Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

JARIMAH QISHASH DAN JARIMAH DIYAT


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata Fikih Jinayah
Dosen Pengampu: Ahmad Fauzan, M. S. 1

Disusun oleh:
KELOMPOK 8

1. Rizki Putra Pangestu 1220108


2. Diyah Sulistyowati 1220100
3. Umul Khiriyah 1220118

KELAS C

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Jarimah Qishash dan Jarimah Diyat” ini dapat diselesaikan dengan baik dan
lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih Jinayah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Fauzan,
M. S. I, selaku dosen mata kuliah Fikih Jinayah yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pihak-pihak lain yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu sangat diperlukan kritik dan sarannya yang bersifat membangun.
penyusun mengharapkan makalah ini dapat sempurna. Akhir kata, penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Wasalamualaikum Wr.Wb

Pekalongan, 17 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

1.1 Latar Belakang..........................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6

1.3 Tujuan Makalah........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7

a) Pengertian...........................................................................................7

b) Dasar Hukum .....................................................................................8

c) Macam-macam....................................................................................8

d) Sanksi Qishas......................................................................................9

e) Macam-macam jarimah diyat...........................................................10

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan.............................................................................................11

3.2 Saran.......................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Fiqih Jinayah jarimah disebut juga dengan tindak pidana. pengertian
jarimah (tindak pidana): menurut bahasa Jarimah adalah melakukan perbuatan-
perbuatan atau hal-hal yang dipandang tidak baik, dibenci oleh manusia karena
pertentangan dengan keadilan, kebenaran dan jalan yang lurus (agama). Pengertian
secara umum jarimah adalah pelanggaran terhadap perintah dan larangan agama,
baik pelanggaran tersebut mengakibatkan hukuman duniawi maupun ukhrawi.
Pengertian jinayah secara bahasa adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang
buruk dan apa yang diusahakannya.1 Ada beberapa macam pengertian jarimah
(tindak pidana): menurut bahasa Jarimah adalah melakukan perbuatan-perbuatan
atau hal-hal yang dipandang tidak baik, dibenci oleh manusia karena pertentangan
dengan keadilan, kebenaran dan jalan yang lurus (agama).2
Jarimah qisas-diyat adalah perbuatan-perbuatan yang diancamkan hukuman
qisas serta diyat. Jarimah qisas-diyat adalah hukuman yang telah ditetapkan
batasannya, tidak memiliki batas terendah maupun tertinggi, tetapi menjadi batas
perseorangan, dengan pengertian bahwa korban dapat memaafkan pelaku apabila
telah dimaafkan maka hukuman terhadap pelaku telah terhapuskan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis memformulasikan


beberapa permasalahan yang dibahas dalam makalah ini, yakni sebagai berikut.
1. Apa pengertian jarimah qishas dan jarimah diyat?

2. Apa dasar hukumnya?

1
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004, h. 1.
2
Para fuqaha memberikan contoh meninggalkan kewajiban seperti menolak membayar zakat,
enggan membayar hutang padahal mampu, mengkhianati amanah, seperti menggelapkan titipan,
manipulasi harta anak yatim, hasil wakaf dan lain sebagainya. Sebagai contoh mengerjakan
perbuatan yang dilarang seperti sumpah palsu, penipuan jual beli,lihat AhmadWardi Muslim,
Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 249

4
3. Apa saja macam-macam jarimah tersebut?

4. Apa sanksi bagi orang yang melakukan jarimah qishas?


5. Apa saja macam-macam jarimah diyat?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, beberapa tujuan dalam penyusunan


makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian jarimah qishas dan jarimah diyat.
2. Untuk mengetahui dasar hukum jarimah qishas dan jarimah diyat.
3. Untuk mengetahui macam-macam jarimah tersebut
4. Untuk mengetahui sanksi bagi orang yang melakukan jarimah qishas
5. Untuk mengetahui macam-macam jarimah diyat

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

H.M.K. Bakry menyebutkan dalam bukunya kitab Jinayat (hukum Pidana


Islam ) qisas adalah pembalasan yang serupa dengan perbuatan atas pembunuhan
atau melukai atau merusakkan anggota badan atau menghilangkan manfaatnya
sesuai dengan pelanggaran yang dibuatnya.3 Qisas bisa juga diartikan sebagai
hukuman yang berupa pembalasan yang setimpal dengan perbuatan yang telah
dilakukan oleh seseorang terhadap tubuh dan jiwa secara sengaja.
Sedangkan yang dimaksud dengan diyat adalah denda yang dibayarkan
sebagai ganti rugi kepada korban atau keluarganya melalui keputusan hakim.
Meskipun bersifat hukuman, diyat merupakan harta yang diberikan pada keluarga
korban bukan pemerintah. Dari segi ini, diyat lebih mirip ganti rugi. Apalagi
besarnya dapat berbeda menurut perbedaan kerugian materiil yang terjadi dan
menurut perbedaan kesengajaan atau tidaknya sebuah delik.
Jarimah qisas-diyat adalah hukuman yang berupa pembalasan yang setimpal atau
pembayaran ganti rugi atas tindak pidana terhadap tubuh dan jiwa. Hukuman qisas-
diyat bagi orang yang membunuh atau menganiaya orang lain tanpa hak adalah
bukti bahwa Islam sangat membela dan memperhatikan keselamatan jiwa
seseorang.
Adanya hukuman yang setimpal dan berat tersebut, membuat orang akan
berpikir beberapa kali lagi bila akan melakukan kejahatan terhadap tubuh dan jiwa
terhadap orang lain, baik yang disebabkan rasa dendam ataupun karena ada maksud
lainnya. Tegasnya sebuah hukuman dalam Islam seperti qisas dan diyat
dimaksudkan sebagai suatu pernyataan bahwa sesungguhnya perbuatan membunuh
dan menganiaya sebagai perbuatan yang tidak adil, sehingga dengan demikian,
siapapun yang melakukan perbuatan tersebut harus mempertanggung jawabkannya
di depan hukum. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pokok pemidanaan dalam
syariat Islam yaitu pencegahan serta balasan (ar-radu waz-zahru), perbaikan dan
pengajaran (al-islah wat-tahdzib).4
3
H.M.K.Bakry, Kitab Djinaat: Hukum Pidana dalam Islam, Solo: Sitti Sjamsijah, t.t. hal. 19.
4
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hal. 63.

6
B. Dasar Hukum Qishas
Adapun yang menjadi dasar hukum qishash terdapat dalam Al-Qur'an pada
surah Al-Baqarah ayat 178-179.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ِصاصُ فِى ْال َق ْت ٰل ۗى اَ ْلحُرُّ ِب ْالحُرِّ َو ْال َع ْب ُد ِب ْال َع ْب ِد‬ َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُكت‬
َ ‫ِب َع َل ْي ُك ُم ْالق‬
‫َوااْل ُ ْن ٰثى ِبااْل ُ ْن ٰث ۗى َف َمنْ ُعف َِي َل ٗه ِمنْ اَ ِخ ْي ِه َشيْ ٌء َفا ِّت َبا ٌع ِۢب ْال َمعْ ر ُْوفِ َواَ ۤدَا ٌء ِا َل ْي ِه‬
‫ان ۗ ٰذل َِك َت ْخ ِفيْفٌ مِّنْ رَّ ِّب ُك ْم َو َرحْ َم ٌة ۗ َف َم ِن اعْ َت ٰدى َبعْ دَ ٰذل َِك َف َل ٗه َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم‬ ٍ ‫ِب ِاحْ َس‬
yaaa ayyuhallaziina aamanuu kutiba 'alaikumul-qishooshu fil-qotlaa, al-hurru bil-
hurri wal-'abdu bil-'abdi wal-ungsaa bil-ungsaa, fa man 'ufiya lahuu min akhiihi
syai-ung fattibaa'um bil-ma'ruufi wa adaaa-un ilaihi bi-ihsaan, zaalika takhfiifum
mir robbikum wa rohmah, fa mani'tadaa ba'da zaalika fa lahuu 'azaabun aliim

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas


berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang
siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik,
dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu
adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barang siapa melampaui batas
setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 178)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ۤ
ِ ‫ص َح ٰيوةٌ ٰيّـاُولِى ااْل َ ْلبَا‬
َ‫ب لَ َعلَّ ُک ْم تَتَّقُوْ ن‬ َ ِ‫َو لَـ ُك ْم فِى ْالق‬
ِ ‫صا‬
wa lakum fil-qishooshi hayaatuy yaaa ulil-albaabi la'allakum tattaquun

"Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang
berakal, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 179)

7
Selain itu adalah surah Al-Maa'idah ayat 45.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ف ِبااْل َ ْنفِ َوااْل ُ ُذ َن‬َ ‫ْن َوااْل َ ْن‬


ِ ‫س َو ْال َعي َْن ِب ْال َعي‬ ِ ‫س ِبال َّن ْف‬
َ ‫َو َك َت ْب َنا َع َلي ِْه ْم ِف ْي َهٓا اَنَّ ال َّن ْف‬
‫ارةٌ لَّ ٗه َۗو َمنْ لَّ ْم‬
َ ‫ص َّد َق ِبهٖ َفه َُو َك َّف‬َ ‫اصٌ َف َمنْ َت‬ ۗ ‫ِص‬ َ ‫ِبااْل ُ ُذ ِن َوالسِّنَّ ِبالس ِّۙنِّ َو ْال ُجر ُْو َح ق‬
ّ ٰ ‫ك ُه ُم‬ ٰۤ ُ ‫ْ هّٰللا‬
‫الظلِم ُْو َن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َيحْ ُك ْم ِب َمٓا اَن َز َل ُ َفا‬
wa katabnaa 'alaihim fiihaaa annan-nafsa bin-nafsi wal-'aina bil-'aini wal-angfa bil-
angfi wal-uzuna bil-uzuni was-sinna bis-sinni wal-juruuha qishoosh, fa mang
tashoddaqo bihii fa huwa kaffaarotul lah, wa mal lam yahkum bimaaa angzalallohu
fa ulaaa-ika humuzh-zhoolimuun

"Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas)
dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisasnya (balasan yang sama). Barang
siapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang
siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itulah orang-orang zalim." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 45)

C. Sanksi Qishas Pembunuhan


1. Sanksi hukuman pembunuhan sengaja atau Berencana
Dalam hukum pidana Islam hukuman pokok bagi pembunuhan sengaja
adalah Qishas. Sebagai dalil Alquran yang memerintahkan hukuman Qishas
terdapat dalam surat al-baqarah ayat 178 yang artinya sebagai berikut:
‫صاصُ فِى ْالقَ ْت ٰلىۗ اَ ْلحُرُّ بِ ْالحُرِّ َو ْال َع ْب ـ ُد بِ ْال َع ْب ـ ِد َوااْل ُ ْن ٰثى بِ ـااْل ُ ْن ٰثىۗ فَ َم ْن ُعفِ َي‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالق‬ َ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬
‫ْف ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو َرحْ َمـ ةٌ ۗفَ َم ِن ا ْعتَـ ٰـدى‬ ٌ ‫ك ت َْخفِي‬ َ ِ‫ف َواَد َۤا ٌء اِلَ ْي ِه بِاِحْ َسا ٍن ۗ ٰذل‬
ِ ْ‫ع ۢبِ ْال َم ْعرُو‬ ٌ ‫لَهٗ ِم ْن اَ ِخ ْي ِه َش ْي ٌء فَاتِّبَا‬
َ ِ‫ بَ ْع َد ٰذل‬.
‫ك فَلَهٗ َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم‬
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
(melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya,
perempuan dengan perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari
saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat
(tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah

8
keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah
itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih."
Selanjutnya dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
"Dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya bahwasanya
jika dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga gigi dengan Gigi koma, dan luka-luka pun ada qishas nya,
maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barang siapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah maka mereka itu
adalah orang-orang yang zalim."
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa: Pertama, qishas
merupakan hukuman pokok terhadap pelaku pembunuhan. Kedua, qishash
dapat diganti dengan hukuman diyat apabila ada pemberian maaf oleh
keluarga korban. Menurut Ibnu Rusyd pemberian maaf itu mesti dari seluruh
atau sebagian wali kurban dengan syarat bahwa pemberian amnesti itu sudah
balik dan tamyiz, karena amnesty merupakan tindakan autentik yang tidak
bisa dilakukan oleh anak kecil dan orang gila.
Apabila keluarga korban menghapus hukuman pokok ini maka
hukuman penggantinya adalah berupa hukuman dia, yaitu dengan membayar
denda berupa 100 ekor unta yang terdiri dari 30 ekor unta hiqqah ( umur 3-4
tahun ), 30 ekor unta jadzah ( umur 4-5 tahun ) dan 40 unta yang sedang
bunting selain itu dia dapat dilakukan dengan membayar diyat 200 ekor sapi.
Atau 2000 ekor kambing, atau uang emas 1000 dinar, atau uang perak sebesar
12.000 dirham.
Diyat pun seandainya bila dimaafkan dapat dihapuskan dan sebagai
penggantinya, kaki menjatuhkan hukuman ta'zir dalam memberitakan
hukuman ta'zir hakim diberi kebebasan untuk memilih mana yang lebih
maslahat, setelah mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan
tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku. Jadi, qishash sebagai hukuman
pokok mempunyai dua hukuman pengganti, yaitu dia dan ta'zir. Di samping
hukuman pokok dan pengganti, terdapat pula hukuman tambahan untuk
pembunuhan sengaja, yaitu penghapusan hak waris dan wasiat.

2. Sanksi hukuman pembunuhan semi sengaja


Apabila pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat
9
membunuh seseorang yang dalam tersangkanya boleh dibunuh, misalnya
sengaja menembak seseorang yang disangka musuh dalam peperangan tetapi
ternyata kawan sendiri titik kesalahan demikian disebut salah dalam maksud
(eror in objecto). Apabila pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tapi
akibat kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang terjatuh
dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati titik terhadap pelaku
pembunuhan sengaja dikenakan hukum qishash. Artinya, orang tersebut harus
dibunuh seperti apa yang telah diperbuatnya kepada korban.
Hukuman pokok pembunuhan semi sengaja adalah diyat dan kafarat.
Diyat dalam pembunuhan ini sama dengan diet dalam pembunuhan sengaja,
dalam sejenis kadar maupun pemberatnya. Hukuman kafarat berupa
memerdekakan budak mukmin atau dengan berpuasa dua bulan berturut-turut.
Hukuman pengganti dari pembunuhan semi sengaja adalah ta'zir yang penentu
nya diserahkan kepada hakim. Hukuman tambahan nya adalah terhalangnya
menerima warisan dan wasiat.

3. Sanksi pembunuhan kelalaian


Untuk pembunuhan yang tidak ada unsur sengaja, pelakunya tidak
dikenai hukuman qishash, tetapi hanya membayar diyat. Sementara
pembunuhan yang tidak disengaja atau pembunuhan yang tidak direncanakan
dalam arti mungkin salah sasaran dan tidak bermaksud membunuh atau tidak
tahu, misalnya orang yang menembak binatang, namun mengenai orang lain,
maka pelakunya tidak dikenakan qishash tetapi pembunuhnya harus
membayar diyat, yaitu dengan memerdekakan budak dan memberi 100 ekor
unta kepada keluarga terbunuh.

Hal ini dijelaskan dalam firman Allah:


"Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
yang lain kecuali karena tersalah atau tidak sengaja, dan barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah hendaklah ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan
kepada keluarganya si terbunuh itu, kecuali jika mereka keluarga terbunuh
bersedekah. Jika iya ya sin terbunuh dari kaum yang memusuhimu, padahal ia
mukmin maka hendaklah si pembunuh memerdekakan hamba sahaya yang

10
beriman dan jika ia tidak terbunuh dari kaum kafir yang ada perjanjian damai
antara mereka dengan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya si terbunuh serta memerdekakan hamba
sahaya yang beriman barang siapa yang tidak memperolehnya maka hendaklah
ia sederhana berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara bertobat kepada
Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana."5
Hukuman pokok pada pembunuhan kesalahan adalah diyat dan kafarat.
Diyat pada pembunuhan tidak sengaja berubah 100 ekor unta yang terdiri dari
20 ekor unta betina umur 1-2 tahun, 20 ekor unta jantan umur 1-2 tahun, 20
ekor unta betina umur 2-3 tahun, 20 ekor unta hiqqah dan 20 ekor unta
jadza'ah. Hukuman kafarat berupa memerdekakan Hamas cahaya mukmin atau
berpuasa dua bulan berturut-turut. Hukuman penggantinya adalah puasa dan
taksir serta hukuman tambahannya adalah hilangnya hak wasiat dan
mendapatkan warisan.6

D. Jenis-Jenis Diyat Dan Kadarnya


Menurut Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad Ibn Hasan, dan Imam Ahmad Ibn
Hanbal, jenis diat itu ada 6 macam, yaitu:7
1. Unta,
2. Emas
3. Perak,
4. Sapi,
5. Kambing, atau
6. Pakaian.
Diyat itu ada kalanya berat dan adakalanya ringan. Diyat yang ringan
dibebankan atas pembunhan yang tidak disengaja, dan diyat yang berat dibebankan atas
pembunhan yang serupa kesengajaan.

E. MACAM-MACAM JARIMAH DIYAT

5
Abdul Qadir 'Audah, At-Tasyri' al-Jina'i al-islami Muqaronan al-Qamin al-Wadh'i,
(Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1992), 1:77.
6
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 136.
7
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 168
11
Diyat ada dua macam yaitu:
1. Diyat kabir (denda besar) yaitu seratus ekor onta, dengan perincian: 30 ekor
unta betina umur 3 tahun masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur empat
tahun masuk lima tahun, dan 40 ekor unta betina yang sudah hamil.
Diwajibkan denda berat karena:
a Sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pasa pembunuhan yang
betul-betul disengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang membunuh
sendiri. Hal ini dilandasi hadis nabi:
"sesiapa membunuh orang dengan sengaja, ia diserahkan kepada keluarga
yang terbunuh. Mereka boleh membunuhnya atau menarik denda, yaitu 30
ekor unta betina umur tiga masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur
empat tahun masuk lima tahun, 40 ekor unta betina yang sudah hamil.”
(H.R. al-Turmizi).
b Melakukan pembunuhan “semi sengaja”. Denda ini wajib dibayar oleh
keluarganya, diangsur dalam waktu selama tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun
wajib dibayar sepertiga.

2. Diyat Shaghir (denda ringan), banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi
lima: 20 ekor unta betina umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta betina umur
dua tahun masuk tiga, 20 ekor unta jantan umur dua tahun masuk tiga tahun, 20
ekor unta betina umur tiga tahun masuk empat, 20 ekor unta jantan umur empat
tahun masuk lima. Denda ini wajib dibayr keluarga yang membunuh dalam
masa tiga tahun, tiap akhir tahun dibayar sepertiganya. Jika denda tidak dapat
dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang sebanyak harga unta tersebut.
Ini pendapat sebagian ulama.
Ringannya denda dipandang dari tiga segi:
1. Jumlahnya yang dibagi lima
2. Diajibkan atas keluarga yang bersangkutan
3. Diberi waktu tiga tahun
Berat denda dipandang dari tiga segi juga:
1. Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umurnya lebih besar
2. Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri
3. Denda wajib dibayar tunai

12
Denda perempuan (kalau yang terbunuh perempuan) adalah sperdua dari
denda lak-laki hal ini didasiri gadis nabi:
“dende perempuan seperdua denda laki-laki” (H.R. Amr Ibni Hazm)
Denda orang yang beragama Yahudi dan Nasrani adalah sepertiga dari denda orang
Islam, dan denda orang yang beragama Majusi sepelimabelas dari denda orang
Islam. Keterangannya berdasarkan perbuatan sahabat.
Disempurnakan diyat sebagai diyat membunuh orang yang apabila
anggotaanggota berikut ini atau melenyapkan manfaatnya, yaitu, dua tangan, dua
kaki, hidung, dua telinga, dua mata, lidah, dua bibir, kemaluan, dua pelir,
membisukan, membutakan, menghilangkan pendengaran, menghilangkan
penciuman, dan menghlangkan akal.

BAB III

13
PENUTUUP

Kesimpulan
Qisas adalah hukuman pokok bagi tindak pidana yang objek (sasarannya) adalah
jiwa atau anggota badan yang dilakukan dengan sengaja, seperti membunuh, melukai,
menghilangkan anggota badan. Diyat adalah suatu harta yang wajib dibayar sebab telah
melakukan tindak pidana yang menyebabkan kematian, luka, ataupun hilangnya fungsi
anggota badan. Diyat merupakan hukuman pokok bagi tindak pidana berupa pembunuhan
seperti disengaja, tidak disengaja, pelukaan, dan penghilangan fungsi anggota badan. Diyat
juga merupakan hukuman pengganti dari qisas yang dimaafkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Munajat, Makhrus. 2004. Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung


Pustaka.
H.M.K.Bakry. 2000. Kitab Djinaat: Hukum Pidana dalam Islam. Solo. Sitti
Sjamsijah, t.t.
Hakim, Rahmat. Hukum Pidana Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Abdul Qadir 'Audah. 1992. At-Tasyri' al-Jina'i al-islami Muqaronan al-Qamin al
Wadh'i. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
M. Nurul Irfan dan Masyrofah. 2013. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah, 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai