FIQIH 2
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak
retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1 B. Rumusan Masalah
...................................................................................................... 2 C. Tujuan
Penulisan........................................................................................................ 2
A. Qishas.........................................................................................................................
3 B. Diyat...........................................................................................................................
6 C. Ta‟zir..........................................................................................................................
12 A. Kesimpulan ..............................................................................................................
12 B. Saran.........................................................................................................................
12 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam, yang merupakan agama mayoritas yang dianut oleh
bangsa Indonesia adalah agama yang menyerukan manusia untuk
menyerahkan diri hanya kepada Allah, dengan disertai amal saleh serta
sikap tegar dan penuh percaya diri, dan tunduk dengan ikhlas hanya
kepada Allah semata. Agama Islam adalah agama yang menyerukan
manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan
rasulnya, termasuk di dalamnya ketetapan tentang hukum Allah. Hukum
Islam telah mengatur sedemikian rupa mengenai tindak pidana
pembunuhan.
Dalam hukum Islam pembunuhan berencana termasuk dalam
kategori pembunuhan sengaja, karena dalam hukum Islam tidak
memandang apakah tindak pidana pembunuhan itu direncanakan lebih
dulu atau tidak, yang terpenting dalam pembunuhan itu terdapat niat untuk
membunuh dari pelaku. Allah mewajibkan kepada umatnya untuk
melaksanakan hukum qishas dan diyat berkenaan dengan pembunuhan.
Pengertian qishash adalah mengambil pembalasan yang sama.
Sedangkan diyat adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku,
karena terjadinya tindak pidana (pembunuhan atau penganiayaan) dan
diberikan kepada korban atau walinya sebagai ganti rugi. Sesuai dengan
ajaran Islam bahwa umat Islam harus menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya, namun demikian di Indonesia hukum
Islam belum ditegakkan, khususnya hukum yang berkenaan dengan
masalah tindak pidana pembunuhan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan qishas
2. Apa saja macam-macam qishas dan hikmahnya
3. Apa yang dimaksud dengan diyat
4. Apa saja macam-macam diyat dan hikmahnya
5. Apa yang dimaksud dengan ta‟zir
6. Apa hikmah ta‟zir
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian qishas
2. Agar mengetahui macam-macam qishas dan hikmahnya
3. Agar mengetahui pengertian diyat
4. Agar mengetahui apa saja macam-macam diyat dan hikmahnya
5. Agar mengetahui apa itu pengertian ta‟zir
6. Agar mengetahui apa hikmah dari ta‟zir
2
BAB 1I
PEMBAHASAN
A. Qishas
1. Pengertian Qishas
Qishas dalam arti bahasa adalah menyelusuri jejak. Selain itu
qishas dapat diartikan keseimbangan dan kesepadanan. Sedangkan
menurut istilah syara, Qishash adalah memberikan balasan yang kepada
pelaku sesuai dengan perbuatannya. Karena perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku adalah menghilangkan nyawa orang lain (membunuh), maka
hukuman yang setimpal adalah dibunuh atau hukuman mati.
3. Macam-macam Qishas
Qishas dibedakan menjadi dua :
a) Qishas pembunuhan (yang merupakan hukuman bagi pembunuh)
1
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Diterjemahkan Oleh Ahsin
Sakho Muhammad dkk dari “Al tasryi‟ Al-jina‟I Al-Islami”, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2008),
338
3
b) Qishas anggota badan ( yang merupakan hukuman bagi pelaku
tindak pidana melukai, merusak atau menghilangkan fungsi
anggota badan).
4. Syarat-syarat Qishas
Untuk melaksanakan hukuman qishas perlu adanya syarat-syarat
yang harus terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi syarat-syarat untuk
pelaku (pembunuh), korban (yang dibunuh), perbuatan pembunuhannya
dan wali dari korban.2 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Syarat-Syarat Pelaku (pembunuh)
Menurut Ahmad Wardi Muslich yang mengutip dari Wahbah
Zuhaily mengatakan ada syarat yang harus terpenuhi oleh pelaku
(pembunuh) untuk diterapkannya hukuman Qishash , syarat tersebut
adalah pelaku harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal, pelaku
melakukan pembunuhan dengan sengaja, pelaku (pembunuh ) harus
orang yang mempunyai kebebasan.3
b) Korban (yang dibunuh)
Untuk dapat diterapkannya hukuman qishas kepada pelaku harus
memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan korban, syarat-syarat
tersebut adalah korban harus orang orang yang ma‟shum ad-dam
artinya korban adalah orang yang dijamin keselamatannya oleh
negara Islam, korban bukan bagian dari pelaku, artinya bahwa
keduanya tidak ada hubungan bapak dan anak, adanya keseimbangan
antara pelaku dengan korban (tetapi para jumhur ulama saling
berbeda pendapat dalam keseimbangan ini).
c) Perbuatan Pembunuhannya
Dalam hal perbuatan menurut hanafiyah pelaku diisyaratkan harus
perbuatan langsung (mubasyaroh), bukan perbuatn tidak langsung
(tasabbub). Apabila tassabub maka hukumannya bukan qishas
melainkan diyat. Akan tetapi, ulama-ulama selain hanafiyah
2
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 151
3
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 152
4
tidak mensyaratkan hal ini, mereka berpendapat bahwa pembunuhan
tidak langsung juga dapat dikenakan hukuman qishash.
d) Wali (keluarga) dari korban
Wali dari korban harus jelas diketahui, dan apabila wali korban
tidak diketahui keberadaanya maka qishash tidak bisa dilaksankan. Akan
tetapi ulama-ulama yang lain tidak mensyaratkan hal ini. 5. Hikmah Qishas
Hikmah yang dapat dipetik bahwa Islam menerapkan hukuman
yang sangat menjaga serta menjaga kehormatan dan keselamatan jiwa
manusia. Pelaku perbuatan pembunuhan diancam dengan qishash baik
yang terkait pada al-jinayat „alan nafsi (tindak pidana pembunuhan)
ataupun al-jinayah „ala ma dunan nafsi (tindak pidana yang berupa
merusak anggota badan ataupun menghilangkan fungsinya) akan
menimbulkan banyak efek positif. Yang terpenting diantaranya adalah:
a) Dapat memberikan pelajaran bagi kita bahwa keadilan harus
ditegakkan. Betapa tinggi nilai jiwa dan badan manusia, jiwa diganti
dengan jiwa, anggota badan juga diganti dengan anggota badan.
b) Dapat memelihara keamanan dan ketertiban. Karena dengan adanya
qishash orang akan berϐikir lebih jauh jika akan melakukan tindak
pidana pembunuhan ataupun penganiayaan. Disinilah qishash
memiliki peran penting dalam menjauhkan manusia dari nafsu
membunuh ataupun menganiaya orang lain, hingga akhirnya manusia
akan merasakan atmosfer kehidupan yang penuh dengan keamanan,
kedamaian dan ketertiban.
c) Dapat mencegah pertentangan dan permusuhan yang mengundang
terjadinya pertumpahan darah. Dalam konteks ini qishash memiliki
andil besar membantu program negara dalam usaha memberantas
berbagai macam praktik kejahatan, sehingga ketentraman dan
keamanan masyarakat terjamin.
5
B. Diyat
1. Pengertian Diyat
Diyat secara terminologi adalah harta yang wajib karena suatu
kejahatan terhadap jiwa atau sesuatu yang dihukumi sama seperti jiwa.4
Menurut Abdul Qadir Audah diyat adalah sejumlah harta dalam ukuran
tertentu. Meskipun bersifat hukuman, diyat merupakan harta yang
diberikan kepada korban, bukan kepada perbendaharaan (kas) negara.5
Sayid Sabiq berpendapat sebagai berikut: Artinya : “Diyat adalah sejumlah
harta yang dibebankan kepada pelaku, karena terjadinya tindak pidana
(pembunuhan atau penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau
walinya.”6 Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini mendefinisikan
diyat adalah harta yang wajib dibayarkan karena berbuat kriminal terhadap
orang merdeka, baik dengan membunuhnya maupun dengan mencederai
anggota tubuhnya.7
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa diyat merupakan uqubah
maliyah (hukuman bersifat harta), yang diserahkan kepada korban apabila
ia masih hidup, atau kepada wali (keluarga) apabila korban sudah
meninggal, bukan kepada pemerintah.
2. Macam-macam Diyat
Diyat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Diyat Mughalladzah
Diyat mughalladzah adalah membayar 100 ekor unta yang terdiri atas :
a) 30 hiqqah (unta betina umur 3-4 tahun)
b) 30 jadza‟ah (unta betina umur 4-5 tahun)
c) 40 unta khilfah ( unta yang sedang bunting)
4
Tri Andrisman, Hukum Pidana: Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia,
(Universitas Lampung, Lampung, 2009), hlm. 55
5
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. (Kharisma Ilmu, Jakarta,
2008)hlm. 325.
6
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz II, Dar Al-Fikr, (Beirut, cetakan II, 1980), hlm. 429.
7
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (Bina Ilmu, Surabaya, 1997),
hlm. 29.
6
Diyat mugholladzah adalah sebagai ganti rugi hukuman qishas yang
dimaafkan terhadap pembunuhan sengaja, wajib dibayar secara tunai
oleh pelaku itu sendiri. Sedangkan untuk pembunuhan serupa sengaja
diyat yang diberatkan bisa juga dibebankan kepada keluarga yang
pembayarannya bisa diangsur selama tiga tahun.8
b) Diyat mukhafafah
Sedangkan diyat mukhaffafah banyaknya seratus ekor unta, tetapi
dibagi menjadi lima yaitu :
a) 20 ekor betina umur satu tahun masuk dua tahun (binti makhaz)
b) 20 ekor unta betina umur dua tahun masuk tahun ketiga (binti
labun)
c) 20 ekor unta jantan umur dua tahun (banu labun)
d) 20 hiqqah
e) 20 jadz‟aah.
Diyat ini diwajibkan atas pembunuhan tidak sengaja, yang
bertanggungjawab dalam pembayaran diyat ini adalah aqillah, 9dan
bisa dicicil selama tiga tahun.10
8
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, (CV. Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015), hlm. 141.
9
Ibid., hlm. 142.
10
Syekh Muhammad Syarbani Al-Khatib, Mughni Muhtaj, Jilid IV, hlm. 65.
7
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka
baginya siksa yang sangat pedih” 11
Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir)
yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah
si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa
yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa
dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah, dan
adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana12. Surat Al-Baqarah
ayat 178 menerangkan bahwa jika dimaafkan oleh keluarga korban, pelaku
jinayat hendaknya membayar diyat dengan cara yang baik sebagaimana
telah dimaafkan dengan baik, juga firman Allah An-nisa ayat 92 ayat ini
memerintahkan pembayaran diyat, kecuali jika keluarga korban berbuat
baik dengan bersedekah atau merelakan tidak menerima diyat.
b) Hadits
Sabda Rasulullah SAW: Artinya: “Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW
bersabda: Barangsiapa yang keluarganya terbunuh maka ia bisa memilih
dua pilihan, bisa memilih diyatdan juga bisa memilih pelakunya dibunuh
(qishas)”.13 Hadist ini memperkuat dua ayat di atas dengan kandungan dan
maksud yang sama yaitu disyariatkannya diyat dalam masalah
pembunuhan.
11
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Gema Risalah Press, Bandung, 1992), hlm.
72
12
Ibid., hlm. 123.
13
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath Al-Bari bisyarhi Shahih Al-Bukhari, (Pustaka Imam As
syafi‟i, jilid 14), hlm, 188.
8
a) Pelaku pembunuhan disengaja yang dimaafkan oleh kelurga
terbunuh. Jika pembunuh dalam kasus pembunuhan yang
disengaja, lalu dimaafkan oleh anggota keluarga terbunuh, maka
tidak ada hukuman qishas atasnya, tetapi wajib membayar diyat
kepada keluarga terbunuh.
b) Pembunuhan yang tidak disengaja
c) Pembunuhan yang mirip disengaja.
d) Karena pembunuhnya lari sebelum dilaksanakan qishash atasnya.
Maka yang dikenakan diyat adalah anggota keluarganya.
e) Memotong atau membuat cacat anggota badan seseorang, lalu
dimaafkan.
5. Hikmah Diyat
C. Ta’zir
1. Pengertian Ta‟zir
Menurut Al Haththaab, dalam kitab Mawaahib al-jalil dan al
Mawwaaq, at-Taaj wal ikill, yang dikutip oleh wahbah Al-Zuhaili
mengatakan bahwa hukuman-hukuman yang ada kadar dan bentuknya
telah ditentukan oleh syara adalah hukuman hadd yang jumlahnya ada lima
yaitu: Menurut Ulama Hanafiyah adalah zina, qadzf (menuduh zina),
pencurian, hiraabah, dan khamr. Sedangkan menurut ulama yang lain ada
tujuh yaitu: hukuman hadd untuk zina, qadzf, pencurian, hiraabah
(merampok), khamr, qishas, dan murtad. Hukuman ta‟zir adalah hukuman
9
yang bentuk dan ukurannya tidak ditentukan oleh syara‟ sebagiamana
hukuman hadd yang tersebut di atas.
Menurut bahasa, lafaz Ta‟zir berasal dari kata azzara yang berarti
man‟u wa radda (mencegah dan menolak). Ta‟zir dapat berarti addaba
(mendidik) atau azhamu wa waqra. Yang artinya mengagungkan dan
menghormat. Dari berbagai pengertian, makna ta‟zir yang paling relevan
adalah al-man‟u wa raddu (mencegah dan menolak), dan pengertian kedua
ta‟dib (mendidik). Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Abdur Qadir Audah dan Wahbah Az-Zuhaili. Ta‟zir diartikan
mencegah dan menolak karena ia dapat mencegah pelaku agar tidak
mengulangi perbuatannya. Ta‟zir diartikan mendidik karena ta‟zir
dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari
perbuatan jarimahnya kemudian meninggalkan dan menghentikannya.
a) Hukuman mati
Hukuman mati ditetapkan sebagai hukuman qishash untuk
pembunuhan sengaja dan sebagai hukuman hadd untuk jarimah
hirabah, zina muhsan, riddah, dan jarimah pemberontakan. Untuk
jarimah ta‟zir, hukuman mati ini diterapkan oleh para fuqaha
secara beragam. Hanafiyah membolehkan kepada ulil amri untuk
menerapkan hukuman mati sebagai ta‟zir dalam jarimah-jarimah
yang jenisnya diancam dengan hukuman mati apabila jarimah
tersebut dilakukan berulang-ulang. Contohnya pencurian yang
dilakukan berulang-ulang dan menghina Nabi beberapa kali yang
dilakukan oleh kafir dzimmi, meskipun setelah itu ia masuk Islam.
3. Hikmah Ta‟zir
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qishas adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku
pembunuhan maupun pengrusakan anggota badan seseorang yang
dilakukan dengan di sengaja. Diyat artinya denda, yaitu denda yang
diwajibkan kepada pembunuh yang tidak dikenakan hukun atau qishas,
dengan membayarkan sejumlah barang atau uang sebagai pengganti
hukum qishas karena di maafkan oleh anggota keluarga. Diyat artinya
denda, yaitu denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang tidak
dikenakan hukun atau qishas, dengan membayarkan sejumlah barang atau
uang sebagai pengganti hukum qishas karena di maafkan oleh anggota
keluarga. Sedangkan ta‟zir adalah sanksi-sanksi yang belum jelas
ketentuannya oleh Allah SWT. Ta‟zir berfungsi untuk mendidik dan
mengajari pelakunya agar tidak mengulangi perbuatanperbuatan yang
dilarang oleh menurut syara‟. Dalam hal ini, pengadilan agama berhak
untuk menentukan ta‟zir yang dilakukan oleh seorang pelaku jarimah.
Dasar hukum pemberlakuan ta‟zir yaitu beberapa hadist Nabi. Seorang
pelaku jarimah dihukum sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya.
B. Saran
Kami dari penulis berharap agar makalah yang kami buat ini bisa
berguna bagi pembaca, dan dapat menjadi panduan dalam belajar. Dan
makalah kami ini pasti tidak jauh dari kesalahan kritik dan sarannya sangat
kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13