Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MUHKAM DAN MUTASYABIH AL-QUR’AN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an dan Tafsir Tarbawi.
Dosen Pengampu Dr.Moh Nor Afandi, M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Maesa Ananda Nabila NIM: 221101070040
Afif Hidayatun Nihayah NIM: 222101070002

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS MATEMATIKA

2023
PRAKATA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur ilahi robbi yang mana telah memberi kita
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga kita dapat memenuhi tugas mata kuliah
Studi Qur’an dan Tafsir Tarbawi. Dalam makalah ini menjelaskan tentang muhkam
dan mutasyabih Al-Qur’an. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin,
saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor UIN
KH.Achmad Shiddiq Jember,
2. Ibu Dr. Hj. Mukniah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN KH.Achmad Shiddiq Jember,
3. Bapak Fikri Supriyono S.Pd M.Pd selaku Ketua Program Studi Tadris
Matematika UIN KH.Achmad Shiddiq Jember,
4. Bapak Dr.Moh Nor Afandi, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah
Studi Qur’an dan Tafsir Tarbawi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan memberi manfaat kepada pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritikan
dan saran dari pembaca terlebih dari dosen pengampu mata kuliah ini, dengan
tujuan agar dapat meningkatkan kualitas dan memperbaiki kekurangan dari
makalah ini.

Jember, 22 Maret 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................... I
DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
A. Latar Belakang ......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Definisi Muhkam dan Mutasyabih ........................................................... 4
B. Sebab-sebab Adanya Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih............................ 7
C. Ciri-ciri Muhkam dan Mutasyabih ............................................................... 11
D. Pendapat Ulama’ tentang Muhkam dan Mutasyabih ................................... 12
E. Mengetahui Hikmah mempelajari Muhkam dan Mutasyabih ...................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan. ............................................................................................ 14
B. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam, berisi lebih dari enam ribu ayat, yang
diturunkan secara bertahap, ayat demi ayat, selama lebih dari 23 tahun. Terdiri dari
114 surah yang berbeda, surah terpendek adalah al-Kautsar (108) yang terdiri dari
tiga ayat dan yang terpanjang adalah al-Baqarah (2) yang memiliki 286 ayat.1 Al-
Qur’an juga dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari, di
dalamnya terkandung berbagai ilmu pengetahuan, hikmah, dan pengajaran tersirat
maupun yang tersurat. Al-Qur'an firman Allah yang dijadikan sebagai pedoman
dalam segala aspek kehidupan umat Islam, tentunya harus dipahami secara
mendalam.
Mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat, dalam Al Qur’an telah diterangkan
bahwa Allah SWT berfirman, “Sebagian Al-Qur’an ini terdapat ayat-ayat
muhkamat dan sebagian lagi mutasyabihat”. (QS. Ali Imran [3]: 7). Ayat Muhkam
dan Mutasyabih harus dipahami secara mendalam. Hal ini karena kedua hal tersebut
termasuk dalam poin-poin penting dalam mempelajari/memahami Al-Qur'an. Jika
melihat dalam ilmu Kalam, hal yang mempengaruhi adanya perbedaan mazhab,
salah satunya memahami ayat Muhkam dan Mutasyabih. Di dalam Al-Qur'an
terdapat kalimat-kalimat yang jelas (muhkam) dan ada yang tidak jelas
(mutasyabih), sehingga banyak perbedaan penafsiran (muhkam dan ayat
mutasyabih) dalam Al-Qur'an.
Agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an
khususnya dalam bidang Muhkam Mutsyabih, maka penulis menjelaskan secara
rinci pengertian, pendapat ilmiah, faktor, jenis, akibat dalam hukum dan hikmah
Islam. dari ayat-ayat Muhkam dan Mutsyabih dari tulisan ini..

