Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN KEDUDUKAN,TUJUAN,DAN URGENSI KAJIAN FIKIH

JINAYAH

DISUSUN OLEH:
NUR HIKMAWATI
NIM:
11.21.005
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
AL MAWADDAH WARAHMAH KOLAKA
TAHUN AJARAN
2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat dan hidayahnya dengan mengucapkan al
hamdulillah saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengertian
kedudukan,tujuan,dan urgensi kajian fikih jinayah”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Al ahkam selain itu,makal
ah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Nur Hayaty,S.H.,M.H selaku dosen ma
ta kuliah Hadis Al Ahkam.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dise
lesaikannya makalah ini.penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna ole
h sebab itu,saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makala
h ini.

Kolaka,03 oktober 2022

penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A.latar belakang.....................................................................................................................................4

B.Rumusan masalah..............................................................................................................................3

C.Tujuan................................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

A.Pengertian jinayah..............................................................................................................................5

B.Kedudukan Jinayah............................................................................................................................6

C.Tujuan................................................................................................................................................6

D.Urgensi kajian fikih jinayah.............................................................................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................12

A.Kesimpulan......................................................................................................................................12

B.Saran................................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum pidana islam atau fiqih jinayah berasal dari peraturan Allah SWT yang
terdapat didalam Al-Qur’an dan Sunnah.hukum pidana islam yang megatur tata cara
dan menjaga hak Allah,hak masyarakat dan hak individu dan tindakan tindakan yang
tidak diperkenankan menurut hukum.

B. Rumusan Masalah

Apa pengertian fikih jinayah ,kedududukan fikih jinayah,dan urgensi kajian


fikih jinayah

3
C. Tujuan

Untuk mengetahui pengkajian terhadap hukum yang bersumber dari ajaran


islam dari ajaran islam .

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian jinayah

Kata Al jinayah bentuk jamaknya jinayat,secara bahasa jinayat adalah


pelanggaran terhadap badan,harta atau kehormatan,jinayat secara syar’I adalah
pelanggaran terhadap badan yang mengharuskan Qishas,denda harta atau
kafarat.jinayah mengandung arti perbuatan dosa,maksiat atau kejahatan,sedangkan
menurut istilah fuqaha adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’,baik mengenai
jiwa,harta dan sebagainya.jarimah itu sendiri adalah larangan larangan syara’ yang
diancam dengan hukuman hadd dan ta’zir.tindak pidana pencurian,murtad dan
sejenisnya masuk kedalam istilah jinayah.1

1
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga,Fiqih dan Usul Fiqih,Hal.177

4
Konsep jinayah berasal dari jana,yaitu berarti kejahatan,pidana atau
kriminal.jinayah adalah perbuatan yang diharamkan atau dilarang karena dapat
menimbulkan kerugian atau kerusakan agama,jiwa,akal dan harta benda.hukum
pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan perbuatan pidana.dasar dasar dan
peraturan tersebut bertujuan sebagai berikut:

a. Menentukan jenis jenis perbuatan yang tidak boleh dilakukan,dilarang disertai


ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi pelanggar larangan tersebut.

b. Menentukan waktu dan bentuk yang telah dilanggar yang dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara pemindahan yang dapat dilaksanakan apabila ada orang
yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Hukum pidana islam berasal dari konsep hukum islam yang berhubungan
dengan tindak kriminal.istilah istilah lain:

a. ‘uqabah,yang berarti hukuman atau siksa,sedangkan menurut terminologi hukum


islam,’uqabah adalah hukum pidana islam yang meliputi hal hal yang merugikan
atau kriminal.

b. Jarimah berasal dari kata jarama,yajrimu,jarimatan yang berarti “berbuat”dan


“memotong”.kemudian secara khusus dipergunakan “perbuatan dosa”atau
“perbuatan yang dibenci”.2

B. Kedudukan fiqih jinayah

Hukum pidana islam merupakan salah satu peraturan allah yang terdapat
dalam al-qur’an dan hadis.kedudukan inti hukum pidana islam adalah sebagai berikut:

a. Penciptaan keadaan ilahiah dan insaniah

b. Penciptaan kemanusiaan universal

c. Penghapusan dosa dosa duniawi

2
Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani.Hukum pidana islam(fiqih jinayah),Hal 14

5
d. Pelaksanaan keamanan

e. Perwujudan ketaatan kepada allah dan Rasulullah SAW.

f. Pelaksanaan lembaga keadilan yang bermartabat dan berkeadilan.

g. Perwujudan tanggung jawab manusia dalam segala bentuk perbuatan.

h. Perwujudan tujuan hukum,yakni menjarakan pelaku kejahatan.

C. Tujuan fiqih jinayah

Jinayah merupakan bagian dari hukum islam dan tujuan yang didalamnya
tidak terlepas dari hukum islam.para ahli hukum mengatakan bahwa jinayah bertujuan
untuk kemaslahatan bagi kehidupan manusia,baik didunia maupun di
akhirat.hukuman hukuman yang berlaku untuk tindakan dosa,diterapkan demi
mencapai kemaslahatan individu dan masyarakat.dengan demikian hukuman yang
baik adalah:

a. Mampu mencegah seseorang dari perbuatan maksiat karena hukuman itu untuk
mencegah sebelum terjadinya perbuatan dan menjarakan setelah terjadinya
perbuatan.

b. Batas tertinggi dan terendah hukuman bergantung pada kemaslahatan


masyarakat.apabila kemaslahatan menghendaki beratnya hukuman,hukuman
diperberat,demikian pula sebaliknya,jika kemaslahatan menghendaki hukuman
ringan,maka ,hukuman di peringan.

c. Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan bukan berarti


dendam,tetapi bertujuan untuk kemaslahatannya.

d. Hukuman adalah upaya terakhir dalam menjaga seseorang agar tidak berbuat
kemaksiatan.3

Dalam konsep islam ,seorang muslim akan terjaga dari perbuatan jahat
apabila:

a. Memiliki iman yang kuat.

3
Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani,Hukum pidana islam(fiqih jinayah),Hal 23-29

6
b. Berakhlak mulia,seperti jujur terhadap dirinya dan orang lain,atau merasa malu
apabila melakukan maksiat,selalu berbuat baik dan menghadri perbuatan jahat .

c. Sanksi duniawi diharapkan mampu menjaga seseorang dari terjatuhnya kedalam


tindak pidana.

Hukuman, pidana dan pemidanaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan d


ari hukuman pidana, karena pada intinya, sebagaimana menurut Moeljatno24 hukum
pidana adalah hukum yang mengatur untuk:

a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilaran


g, dengan disertai ancaman atau saksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa m
elanggar larangan tersebut;

b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar.laran
gan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagimana yang telah dica
ntumkan;

c. Menentukan dengan cara bagaimana pegenaan pidana itu dapat dilaksanakan apa
bila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Disisi lain salah satu norma atau kaidah yang berlaku di masyarakat adalah hu
kum Islam. Abu Ishaq al shatibi27 mengatakan bahwa Tujuan hukum Islam dari segi
manusia yang menjadi pelaku dan pelaksanaan hukum Islam, yakni :

1. Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder dan ter
tier yang dalam kepustakaan hukum Islam masingmasing disebut dengan istilah d
aruriyyat, hajjiyat dan tahsiniyyat.

2. Untuk mentaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari

3. Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

Kebijakan negara menjadikan syariah sebagai hukum negara semakin intens di


lakukan awal abad XX, ketika terjadi proses pembentukan negara-negara di dunia Isla
m, bersamaan dengan berakhirnya dominasi kolonialisme Barat di negara-negara Mus
lim seperti Turki, Mesir, Sudan, Maroko, Pakistan, Malaysia, dan Aljazair. Negara-ne
gara Muslim ini mengalami kesulitan mengembangkan hubungan yang memungkinka
n (viable) antara syariah dan negara. Perdebatan terhadap syariah bukan hanya di nega
ra mayoritas Muslim, tetapi merambah ke negaranegara sekuler.5 Terlebih lagi, migra

7
si masyarakat Muslim telah membawa perdebatan ini ke Benua Eropa, Amerika Utara
dan Amerika Selatan.4

Hal ini berbeda dengan konsep hukum di luar Islam yang hanya ditujukan untu
k mengatur kehidupan manusia selaku anggota masyarakat. Dalam pandangan hukum
di luar hukum Islam, bahwa hukum itu sebagai hasil proses kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Cicero bahwa "Ubi Sociates Ibili
us" (dimana ada Masyarakat di sana ada hukum). Dalam tata aturan hukum di luar Isla
m aturan yang berkaitan dengan kehidupan pribadi tidak dinamakan hukum, la dinam
akan norma, moral, budi pekerti atau etika.5

nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah mengenai hudud maupun qishash adalah


jelas (qath’i) sifatnya. Karena itu, tidak bisa dihilangkan, dirubah atau dihapuskan. Ad
apun masalah akan diterapkan atau tidak, dapat dilihat pada penerapannya dalam kasu
s in concrito. Artinya hudud maupun qishash hanya dapat diterapkan apabila memenu
hi syarat-syarat perbuatan pidana yang sedemikian rupa kwaliatsnya baik dari sisi ber
atnya tindak pidana yang dilakukan, dari sisi causanya, maupun pengaruhnya pada bid
ang sosial dan publik. Bukankah Umar ra pernah tidak menghukum pencuri dengan p
otong tangan karena kondisi sosial dan keadaan sipencuri yang sedemikian sulitnya. D
engan demikian kita tidak melakukan perubahan atas hukum yang telah ditentukan de
ngan pasti oleh Allah ini.

Suatu hukum dibuat oleh para pihak yang berwenang tidak mungkin begitu saj
a dibuat tanpa ada makna di balik pembuatannya. Setiap hukum yang dibentuk memp
nyai tujuan yang hendak dicapai, begitu juga yang lainnya. Adapun tujuan hukum dib
entuk suatu hukum menurut para ahli yang yaitu sebagai berikut:

1. Van Apeldoorn; berpendapat bahwa tujuan hukum itu untuk mengatur tata tertib
masyarakat secara damai dan adil;

2. Bentham; berpendapat bahwa hukum bertujuan menjamin adanya bahagia sebany


ak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya;

4
Muhammad Khalid Mas’ud, 2003, “Pencarian Landasan Normatif Syariah Para Ahli Hukum Islam” dalam Dina
mika Kontemporer Dalam Masyarakat Islam, dihimpun oleh Dick van der Meij, diterjemahkan oleh Soemardi, Jak
arta: INIS, hlm. 3
5
Suparman Usman, 2001, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum dalam Tata Hukum Indonesia, Jak
arta: Gaya Media Pratama, hlm 23

8
3. Van Kan; menagatkan bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiaptiap me
nausia supaya kepentingan itu tidak dapat di ganggu;

4. Syaikh Muhammad Al-Khudhariy; mendefinisikan hukum adalah kitab Allah yan


g berhubungan dengan perbuatan manusia dewasa, baik yang berupa perintah ata
u menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat dan penghalang

5. Abdul Wahhab Khallaf; memberi defenisi hukum adalah doktrin syari' yang bersa
ngkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau perintah me
ilih atau berupa ketetapan.6

Sebenarnya tujuan hukum itu telah memberikan kita sinyal bahwasanya sebai
k-baik hukum itu yang bermanfaat untuk masyarakat dan dapat terjalankan serta mem
iliki suatu efek yang baik di dalam masyarakat banyak. Kalau kita melihat hukum pid
ana kita saat ini (KUHP) yang diberlakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan
yang terdapat di dalam masyarakat tidak seimbang dan masih adanya stigma yang kur
ang setelah pemberlakukan aturan pidana tersebut. Perlu kita mengkajinya mulai dari
sudut pandangan masyarakat yang menjadi korban dan sudut pandang yang menjadi p
elaku (baik keluarganya maupun pelaku sendiri) apakah sudah memenuhi kemanfaata
n yang menyeluruh atau belum. Dalam hal ini kalau kita hanya menggunakan suatu at
urang yang telah ada saat ini (KUHP) masih belum cukup mengkoordinir keadaan set
elah diberlalukannya atauran pidananya.

Hukum pidana Islam (fiqh jinayah) merupakan syariat Allah SWT yang meng
atur ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakuka
n oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dar
i pemahaman atas dalildalil hukum yang terperinci dari Al Qur'an dan Hadist. Hukum
pidana Islam pada hakikatnya mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia bai
k di dunia maupun di akhirat. Syariat Islam dimaksud, secara materil mengandung ke
wajibanasasi bagi setiap manusia untuk melaksanakannya. Konsep kewajiban asasi sy
ariat menempatkan Allah SWT sebagai pemegang segala hak.

Cakupan melanggar hukum di dalam hukum positif hanya terbatas kepada per
buatan yang salah atau melawan hukum terhadap bidang-bidang hukum tertentu seper
ti bidang hukum pidana, perdata, tata usaha Negara, hukum pertanahan dan sebagainy

6
Sholeh So'an, 2004, Moral Penegakan Hukum di Indonesia Dalam Pandangan Islam, Bandung: Agung Ilmu, hlm
48-49.

9
a. Sedangkan di dalam hukum Islam, terhadap hal-hal yang dianggap salah atau melan
ggar hukum adalah sesuatu yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum syariat, yang
dasar hukumnya dapat ditemui di dalam Al Qur'an, Hadist, maupun Ijtihad para ulama.
Ketentuan-ketentuan syariat ini tidak hanya berkaitan dengan hubungan muamalah sa
ja, tetapi juga menyangkut ibadah, yang pada dasarnya pelanggaran terhadap ketentua
n tersebut semuanya akan mendapatkan hukuman, meskipun hukuman terhadap perbu
atan tersebut ada yang diterima di dunia maupun ada hukuman yang akan diberikan di
akhirat kelak.

Konsep jinayah atau dalam istilah Indonesia disebut pidana, membicarakan ten
tang masalah larangan, karena setiap perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan lara
ngan selalu terangkum dalam konsep jinayah yang merupakan perbuatan tersebut dilar
ang oleh syara'. Lahirnya larangan karena perbuatan tersebut mengancam kehidupan s
osial masyarakat atau sendi-sendi kehidupan masyarakat. Kata jinayat atau disebut de
ngan Fiqh Jinayah merupakan satu bagian dari bahasan fiqh (Fikih), kalau pemahama
n fiqh itu adalah ketentuan yang berdasarkan wahyu Allah dan bersifat amaliah (opera
sional) yang mangatur tentang kehidupan manusia dalam sistem hubungannya dengan
Allah dan manusia,maka fiqh jinayah secara khusus mengatur tentang pencegahan tin
dak kejahatan yang dilakukan oleh manusia dan akan diberikan sanksi hukuman sesua
i dengan tingkat kejahatan, karenanya tujuan dari ketentuan itu tidak lain diciptakan A
llah adalah untuk mendatangkan kemaslahatan ummat. Hal ini dipertegas oleh hadits
Nabi SAW, yang mengatakan "tidak boleh terjadi kerusakan terhadap manusia dan tid
ak boleh manusia melakukan perusakan terhadap orang lain". Segala bentuk tindakan
pengrusakan terhadap orang ataupun makhluk lainnya di larang oleh agama dan tinda
kan tersebut merupakan kejahatan atau disebut dengan jinayah atau istilah yang lebih t
epat untuk itu disebut dengan jarimah.7

D. Urgensi kajian fikih jinayah

1. Kedudukan Qanun Jinayah Dan Jinayah Dalam Mengembalikan/Memperbaiki


Nilai Moralitas Masyarakat Terkait Penegakan Syari’at Islam

Adapun nilai urgensi dari pengesahan qanun jinayah dan acara jinayah adalah
untuk dapat disegerakannya penertiban hukum dalam masyarakat, baik moralitas da
n budaya masyarakat sehingga sesuai dengan kaedah yang seharusnya. Selain itu ju

7
Amir Syarifuddin, 2003, Garis-garis Besar Fiqh, edisi pertama, Prenada Media, Jakarta, hlm 253

10
ga untuk mengisi hukum formil bagi aparat penegak hukum dalam melaksanakan tu
gas dan kewenangannya dalam bidang hukum Islam. Menunda pengesahan dan pe
mberlakuannya justru sangat menghambat upaya-upaya menerapkan syariat Islam s
ecara kaffah8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa melalui penegakan hukum islam digunakan sebuah pidana yang menge
nal adanya sistem penghapus pidana dan penghapusan dosa sehingga hukum pidana is
lam lebih kepada bagaimana sipelaku tindak pidana mendapatkan suatu pemaafan sert
a pengampunan dosa dari perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku tindak pidana. Sehi
ngga dalam hukum pidana islam mengenal yang namanya suatu hukuman yang bersif
at suatu keadilan yang merata antara pelaku dan si korban yang disebabkan oleh perbu
atan si pelaku.

B. Saran

Terima kasih atas kesempatan dan waktunya mungkin itu sja makalah saya se
moga bermanfaat saran saya terus lah belajar agar kita memahami segala hal yang bel
um diketahui.

8
Utrecht, E., Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1962

11
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga Imran Ali dan Nurhayati ,Fiqih dan Usul Fiqih

Saebani Ahmad Beni dan Hasan Mustofa.Hukum pidana islam(fiqih jinayah),

Mas’ud Khalid Muhammad , 2003, “Pencarian Landasan Normatif Syariah Para Ahl
i Hukum Islam” dalam Dinamika Kontemporer Dalam Masyarakat Islam, dihimpun o
leh Dick van der Meij, diterjemahkan oleh Soemardi, Jakarta: INIS,

Usman Suparman , 2001, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum dala
m Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama,

So’anSholeh , 2004, Moral Penegakan Hukum di Indonesia Dalam Pandangan Islam,


Bandung: Agung Ilmu,

Syarifuddin Amir , 2003, Garis-garis Besar Fiqh, edisi pertama, Prenada Media, Jak
arta,

E,, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1962

12
13

Anda mungkin juga menyukai