahmad, 1992: 599, Al-Bukhari, No. 2943).
Dalam hadis di atas, terdapat pelajaran dari Rasulullah saw.
yakni kemampuan sikap menahan diri dan tidak emosi terhadap
perlakuan orang-orang jahil dan tidak melayani mereka dengan

7
kejahatan serupa tetapi membalas keburukan yang dilakukannya
dengan kebaikan.

6. Murah Senyum dan Tutur Kata yang Baik


Rasulullah dalam kehidupan sehari-harinya adalah orang yang
paling mudah tersenyum dan memiliki kepribadian yang paling bagus.
Nabi adalah orang yang paling sering tersenyum dan paling riang,
kecuali ketika Alquran sedang diwahyukan, ketika sedang memberikan
peringatan kepada seseorang, atau sedang menyampaikan pidato.
„Abdullah ibn Haris mengatakan: “Aku tidak melihat seseorang yang
paling banyak tersenyumnya dari pada Rasulullah saw.” (At-Tirmizi,
No. 3641). Begitu juga, Jarir ibn „Abdillah berkata: “Rasulullah saw.
tidak pernah menutup diri dariku sejak aku masuk Islam dan beliau
tidak melihatku kecuali tersenyum kepadaku.”(Al-Bukhari, No. 6089,
al-Yahsubi, 2002: 102).

C. Hadits Tentang Figur Seorang Guru

‫ض ُح َج ِر ٍِ فَدَ َخ َل‬ ِ ‫سله َن ذَاتَ يَ ْْ ٍم ِه ْي َب ْع‬ ‫صلهٔ ه‬


َ َّ َِ ‫َّللاُ َعلَ ْي‬ ُ ‫َّللاِ ب ِْي َع ْو ٍرّ قَا َل خ ََر َج َر‬
‫سْ ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ‫َع ْي َع ْب ِد ه‬
‫ي ْال َوس ِْجدَ فَئِذَا‬ ُّ ِ‫َّللاَ َّ ْاْل ُ ْخ َرٓ يَتَعَله ُوْىَ َّيُعَ ِلّ ُوْىَ فَقَا َل الٌهب‬
‫ُ َُْ بِ َح ْلقَتَي ِْي إِحْ دَا ُُ َوا يَ ْق َر ُءّىَ ْالقُ ْرآىَ َّيَدْعُْىَ ه‬
‫طا ُُ ْن َّإِ ْى شَا َء َهٌَعَ ُِ ْن‬ ‫سله َن ُك ٌّل َعلَٔ َخي ٍْر َُؤ ََُل ِء يَ ْق َر ُءّىَ ْالقُ ْرآىَ َّيَدْعُْىَ ه‬
َ ‫َّللاَ فَئ ِ ْى شَا َء أَ ْع‬ ‫صلهٔ ه‬
َ َّ َِ ‫َّللاُ َعلَ ْي‬ َ
‫َّ َُؤ ََُل ِء يَت َ َعله ُوْىَ َّ ِإًه َوا بُ ِعثْتُ ُه َع ِ ّل ًوا‬
Dari Abdullah bin Amru ia menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah
Saw masuk ke masjid. Di dalam masjid ada dua kelompok sahabat sedang
berkumpul-kumpul. Kelompok pertama sedang membaca Al-Quran dan
berdoa, sementara kelompok kedua sedang melakukan kegiatan belajar
mengajar.
Melihat pemandangan indah tersebut Nabi Saw bersabda: “Mereka
semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Quran dan
berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang
mininta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan

8
sesungguhnya aku diutus sebagai seorang guru”. Kemudian Rasulullah Saw
duduk dan bergabung bersama kelompok yang kedua. (HR. Ibnu Majah No
225)

‫ ( َل حسد إَل في اثٌتيي‬: ‫عي عبد هللاا بي هسعْد قال قال رسْل هللاا صلٔ هللاا عليَ ّ سلن‬

‫آتاٍ هللاا هاَل فسلطَ علٔ ُل تَ في الح ر ّرآل آتاٍ هللاا ح وه فِْ يقبي بِا رآل‬

‫ّيعلوِا‬
Artinya :
Dari Abdullah bin Mas‟ud berkata, “Rasulallah SAW. Bersabda, “Tidak
boleh hasad, kecuali pada 2 kelompok orang : Pertama, orang yang diberi
karunia harta dan ia menggunakannya dalam yang hak. Kedua, orangyang
diberi hikmah (ilmu) lalu ia berhukum dengannya dan mengajarkannya.
(HR.Ibnu Majah No 4208)

‫ ذكر لرسْل هللاا صلٔ هللاا عليَ ّ سلن رآالى أحدُوا عابد‬: ‫عي أبي أهاهه الباُلي قال‬

ٔ‫ّاآلخر عالن فقال رسْل هللاا صلٔ هللاا عليَ ّ سلن فبل العالن علٔ العابد كفبلي عل‬

‫أدًاكن ثن قال رسْل هللاا صلٔ هللاا عليَ ّ سلن إى هللاا ّهالئ تَ ّأُل السوْات ّاْلرضيي‬

Artinya :
Dari Abi Umamah Al-Bahili, berkata : “Disebutkan di sisi Rasul SAW.
Dua orang laki-laki yang pertama seorang hamba ahli ibadah, yang kedua
seorang Alim, maka Rosul SAW. Bersabda, “Keutamaan seorang alim
dibandingkan dengan seorang hamba ahli ibadah seperti keutamaan aku
dibanding dengan kalian.”kemudian beliau berkata lagi, “Sesungguhnya
Allah, MalaikatNya, penduduk langit, penduduk bumi, sampai semut di
dalam lubangnya dan ikan membacakan shalawat atas orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmidzi 2685).

9
D. Kedudukan Dan Fungsi Hadits dalam Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan
sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita
yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari
seorang kepada orang lain. Hadits menurut istilah syara‟ ialah hal-hal yang
datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan
(taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan
perkataan.
 Hadits Qauliyah (ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW,
yang diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
 Hadits Fi‟liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW,
seperti pekerjaan melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya
dan rukun-rukunnya, pekerjaan menunaikan ibadah hajinya dan
pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak
penuduh.
 Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang
telah diikrarkan oleh Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan itu
berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu adakalanya
dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik
terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan
persetujuan itu. Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau
mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa
Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu
menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya,
maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi.
2. Kedudukan Hadits
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang
memperluas hukum dalam Al-Qur‟an atau menetapkan sendiri hukum di
luar apa yang ditentukan Allah dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits
sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-

10
Quran, tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena
memang untuk itulah Nabi ditugaskan Allah SWT.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai
sumber atau dalil kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk
ditaati serta mengikat untuk semua umat Islam. Jumhur ulama
mengemukakan alasannya dengan beberapa dalil, salah satunya dalam
surat An-Nisa : 59 : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya). Yang dimaksud dengan mentaati Rasul
dalam ayat-ayat tersebut adalah mengikuti apa-apa yang dilakukan atau
dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercakup dalam Sunnahnya.

3. Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa sebagian
besar ayat-ayat hukum dalam Al-Qur‟an adalah dalam bentuk garis besar
yang secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari
hadits. Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk
menjelaskan Al-Qur‟an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah
dalam surat An-Nahl : 64, Artinya: Dan Kami tidak menurunkan
kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat
menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur‟an disebut sebagai sumber asli bagi
hukum fiqh, maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya
sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-Qur‟an, ia menjalankan
fungsi sebagai berikut :
 Menguatkan dan mengaskan hukum-hukum yang tersebut dalam
Al-Qur‟an atau disebut fungsi ta‟kid dan taqrir. Dalam bentuk ini
Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Al-
Qur‟an. Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110 yang
artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu
dikuatkan oleh sabda Nabi yang artinya : “Islam itu didirikan
dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain

11
Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat.
 Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak
terdapat dalam Al-Qur‟an. Dengan demikian kelihatan bahwa
Hadits menetapkan sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-
Qur‟an. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya
bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang
ditetapkan hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap
apa yang disinggung Al-Qur‟an atau memperluas apa yang
disebutkan Al-Qur‟an secara terbatas. Umpamanya Allah SWT
mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi.
Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai
hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang
diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur‟an.
Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah
sebagai penjelasan terhadap larangan Al-Qur‟anlah memakan
sesuatu yang kotor.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru adalah sosok manusia yang memiliki tugas cukup rumit dan
berat, guru tidak hanya sebatas menyampaikan pengetahuan dan informasi,
tetapi ia juga harus mampu membuat peserta didik menjadi manusia-manusia
yang memiliki moralitas unggul, pekerti yang tinggi serta nilai-nilai
keagamaan yang mumpuni, singkatnya menjadi manusia ideal.
Sejatinya, seorang pendidik memiliki sifat-sifat tertentu sebagaimana
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau telah memberikan keteladanan tentang
bagaimana karakteristik seorang guru yang baik. Sebagai seorang pendidik
yang selalu mengajar umatnya dengan berbagai macam hal, beliau memiliki
karakteristik dan akhlak mulia yang begitu kuat sebagai seorang guru,
sehingga maksud dari ajarannya dapat tersampaikan dan dapat diamalkan oleh
murid-muridnya.
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang
memperluas hukum dalam Al-Qur‟an atau menetapkan sendiri hukum di luar
apa yang ditentukan Allah dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits sebagai bayani
atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-Quran, tidak diragukan
lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena memang untuk itulah Nabi
ditugaskan Allah SWT.
B. Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi
diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk
mempelajarinya agar dapat memahaminya. Menyadari bahwa penyusun masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Taswadi, R. (2011). GURU DALAM PANDANGAN HADITS TARBAWI STUDI


KOMPARATIF HADITS-HADITS TENTANG GURU ANTARA KITAB
SUNAN AT-TIRMIDZI DENGAN KITAB SUNAN IBNU MAJAH
KAITANNYA DENGAN PROFESIONALITAS GURU PAI (Doctoral
dissertation, IAIN Syekh Nurjati Cirebon).
Arsyad, J. (2015). Karakteristik Rasulullah sebagai Pendidik: Perspektif Sirah
Nabawiyah. ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 6(2), 75-90.

14

Anda mungkin juga menyukai