1
Khalil, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa, 1973). Hal 4

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Muhkam dan Mutasyabih?
2. Apa saja sebab-sebab adanya ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih?
3. Apa ciri-ciri ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih?
4. Bagaimana pendapat ulama’ tentang Muhkam dan Mutasyabih?
5. Apa saja hikmah mempelajari Muhkam dan Mutasyabih?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Muhkam dan Mustasyabih.
2. Mengetahui sebab-sebab adanya ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih.
3. Mengetahui ciri-ciri ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih.
4. Mengetahui pendapat ulama’ tentang Muhkam dan Mutasyabih
5. Mengetahui hikmah mempelajari Muhkam dan Mutasyabih

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam menurut bahasa berasal dari kata hakama (‫ )حكم‬dengan pengertian
mana’a (‫ )منع‬yaitu melarang untuk kebaikan. Kendali yang dipasang pada leher
binatang disebut hakamah (‫)حكمة‬. Orang Arab mengatakan hakamtu ad-dabbah
(‫ )الدابة حكمت‬artinya aku melarang binatang itu dengan hikmah. Jika dikatakan
ahkamtuha (‫ )أحكمتها‬artinya ja’altu laha hakamah (‫ )حكمة لها جعلت‬yaitu aku pasang
kendali pada binatang itu agar tidak bergerak secara liar.2
Kata al-hukm (‫ )الحكم‬berarti memutuskan antara dua hal atau perkara.3 Ihkam
al-kalam (‫ )الكالم إحكام‬berarti itqonuhu (‫ )إتقانه‬menguatkan perkataan dengan
memisahkan berita yang benar dari berita yang salah. Jadi al-muhkam adalah
perkataan yang kokoh, rapi, indah dan benar.4 Apabila dihubungkan dengan ayat-
ayat al-Qur’an, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa semua ayat-ayat dalam al-
Qur’an tersebut disusun dengan rapi dan kokoh. Pengertian secara bahasa inilah
yang dimaksud oleh firman Allah dalam ayat pertama dari Surat Hud dan Yunus:

‫ت مِ ْن لَد ُْن َحكِيم َخبِير‬


ْ َ‫صل‬ ْ ‫الر ۚ ِكتَاب أ ُ ْح ِك َم‬
ِ ُ‫ت آيَاتُهُ ثُم ف‬

"Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Tahu.5” (Q.S.Hud 11:1)

‫ب ۡال َحك ِۡي ِم‬


ِ ‫ا ٓلر ۚ ت ِۡلكَ ٰايٰتُ ۡال ِك ٰت‬

“Alif laam raa. Inilah ayat-ayat al-Qur‟an yang mengandung hikmah.6”(Q.s. Yunus
10:1)

2
Ar- Raghib al-Ashfihani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 126
3
Manna’ Al-Qathan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, Cetakan ke-12, (Kairo: Maktabah Wahbah,
2002), hal. 207
4
Manna’ al-Qathan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, (Riyadh: Muassasah ar-Risalah, 1976), hlm. 215.
5
Q.S. Hud (11): 1
6
Q.S. Yunus (10): 1

