Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EFISIENSI DAN KEJUJURAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir 3

Dosen pengampu : Moh.Syaeful Ulum, S.Ag, M.Si

Oleh :

Kelompok 1

Yuliawati

Uswatun Hasanah

Ipan Nuralamsah

Idam M Ridwan

KELAS : PAI 2C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah merupakan ucapan pertama yang kami ucapkan


kepada sang Pencipta atas semua rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan dengan baik tanpa adanya halangan yang melanda. Tak
lupa sholawat dan salam tetap tercurah limpakan kepada Rasulullah S.A.W yang
telah menyelamatkan kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang
benderang, yaitu Addinul islam wal iman.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir 3.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang judul.“Efesiensi Dan Kejujuran”
Makalah ini diharapkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya
sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang beberapa konsep awal
pengajaran.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah


mendukung dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para
pembaca, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan para penyaji
khususnya.Amin yaa Robbal ‘alamin.

Cipasung , Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Ayat Al quran yang brkaitan dengan efesiensi dan kejujuran.........................3
B. Penafsiran Surat Al Muthofifin ayat 1.............................................................4
C. Asbabun nuzul Surat Al Muthofifin ayat 1......................................................5
D. Pendapat dari Para Mufasir Terkait Surat Al Muthofifin ayat 1.....................5
BAB IV....................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan yang sempurna” merupakan
suatu nama pilihan Allah swt. yang sungguh tepat , karena tidak ada satu bacaan
pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi al-Qur’an al-Karim, bacaan yang sempurna lagi mulia. Tiada bacaan
seperti al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksinya, tetapi
kandungannya yang tersusun, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang
ditimbulkannya. Semuanya dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi
generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu,
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka,
namun semua mengandung kebenaran.

Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang


berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Satu diantara ribuan
kosa kata yang menarik dan sering disebut- sebut orangserta tertulis di dalam al-
Qur’an adalah kata shiddîq. Bagian terdepan dari nilai-nilai dan konsep-konsep
luhur yang ditegaskan dan diinformasikan melalui wahyu Islam adalah kejujuran
ataukebenaran, karena kejujuran adalah pangkal segala akhlaq dan perilaku yang
mulia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ayat Al quran yang berkaitan tentang efesiensi dan kejujuran?
2. Bagaimana penafsiran dari ayat Al quran tentang efesiensi dan kejujuran?
3. Bagaimana asbabunuzul tentang ayat yang berkaitan dengan efesiensi dan
kejujuran?
4. Bagaimana pendapat para mufasir tentang ayat yang berkiatan dengan
efesiensi dan kejujuran?

C. Tujuan Penulisan

1
1. Untuk memahami ayat Al quran yang berkaitan dengan efesiensi dan
kejujuran
2. Untuk memehami penafsiran dari ayat Al quran tentang efesiensi dan
kejujuran
3. Untuk mengetahui asbabunuzul tentang ayat yang berkaitan dengan
efesiensi dan kejujuran
4. Untuk memahami pendapat para mufasir tentang ayat yang berkiatan
dengan efesiensi dan kejujuran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat Al quran yang brkaitan dengan efesiensi dan kejujuran


1. Surat Al Isro ayat 26 - 29

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ِ ‫َو ٰا‬
‫ت َذا ْالقُرْ ٰبى َحقَّهٗ َو ْال ِم ْس ِك ْينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ِْل َواَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذ ْيرًا‬

"Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros."
QS. Al-Isra'[17]:26

‫اِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِر ْينَ َكانُ ْٓوا اِ ْخ َوانَ ال َّش ٰي ِطي ِْن ۗ َو َكانَ ال َّشي ْٰط ُن لِ َرب ِّٖه َكفُوْ رًا‬

"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu
sangat ingkar kepada Tuhannya."
QS. Al-Isra'[17]:27

‫ض َّن َع ْنهُ ُم ا ْبتِغ َۤا َء َرحْ َم ٍة ِّم ْن َّربِّكَ تَرْ جُوْ هَا فَقُلْ لَّهُ ْم قَوْ اًل َّم ْيسُوْ رًا‬ ِ ‫َواِ َّما تُع‬
َ ‫ْر‬

"Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah
lembut."
QS. Al-Isra'[17]:28

َ ِ‫َواَل تَجْ َعلْ يَدَكَ َم ْغلُوْ لَةً اِ ٰلى ُعنُق‬


ْ ‫ك َواَل تَ ْبس‬
‫ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد َملُوْ ًما َّمحْ سُوْ رًا‬

"Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan
(pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi
tercela dan menyesal."
QS. Al-Isra'[17]:29

2. Surat Al Muthofifin ayat 1

3
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫َو ْي ٌل لِّ ْل ُمطَفِّفِ ْي ۙن‬


"Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! "

QS. Al-Mutaffifin[83]:1

B. Penafsiran Surat Al Muthofifin ayat 1

Azab dan kehinaan yang besar pada hari Kiamat disediakan bagi orang-
orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Allah telah menyampaikan
ancaman yang pedas kepada orang-orang yang curang dalam menakar dan
menimbang yang terjadi di tempat-tempat jual beli di Mekah dan Medinah pada
waktu itu.

Diriwayatkan bahwa di Medinah ada seorang laki-laki bernama Abµ


Juhainah. Ia mempunyai dua macam takaran yang besar dan yang kecil. Bila ia
membeli gandum atau kurma dari para petani, ia mempergunakan takaran yang
besar, akan tetapi jika ia menjual kepada orang lain ia mempergunakan takaran
yang kecil.

Perbuatan seperti itu menunjukkan adanya sifat tamak, ingin mencari


keuntungan bagi dirinya sendiri walaupun dengan jalan merugikan orang lain.
Terhadap orang seperti itu, Nabi Muhammad telah memberi ancaman yang pedas
sekali seperti tersebut dalam hadis ini:

َّ‫ض قَوْ ٌم ْال َع ْه َد ِإالَّ َسلَّطَ هللاُ َعلَ ْي ِه ْم َع ُد َّوهُ ْم َو َما َح َك ُموْ ا بِ َغي ِْر َما َأ ْن َز َل هللاُ ِإال‬
َ َ‫س َما نَق‬
ٍ ‫خَ ْمسٌ بِ َخ ْم‬
‫ َوالَ طَفَّفُوا ْال ِم ْكيَا َل ِإالَّ ُمنِعُوا‬،‫ت‬ُ ْ‫اح َشةُ ِإالّ فَ َشا فِ ْي ِه ُم ْال َمو‬ِ َ‫ت فِ ْي ِه ُم ْالف‬
ْ ‫ َو َما ظَهَ َر‬،ُ‫فَ َشا فِ ْي ِه ُم ْالفَ ْقر‬
‫ (رواه الطبراني عن ابن‬.ُ‫طر‬ ْ َ‫س َع ْنهُ ُم ْالق‬ َ ِ‫ َوالَ َمنَعُوا ال َّز َكاةَ ِإالَّ ُحب‬، َ‫النَّبَاتَ و ُأ ِخ ُذوْ ا بِال ِّسنِ ْين‬
)‫عباس‬

“Ada lima perkara yang dibalas dengan lima perkara: Tidak pernah suatu kaum
yang melanggar janji, melainkan Allah akan membiarkan kaum itu dikuasai

4
musuhnya. Tidak pernah mereka yang memutuskan suatu perkara dengan
hukuman yang tidak diturunkan oleh Allah, melainkan akan tersebar luaslah
kefakiran di kalangan mereka.

Perzinaan tidak pernah meluas di kalangan mereka secara luas, melainkan


akan tersebar luaslah bahaya kematian. Tidak pernah mereka yang berbuat curang
dalam menakar dan menimbang, melainkan mereka akan kehilangan kesuburan
tumbuh-tumbuhan dan ditimpa musim kemarau.

Dan tidak pernah mereka yang menahan zakat, melainkan akan diazab dengan
tertahannya hujan (kemarau yang panjang)”. (Riwayat at-Tabrani dari Ibnu
‘Abbas)

C. Asbabun nuzul Surat Al Muthofifin ayat 1


Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya: "Ketika Nabi saw
tiba di Madinah, mereka adalah orang yang paling buruk dalam menimbang.
Maka Allah ta'ala menurunkan: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang", sesudah itu merekapun berbuat baik (adil, jujur) dalam menimbang."
Hadits ini dikeluarkan oleh An-Nasa'i

D. Pendapat dari Para Mufasir Terkait Surat Al Muthofifin ayat 1


1. Tafsir Jalalain
Adapun pengarang kitab Tafsir Jalālain ada dua orang yaitu
Jaluluddin Al- Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi. Nama lengkap
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Imam
al-Allamah Ahmad Jaluluddin al-Mahalli. Lahir pada tahun 791 H/ 1389
M Kairo, Mesir. Al-Muthaffifiin (Orang-Orang yang Curang)  َ‫ َو ۡي ٌل لِّ ۡل ُمطَفِّفِين‬ 
(Kecelakaan besarlah) lafal Wailun merupakan kalimat yang mengandung
makna azab; atau merupakan nama sebuah lembah di dalam neraka
Jahanam (bagi orang-orang yang curang.).

5
2. Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir adalah seorang pemikir dan ulama Muslim yang
berasal dari Suriah. Ia merupakan penulis buku tafsir Alquran yang
terkenal, yaitu Tafsir Ibnu Katsir, yang menjadi bahan rujukan di dunia
Islam hingga saat ini. An-Nasa-i dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas, dia menceritakan bahwa setelah Nabi saw. sampai di Madinah,
mereka [penduduk Madinah] adalah yang paling buruk dalam hal
timbangan, sehingga Allah menurunkan ayat:

َ‫ َو ۡي ٌل لِّ ۡل ُمطَفِّفِين‬ (“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.”) oleh


karena itu, merekapun memperbaiki timbangan setelah itu. Dan yang
dimaksud dengan at-tathfiif disini adalah kecurangan dalam timbangan
dan takaran, baik dengan menambah jika minta timbangan dari orang
lain, maupun mengurangi jika memberikan timbangan kepada mereka.

Oleh karena itu, Allah menafsirkan al-muthaffifiin sebagai orang-orang


yang Dia janjikan dengan kerugian dan kebinasaan, yaitu al-wail
(kecelakaan besar),

3. Tafsir Al Mishbah Muhammad Kuraisyiha


Surah al-Muthaffifîn dibuka dengan beberapa ayat yang berisi
ancaman sangat keras terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan
dalam bermuamalat, secara khusus dalam soal timbang- menimbang.

Kecurangan itu digambarkan dalam sekelompok orang yang


cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan pribadi tetapi
mengurangi jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain.
Surah ini mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut bahwa
hari pembangkitan dan perhitungan pasti akan terjadi.

Selain itu, Surah ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu
tercatat dalam sebuah buku. Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa
dan terhalang dari Tuhannya yang berani mendustakan catatan buku itu.
Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka Jahanam.

6
Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia
yang berbakti kepada Allah dengan memberikan keterangan mengenai apa
yang telah mereka lakukan. Disebutkan, misalnya, berbagai kenikmatan
yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus, ciri-ciri mereka. Disebutkan
pula sebuah perbuatan yang mereka perlombakan.

Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh


orang-orang kafir yang jahat terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka
melihat orang-orang Mukmin atau ketika orang-orang Mukmin itu berlalu
di hadapan mereka. Akhirnya, Surah ini ditutup dengan janji bahwa orang-
orang beriman akan diperlakukan secara adil di hari kiamat.

Mereka akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh


kesenangan. Mereka akan memandangi dan mentertawakan orang-orang
kafir dari atas dipan-dipan yang indah. Sementara orang-orang kafir itu
akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan perbuatan mereka
di dunia.]]

Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang. Yaitu


orang-orang yang kalau menerima timbangan dari orang lain selalu
meminta ukuran yang pas atau cenderung minta dilebihkan. Akan tetapi,
jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang sehingga dapat
merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari ayat Al-Quran di atas dapat disimpulkan, Kita harus berusaha menafkahkan
harta kita dengan efisien (tepat guna), jangan terlalu boros dan kikir, sehingga
harta kita menjadi mubazzir. Selanjutnya marilah kita lebih berusaha untuk jujur
dalam bermuamalah.

B. Saran
Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terima kasih atas
antusiasme dari pembaca yang sudi menelaah isi makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan


saran kritik konstruktif kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai