Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ILMU AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH"


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah
Mata Kuliah: Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Lutfiatun Ni’mah, M. S.I.

Disusun Oleh :
1. Muhammad Frman Maulana 2220110081
2. Muhammad Febriano 2220110084
3. Muhammad Faiz Akbar 2220110087

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb .

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayah – Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “ILMU AL-MUHKANWA AL-MUTASYABIH”
dengan tepat waktu. Makalah ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ulumul Qur’an. Pada kesempatan kali ini tidak lupa kami sampaikan ucapan
terimakasih kepada Ibu Lutfiatun Ni’mah M. S.I. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Ulumul Qur’an yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmunya
kepada kami.
Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman kami, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran kepada pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya
dan kepada pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang kami
sampaikan dalam makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, Oktober 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Segala puji bagi allah yang telah menciptakan manusia dengan berbagai macam
bentuk, kekuatan, kecerdasan yang berbeda-beda. Sehigga ada bebrapa amalan yang tidak
mampu dilakukan oleh seluruh orang, dan ada pula amalan yang hanya bisa dilakukan oleh
orang-orang kuat. Begitu juga halnya dalam kemampuan berfikirpun ada hal-hal yag
dipahami oleh semua orang da nada hal-hal yang hanya bisa dipahami oleh ulama tertentu.
Serta ada juga yang sama sekali tidak bisa dipahami oleh seluruh insan. Terkait itu pula Allah
jadikan didalam al-qur’an hal-hal yang bisa dipahami secara menyeluruh, juga hal-hal yang
hanya dipahami orang tertentu dan allah sajala yang memahami maknanya . Hal semacam ini
sebagai pembahasan ilmu al-Muhkanwa dan al-Mutasyabih yang insya allah akan menjadi
pembahasan makalah kita pada kesempatan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian al-Muhkanwa al-Mutasyabih
2. Lafadz Muhkam dan Mutasyabih didalam al-Qur’an
3. Sebab-sebab terjadinya Tsyabih didalam al-Qur’an
4. Sikap Ulama terhadap Ayat Mutasyabihat
5. Hikmah dari Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian al-Muhkanwa al-Mutasyabih
2. Untuk mengetahui Lafadz Muhkam dan Mutasyabih didalam al-Qur’an
3. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya tasyabih didalam al-Qur’an
4. Untuk mengetahui sikap Ulama terhadap ayat Mutasyabihat
5. Untuk mengetahui hikmah dari ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Muhkam Al-Mutsyabih

Secara Etimologi Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh secara
etimologis berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara
dua hal.

Secara Terminologi:

1. Ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik
melalui takwil maupun tidak. Sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya
hanya dapat diketahui oleh Allah, seperti datangnya hari kiamat, dajjal dan huruf-huruf
muquththo’ah. (kelompok Ahlus Sunnah),
2. Ayat muhkam adalah ayat yang segera dapat diketahui tanpa ditakwil. Sedangkan ayat
mutasyabih adalah ayat maksudnya dapat diketahui dengan penakwilan.
3. Ibn Hatim mengatakan bahwa, ‘Ikrimah, Qatadah dan yang lainnya mengatakan bahwa
ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat mutasyabih
adalah ayat yang harus diimani tetapi tidak harus diamalkan.
B. Lafadz Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Qur’an
Dalam al-qur'an, memang disebutkan kata-kata Muhkam dan Mutasyabih:
1. lafaz Muhkam, terdapat dalam QS. Hud : 1

Sebuah Kitab yang disempurnakan(dijelaskan secara terperici) ayat-ayatnya. Muhkam di


ayat pertama dimaksudkan dengan kesempurnaan al-Qur'an itu dan tidak adanya
pertentangan antara ayat-ayatnya.
2. Lafaz Mutasyabih terdapat dalam Qs Az-Zumar : 23
....(yaitu) al-Qur'an yang serupa (Mutasyabih) lagi berulang-ulang....

Mutasyabih di ayat kedua dimaksudkan untuk menjelaskan segi kesamaan ayat-ayat


alQur'an dalam kebenaran, kebaikan dan kemukjizatannya.

3. Ketiga, lafaz Muhkam dan Mutasyabih sama-sama disebutkan dalam al-Qur'an. Hal ini
terdapat pada Qs Ali Imran : 7
“Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. Di antara
(isi)nya ada ayatayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami” Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
Berdasarkan tiga ayat tersebut, Ibn Habib al-Naisaburi menceritakan adanya tiga
pendapat tentang masalah ini.
1. Pertama berpendapat bahwa al-Qur'an seluruhnya Muhkam berdasarkan ayat
pertama.
2. Kedua berpendapat bahwa al-Qur'an seluruhnya Mutasyabih berdasarkan ayat
kedua.
3. Ketiga berpendapat bahwa sebagian ayat al-Qur'an Muhkam dan lainnya
Mutasyabih berdasarkan ayat ketiga. Inilah pendapat yang sahih.

C. Sebab-sebab terjadinya Tasyabih dalam Al-Qur'an


Sebagian ulama berpendapat, bahwa ayat-ayat mutasyabbihat tidak dapat
diketahui takwilnya oleh siapapun kecuali Allah swt. Mereka mewajibkan agar orang
tidak mencari-cari takwilnya dan menyerahkan persoalan itu hanya kepada Allah swt.
Sedangkan orang-orang yang mendalam ilmunya hanya berucap “kami
mengimaninya, semuanya datang dari Tuhan kami”.
Pendapat para ulama’ mengatakan bahwa penyebab adanya tasyabuh karena beberapa
hal Yaitu:
1). kesamaran pada lafaz ayat,
2). Kesamaran pada makna ayat, dan
3). Kesamaran pada lafaz sekaligus makna ayat itu sendiri.
Pertama, lafadh atau ayat yang sama sekali tidak dapat diketahui hakekatnya.
Seperti tentang waktu kiamat dan hal-hal ghaib lainnya seperti dalam Surat al An’am
59:
“Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri…”
Kedua, ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui
penelitian dan pengkajian. Seperti ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul
akibat ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya. Seperti dalam firman Allah Surat
An-Nisa 3:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. (Qs An-Anisaa: 3)
Penjelasan berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti
pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. Islam memperbolehkan
poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada,
dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW ayat ini
membatasi poligami sampai empat orang saja.
Maksud ayat tersebut di atas tidak jelas, dan ditimbulkan akibat lafadnya yang
ringkas. Karena kalimat asalnya berbunyi:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim
sekiranya kamu kawini mereka, maka kawinilah wanita-wanita selain mereka”.
Ketiga, ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para
ulama tertentu dan bukan semua ulama. Maksudnya yang demikian adalah makna-
makna yang tinggi yang memenuhi hati orang-orang yang jernih jiwanya dan
mujtahid.
Para ulama berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Sebagian mereka
cenderung memahaminya secara leterlek (harfiah) dan sebagian yang lain melihatnya
sebagai isyarat kepada takwil. Dalam hal ini sangat ditentukan oleh persepsi mereka
dalam melihat ayat-ayat itu, apakah ia dapat ditafsirkan (ditakwilkan) atau tidak.,
ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan
bukan semua ulama. Maksudnya yang demikian adalah makna-makna yang tinggi
yang memenuhi hati orang-orang yang jernih jiwanya dan mujtahid.
Para ulama berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Sebagian mereka
cenderung memahaminya secara leterlek (harfiah) dan sebagian yang lain melihatnya
sebagai isyarat kepada takwil. Dalam hal ini sangat ditentukan oleh persepsi mereka
dalam melihat ayat-ayat itu, apakah ia dapat ditafsirkan (ditakwilkan) atau tidak.

D. Sikap Ulama terhadap Ayat Mutasyabihat


Pertama, Madzhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan meyakini
sifat-sifat mutasyabih dan menyerahkan hakekatnya kepada Allah nsendiri. Karena
mereka menyerahkan urusan mengetahui hakekat maksud ayat-ayat mutasyabihat
kepada Allah. Oleh karenanya, mereka disebut Mufawidah atau Tafwid. Sistem
penafsiran tersebut secara umum digunakan Madzhab Salaf dalam memahami ayat-
ayat mutasyabihah. Dalam aplikasinya mereka menggunakan argumen aqli dan naqli.
Kedua, Madzhab Khalaf yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna
lahirnya mustahil dengan makna yang sesuai dan laik untuk dzat Allah. Oleh sebab itu
mereka disebut Muawwilah atau Madzhab Takwil. Seperti mereka memaknakan
istiwa dengan ketinggian yang abstrak, berupa pengendalian Allah terhadap alam.
Kedatangan Allah diartikan dengan kedatangan perintahnya. Allah berada diatas
hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi, bukan berada suatu tempat. Sisi Allah dengan
hak Allah. Wajah dengan dzat mata dengan pengawasan, tangan dengan kekuasaan
dan diri dengan siksa.

E. Hikmah Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat


a. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat:
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa
Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti
maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar
mudah mengamalkan pelaksanaan ajaranajarannya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan
isikandungan AlQuran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui,
gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. 4. Menghilangkan
kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena
lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti
maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat
atau surah yang lain.
b. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat:
1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah
merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya
mendapatkan serta membuka misteri-misteri itu. Maka dengan adanya
ayat-ayat mutasyabihat manusia tidak bergantung secara terus menerus
pada penjelasan Allah, tetapi mereka bisa bergerak sendiri untuk mencari
kebenaran dengan bantuan cahaya ayat-ayat Allah.
2. Sebagai cobaan dari Allah. Maksudnya dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat, manusia diuji keimanannya, apakah mereka tetap percaya
dan tunduk kepada ayat-ayat Allah atau berpaling dan cenderung
memperalat ayat-ayat Allah untuk kepentingan pribadi (mengikuti hawa
nafsu).
3. Sesuai dengan perkataan Fakhr ar Raziy, ayat-ayat al Quran ditujukan
kepada semua manusia. Oleh karena itu ia diformulasikan dalam bahasa
yang universal dan mengandung berbagai kemungkinan untuk ditakwilkan.
Didalamnya mengandung berbagai isyarat dan ketentuanketentuan yang
pasti. Dengan demikian ayat-ayat mutasyabihat adalah konsekuensi yang
tidak dapat dielakkan untuk menjaga keutuhan dan universalitas al Quran
itu sendiri.
4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah dan
ketinggian ayat-ayat-Nya. Dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat,
manusia dijadikan tunduk terhadap ketentuan-Nya dan menghancurkan
kesombongannya terhadap ketetapan-ketetapan Allah. Selanjutnya ayat-
ayat mutasyabihat menunjukkan keterbatasan manusia yang harus mereka
sadari setiap saat.
5. Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda dalam
penafsiran dalam rangka menjadikan mereka lebih terbuka dan toleran.
Sekiranya semua ayat adalah muhkamat, maka yang terjadi adalah
kebekuan dan statis, madzhab hanya satu, dan manusia tidak lagi
berkompetisi dalam mencari kebenaran
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasam diatas dapat diketahui bahwa Ayat muhkam adalah ayat yang
maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil maupun tidak. Sedangkan
ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui oleh Allah, seperti
datangnya hari kiamat, dajjal dan huruf-huruf muquththo’ah. (kelompok Ahlus Sunnah).
Dalam bab ini juga membahas Lafadz Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Qur’an, Sebab-
sebab terjadinya Tasyabih dalam Al-Qur'an, Sikap Ulama terhadap Ayat Mutasyabih,
Hikmah Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
diatas masih ada banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna terkait hal tersebut
kami menerima masukan dari teman-teman.
Daftar Pustaka

Muhammad Rana, “Muhkam dan Mutasyabih”. Pertemuan_707082.pdf

https://elhijas.com/makalah-muhkam-dan-mutasyabih-dalam-al-qur’an/

Abid al-Jabiri, “Konsep Muhkam dan Mutasyabih dalam al-qur’an”. Hermeneutik: Jurnal
ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, journal.stainkudus.ac.id/index.php/Hermeneutik

https://chus706.wordpress.com/2016/12/10/al-muhkam-dan-al-mutasyabih

Anda mungkin juga menyukai