4
Al-Qur’an seluruhnya merupakan muhkam dalam arti seluruh ayat-ayat al-
Qur’an itu kokoh, fasih, indah dan jelas, membedakan antara hak dengan yang batil
dan antara yang benar dengan yang dusta. Inilah yang dimaksud dengan dengan al-
hikam al-am atau muhkam dalam arti umum.7
Adapun menurut istilah, para ulama terdapat perbedaan pendapat dalam
mengartikan muhkam. Diantara pendapat-pendapat tersebut yaitu: Dalil yang jelas
dan tidak mengandung adanya penasakhan (penghapusan). Ayat yang hanya
mengandung satu tafsir saja. Ayat yang bisa dipahami tanpa membutuhkan rujukan
kepada ayat lain. Ulama yang berpendapat dengan pendapat pertama diantaranya
adalah al-Jarjani.8 Diantara perbedaan pendapat tersebut, Ibnu Hazm mengatakan
bahwa ada dua pendapat yang paling benar. Yang pertama yaitu ayat yang
maknanya sudah jelas, dapat menghilangkan musykilah dan kemungkinan-
kemungkinan yang ada. Yang kedua adalah ayat yang sudah tersusun dengan
susunan yang bisa dipahami baik itu dengan ditafsirkan ataupun tidak tanpa adanya
perselisihan.9 Dapat dimengerti dengan melihat zhahirnya, tidak memiliki
kemungkinan dihapus hukumnya dan tidak memerlukan keterangan dari ayat lain
untuk memahaminya.
Sedangkan Mutasyabih secara bahasa diambil dari kata (‫ )التشابه‬yakni
keserupaan atau kesamaran antara dua hal. Dikatakan pula mutasyabih dalah
mutamatsil (sama) dalam perkataan dan keindahan. Jadi tasyabuh al-kalam adalah
kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagiannya membenarkan yang lain.
Dengan pengertian seperti inilah Allah mensifati bahwa semaua ayat Al-qur’an
adalam Mutasyabih seperti diterangkan dalam firman-Nya berikut ini:

‫شع ُِّر مِ ْنهُ ُجلُودُ ٱلذِينَ يَ ْخش َْونَ َرب ُه ْم ثُم تَلِي ُن ُجلُودُهُ ْم‬
َ ‫ِى ت َ ْق‬
َ ‫ش ٰـبِ ًۭها مثَان‬
َ َ ‫ث ِكت َ ٰـ ًۭبا ُّمت‬ ِ ‫سنَ ٱ ْل َحدِي‬
َ ‫ٱّللُ نَز َل أَ ْح‬
٢٣ ‫ض ِل ِل ٱّللُ فَ َما لَ ۥهُ مِ ْن هَاد‬
ْ ُ‫شا ٓ ُء ۚ َو َمن ي‬ ِ ‫ّلل ۚ ذَلِكَ هُدَى ٱ‬
َ ‫ّلل َي ْهدِى ِب ِهۦ َمن َي‬ ٰ ِ ‫َوقُلُوبُ ُه ْم ِإلَ ٰى ِذ ْك ِر ٱ‬

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang

7
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2017), hal.189
8
Ali ibn Muhammad al-Sayyid al-Syarif al-Jarjani, Mu’jam al-Ta’rifat, (Kairo: Dar al-Fadhilah, tt),
hal. 81.
9
Ali Ibn Ahmad Ibn Said Ibn Hazm al-Andalusi, al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, juz 1, (Bairut: Dār
al-Afāq al-Jadīdah, tt), hal. 62.

5
yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak
ada baginya seorang pemimpin.10” (Q.S. Az-Zumar: 23)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Kitab suci Al-Qur’an seluruhnya
merupakan mutasyabih, dalam pengertian ayat-ayatnya satu sama lain saling serupa
dalam kesempurnaan dan keindahannya, dan kandungan isinya satu sama lain
saling membenarkan. Inilah yang dimaksud dengan makna mutasyabih secara
umum.
Dari uraian diatas secara bahasa bahwa Al-Qur’an memiliki dua sifat yaitu
muhkam dan mutasyabih. Selama masih dalam definisi secara bahasa, muhkam dan
mutasyabih itu merupakan dua sifat yang saling melengkapi, tidak saling
bertentangan.
Namun pada definisi muhkam dan mutasyabih secara istilah keduanya akan
menjadi berlawanan satu sama lain atau saling bertolak belakang. Istilah tersebut
juga muncul dalam ayat Al-Qur’an :

‫ب َوأُخ َُر ُمتَشَابِ َهات‬


ِ ‫َاب مِ ْنهُ آيَات ُم ْح َك َمات هُن أ ُ ُّم ْال ِكتَا‬
َ ‫علَيْكَ ْال ِكت‬
َ ‫ه َُو الذِي أ َ ْنزَ َل‬
“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat.” (Q.S.Ali Imran: 7)
Jelas sekali Al-Qur’an mempertentangkan makna muhkam dan mutasyabih
di dalam ayat ini. Keduanya dua hal yang saling berbeda di dalam ayat ini. Namun
apa makna muhkam dan mutasyabih yang dimaksud dalam ayat ini, ternyata para
ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bisa Diketahui vs Tidak Bisa Diketahui
Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat
yang maksudnya dapat diketahui secara gamblang, baik melalui takwil atau
tidak.
Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya
hanya dapat diketahui Allah. Seperti ayat yang tidak logis yang
bertentangan dengan akal dan sains, wujud fisik Allah SWT dan juga
termasuk didalamnya terkait dengan hurut -huruf muqatha’ah
2. Satu Pengertian vs Beberapa Pengertian
Seabagian ulama yang lain mengatakan bahwa ayat-ayat muhkamat
adalah ayat-ayat yang memiliki satu pengertian saja dan tidak mengandung

10
Q. S. Az Zumar (39): 23

6
banyak pengertian. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat menurut mereka
adalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian sekaligus.
Pendapat ini umumnya sesuai dengan pemahaman para ahli fiqih,
yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas radhiyallahuanhu. Lafadz muhkam
adalah lafadz yang bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah saja.
Sedangkan lafadz yang mutasyabih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan
dalam beberapa arah karena masih sama.11
3. Diketahui Langsung vs Dikaitkan Ayat Lain
Ada juga sebagian ulama yang mengatakan bahwa ayat-
ayatmuhkamat adalaah ayat-ayat yang maksudnya dapat diketahui secara
langsung, tidak memerlukan lagi keterangan lain.
Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang tidak
dipahami kecuali setelah dikaitkan dengan ayat lain.12
Ayat yang muhkamat adalah ayat-ayat yang terang dan tegas,
maksudnya dapat dipahami dengan mudah. Sedang ayat mutasyabihat
adalah ayar-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat
ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sudah diselidiki secara
mendalam, atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui
seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya
ayat-ayat yang mengenai hari kiamat,surga,neraka dan lain-lain.13
B. Sebab-sebab Adanya Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
1. Ayat-ayat Muhkam
Secara umum para ulama berpendapat, sebab adanya ayat-ayat muhkam itu
sudah jelas, yakni kebanyakan para ulama mengacu pada keterangan ayat 1 surah
Hud yang artinya: “Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi.” Juga
karena kebanyakan tertib dan susunan ayat-ayat al-Qur‟an itu rapi dan urut,
maknanya juga mudah dicerna akal pikiran karena tidak samar artinya sehingga
dapat dipahami dengan mudah.
Adapaun contoh ayat-ayat muhkam sebagai berikut:
َ‫ي َخلَقَ ُك ْم َوال ِذيْنَ مِ ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَل ُك ْم ت َتقُ ْون‬ ُ ‫ٰيٓاَيُّ َها الن‬
ْ ‫اس ا ْعبُد ُْوا َرب ُك ُم ال ِذ‬
Artinya: “Hai manusia, Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.14 (Q.s. al-Baqarah: 21)

11
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu), 2008, hal.239
12
Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Qur’an, (Riyadh: Muassasah ar-Risalah, 1976) hal.216
13
Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, 1983) hal.76
14
Q.s. al-Baqarah: 21

