Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU AL-MUHKAM WA AL-MUTASYABIH

“Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ulumul Qur’an”

Dosen Pengampu: Dr. Hadi Thoyib, M.Pd.I

Oleh Kelompok III:


Iman Dirhamam Syah
Noviana
Septi Khairunnisah

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF

SAROLANGUN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

ِ َ‫اَّللِ ال هر ْحم‬
‫ن ال هرِحي ِم‬ ‫بِ ْس ِم ه‬

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta
sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan
agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan
ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari Mata Kuliah Ulumul Qur’an pada
Program Studi Hukum Keluarga Islam, dengan judul “ Ilmu al-Muhkam wa al-
Mutasyabih ”

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Sarolangun, November 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam Mutasyabih ...................................................... 2
B. Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam Mutasyabih ............................ 2
C. Macam-Macam Ayat Muhkam Mutasyabih ..................................... 4
D. Pandangan Ulama tentang Muhkam Mutasyabih .............................. 5
E. Faidah Mengetahui Muhkam Mutasyabih ......................................... 6

BAB III : KESIMPULAN ...................................................................................... 7


DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami
hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam
kebahasaan. Para ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan
penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu
diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna
memahami kandungan al-Qur’an dengan benar.
Adapun ilmu yang dipelajari dalam Makalah ini adalah Ilmu al-Muhkam wa
al-Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama
tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain
mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak
berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-
Qur’an cukup penting kedudukannya. Sementara itu Muhkam dan Mutasyabih
adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah
penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai
hakikat Muhkam dan Mutasyabih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muhkam Mutasyabih?
2. Apa sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih?
3. Apa saja macam-macam ayat muhkan dan Mutasyabih?
4. Bagaimana pandangan Ulama tentang Muhkam Mutasyabih?
5. Apa saja faidah mengetahui Muhkam Mutasyabih?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam Mutasyabih


Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berati kekukuhan, kesempurnaan,
keseksamaan, dan pencegahan.1 Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti
ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat
lain. Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti
keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua
hal.2 Sedangkan secara terminologi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas
maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, maknanya yang
tersembunyi dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya.3
Menurut Ibnu Abbas, Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanya
mengandung satu makna. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayat yang mengandung
pengertian bermacam-macam.4 Menurut Imam as Suyuthi Muhkam adalah suatu
yang jelas artinya, sedangkan Mutasyabih adalah sebaliknya. Sedangkan menurut
Manna’ Al Qaththan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui
secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan Mutasyabih tidak
seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.5
Dengan demikian Muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya
dan cepat di pahami. Sedangkan Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global
yang memerlukan ta’wil dan yang sukar dipahami.

B. Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam Mutasyabih


Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat-ayat yang Muhkam dari
1
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), 81
2
Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Alquran,
(Bandung: Tafakur, 2011), 199
3
Rusydie Anwar, Ulumul Quran dan Hadis, (Yogyakarta: Ircisod, 2015), cet.1, 106
4
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an I, 81
5
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 306

2
3

yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang
Mutasyabih.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan
bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai
berikut:6
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut: 7
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib
(asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu luas.
Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat
di dalam surah An-Nisa ayat 3:

               

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat.

Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil
terhadap anak yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik,
dua, tiga atau empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat
tersebut terlalu singkat.8
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT,
sifat-sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak
terjangkau oleh pikiran manusia.9
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek,
sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:

6
Acep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 146
7
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 244
8
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, 247
9
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, 248
4

    

Artinya: Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan


mereka itu.

Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.


b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban
agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:

  

Artinya: Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah).


Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat
agar dapat mengingatkan kepada Allah SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan.
Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:

      


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
sebenar-benar taqwa kepada-Nya.

Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang
benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah,
dalam ayat 189 surah Al-Baqarah:

      

Artinya: Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar.


Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.

C. Macam-Macam Ayat Muhkam Mutasyabih


Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam: 10
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. Contoh:

10
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, 83
5

         

Artinya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang
mengetahuinya, kecuali Dia sendiri (QS. al-An’am : 59)

2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal,
menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang
kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-
urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh
(mendalam) ilmu pengetahuan.11

D. Pandangan Ulama tentang Muhkam Mutasyabih


Dalam al-Qur’an sering kita temui ayat-ayat Mutasyabihat yang
penjelasannya memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal
tersebut, para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :12
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz Muhkam ialah lafadz yang
jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang lafadz
Mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz Mutasyabih itu termasuk
hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang
ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu
Abbas mengatakan, lafadz Muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil
kecuali satu arah. Sedangkan lafadz Mutasyabih adalah artinya dapat
dita’wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama.
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk
mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada
Allah SWT. Bagi kaum salaf, ayat-ayat Mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan.

11
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, 251-252
12
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, 239
6

Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya


berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat-
ayat Mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai
dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa'
(besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah.
Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan
dengan kedatangan perintah-Nya.13

E. Faidah Mengetahui Muhkam Mutasyabih


Jika dikatakan apa faedah mengetahui atau penyebutan masalah al-Muhkam
dan al-mutasyabih, maka sesungguhnya ada beberapa faedah didalamnya antara
lain:
1. Merupakan sebuah rahmat bagi manusia saat manusia tidak mengetahui hal-hal
yang mutasyabih seperti perkara hari kiamat supaya mereka bersemangat
dalam hidup ini dan tidak bermasalas malasan sekedar duduk ibadah
mempersiapkan datangnya hari kiamat, hal ini juga membuat manusia tidak
stress, gundah dan selalu gelisah ketika mereka mengetahui hakikat kematian,
kiamat dan lain-lain.
2. Sebagai ujian bagi manusia apakah mereka beriman dengan sesuatu yang ghaib
hanya dengan berita yang dibawa syariat?
3. Mengambil pelajaran bahwa dakwah haruslah dengan bahasa dan kadar
kemampuan yang sesuai dengan yang didakwahi.
4. Penegakan dalil akan kelemahan dan kebodohan manusia.
5. Beragamnya pendapat yang bisa ditoleran, sehingga tak bisa kita bayangkan
kalaulah semua ayat itu Muhkam maka tidak akan ada madzhab kecuali hanya
satu pendapat saja.14

13
Kahar Mansyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 125
14
Muhammad Abdul’adzim az-Zarqaniy w. 1367, Manahilu al-Irfan fi ‘Ulumi al-Qur’an,
(Kairo: Dar al-Hadits, 2001 M) Jilid 2, 235-236
7

BAB III
KESIMPULAN

Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan


keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang
belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya
Allah yang mengetahuinya.
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an
menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu
sebagai berikut: Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya,
kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh mengatakan; lafadz Muhkam ialah
lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali satu arah, sedangkan lafadz Mutasyabih
adalah artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama.
Madzhab salaf mengatakan bahwa ayat-ayat Mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan,
sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT. Madzhab khalaf,
berpendapat bahwa ayat-ayat Mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan
pengertian yang sesuai dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000

Abdul Wahid, Ramli, Ulumul Qur’an I, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994

Abdul’adzim az-Zarqaniy, Muhammad w. 1367, Manahilu al-Irfan fi ‘Ulumi al-


Qur’an, Kairo: Dar al-Hadits, 2001 M

Anwar, Rosihon, Ulum Al-Quran, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012

Anwar, Rusydie, Ulumul Quran dan Hadis, Yogyakarta: Ircisod, 2015, cet.1

Hermawan, Acep, Ulumul Qur’an, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Izzan, Ahmad, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Alquran,


Bandung: Tafakur, 2011

Mansyur, Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992

Anda mungkin juga menyukai