Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MUHKAM DAN MUTASYABIH


Mata Pelajaran: Ilmu Tafsir
Pengajar: Udzlifatul Chasanah, S.Ag

Disusun oleh:
Aisyah Khumair Dian N. (02)
Fathimatul Husna (12)
Irzam Yulian Arrizky (15)
M. Shoni Nuril Jinan. (16)

KELAS XI JURUSAN KEAGAMAAN


MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 MOJOKERTO
TAHUN 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji Syukur atas Rahmat dan Ridha Allah Swt,

karena dengan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muhkam &

Mutasyabih” dengan baik. Shalawat sereta salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad Saw. yang telah mengubah dari zaman jahiliyah ke zaman yang bernafaskan Islam,

semoga kelak kita mendapat Syafa’at-Nya Aamiin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Ilmu Tafsir”. Selain itu, makalah ini

bertujuan menambah wawasan tentang materi Muhkam & Mutasyabih.

Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan dan

materi. Karena itu kritik dan saran juga kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 5
1. PENGERTIAN MUHKAM & MUTASYABIH ......................................................................... 5
2. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KESAMARAN ......................................................................... 5
3. MACAM-MACAM MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN .............................................. 5
4. PANDANGAN ULAMA TENTANG MUHKAM DAN MUTASYABIH ................................. 6
5. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH .................................................... 6
BAB III ISI ................................................................................................................................................ 8
1. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH .................................................................... 8
2. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KESAMARAN ....................................................................... 10
3. MACAM-MACAM MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN ............................................ 11
4. PANDANGAN ULAMA TENTANG MUHKAM DAN MUTASYABIH ............................... 11
5. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH................................................... 13
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 16
B. SARAN ........................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an diturunkan dengan Bahasa arab, untuk memahami hukum-hukum yang

terkandung didalamnya diperlukan pemahaman dalam kebahasaan. Demikian halnya

kemampuan berpikir manusia. Dalam konteks ‘ulumul qur’an, terdapat ayat/kalimat yang

mungkin bisa dipahami oleh semua manusia, tetapi ada juga ayat/kalimat yang hanya bisa

dipahami maksud dan maknanya oleh ‘Ulama. Bahkan ada ayat yang maknanya hanya

diketahui oleh Allah Swt. Oleh karena itu, muncullah istilah al muhkam dan al-Mutasyābih

yang merupakan salah satu kajian penting dalam ‘ulumul qur’an.

Untuk itu kami akan menjelaskan/memperluas materi tentang Muhkam &

Mutasyabih, semoga bermanfaat.

B. RUMUSAN MASALAH

Muhkam & Mutasyabih

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MUHKAM & MUTASYABIH

Muhkam secara lughawy berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan

antara dua hal atau lebih perkara. Sedangkan secara istilah adalah sesuatu yang

dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil. Kata mutasyābih

(‫ )متشابه‬terambil dari akar kata asy-Syabbah (‫ ) الشبة‬yang bermakna serupa (tapi tak sama).

Maksudnya ayat-ayat Al-Qur’an serupa dalam keindahan dan ketepatan susunan

redaksinya serta kebenaran informasinya.

2. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KESAMARAN

Para ulama mengembalikan sebab-sebab timbulnya kesamaran pada tiga hal pokok:

1) Kesamaran pada lafadz/kata yang digunakan ayat

2) Kesamaran pada maknanya

3) Kesamaran pada lafadz dan maknanya

3. MACAM-MACAM MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN

a. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada

b. Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui

c. Ayat-ayat mutasyābihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan

bukan semua ulama.

5
d. Lafaz Mutasyabih terdapat dalam QS Az-Zumar : 23

4. PANDANGAN ULAMA TENTANG MUHKAM DAN MUTASYABIH

a. Madzhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat

Mutasyābih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.

b. Madzhab Khalaf, yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil

kepada makna yang laik dengan Dzat Allah, karena itu mereka disebut pula Muawwilah

atau Madzhab Takwil.

5. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH

• Hikmah ayat-ayat Muhkam

1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.

2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya.

3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi

kandungan Al-Quran.

