Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG EFESUENSI

DAN KEJUJURAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Tafsir II
Dosen Pengampu : Drs. H. Sulaiman Hasan, M.A.

Disusun Oleh kelompok 2:

1. Istiadatun Hasanah
2. Nurkhodijah Putri Mulyaningsih
3. Siti Nurul Badriyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-AMIN
INDRAMAYU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
Penyusunan Makalah dengan Judul “Konsep Dasar Evaluasi” dapat terselesaikan
tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Sebagai ungkapan rasa syukur terselesaikannya penyusunan
makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih Kepada:
1. Bapak Drs. H. Sulaiman Hasan, M. A., Selaku ketua program studi PAI;
2. Bapak Drs. H. Sulaiman Hasan, M. A., Selaku dosen mata kuliah Tafsir II
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
membaca makalah ini. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Indramayu, 8 Maret 2023


Penulis,

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penjelasan Efisiensi Dalam Al-Qur’an........................................ 2

B. Penjelasan Kejujuran Dalam Al-Qur’an...................................... 6

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan yang sempurna”
merupakan suatu nama pilihan Allah SWT yang sungguh tepat, karena tidak ada
suatu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu
yang dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan yang sempurna lagi mulia.
Bacaan Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksinya, tetapi
kandunganya yang tersusun, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang
ditimbulkanya. Semuanya dituangkan kedalam jutaan jilid buku generasi demi
generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak permah kering itu,
berbeda-beda sesuai perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun
semua mengandung kebenaran. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang
memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuain dengan sudut pandang masing-
masing. Satu diantara ribuan kosa kata yang menarik dan sering disebut-sebut
orang serta tertulis dalam Al-Qur’an adalah kata Shiddiq, bagian terdepan dari
nilai-nilai konsep-konsep luhur yang ditegaskan dan diinformasikan melalui
wahyu Islam adalah kejujuran atau kebanaran, karena kejujuran adalah pangkal
segala akhlak dan perilaku yanng mulia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penjelasan efisiensi dalam Al-Qur’an ?

2. Bagaimanakah penjelasan kejujuran dalam Al-Qur’an ?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui makna efisiensi dalam surat Al-Isro ayat 26-29

2. Untuk mengetahui makna kejujuran dalam surat Al-Muthoffifin ayat 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENJELASAN EFISIENSI DALAM AL-QUR’AN

- Pengertian Efesiensi

Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian


hasil yang optimum. Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;3) yaitu: Efisiensi
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan
penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya.

Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) yang mengutip


pernyataan H. Emerson adalah: Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input
(masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.
Efisiensi merupakan sebuah konsep yang bulat pengertiannya dan utuh jangkauannya.

- Ayat Tentang Efisiensi Beserta Tafsirnya

Surat Al Isra Ayat 26-29 :

َ ‫ان ال َّشي‬
ُ‫ْطان‬ َ ‫ين َكا ُنوا ِإ ْخ َو‬
ِ ِ‫ان ال َّشيَاط‬
َ ‫ين َو َك‬ َ ‫)ِإنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر‬٢٦( ‫يل َوال ُت َب ِّذرْ َت ْبذِيرً ا‬ َ ‫ت َذا ْالقُرْ َبى َح َّق ُه َو ْالمِسْ ك‬
ِ ‫ِين َواب َْن الس َِّب‬ ِ ‫َوآ‬
‫) َوال‬٢٨( ‫ك َترْ جُو َها َفقُ ْل لَ ُه ْم َق ْوال َم ْيسُورً ا‬َ ‫ضنَّ َع ْن ُه ُم ا ْبتِغَا َء َرحْ َم ٍة مِنْ َر ِّب‬َ ‫) َوِإمَّا ُتعْ ِر‬٢٧( ‫ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا‬
ْ ‫ك َوال َت ْبس‬
‫ُط َها ُك َّل ْال َبسْ طِ َف َت ْق ُع َد َملُومًا َمحْ سُورً ا‬ َ ِ‫دَك َم ْغلُولَ ًة ِإلَى ُع ُنق‬
َ ‫َتجْ َع ْل َي‬

Terjemah :

26. Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat juga kepada orang miskin, dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros.

27. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu
sangat kufur kepada Tuhannya.

28. Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.

2
29. Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan
(pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan
menyesal.

Tafsir surat Al-Isro ayat 26-29 :

tafsir ayat 26 :

Dan berikanlah haknya kepada keluarga-keluarga yang dekat, dari pihak ibu maupun
bapak, berupa bantuan, kebajikan, dan silaturahim. Demikian juga kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan, berikanlah zakat yang diwajibkan atas kamu, sedekah
yang dianjurkan atau bantuan lainnya yang diperlukan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan hartamu secara boros dengan membelanjakannya pada hal-
hal yang tidak ada kemaslahatan.

Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar memenuhi hak
keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang
harus dipenuhi itu ialah: mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang,
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan
penderitaan yang mereka alami. Sekiranya ada di antara keluarga dekat, ataupun orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan itu memerlukan biaya untuk
keperluan hidupnya maka hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan
penderitaannya ialah orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang
dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan ditolong
agar bisa mencapai tujuannya. Di akhir ayat, Allah swt melarang kaum Muslimin
bersikap boros yaitu membelanjakan harta tanpa perhitungan yang cermat sehingga
menjadi mubazir. Larangan ini bertujuan agar kaum Muslimin mengatur pengeluarannya
dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang dibelanjakan sesuai
dengan keperluan dan pendapatan mereka. Kaum Muslimin juga tidak boleh
menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya, atau
memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.

Tafsir ayat 27 :

Allah mencela perbuatan membelanjakan harta secara boros, dengan menyatakan,


"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan, mereka berbuat
boros dalam membelanjakan harta karena dorongan setan, oleh karena itu, perilaku
boros termasuk sifat setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada nikmat dan
anugerah Tuhannya.

3
Kemudian Allah swt menyatakan bahwa para pemboros adalah saudara setan.
Ungkapan serupa ini biasa dipergunakan oleh orang-orang Arab. Orang yang
membiasakan diri mengikuti peraturan suatu kaum atau mengikuti jejak langkahnya,
disebut saudara kaum itu. Jadi orang-orang yang memboroskan hartanya berarti orang-
orang yang mengikuti langkah setan. Sedangkan yang dimaksud pemboros dalam ayat
ini ialah orang-orang yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan
maksiat yang tentunya di luar perintah Allah. Orang-orang yang serupa inilah yang
disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka tergoda oleh setan, dan di akhirat mereka
akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Al-Karkhi menjelaskan keadaan orang yang
diberi kemuliaan dan harta berlimpah. Apabila orang itu memanfaatkan harta dan
kemuliaan itu di luar batas-batas yang diridai Allah, maka dia telah mengingkari nikmat
Allah. Orang yang berbuat seperti itu, baik sifat ataupun perbuatannya, dapat disamakan
dengan perbuatan setan.

Ayat ini diturunkan Allah dalam rangka menjelaskan perbuatan orang-orang Jahiliah.
Telah menjadi kebiasaan orang-orang Arab menumpuk harta yang mereka peroleh dari
rampasan perang dan perampokan. Harta itu kemudian mereka gunakan untuk berfoya-
foya supaya mendapat kemasyhuran. Orang-orang musyrik Quraisy pun menggunakan
harta mereka untuk menghalangi penyebaran agama Islam, melemahkan pemeluk-
pemeluknya, dan membantu musuh-musuh Islam. Ayat itu turun untuk menyatakan
betapa jeleknya usaha mereka.

Tafsir ayat 28 :

Kemudian kepada orang yang karena suatu keadaan tidak dapat memberi bantuan
kepada orang yang memerlukan, ayat ini memberi tuntunan; dan jika engkau benar-
benar berpaling dari mereka, tidak dapat memberikan bantuan kepada keluarga dekat,
orang miskin atau orang yang sedang dalam perjalanan, bukan karena engkau enggan
membantu tetapi karena keadaanmu pada waktu itu tidak memungkinkan memberi
bantuan kepada mereka, dalam arti materi atau sebab-sebab lainnya, maka engkau
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan,
sehingga suatu waktu engkau dapat membantu mereka jika keadaanmu memungkinkan.
Dalam keadaan ini, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas, baik, dan
memberi harapan, bukan penolakan dengan kata-kata yang kasar.

Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana sikap yang baik terhadap orang-orang yang sangat
memerlukan pertolongan, sedangkan orang yang dimintai pertolongan itu tidak
mempunyai kemampuan untuk menolong. Apabila hal itu terjadi pada seseorang, maka
hendaklah ia mengatakan kepada orang itu dengan perkataan yang sopan dan lemah
lembut. Jika ia mempunyai kesanggupan di waktu yang lain, maka hendaklah berjanji
dengan janji yang bisa dilaksanakan dan memuaskan hati mereka.

4
Tafsir ayat 29 :

Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu, yakni janganlah
enggan mengulurkan tanganmu memberikan bantuan kepada orang-orang yang
membutuhkan bantuan, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, yakni
janganlah kamu boros dalam membelanjakan harta, karena itu kamu menjadi tercela
karena kekikiranmu, dan menyesal karena keborosanmu dalam membelanjakan harta.

Selanjutnya dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan cara-cara yang baik dalam
membelanjakan harta. Allah menerangkan keadaan orang-orang yang kikir dan
pemboros dengan menggunakan ungkapan jangan menjadi-kan tangan terbelenggu
pada leher, tetapi juga jangan terlalu mengulurkan-nya. Kedua ungkapan ini lazim
digunakan orang-orang Arab. Yang pertama berarti larangan berlaku bakhil atau kikir,
sehingga enggan memberikan harta kepada orang lain, walaupun sedikit. Ungkapan
kedua berarti melarang orang berlaku boros dalam membelanjakan harta, sehingga
melebihi kemampuan yang dimilikinya. Kebiasaan memboroskan harta akan meng-
akibatkan seseorang tidak mempunyai simpanan atau tabungan yang bisa digunakan
ketika dibutuhkan. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa cara yang baik dalam
membelanja-kan harta ialah dengan cara yang hemat, layak dan wajar, tidak terlalu
bakhil dan tidak terlalu boros. Terlalu bakhil akan menjadikan seseorang tercela,
sedangkan terlalu boros akan mengakibatkan pelakunya pailit atau bangkrut.

Adapun keterangan-keterangan yang didapat dari hadis-hadis Nabi dapat dikemukakan


sebagai berikut:

Imam Ahmad dan ahli hadis yang lain meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa Rasulullah
saw bersabda:

"Tidak akan menjadi miskin orang yang berhemat"

Hadis ini menjelaskan pentingnya berhemat, sehingga Nabi mengatakan bahwa orang
yang selalu berhemat tidak akan menjadi beban orang lain atau menjadi miskin.

- Korelasi Surat Al Isro ayat 26-29 Dengan Makna efisiensi

Hakikat efisiensi erat kaitanya jika dihubungkan dengan makna dari surat Al isro ayat 26-
29, bahwasanya didalamnya dijelaskan mengenai konsep konsep pemberdayaan akan
sesuatu hal supaya tepat sasaran dan sesuai takaran. Seperti halnya tentang bagaimana
mengatur harta agar digunakan secara efisien sehingga terhindar dari sifat boros dan
juga kikir, begitupun tentang mengatur prioritas akan pemberian hak hak berupa

5
pertolongan dan kebajikan kepada tingkatan tingkatan yang telah disebutkan. Dengan
memiliki jiwa efisiensi maka hidup kita akan tertib dan teratur, karena efisiensi
membentuk kita agar mempunyai karakter yang tidak suka berlebihan dalam mengatur
apapun.

B. PENJELASAN KEJUJURAN DALAM AL-QUR’AN

- Pengertian Jujur

Pengertian jujur dalam Islam adalah upaya untuk selalu menyelaraskan perbuatan dan
perkataan. Keinginan untuk jujur menyebabkan seorang muslim selalu dapat dipercaya
dalam tindakan, ucapan, dan aksi nyata setiap hari.

Dikutip dari situs Universitas Muhammadiyah Bandung, pengertian jujur tidak lepas dari
arti katanya dalam bahasa Arab dan Indonesia. Arti jujur adalah lurus hati, ikhlas, tidak
berbohong atau curang.

"Dalam bahasa Arab, jujur adalah terjemahan dari kata shiddiq yang artinya benar dan
dapat dipercaya. Jujur menekankan pentingnya kesesuaian dan kebenaran dari
perkataan atau perbuatan,"

- Ayat tentang kejujuran beserta tafsirnya

Surat Al Muthoffifin ayat 1 :

‫َو ْي ٌل لِّ ْل ُم َط ِّففِي ۙ َْن‬

Terjemah :

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!”

Tafsir surat Al Muthoffifinn ayat 1 :

6
Pada permulaan surah ini Allah memberi peringatan keras kepada mereka yang berbuat
curang dalam timbangan dan takaran. Celakalah bagi orang-orang yang berbuat curang
dalam menimbang dan menakar sehingga merugikan banyak orang!

Azab dan kehinaan yang besar pada hari Kiamat disediakan bagi orang-orang yang
curang dalam menakar dan menimbang. Allah telah menyampaikan ancaman yang
pedas kepada orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang yang terjadi di
tempat-tempat jual beli di Mekah dan Medinah pada waktu itu.

Diriwayatkan bahwa di Medinah ada seorang laki-laki bernama Abu Juhainah. Ia


mempunyai dua macam takaran yang besar dan yang kecil. Bila ia membeli gandum atau
kurma dari para petani, ia mempergunakan takaran yang besar, akan tetapi jika ia
menjual kepada orang lain ia mempergunakan takaran yang kecil.

Perbuatan seperti itu menunjukkan adanya sifat tamak, ingin mencari keuntungan bagi
dirinya sendiri walaupun dengan jalan merugikan orang lain. Terhadap orang seperti itu,
Nabi Muhammad telah memberi ancaman yang pedas sekali seperti tersebut dalam
hadis ini:

Ada lima perkara yang dibalas dengan lima perkara: Tidak pernah suatu kaum yang
melanggar janji, melainkan Allah akan membiarkan kaum itu dikuasai musuhnya. Tidak
pernah mereka yang memutuskan suatu perkara dengan hukuman yang tidak
diturunkan oleh Allah, melainkan akan tersebar luaslah kefakiran di kalangan mereka.
Perzinaan tidak pernah meluas di kalangan mereka secara luas, melainkan akan tersebar
luaslah bahaya kematian. Tidak pernah mereka yang berbuat curang dalam menakar dan
menimbang, melainkan mereka akan kehilangan kesuburan tumbuh-tumbuhan dan
ditimpa musim kemarau. Dan tidak pernah mereka yang menahan zakat, melainkan
akan diazab dengan tertahannya hujan (kemarau yang panjang). (Riwayat ath-thabrani
dari Ibnu 'Abbas)

- Korelasi Surat Al muthafifin Ayat 1 Dengan Makna Kejujuran

Dalam surat Al muthoffifin ayat 1, Allah SWT dengan tegas memberikan ancaman
kepada orang orang yang berbuat curang ( Dalam menakar dan menimbang ), itu artinya
secara tidak langsung Alalh SWT memerintahkan agar kita menjadi orang yang jujur
( tidak curang/tidak berbohong ), oleh karena itu makna yang terisat dari Surat Al
Muthoffifin ayat 1 sebenarnya adalah perintah Allah agar kita berlaku jujur dalam
Muamalan dan dalam hal apapun

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hakikat efisiensi erat kaitanya jika dihubungkan dengan makna dari surat Al isro ayat 26-
29, bahwasanya didalamnya dijelaskan mengenai konsep konsep pemberdayaan akan
sesuatu hal supaya tepat sasaran dan sesuai takaran. Seperti halnya tentang bagaimana
mengatur harta agar digunakan secara efisien sehingga terhindar dari sifat boros dan
juga kikir, begitupun tentang mengatur prioritas akan pemberian hak hak berupa
pertolongan dan kebajikan kepada tingkatan tingkatan yang telah disebutkan. Dengan
memiliki jiwa efisiensi maka hidup kita akan tertib dan teratur, karena efisiensi
membentuk kita agar mempunyai karakter yang tidak suka berlebihan dalam mengatur
apapun

Dalam surat Al muthoffifin ayat 1, Allah SWT dengan tegas memberikan ancaman
kepada orang orang yang berbuat curang ( Dalam menakar dan menimbang ), itu artinya
secara tidak langsung Alalh SWT memerintahkan agar kita menjadi orang yang jujur
( tidak curang/tidak berbohong ), oleh karena itu makna yang terisat dari Surat Al
Muthoffifin ayat 1 sebenarnya adalah perintah Allah agar kita berlaku jujur dalam
Muamalan dan dalam hal apapun

8
DAFTAR PUSTAKA

_______Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Terj Jakarta.2007.


_______Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar , PT Pustaka Panjimas,Jakarta 2007
Hasbi Ash-Shiddiqie, Tafsir Al-Qur’anul Majid Jilid 3, Terj Pustaka Rizki
Putra, Semarang 1995.
Jalaludin Ahmad dan Jalaludin Abdur Rahman As-syuyuthui. Tafsir
Jalalain.

Anda mungkin juga menyukai