7
2. Ayat-ayat Mutasyabih
Adapun, adanya ayat-ayat mutasyabih dalam al-Qur’an secara rinci
disebabkan oleh tiga hal yaitu: kesamaran lafal, kesamaran makna dan kesamaran
pada lafal dan makna.
a. Kesamaran pada lafal Sebab kesamaran pada lafal ini ada dua macam, yaitu:
1) Kesamaran pada lafal mufrad
Kesamaran pada lafal mufrad (lafal yang belum tersusun dalam kalimat)
maksudnya yaitu terdapat lafal-lafal mufrad yang artinya tidak jelas, baik
disebabkan lafalnya yang gharib (asing) atau musytarak (bermakna ganda)
Contoh kesamaran lafal mufrad gharib (asing)
Q.S. Abasa 80: 31
‫َوفَا ِك َهة َوأَبًّا‬
Artinya: “Dan buah-buahan dan serta rumput-rumputan”15
Lafal ًّ‫ أَب‬pada ayat tersebut mutasyabih karena jarangnya digunakan, sehingga
asing. Kata ًّ‫ أَب‬diartikan rumput-rumputan berdasarkan pemaaman dari ayat
berikutnya.
Q.S. Abasa 80: 32
‫َمت َاعا لَ ُك ْم َو ِِل َ ْنعَامِ ُك ْم‬
Artinya: “Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”16
2) Contoh kesamaran pada lafal mufrad yang Musytarak (bermakna ganda)
Q.s. As-Saffat 37: 93
ِ ِ‫ض ْربا ِب ْال َيم‬
‫ين‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫فَ َرا‬
َ ‫غ‬
Artinya: “Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan
tangan kanannya/kuatnya”.17
ِ ِ‫ ْليَم‬dalam ayat tersebut adalah lafal mufrad yang musytarak
Lafal ‫ين‬
(bermakna ganda). Kata ‫ين‬ ِ ِ‫ ْليَم‬tersebut bisa berarti tangan kanan atau kekuatan. Arti
ِ ِ‫ ْليَم‬sehingga mengakibatkan kesamaran.
tersebut semuanya relevan untuk kata ‫ين‬ 18

15
Q.s. Abasa 80:31
16
Q.s. Abasa 80: 32
17
Q.s. As-Saffat 37: 93
18
Diah Rusmala & Ghamal Sholeh Hutomo, Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan Adanya Ayat-ayat
Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Al-Qur‟an, Islamika: Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan
vol. 2, No. 1, 2020 hal. 69

8
Apakah arti tangan kanan, sehingga ayat itu berarti Nabi Ibrahim memumukul
berhala-berhala itu dengan tangan kanannya, sebab beliau tidak kidal tentunya.
Ataukah arti kuat, sehingga ayat itu berarti Nabi Ibrahim memukul berhala-berhala
dengan kuat karena berhala-berhala itu kebanyakan terbuat dari batu. Begitu juga
beberpa huruf Muqaththa‟ah (penggalan-penggalan huruf di pembukaan atau
permulaan surat-surat dalam al-Qur‟an).
3) Kesamaran dalam lafal murakkab
Kesamaran dalam lafal murakkab itu disebabkan karena lafal-lafal yang
murakkab (lafal yang tersusun dalam kalimat) itu terlalu ringkas, terlalu luas atau
karena susunan kalimatnya kurang tertib.
a) Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas.
Q.s. An-Nisa’: 3
‫ع ۖ فَإِ ْن‬ َ ‫ساءِ َمثْن َٰى َوث ُ ََل‬
َ ‫ث َو ُربَا‬ َ ِ‫اب لَ ُك ْم مِ نَ الن‬
َ ‫ط‬َ ‫طوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِك ُحوا َما‬ ُ ‫َوإِ ْن خِ ْفت ُ ْم أَّل ت ُ ْق ِس‬
‫َت أ َ ْي َمانُ ُك ْم ۚ ٰذَلِكَ أَدْن َٰى أَّل تَعُولُوا‬
ْ ‫خِ ْفت ُ ْم أَّل تَ ْع ِدلُوا فَ َواحِ دَة أ َ ْو َما َملَك‬
Artinya: “Dan jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bila kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat.” 19
Ayat tersebut masih sukar dipahami karena susunan kalimatnya terlalu
singkat sehingga membutuhkan keterangan tambahan untuk melengkapinya agar
dapat memperjelas maksudnya, yaitu “jika takut tidak dapat berlaku adil terhadap
hak istrinya yang yatim harus dijaga status dan hartanya sebagai anak yatim, maka
supaya menikahi wanita yang tidak yatim dimana lebih bebas sedikit penjagaan
terhadap hak-haknya.
b) Contoh kesamaran lafal murakkab yang terlalu luas
Q.s. Asy-Syura: 11
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ َ‫ش ْيء ۖ َوه َُو السمِ ي ُع ْالب‬
َ ‫ْس َكمِ ثْ ِل ِه‬
َ ‫لَي‬
Artinya: “Tidak ada sesuatu apapun seperti yang seperti-Nya.”20
Pada ayat tersebut kelebihan huruf kaf dalam kata kamitslihi. Sehingga sulit
dimengerti maksudnya.

19
Q.s. An-Nisa’: 3
20
Q.s. Asy-Syura: 11

9
c) Contoh kesamaran lafal murakkab yang tidak tertib
Q.s. Al-Kahfi: 1
َ ‫ع ْب ِد ِه ْال ِكت‬
‫َاب َولَ ْم يَ ْجعَ ْل لَهُ ع َِوجا‬ ِ ِ ُ‫ْال َح ْمد‬
َ ‫ّلل الذِي أ َ ْنزَ َل‬
َ ‫علَ ٰى‬
Artinya: “Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-kitab (al Qur‟an) dan dia
tidak mengadakan kebengkokan didalamnya, sebagai bimbingan yang lurus.” 21
Susunan kalimat ditertibkan dengan memindahkan kata qayyiman sebelum
kata walam yaj‟al maka maknanya lebih jelas.
Artinya: “Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-kitab (al-Qur‟an sebagai
bimbingan yang lurus, dan tidak mengadakan kebengkokan didalamnya.”22
b. Kesamaran pada makna ayat
Kesamaran itu karena makna dari lafal-lafalnya tidak terjangkau oleh akal
pikiran manusia. Contohnya seperti makna dari sifat-sifat Allah, sifat Qodrat
Iradatnya, mauupun sifat-sifat lainnya. Dan termasuk juga dari ihwal hari kiamat,
kenikmatan surga, siksa kubur dan lain sebagainya.
c. Kesamaran pada lafal dan makna ayat
Contohnya dalam Q.s. al-Baqarah:189
‫ورهَا َو ٰلَكِن‬ ُ ‫ْس ْال ِب ُّر ِبأ َ ْن ت َأْتُوا ْالبُيُوتَ مِ ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬ َ ‫ج ۗ َولَي‬ ِ ‫اس َو ْال َح‬
ِ ‫ِي َم َوا ِقيتُ لِلن‬ َ َ‫َي ْسأَلُونَك‬
َ ‫ع ِن ْاِلَهِل ِة ۖ قُ ْل ه‬
َ‫ْالبِر َم ِن اتقَ ٰى ۗ َوأْتُوا ْالبُيُوتَ مِ ْن أَب َْوابِ َها ۚ َواتقُوا ّللاَ لَعَل ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah “bulan sabit
itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji. Dan bukanlah
kebijakan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa”.23
Kesamaran pada ayat tersebut yaitu: pertama, dari lafal terlalu ringkas.
Kedua dari segi makna tidak jelas yang dimaksud, karena termasuk adat kebiasaan
khusus orang Arab yang tidak mudah diketahui oleh bangsa lain. Maka akan lebih
mudah dipahami, jika ditambah ungkapan

21
Q.s. Al-Kahfi: 1
22
Diah Rusmala & Ghamal Sholeh Hutomo , Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan Adanya Ayat-ayat
Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Al-Qur‟an, Islamika: Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan
vol. 2, No. 1, 2020 hal.71
23
Q.s. al-Baqarah:189

10
(Jika kalian sedang melakukan ihram untuk haji atau umroh). Apalagi jika
sudah mengetahui syarat dan rukun ihram, sehingga tidak akan ada masalah
baginya.
Beberap contoh ayat al-Qur‟an di atas menunjukkan bahwa di dalam al-
Qur‟an terdapat lafal-lafal mutasyabih yang makna-maknanya serupa dengan
makna yang kita ketahui dalam kehidupan di dunia tetapi pada dasarnya kata-kata
tersebut tidaklah sama dengan makna yang diketahui manusia. Misalnya kata
“bersemayam, wajah Allah, tangan Allah, diatas hambanya”.
Dengan demikian, kajian muhkamat dan mutasyabbihat basisnya adalah
teks (nash) Al-Qur‟an; jelas dan tidak jelasnya makna dilihat dari teks tersebut
menunjuk pada satu arti ataukah menunjuk pada arti banyak; atau teks tersebut
menunjukkan pada makna yang jelas dan mono tafsir ataukah menunjukkan pada
makna yang samar dan multi tafsir. Oleh karena itu, kajian muhkamat dan
mutasyabbihat dapat dikatakan bisa bersifat objektif dan juga bisa bersifat subjektif.
Dikatakan objektif, disebabkan oleh letak kejelasan/kesamaran makna pada teks itu
sendiri dan dikatakan subjektif, dengan alasan setiap orang memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda, sehingga bagi seseorang apabila satu ayat dianggap
sudah jelas maknanya, sedang bagi yang lain dianggap ayat tersebut masih samar
maknanya. Oleh karenanya jelas ataupun tidaknya sebuah kata atau ayat bukan
hanya terletak pada teks tetapi juga pada tingkat pemahaman setiap individu.24
C. Ciri-ciri Muhkam dan Mutasyabih
Untuk mengetahui makna apakah ayat itu termasuk ayat muhkam atau
mutasyabih, lebih mudah jika mengetahui ciri-cirinya, berikut ciri-ciri muhkam dan
mutasyabih
1. Ciri-ciri Muhkam
a. Ayat-ayatnya sudah jelas, sehingga tidak memerlukan penjelasan penalaran
yang lebih mendalam lagi karna sudah dapat dipahami artinya.
b. Ayat-ayatnya hanya mempunyai satu penafsiran makna saja.
2. Ciri-ciri Mutasyabih
a. Ayat-ayatnya samar dalam pengertian masih membutuhkan penjelasan dari
ayat lain atau memerlukan penalaran untuk mengetahui maksudnya.

24
Musta‟in, Arah baru pengembangan ulumul Qur‟an (Telaah metodelogis ilmu muhkam-
mutasyabbih), MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir: Vol. 4, No. 2, 2019, h: 198.

11
b. Ayat-ayatnya memiliki banyak makna.
D. Pendapat Ulama’ tentang Muhkam dan Mutasyabih
Dalam al-qur’an sering kita temui ayat–ayat mutasyabihat yang
penjelasannya memerlukan penjelasan dari ayat–ayat yang lain. Mengenai hal
tersebut, para ulama memiliki pendapat yang berbeda–beda. Antar lain:25
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang
jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikhkan. Sedangkan lafadz
mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk
hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang
ghaib.
2. Mayoritas lama golongan ahlu fiqih yan berasal dari pendapatan sahabat
Ibnu Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa
dita’wil kecuali satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya
dapat dita’wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama.
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha
untuk mengimaninya dan menyerahkannya makna serta pengertiannya
hanya kepada Allah SWT. Bagi kaum salaf, ayat-ayat mutasyabihat tidak
perlu dita’wilkan. Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT,
mereka hanya berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huraiman. Mereka berbendapat bahwa ayat-
ayat mutasyabihat harus ditetapkan makanya dengan pengertian yang sesuai
dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka mentawa’wilkan lafdz
istiwa’ (bersemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa
susah payah. Kalimat ja’a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-fajr:
22, dita’wilkan dengan kedatangan perintah-Nya. 26

E. Mengetahui Hikmah mempelajari Muhkam dan Mutasyabih


Dibawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkam dam
mutasyabih, diantaranya adalah:
1. Muhkam
a. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang ekamapuannya Bahasa
Arabnya lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
b. Memudahkan manusia mengetahui arti, maksud dan menghayatinya.
c. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
Al-Qur’an sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.

25
Djalal, abdul, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu,2008),hlm.239.
26
Mansyur, kahar, pokok-pokok ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm, 125.

12
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isinya.
e. Mempercepat usaha tahfidzul Qur’an.27
2. Mutasyabihat
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya aka padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang
benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah,
segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur
dengan kebathilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-
Qur’an sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan
khusyu’ sambil merenungkan dan berpikir.
c. Ayat-ayat mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk
mengungkap maksudnya sehingga menambahka pahala bagi orang yang
mengkajinya.
d. Jika Al-Qur’an mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untk
memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti ilmu Bahasa, gramatika, ma’ani.
Ushul fiqih dan sebagainya.28

27
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm.90.
28
Jamil, Muhammad, Bagaimana Memahami Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1995) hlm
121

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum
jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya
yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan
bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai
berikut: Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya,
kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat Al-
Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan
amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an
mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk
bagi manusia.
Muhkam Mutasyabih juga berlaku dalam studi hukum Islam, hanya saja dalam
istilah ushul fiqh masuk dalam kategori nasikh mansukh, mujmal mubayyin, dan
dhahir muawwal. Kemudian dalam kaitan penerapan dalam hukum Islam hanya
diperkenankan bagi ayat Muhkamat saja, mengingat target dari hukum Islam adalah
aspek amaliyah hamba, sedangkan untuk ayat Mutasyabihat hanya boleh untuk
sekedar dikaji namun tidak bisa dijadikan dasar.
B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kami dan pembaca pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
al-Andalusi, Ali Ibn Ahmad Ibn Said Ibn Hamz. al-Ihkam fi Ushul Al-ahkam .
Bairut: Dar al-Falaq al-Jadidah.
al-ashfihani, Ar-Raghib. Mu'jam Mufradat Alfazh Al-Qur'an. Beirut: Dar al-Fikr.
al-Jarjani, Ali ibn Muhammad al-Sayyid al-Syarif. Mu'jam al-Ta'rifat. Kairo: Dar
al- Fadhilah.
Al-Qathan, Manna'. 2002. Mabahis fi 'Ulum Al-Qur'an . Kairo: Maktabah Wahdah.
Al-Qathan,Manna' 1976. Mabahits fi 'Ulum Al-Qur'an . Riyadh: Muassasah ar-
Risalah.
al-Qattan,Manna Khalil. 1973. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an. Jakarta: PT Pustaka
Litera Antarnusa.
Diah Rusmala, Ghamal Sholeh Hutomo. 2020. "Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan
Adanya Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Al-Qur'an."
Islamika: Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan vol. 2 69.
Djalal.abdul. 1992. Ulumul Qur'an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Ilyas, Yunahar. 2017. Kuliah Ulumul Qur'an. Yogyakarta: ITQAN Publishing.
Jalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur'an. Surabaya: Dunia ilmu.
Jamil, Muhammad. 1995. Bagaimana Memahami Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar .
Khalil. 1973. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an. Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa.
Kholid Harras, dkk. 2007. Membaca I. Jakarta: Universitas Terbuka.
Masyur, Kahar. 1992. Pokok-pokok Ulumul Qur'an. Jakarta: Rineka Cipta.
Musta'in. 2019. "Arah Baru Pengembangan ulumul Qur'an (Telaah metodelogis
ilmu muhkam-mutasyabbih)." MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir, vol. 4, No. 2 198.
RI, Dapartemen Agama. 1983. Al-Qur'an dan Terjemahannya . Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an.
Shibab, Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur'an . Bandung: Mizan.

15

Anda mungkin juga menyukai