4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya.

• Hikmah ayat-ayat Mutasyabih

1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah

merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya mendapatkan serta

membuka misteri-misteri itu.

2. Sebagai cobaan dari Allah Swt.


6
3. Sesuai dengan perkataan Fakhr ar Raziy, ayat-ayat Al-Quran ditujukan kepada

semua manusia.

4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah Swt. dan ketinggian

ayat-ayat-Nya.

7
BAB III

ISI

1. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH

Muhkam secara lughawy berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan

antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang mencegah yang zalim

dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Sedangkan muhkam adalah sesuatu yang

dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil.

Seluruh ayat Al-Qur’an bersifat muhkam Allah melukiskannya sebagai Allah

Subhanahu Wa Ta'ala berfirman

ُ‫اب أُحْ ِك َمتْ آ َياتُه‬


ٌ َ ‫ِكت‬
Artinya: “Kitab yang ayat-ayatnya diperjelas, terbebaskan dari kesalahan dan

serta tersusun rapi tanpa cacat” (QS. Hud [11]: 1)

Allah Swt. juga memperkenalkan Al-Qur’an sebagai:

‫ِكتَاب ٍا ُمتَشَا ِب ًها‬

Artinya: “Kitab yang Mutasyābih” (QS. Az-Zumar [39]:23)

Kata mutasyābih (‫ ) متشابه‬terambil dari akar kata asy-Syabbah (‫ ) الشبة‬yang bermakna

serupa (tapi tak sama). Yang dimaksud oleh ayat Az-Zumar di atas adalah ayat-ayat Al-

Qur’an serupa dalam keindahan dan ketepatan susunan redaksinya serta kebenaran

informasinya.

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan muhkam, antara lain:

8
1) Ayat yang diketahui maksudnya, baik karena kejelasan redaksinya sendiri, maupun

melalui ta’wīl penafsiran.

2) Ayat yang tidak dapat menerima kecuali satu penafsiran.

3) Ayat yang kandungannya tidak mungkin dibatalkan (mansukh).

4) Ayat yang jelas maknanya dan tidak membutuhkan penjelasan dari luar dirinya, atau

ayat yang tidak disentuh oleh sedikitpun kemusykilan.

Mutasyābih juga diperselisihkan definisinya, antara lain:

1) Ayat-ayat yang hanya Allah yang tahu kapan terjadi apa yang diinformasikannya, seperti

kapan tibanya Hari Kiamat, atau hadirnya dabbat (QS. An-Naml [27]: 82).

2) Ayat yang tidak dapat dipahami kecuali mengaitkannya dengan penjelasan.

3) Ayat yang mengandung banyak kemungkinan makna.

4) Ayat yang mansukh yang tidak diamalkan karena batal hukumnya.

5) Apa yang diperintahkan untuk diimani, lalu menyerahkan maknanya kepada Allah.

6) Qaṣaṣul Qur’an, yaitu kisah-kisah dalam Al-Qur’an.

7) Fawatihus Suwar, yaitu huruf-huruf alfabetis yang terdapat pada awal-awal surat. Istilah

fawatihas-suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan

jamak taksir dari fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar adalah

jamak taksir dari kata surah, yang berarti surah. Dengan demikian, istilah fawatih as-

suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-surah”. Tokoh yang banyak mengkaji

9
mengenai fawatih as-suwar adalah Ibnu Abi Al-Ishba’ dengan karyanya Al-Khawathir As-

Sawanih fi Asrar Al-Fawatih.1

Mayoritas ulama ahl al-Fiqh mengemukakan, muhkam ialah lafadz yang tidak

dapat ditakwilkan kecuali hanya satu segi makna saja. Mutasyabih ialah lafadz yang

artinya dapat ditakwilkan ke dalam beberapa segi karena masih terdapat kesamaran, seperti

masalah surga, neraka, dan lain sebagainya.2

2. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KESAMARAN


Sebagian ulama berpendapat, bahwa ayat-ayat mutasyabbihat tidak dapat diketahui

takwilnya oleh siapapun kecuali Allah Swt. Mereka mewajibkan agar orang tidak mencari-

cari takwilnya dan menyerahkan persoalan itu hanya kepada Allah Swt. Sedangkan orang-

orang yang mendalam ilmunya hanya berucap “kami mengimaninya, semuanya datang dari

Tuhan kami”.3

Para ulama mengembalikan sebab-sebab timbulnya kesamaran pada tiga hal pokok:

1) Kesamaran pada lafadz/kata yang digunakan ayat, seperti firman Allah yang

menginformasikan sikap Nabi Ibrahim As. Terhadap patung-patung sembahan

kaumnya.

2) Kesamaran pada maknanya, seperti uraian Al-Qur’an tentang sifat-sifat Allah,

misalnya:

‫يَ ُد هللا فَ ْوق أ ْي ِد ْي ِه ْم‬

“Tangan Tuhan di atas tangan mereka” (QS. Al- Fath [48]: 10).

1
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran (Jakarta: Amzah, 2012), 53-54.
2
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/v-behaviorurldefaultvmlo_84.html
3
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf

10
3) Kesamaran pada lafadz dan maknanya.

Penggalan ayat ini dapat dinilai mutasyābih, karena redaksinya yang sangat singkat. Di

samping itu maknanya tidak jelas sehingga diperlukan pengetahuan menyangkut adat

istiadat masyarakat Arab Jahiliyah/awal masa Islam, menyangkut cara mereka masuk

rumah.

3. MACAM-MACAM MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN


a. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada maksudnya, seperti

pengetahuan tentang zat Allah dan hakikat sifat-sifat-Nya, pengetahuan tentang waktu

kiamat dan hal-hal gaib lainnya.

b. Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan

pengkajian, seperti ayat-ayat mutasyābihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas,

panjang, urutan, dan seumpamanya.

c. Ayat-ayat mutasyābihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan

bukan semua ulama.

d. Lafaz Mutasyabih terdapat dalam QS. Az-Zumar : 23

‫اب ُمتَشَابِهَا َّمثَان ِْي‬


ً َ ‫ِكت‬

…(yaitu) Al-Qur'an yang serupa (Mutasyabih) lagi berulang-ulang....

Mutasyabih di ayat kedua dimaksudkan untuk menjelaskan segi kesamaan ayat-ayat

alQur'an dalam kebenaran, kebaikan dan kemukjizatannya.

4. PANDANGAN ULAMA TENTANG MUHKAM DAN MUTASYABIH


Dalam hal ini Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama ke dalam dua mazhab:

11
a. Madzhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat

Mutasyābih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka

mensucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah dan

mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an serta menyerahkan urusan

mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka menyerahkan urusan

mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah, mereka disebut pula madzhab

Mufawwidah atau Tafwid.

b. Madzhab Khalaf, yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil

kepada makna yang laik dengan Dzat Allah, karena itu mereka disebut pula Muawwilah

atau Madzhab Takwil. Mereka memaknai istiwa` dengan ketinggian yang abstrak,

berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan. Kedatangan

Allah diartikan dengan kedatangan perintahnya, Allah berada di atas hamba-Nya

dengan Allah Maha Tinggi, bukan berada di suatu tempat, “sisi” Allah dengan hak

Allah, “wajah” dengan zat “mata” dengan pengawasan, “tangan” dengan kekuasaan,

dan “diri” dengan siksa. Demikian sistem penafsiran ayat-ayat mutasyābihat yang

ditempuh oleh ulama Khalaf.

Alasan mereka berani menafsirkan ayat-ayat mutasyābihat, menurut mereka, suatu

hal yang harus dilakukan adalah memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang

mengakibatkan kebingungan manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna.

Selama mungkin mentakwil kalam Allah dengan makna yang benar, maka nalar

mengharuskan untuk melakukannya.

Disamping dua mazhab di atas, ternyata menurut as-Suyuti bahwa Ibnu Daqiq alId

mengemukakan pendapat yang menengahi kedua mazhab di atas. Ibnu Daqiqi al-Id

12
berpendapat bahwa jika ta’wīl itu jauh maka kita tawaqquf (tidak memutuskan). Kita

menyakini maknanya menurut cara yang dimaksudkan serta mensucikan Tuhan dari

semua yang tidak laik bagi-Nya.

Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab salaf dikatakan lebih

aman karena tidak dikhawatirkan jatuh ke dalam penafsiran dan penakwilan yang

menurut Tuhan salah. Mazhab khalaf dikatakan lebih selamat karena dapat

mempertahankan pendapatnya dengan argumen aqly.

5. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH


• Hikmah ayat-ayat Muhkam

1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan Bahasa Arabnya lemah.

Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti

dan faedahnya bagi mereka.

2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi

mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan

ajaranajarannya.

3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi

kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang

dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.

4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya,

karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya,

tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.4

4
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf

13
• Hikmah ayat-ayat Mutasyabih

1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah

merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya mendapatkan serta

membuka misteri-misteri itu. Maka dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat manusia

tidak bergantung secara terus menerus pada penjelasan Allah, tetapi mereka bisa

bergerak sendiri untuk mencari kebenaran dengan bantuan cahaya ayat-ayat Allah.

2. Sebagai cobaan dari Allah. Maksudnya dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat,

manusia diuji keimanannya, apakah mereka tetap percaya dan tunduk kepada ayat-ayat

Allah atau berpaling dan cenderung memperalat ayat-ayat Allah untuk kepentingan

pribadi (mengikuti hawa nafsu).

3. Sesuai dengan perkataan Fakhr ar Raziy, ayat-ayat Al-Quran ditujukan kepada

semua manusia. Oleh karena itu ia diformulasikan dalam bahasa yang universal dan

mengandung berbagai kemungkinan untuk ditakwilkan. Didalamnya mengandung

berbagai isyarat dan ketentuan ketentuan yang pasti. Dengan demikian ayat-ayat

mutasyabihat adalah konsekuensi yang tidak dapat dielakkan untuk menjaga keutuhan

dan universalitas Al-Quran itu sendiri.

4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah dan ketinggian ayat-

ayat-Nya. Dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, manusia dijadikan tunduk terhadap

ketentuan-Nya dan menghancurkan kesombongannya terhadap ketetapan-ketetapan

Allah. Selanjutnya ayat-ayat mutasyabihat menunjukkan keterbatasan manusia yang

harus mereka sadari setiap saat.

14
5. Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda dalam penafsiran

dalam rangka menjadikan mereka lebih terbuka dan toleran. Sekiranya semua ayat

adalah muhkamat, maka yang terjadi adalah kebekuan dan statis, madzhab hanya satu,

dan manusia tidak lagi berkompetisi dalam mencari kebenaran.5

5
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf

15
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Muhkam secara lughawy berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti memutuskan

antara dua hal atau lebih perkara. Sedangkan secara istilah adalah sesuatu yang

dikokohkan, jelas, fasih dan membedakan antara yang hak dan batil. Kata mutasyābih

(‫ )متشابه‬terambil dari akar kata asy-Syabbah (‫ ) الشبة‬yang bermakna serupa (tapi tak sama).

Maksudnya ayat-ayat alQur’an serupa dalam keindahan dan ketepatan susunan

redaksinya serta kebenaran informasinya.

Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas (tidak samar lagi),

sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.

B. SARAN
Kita sebagai umat muslim terutama pemuda-pemudi islam sudah seharusnya

mengetahui dan memahami materi tentang Muhkam dan Mutasyabih lebih dalam lagi,

karena itu sangat penting untuk ilmu agama, anak cucu kita InsyaaAllah, dan untuk negara

kita tercinta agar bisa maju dibidang Agama Aamiin InsyaaAllah.

16
DAFTAR PUSTAKA

M. Taufikurohman. 2020. ILMU TAFSIR_INDONESIA_MAPK KELAS XI_KSKK.pdf

1 Kadar M. Yusuf, Studi Alquran (Jakarta: Amzah, 2012), 53-54.

2 http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/v-behaviorurldefaultvmlo_84.html

3 https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf

4 https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf

5 https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7070822.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai