Dosen Pengampu :
JURUSAN TARBIYAH
(STAIN) PONOROGO
DESEMBER 2013
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah
memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga Alhamdulillah kami diberikan
kelancaran dalam membuat makalah yang berjudul “fiqih jinayah” ini. Shalawat dan salam
semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, serta seluruh umatnya termasuk kita yang akan melanjutkan perjuangan
Dalam makalah ini kami uraikan berbagai hal terkait masalah tentang jinayah, baik itu
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kami pun
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga
Makalah ini memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Amin.
Penyusun,
(Kelompok 13/TB.G)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................2
A. Pengertian Jinayah......................................................................2
B. Pengertian Diyat.........................................................................2
C. Macam-macam Jinayah.............................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................10
B. Saran........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pidana menurut syariat islam merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan setiap muslim dimanapun ia berada. Syariat islam merupakan hukum yang
harus dilaksanakan oleh setiap muslim, karena syariat islam merupakan bagian ibadah kepada
Allah SWT. Namun dalam kenyataannya, masih banyak umat islam yang belum tahu dan
paham tentang apa dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta bagaimana keetentuan-
ketentuan hukum tersebut seharusnya disikapi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya ancaman hukuman atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi manusia dari
kebinasaan terhadap lima hal yang mutlak pada manusia, yaitu: agama, jiwa, akal, harta, dan
keturunana atau harga diri. Seperti ketetapan Allah tentang hukumam mati terhadap tindak
pembunuhan.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jinayah
Jinayah menurut bahasa bermakna penganiayaan terhadap badan, harta, jiwa. Sedangkan
menurut istilah, jinayah pelanggaran terhadap badan yang didalamnya diwajibkan qisas atau
diyat. Jinayah juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan atas badan.
Dengan demikian, tindak penganiayaan itu sendiri dan sanksi yang dijatuhkan atas
Jinayah secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:
merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya, baik sengaja
B. Pengertian Diyat
Yang dimaksud dengan diyat ialah “denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak
dilakukan padanya hukum bunuh”. Diyat ada dua macam yaitu denda berat dan denda ringan.
1
Ahmad wardi muslich. Pengantar dan asas hukum pidana islam. Hal. 45.
2
Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum islam. Hal. 45.
5
1. Denda berat, yaitu seratus ekor unta, dengan perincian: 30 ekor unta betina umur
tiga masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur empat masuk lima tahun, 40 ekor
a) Sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pada pembunuhan yang betul-
betul disengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang membunuh sendiri.
keluarganya, diangsur dalam waktu tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun wajib dibayar
sepertiganya.
2. Denda ringan, banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi lima: 20 ekor unta
betina umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta betina umur dua masuk tiga tahun,
20 ekor unta jantan umur dua masuk tiga tahun, 20 ekor unta betina umur empat
masuk lima tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang membunuh dalam
Jika denda tidak dapat dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang sebanyak harga
unta. Ini pendapat sebagian ulama. Pendapat lain, boleh dibayar dengan uang sebanyak
12.000 dirham (kira-kira 37,44 kg perak). Kalau denda itu masuk bagian denda berat,
ditambah sepertiganya.
6
Beratnya denda dipandang dari tiga segi juga:
1. Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umumnya lebih besar
denda ringan. Denda ini dijadikan denda berat dari satu segi -yaitu keadaannya- dengan salah
Keterangannya adalah berdasarkan perbuatan para sahabat, seperti Umar dan Ustman.
Dalil ini sampai kepada pemeriksaan sampai kepada sepakat sahabat-sahabat atau tidaknya.
Denda perempuan (kalau yang terbunuh adalah perempuan) adalah seperdua dari denda
laki-laki.
Denda orang yang beragama yahudi atau nasrani adalah sepertiga dari denda orang islam,
dan denda orang yang beragama majusi seperlima belas dari denda orang islam.
berikut ini atau melenyapkan manfaatnya, yaitu: dua tapak tangan, dua kaki, hidung, dua
telinga, dua mata, lidah, dua bibir, kemaluan, dan pelir, membisukan, membutakan,
7
C. Macam-macam jinayah
Jinayah terhadap jiwa atau pelanggaran terhadap seseorang dengan menghilangkan nyawa
merupakan hal sangat dilarang oleh Allah Taala. Apalagi manakala pelanggaran tersebut
dilakukan secara sadar dan sengaja, serta yang dibunuh adalah seorang mukmin, maka Allah
memberikan ancaman berupa kutukan dari Allah dan azab yang besar, yaitu siksa api neraka
“dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah
jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
a. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang
yang dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk
membunuh orang. Hukum ini wajib di qisas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali
3
Asadulloh al faruk. ibid. Hal. 46.
8
apabila dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda)
tidak disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati,
atau seseorang terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu
mati. Hukum pembunuhan yang tak disengaja ini tidak wajib qisas, hanya wajib
membayar denda (diyat) yang enteng. Denda ini diwajibkan atas keluarga yang
diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga itu wajib membayar
sepertiganya.
c. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng
(biasanya tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang
itu mati dengan cemeti itu. Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan
membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh, diangsur dalam
tiga tahun.
a) Hak Allah
4
Ibid. Hal. 429
9
Syarat-syarat wajib qisas (hukum bunuh)
d. Yang terbunuh itu adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam atau
dengan perjanjian.
Tiap-tiap dua orang berlaku antara keduanya qisas, berlaku pula antara keduanya hukum
potong atau qata’, dengan syarat seperti yang telah disebutkan pada syarat qisas ditambah
2. Keadaan anggota yang terpotong tidak kurang dari anggota yang akan dipotong.
Jinayah terhadap tubuh adalah jinayah atas salah satu organ tubuh manusia, atau atas
tulang dari tulang-tulang tubuh manusia, atau atas kepalanya, atau atas bagian dari tubuh
manusia dengan sebuah pelukaan. Para ahli fiqh menetapkan berlakunya kisas selain pada
Jinayah terhadap tubuh dikelompokan menjadi empat kategori besar, yaitu sebagai berikut:
Jinayah terhadap anggota tubuh yang dapat menimbulkan diyat penuh apabila terjadi pada
hal-hal berikut:
1. Hilangnya akal
10
3. Hilagnya penglihatan karena kedua mata dirusak
8. Hilangnya kemampuan untuk berdiri, atau duduk, karena tulang punggung diremukan.
Jinayah terhadap anggota tubuh yang dapat menimbulkan diyat separuh apabila terjadi
Jinayah jenis ini adalah dikhususkan bagi perbiuatan yang mengakibatkan syijjaj. Syijjaj
adalah luka dikepala atau di wajah. Menurut generasi salaf, syijjaj ada sepuluh macam, lima
diantaranya telah dijelaskan diyat-nya oleh pembuat syariat, dan lima lainnya tidak dijelaskan
diyat-nya.
11
Lima macam jenis syijjaj yang diyat-nya telah ditetapkan oleh pembuat syariat, meliputi
hal-hal berikut:
Lima macam jenis syijjaj yang diyat-nya belum ditetapkan oleh syariat, meliputi hal-hal
berikut:
1. Harishah, yaitu luka yang agak merobek kulit dan tidak membuatnya berdarah
5. Simhaq, yaitu luka yang nyaris menembus tulang jika tidak ada kulit tipis
Jirah merupakan yang terjadi diselain wajah atau kepala. Berdasarkan diyat-nya, maka
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
diwajibkan qisas atau diyat. Jinayah juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan
atas penganiayaan atas badan. Dengan demikian, tindak penganiayaan itu sendiri dan
2. Diyat ialah “denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya
hukum bunuh”.
3. Jinayah secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:
merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya, baik
B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
• Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa
meluruskannya.
• Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan
pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali
pembahasan materi dalam makalah ini.
13
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
- Wardi, Ahmad Muslich. 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta.
Sinar Grafika
- Al Faruk, Asadulloh. 2009. Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor
ghalia Indonesia.
15