Disusun oleh:
Aisyah Khumair Dian N. (02)
Fathimatul Husna (12)
Irzam Yulian Arrizky (15)
M. Shoni Nuril Jinan. (16)
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji Syukur atas Rahmat dan Ridha Allah Swt,
karena dengan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muhkam &
Mutasyabih” dengan baik. Shalawat sereta salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw. yang telah mengubah dari zaman jahiliyah ke zaman yang bernafaskan Islam,
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Ilmu Tafsir”. Selain itu, makalah ini
materi. Karena itu kritik dan saran juga kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 5
1. PENGERTIAN MUHKAM & MUTASYABIH ......................................................................... 5
2. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KESAMARAN ......................................................................... 5
3. MACAM-MACAM MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN .............................................. 5
4. PANDANGAN ULAMA TENTANG MUHKAM DAN MUTASYABIH ................................. 6
5. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH .................................................... 6
BAB III ISI ................................................................................................................................................ 8
1. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH .................................................................... 8
2. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KESAMARAN ....................................................................... 10
3. MACAM-MACAM MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN ............................................ 11
4. PANDANGAN ULAMA TENTANG MUHKAM DAN MUTASYABIH ............................... 11
5. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH................................................... 13
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 16
B. SARAN ........................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kemampuan berpikir manusia. Dalam konteks ‘ulumul qur’an, terdapat ayat/kalimat yang
mungkin bisa dipahami oleh semua manusia, tetapi ada juga ayat/kalimat yang hanya bisa
dipahami maksud dan maknanya oleh ‘Ulama. Bahkan ada ayat yang maknanya hanya
diketahui oleh Allah Swt. Oleh karena itu, muncullah istilah al muhkam dan al-Mutasyābih
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
Muhkam secara lughawy berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan
antara dua hal atau lebih perkara. Sedangkan secara istilah adalah sesuatu yang
dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil. Kata mutasyābih
( )متشابهterambil dari akar kata asy-Syabbah ( ) الشبةyang bermakna serupa (tapi tak sama).
Para ulama mengembalikan sebab-sebab timbulnya kesamaran pada tiga hal pokok:
c. Ayat-ayat mutasyābihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan
5
d. Lafaz Mutasyabih terdapat dalam QS Az-Zumar : 23
b. Madzhab Khalaf, yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil
kepada makna yang laik dengan Dzat Allah, karena itu mereka disebut pula Muawwilah
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
kandungan Al-Quran.
1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah
merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya mendapatkan serta
semua manusia.
4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah Swt. dan ketinggian
ayat-ayat-Nya.
7
BAB III
ISI
Muhkam secara lughawy berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan
antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang mencegah yang zalim
dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Sedangkan muhkam adalah sesuatu yang
dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil.
serupa (tapi tak sama). Yang dimaksud oleh ayat Az-Zumar di atas adalah ayat-ayat Al-
Qur’an serupa dalam keindahan dan ketepatan susunan redaksinya serta kebenaran
informasinya.
8
1) Ayat yang diketahui maksudnya, baik karena kejelasan redaksinya sendiri, maupun
4) Ayat yang jelas maknanya dan tidak membutuhkan penjelasan dari luar dirinya, atau
1) Ayat-ayat yang hanya Allah yang tahu kapan terjadi apa yang diinformasikannya, seperti
kapan tibanya Hari Kiamat, atau hadirnya dabbat (QS. An-Naml [27]: 82).
5) Apa yang diperintahkan untuk diimani, lalu menyerahkan maknanya kepada Allah.
7) Fawatihus Suwar, yaitu huruf-huruf alfabetis yang terdapat pada awal-awal surat. Istilah
fawatihas-suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan
jamak taksir dari fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar adalah
jamak taksir dari kata surah, yang berarti surah. Dengan demikian, istilah fawatih as-
suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-surah”. Tokoh yang banyak mengkaji
9
mengenai fawatih as-suwar adalah Ibnu Abi Al-Ishba’ dengan karyanya Al-Khawathir As-
Mayoritas ulama ahl al-Fiqh mengemukakan, muhkam ialah lafadz yang tidak
dapat ditakwilkan kecuali hanya satu segi makna saja. Mutasyabih ialah lafadz yang
artinya dapat ditakwilkan ke dalam beberapa segi karena masih terdapat kesamaran, seperti
takwilnya oleh siapapun kecuali Allah Swt. Mereka mewajibkan agar orang tidak mencari-
cari takwilnya dan menyerahkan persoalan itu hanya kepada Allah Swt. Sedangkan orang-
orang yang mendalam ilmunya hanya berucap “kami mengimaninya, semuanya datang dari
Tuhan kami”.3
Para ulama mengembalikan sebab-sebab timbulnya kesamaran pada tiga hal pokok:
1) Kesamaran pada lafadz/kata yang digunakan ayat, seperti firman Allah yang
kaumnya.
misalnya:
“Tangan Tuhan di atas tangan mereka” (QS. Al- Fath [48]: 10).
1
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran (Jakarta: Amzah, 2012), 53-54.
2
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/v-behaviorurldefaultvmlo_84.html
3
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf
10
3) Kesamaran pada lafadz dan maknanya.
Penggalan ayat ini dapat dinilai mutasyābih, karena redaksinya yang sangat singkat. Di
samping itu maknanya tidak jelas sehingga diperlukan pengetahuan menyangkut adat
istiadat masyarakat Arab Jahiliyah/awal masa Islam, menyangkut cara mereka masuk
rumah.
pengetahuan tentang zat Allah dan hakikat sifat-sifat-Nya, pengetahuan tentang waktu
b. Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan
c. Ayat-ayat mutasyābihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan
11
a. Madzhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat
mensucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah dan
mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah, mereka disebut pula madzhab
b. Madzhab Khalaf, yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil
kepada makna yang laik dengan Dzat Allah, karena itu mereka disebut pula Muawwilah
atau Madzhab Takwil. Mereka memaknai istiwa` dengan ketinggian yang abstrak,
berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan. Kedatangan
dengan Allah Maha Tinggi, bukan berada di suatu tempat, “sisi” Allah dengan hak
Allah, “wajah” dengan zat “mata” dengan pengawasan, “tangan” dengan kekuasaan,
dan “diri” dengan siksa. Demikian sistem penafsiran ayat-ayat mutasyābihat yang
hal yang harus dilakukan adalah memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang
Selama mungkin mentakwil kalam Allah dengan makna yang benar, maka nalar
Disamping dua mazhab di atas, ternyata menurut as-Suyuti bahwa Ibnu Daqiq alId
mengemukakan pendapat yang menengahi kedua mazhab di atas. Ibnu Daqiqi al-Id
12
berpendapat bahwa jika ta’wīl itu jauh maka kita tawaqquf (tidak memutuskan). Kita
menyakini maknanya menurut cara yang dimaksudkan serta mensucikan Tuhan dari
Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab salaf dikatakan lebih
aman karena tidak dikhawatirkan jatuh ke dalam penafsiran dan penakwilan yang
menurut Tuhan salah. Mazhab khalaf dikatakan lebih selamat karena dapat
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan Bahasa Arabnya lemah.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi
ajaranajarannya.
karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya,
tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.4
4
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf
13
• Hikmah ayat-ayat Mutasyabih
1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah
merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya mendapatkan serta
tidak bergantung secara terus menerus pada penjelasan Allah, tetapi mereka bisa
bergerak sendiri untuk mencari kebenaran dengan bantuan cahaya ayat-ayat Allah.
manusia diuji keimanannya, apakah mereka tetap percaya dan tunduk kepada ayat-ayat
Allah atau berpaling dan cenderung memperalat ayat-ayat Allah untuk kepentingan
semua manusia. Oleh karena itu ia diformulasikan dalam bahasa yang universal dan
berbagai isyarat dan ketentuan ketentuan yang pasti. Dengan demikian ayat-ayat
mutasyabihat adalah konsekuensi yang tidak dapat dielakkan untuk menjaga keutuhan
4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah dan ketinggian ayat-
14
5. Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda dalam penafsiran
dalam rangka menjadikan mereka lebih terbuka dan toleran. Sekiranya semua ayat
adalah muhkamat, maka yang terjadi adalah kebekuan dan statis, madzhab hanya satu,
5
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Muhkam secara lughawy berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan
antara dua hal atau lebih perkara. Sedangkan secara istilah adalah sesuatu yang
dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil. Kata mutasyābih
( )متشابهterambil dari akar kata asy-Syabbah ( ) الشبةyang bermakna serupa (tapi tak sama).
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas (tidak samar lagi),
B. SARAN
Kita sebagai umat muslim terutama pemuda-pemudi islam sudah seharusnya
mengetahui dan memahami materi tentang Muhkam dan Mutasyabih lebih dalam lagi,
karena itu sangat penting untuk ilmu agama, anak cucu kita InsyaaAllah, dan untuk negara
16
DAFTAR PUSTAKA
2 http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/v-behaviorurldefaultvmlo_84.html
3 https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf
4 https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf
5 https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf
17