Disusun Oleh:
Nurkholis Majid
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,
berjudul ”Jinayah Dan Jarimah”, Tak lupa juga kita sampaikan serta salam kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang telah mengayomi kita semua dengan cinta,
kasihsayang, serta perjuangan beliau sehingga kita bisa mengirup udara segar ini penuh
ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang sifatnya
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
Wasalamualaikum Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
A. Kesimpulan .................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
B. Unsur-Unsur Jarimah1
1. Unsur Formal
Adanya nash, yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang
disertai ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan diatas. unsur ini dikenal
dengan (al ruknu al-syar’i).
2. Unsur Moriel
Adanya perbuatan yang membentuk jinayah, baik melakukan
perbuatan yang dilarang atau meniggalkan perbuatan yang diharuskan.
Unsur ini dikenal dengan (al-ruknu al-madi).
3. Unsur Material
Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khithab
atau dapat memahami taklif..unsur ini dikenal dengan (al-ruknu al-adabi).
C. Pembagian Jarimah
Jarimah-jarimah dapat berbeda penggolongannya, menurut perbedaan cara
menninjaunya :
1. Dilihat dari segi berat-ringannya hukuman (uqubah)
Jarimah dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Jarimah Hudud
Jarimah hudud adalah tindak pidana yang diancam hukuman had,
yakni hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlah (berat ringan)
sanksinya yang menjadi hak Allah swt melalui dalil naqli2.
Dalam hubungannya dengan hukuman had, maka hak Allah
mempunyai pengertian bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan
oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau
oleh masyarakat yang mewakili negara.
1
Mukhalafah ialah suatu tindak pidana yang diancamkan hukuman kurungan tidak lebih dari satu
minggu atau hukuman denda tidak lebih dari seratus piaster (pasal 12 KUHP RPA)
2
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2007). Hal. 45
vi
Ada tujuh macam perbuatan jarimah hudud yaitu, zina, menuduh
orang lain berbuat zina (qadzaf), minum minuman keras, mencuri,
menggangu keamanan (hirabah), murtad, dan pemberontakan (al-Bagyu)3.
Salah satu bentuk contoh dari hukuman hudud yang menyatakan
sebagai hukuman yang di tentukan oleh syara’ adalah jarimah pencurian
yang didasarkan pada firman Allah dalam surah al-Maidah ayat (38):
‘Orang pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, hendaklah dipotong
tangan keduanya, sebagai balasan pekejaan keduanya dan sebagai
siksaan dari Allah, Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana.’
Penulis disini akan memaparkan secara ringkas tentang Jarimah Hudud
Zina dan Qadzaf.
1) Zina
Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh orang mukallaf
terhadap farji manusia (kemaluan) yang bukan miliknya secara
disepakati dengan kesengajaan.
Pelaku jarimah zina dapat dikenai sanksi hukuman had apabila
perbuatannya telah dapat di buktikan.
Untuk jarimah Zina ada tiga macam cara pembuktian, yaitu:
a) Dengan saksi,
Para ulama telah sepakat bahwa jarimah zina tidak bisa di
buktikan kecuali dengan empat orang saksi. Apabila saksi itu
kurang dari empat maka persaksian tersebut tidak dapat diterima.
Hal ini apabila pembuktian nya itu hanya berupa saksi semata-
mata dab tidak ada bukti-bukti yang lain. Dasarnya adalah sebagai
berikut:
1. Surah An-Nisa’ ayat 15
3
Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1947). Hal.101
vii
Perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi
diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila
mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka
(wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui
ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya.
2. Surah An-Nur ayat 4 ;
dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik- baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, Maka deralah m ereka (yang menuduh itu) delapan puluh
kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
.selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik
3. Surah An-Nur ayat 13
mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan
empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka
tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi
Allah orang- orang yang dusta.
Adapun syarat –syarat Umum saksi yakni:
1. Baligh
2. Berakal
3. Kuat ingatan
4. Dapat Berbicara
5. Dapat Melihat
6. Adil
7. Islam
b) Dengan pengakuan
Pengakuan dapat digunakan sebagai alat bukti untuk
jarimah zina, dengan syarat-syarat sebagai berikut :
Pengakuan harus dinyatakan sebanyak empat kali, dengan
mengiaskan kepada empat orang saksi.
viii
Pengakuan harus terperinci dan menjelaskan tentang hakikat
perbuatan, sehingga dapat menghilangkan syubhat (ketidak
jelasan) dalam perbuatan zina tersebut.
Pengakuan harus sah atau benar.
Pengakuan harus dinyatakan dalam sidang pengadilan.
c) Dengan Qarinah
Qarinah atau tanda yang di anggap sebagai alat pembuktian
dalam jarimah zina ialah timbulnya kehamilan pada seorang
wanita yang tidak bersuami, atau tidak diketahui suaminya.
Macam-Macam Hukuman Zina
Dapat diketahui bahwa hukuman zina itu ada dua macam,
tergantung keadaan pelakunya apakan ia belum berkeluarga (ghair
muhshan) atau sudah berkeluarga (muhshan).
1. Hukumman untuk zina ghair muhshan.
Zina ghair muhshan adalah zina yang dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan yang belum berkeluarga. Hukuman
untuk zina ini ada dua macam, yaitu :
a) Dera seratus kali, dan
b) Pengasingan selama satu tahun
Adapun dalil daripada hukuman untuk jarimah zina ini adalah:
Surah An-Nisa ayat 15-16 :
15. dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan
keji [275], hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu
(yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah
memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita
itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau
sampai Allah memberi jalan lain kepadanya[276].
16. dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di
antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya,
ix
kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri,
Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
2. Hukuman untuk zina Muhshan
Zina muhshan adalah zina yang dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan yang sudah berkeluarga (bersuami/istsri) .
hukuman untuk pelaku zina ini ada dua macam yakni:
a. Dera seratus kali dan
b. Rajam.
Adapun hukuman rajam adalah hukuman mati dengan jalan
dilempari dengan batu atau sejenisnya.
2) Qadzaf
Qadzaf menurut bahasa yaitu ram’yu syain berarti melempar
sesuatu. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah melempar tuduhan
(wath’i) zina kepada orang lain yang karenanya mewajibkan hukuman
had bagi tertuduh (makdzuf).
Pengertian qadzaf yang diancam dengan hukuman had adalah
menuduh orang yang muhsan dengan tuduhan berbuat zina atau
dengan tuduhan yang menghilangkan nasabnya.
Dalam qadzaf akan hukuman pokok yaitu berupa dera (jilid)
delapan puluh kali dan hukuman tambahan berupa tidak diterimanya
kasaksian yang bersangkutan selama seumur hidup. Hal ini
berdasarkan firman Allah:
Artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu delapan pulah kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya.
(QS.An-Nuur : 4)
x
b. Jarimah Qisas diyat
Jarimah qisas diyat yaitu perbuatan-perbuatan yang diancamkan
hukuman qisas atau hikuman diyat. Baik qisas maupun diyat adalah
hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai
batas terendah atau batas tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan,
dengan pengertian bahwa si korban bisa memaafkan si pembuat. Dan
apabila dimaafkan, maka hukuman tersebut dihapuskan.4
Jarimah qiyas-diyat adalah tindak pidana yang diancam dengan
hukuman qisas yaitu hukuman setimpal dengan pidana yang dilakukan.
Yang termaksud dalam kategori jarimah qiyas-diyat adalah :
1) Pembunuhan Sengaja (al-qatl al-amd)
2) Pembunuhan semi sengaja (al-qatl sibh al-amd)
3) Pembunuhan keliru (al qatl al-khata’)
4) Penganiyaan sengaja (al-jarh al-amd)
5) Penganiyaan salah (al-jarh al-khata’)
c. Jarimah Ta’zir
Jarimah Ta’zir yaitu ketentuan jarimah yang berdasarkan
kesepakatan dan ketentuan masyarakat muslim;
Belum diatur atau tidak diatur dalam nash
Tidak bertentangan dengan Ajaran Nash
Dalam hal ini hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-
hukuman mana yang sesuai dengan macam jarimah ta’zir serta keadaan si
pembuatnya juga. Jadi hukuman jarimah ta’zir tidak memiliki batas
tertentu.5
Dilihat dari berubah tidaknya sifat jarimah dan jenis hukuman,
para fuqaha membagi jarimah ta’zir ke dalam dua bentuk, yaitu :
4
Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005). Hal. 8
5
Ibid. hal 8
xi
1) Jarimah Ta’zir yang jenisnya ditentukan oleh syara’, seperti
mu’amalah dengan cara riba, memicu timbangan, mengkhianati
amanat, korupsi, menyuap, manipulasi, nepotisme, dan berbuat curang.
Perbuatan tersebut semua dilarang, akan tetapi sanksinya sepenuhnya
diserahkan kepada penguasa.
2) Jarimah Ta’zir yang ditentukan oleh pihak penguasa atau pemerintah.
6
Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam-Fiqih Jinayah, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006). Hal. 22
xii
2) Keliru dalam dugaan
Contoh : seseorang yang menembak orang lain yang disangkanya
adalah penjahat yang sedang dikejarnya, tetapi ternyata ia penduduk
biasa.
4. Dilihat dari orang yang menjadi korban (yang terkena) akibat perbuatan
Jarimah dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Jarimah Perseorangan
Jarimah dimana hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk melindungi
kepentingannya perseorang, meskipun sebenarnya apa yang menyinggung
perseorangan juga menyinggung masyarakat.9
b. Jarimah Masyarakat
Jarimah dimana hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk menjaga
kepentingan masyarakat, baik jarimah tersebut mengenai perseorangan
atau mengenai ketentraman masyarakat dan keamanannya.10
7
Ibid. hal.14
8
Ibid.
9
Ibid
10
Ibid. hal.17
xiii
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Jinayah dan Jarimah adalah dua istilah yang memiliki kesamaan dan
perbedaannya secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal,
mempunyai arti yang sama serta ditujukan bagi perbuatan yang berkonotasi
negative, salah atau dosa. Adapun perbedaannya terletak pada pemakaian, arah
pembicaraan, serta dalam rangkaian apa kedua kata itu digunakan.
Adapun unsur-unsur jarimah adalah :
1. Unsur Formal
2. Unsur Moriel
3. Unsur Material
Jarimah Terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
A. Dilihat dari berat-ringannya hukuman :
a. Jarimah Hudud
1) Jarimah Zina
2) Jarimah Qadzaf
b. Jarimah Qisas Diyat
c. Jarimah Ta’zir
B. Dilihat dari niat si pelaku
a. Jarimah sengaja
b. Jarimah tidak sengaja
C. Dilihat dari segi mengerjakannya
a. Jarimah Positif
b. Jarimah Negatif
D. Dilihat dari orang yang menjadi korban atas perbuatannya
a. Jarimah perseorangan
b. Jarimah Masyarakat
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Kharisma Ilmu,
2007).
Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005).
Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam-Fiqih Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2006).
xv