Anda di halaman 1dari 15

Fiqih Jinayah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


“Studi Fiqih”

Disusun oleh: Kelompok 13 / TB.G

1. ELVANDRI NOOR RAFSANJANI (210313304) (moderator)


2. SURYA SAKTI PRASTYO (210313323) ( pemateri )
3. DESSY HERLINAWATI (210313076) ( notulen )

Dosen Pengampu :

Anang Wahid Cahyono, LC.MHI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PONOROGO

DESEMBER 2013

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah

memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga Alhamdulillah kami diberikan

kelancaran dalam membuat makalah yang berjudul “fiqih jinayah” ini. Shalawat dan salam

semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para

sahabatnya, serta seluruh umatnya termasuk kita yang akan melanjutkan perjuangan

dakwahnya. semoga kita akan mendapatkan syafa’atnya nanti diakhirat, amin.

Dalam makalah ini kami uraikan berbagai hal terkait masalah tentang jinayah, baik itu

pengertian, macam-macam, serta penjelasannya.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang

telah mendukung terselesaikanya makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kami pun

masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga

Makalah ini memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Amin.

Ponorogo, 10 Desember 2013

Penyusun,

(Kelompok 13/TB.G)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................2

A. Pengertian Jinayah......................................................................2
B. Pengertian Diyat.........................................................................2
C. Macam-macam Jinayah.............................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................10
B. Saran........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pidana menurut syariat islam merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dalam kehidupan setiap muslim dimanapun ia berada. Syariat islam merupakan hukum yang

harus dilaksanakan oleh setiap muslim, karena syariat islam merupakan bagian ibadah kepada

Allah SWT. Namun dalam kenyataannya, masih banyak umat islam yang belum tahu dan

paham tentang apa dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta bagaimana keetentuan-

ketentuan hukum tersebut seharusnya disikapi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya ancaman hukuman atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi manusia dari

kebinasaan terhadap lima hal yang mutlak pada manusia, yaitu: agama, jiwa, akal, harta, dan

keturunana atau harga diri. Seperti ketetapan Allah tentang hukumam mati terhadap tindak

pembunuhan.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari jinayah?

2. Apa pengertian dari diyat?

3. Apa saja macam-macam jinayah?

C. Tujuan pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian dari jinayah.

2. Untuk mengetahui pengertian dari diyat.

3. Untuk mengetahui macam-macam jinayah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jinayah

Jinayah menurut bahasa bermakna penganiayaan terhadap badan, harta, jiwa. Sedangkan

menurut istilah, jinayah pelanggaran terhadap badan yang didalamnya diwajibkan qisas atau

diyat. Jinayah juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan atas badan.

Dengan demikian, tindak penganiayaan itu sendiri dan sanksi yang dijatuhkan atas

penganiayaan badan disebut jinayah.1

Jinayah secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Jinayah terhadapa jiwa, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan

menghilangkan nyawa, baik sengaja maupun tidak sengaja.

2. Jinayah terhadap organ tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan

merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya, baik sengaja

maupun tidak disengaja.2

B. Pengertian Diyat

Yang dimaksud dengan diyat ialah “denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak

dilakukan padanya hukum bunuh”. Diyat ada dua macam yaitu denda berat dan denda ringan.

1
Ahmad wardi muslich. Pengantar dan asas hukum pidana islam. Hal. 45.
2
Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum islam. Hal. 45.

5
1. Denda berat, yaitu seratus ekor unta, dengan perincian: 30 ekor unta betina umur

tiga masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur empat masuk lima tahun, 40 ekor

unta betina yang sudah hamil.

Diwajibkannya denda berat karena :

a) Sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pada pembunuhan yang betul-

betul disengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang membunuh sendiri.

b) Melakukan pembunuhan “seperti sengaja”. Denda ini wajib dibayar oleh

keluarganya, diangsur dalam waktu tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun wajib dibayar

sepertiganya.

2. Denda ringan, banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi lima: 20 ekor unta

betina umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta betina umur dua masuk tiga tahun,

20 ekor unta jantan umur dua masuk tiga tahun, 20 ekor unta betina umur empat

masuk lima tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang membunuh dalam

masa tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun dibayar sepertiganya.

Jika denda tidak dapat dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang sebanyak harga

unta. Ini pendapat sebagian ulama. Pendapat lain, boleh dibayar dengan uang sebanyak

12.000 dirham (kira-kira 37,44 kg perak). Kalau denda itu masuk bagian denda berat,

ditambah sepertiganya.

Ringannya denda dipandang dari tiga segi:

1. Jumlahnya yang dibagi lima

2. Diwajibkan atas keluarga yang bersangkutan

3. Diberi waktu selama tiga tahun

6
Beratnya denda dipandang dari tiga segi juga:

1. Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umumnya lebih besar

2. Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri

3. Denda wajib dibayar tunai

Telah diterangkan tadi bahwa denda karena “ketidaksengajaan semata-mata” adalah

denda ringan. Denda ini dijadikan denda berat dari satu segi -yaitu keadaannya- dengan salah

satu dari tiga, dan sebab dibawah ini:

a. Apabila terjadi pembunuhan di tanah Haram Mekah

b. Apabila terjadi pembunuhan pada bulan haram (bulan Zulkaidah, Zulhijah,

Muharam dan Rajab)

c. Apabila yang terbunuh itu mahram dari yang membunuh.

Keterangannya adalah berdasarkan perbuatan para sahabat, seperti Umar dan Ustman.

Dalil ini sampai kepada pemeriksaan sampai kepada sepakat sahabat-sahabat atau tidaknya.

Keterangan ini diambil dari kifayatul akhyar.

Denda perempuan (kalau yang terbunuh adalah perempuan) adalah seperdua dari denda

laki-laki.

Denda orang yang beragama yahudi atau nasrani adalah sepertiga dari denda orang islam,

dan denda orang yang beragama majusi seperlima belas dari denda orang islam.

Keterangnnya berdasarkan perbuatan para sahabat.

Disempurnakan diyat sebagai diyat membunuh orang apabila terpotong anggota-anggota

berikut ini atau melenyapkan manfaatnya, yaitu: dua tapak tangan, dua kaki, hidung, dua

telinga, dua mata, lidah, dua bibir, kemaluan, dan pelir, membisukan, membutakan,

menghilangkan pendengaran, menghilangkan penciuman, dan menghilangkann akal.

7
C. Macam-macam jinayah

1. Jinayah Terhadap Jiwa

Jinayah terhadap jiwa atau pelanggaran terhadap seseorang dengan menghilangkan nyawa

merupakan hal sangat dilarang oleh Allah Taala. Apalagi manakala pelanggaran tersebut

dilakukan secara sadar dan sengaja, serta yang dibunuh adalah seorang mukmin, maka Allah

memberikan ancaman berupa kutukan dari Allah dan azab yang besar, yaitu siksa api neraka

jahannam bagi pelakunya.

Allah Ta’ala berfirman:

   

  

   

   

 

“dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah

jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta

menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisaa : 93).3

Pembunuhan ada tiga cara, yaitu :

a. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang

yang dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk

membunuh orang. Hukum ini wajib di qisas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali

3
Asadulloh al faruk. ibid. Hal. 46.

8
apabila dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda)

atau dimaafkan sama sekali.4

b. Ketidaksengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melontarkan suatu barang yang

tidak disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati,

atau seseorang terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu

mati. Hukum pembunuhan yang tak disengaja ini tidak wajib qisas, hanya wajib

membayar denda (diyat) yang enteng. Denda ini diwajibkan atas keluarga yang

membunuh, bukan atas orang yang membunuh. Mereka membayarnya dengan

diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga itu wajib membayar

sepertiganya.

c. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng

(biasanya tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang

itu mati dengan cemeti itu. Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan

membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh, diangsur dalam

tiga tahun.

Bagi yang membunuh tergantung tiga macam hak :

a) Hak Allah

b) Hak ahli waris

c) Hak yang di bunuh

4
Ibid. Hal. 429

9
Syarat-syarat wajib qisas (hukum bunuh)

a. Orang yang membunuh itu sudah baligh dan berakal

b. Yang membunuh bukan dari bapak yang di bunuh

c. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh.

d. Yang terbunuh itu adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam atau

dengan perjanjian.

Tiap-tiap dua orang berlaku antara keduanya qisas, berlaku pula antara keduanya hukum

potong atau qata’, dengan syarat seperti yang telah disebutkan pada syarat qisas ditambah

dengan syarat-syarat dibawah ini :

1. Hendaklah nama (jenis) kedua anggota itu sama.

2. Keadaan anggota yang terpotong tidak kurang dari anggota yang akan dipotong.

2. Jinayah Terhadap Tubuh

Jinayah terhadap tubuh adalah jinayah atas salah satu organ tubuh manusia, atau atas

tulang dari tulang-tulang tubuh manusia, atau atas kepalanya, atau atas bagian dari tubuh

manusia dengan sebuah pelukaan. Para ahli fiqh menetapkan berlakunya kisas selain pada

jiwa, yaitu pada organ-organ tubuh manusia.

Jinayah terhadap tubuh dikelompokan menjadi empat kategori besar, yaitu sebagai berikut:

a. Jinayah yang menimbulkan diyat penuh

Jinayah terhadap anggota tubuh yang dapat menimbulkan diyat penuh apabila terjadi pada

hal-hal berikut:

1. Hilangnya akal

2. Hilangnya pendengaran karena kedua telinga dihilangkan

10
3. Hilagnya penglihatan karena kedua mata dirusak

4. Hilangnya suara karena lidah atau dua bibir dipotong

5. Hilangnya daya cium karena hidung dipotong

6. Hilangnya kemampuan melakukan hubungan seksual, karena kemaaluan dirusak

7. Hilangnya kedua tangan atau kedua kaki

8. Hilangnya kemampuan untuk berdiri, atau duduk, karena tulang punggung diremukan.

b. Jinayah yang menimbulkan diyat separuh

Jinayah terhadap anggota tubuh yang dapat menimbulkan diyat separuh apabila terjadi

pada hal-hal berikut:

1. Salah satu dari dua mata

2. Salah satu dari dua telinga

3. Salah satu dari dua tangan

4. Salah satudari dua kaki

5. Salah satu dari dua bibir

6. Salah satu dari dua pantat

7. Salah satu dari dua alis

8. Salah satu dari dua payudara wanita

c. Jinayah yang menyebabkan syijjaj (luka dikepala)

Jinayah jenis ini adalah dikhususkan bagi perbiuatan yang mengakibatkan syijjaj. Syijjaj

adalah luka dikepala atau di wajah. Menurut generasi salaf, syijjaj ada sepuluh macam, lima

diantaranya telah dijelaskan diyat-nya oleh pembuat syariat, dan lima lainnya tidak dijelaskan

diyat-nya.

11
Lima macam jenis syijjaj yang diyat-nya telah ditetapkan oleh pembuat syariat, meliputi

hal-hal berikut:

1. Mudhihah, yaitu luka yang membuat tulang terlihat

2. Hasyimah, yairu luka yang meremukan tulang

3. Munqilah, yaitu luka yang emmindahkan tulang dari tempat aslinya

4. Ma’mumah, yaitu luka yang menembus kulit otak

5. Damighah, yaitu luka yang merobek kulit otak.

Lima macam jenis syijjaj yang diyat-nya belum ditetapkan oleh syariat, meliputi hal-hal

berikut:

1. Harishah, yaitu luka yang agak merobek kulit dan tidak membuatnya berdarah

2. Damiyah, yaitu luka yang membuat kulit berdarah

3. Badzi’ah, yaitu luka yang membelah kulit

4. Mutalahimah, yaitu luka yang menembus daging

5. Simhaq, yaitu luka yang nyaris menembus tulang jika tidak ada kulit tipis

d. Jinayah yang menyebabkan jirah (luka selain dikepala)

Jirah merupakan yang terjadi diselain wajah atau kepala. Berdasarkan diyat-nya, maka

jirah dibedakan menjadi hal-hal berikut:

1. Luka yang menembus perut

2. Luka yang membuat tulang rusuk patah

3. Pematahan lengan, atau tulang betis, atau tulang pergelangan tangan.

4. Selai dari tiga jenis diatas

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jinayah menurut bahasa bermakna penganiayaan terhadap badan, harta, jiwa.

Sedangkan menurut istilah, jinayah pelanggaran terhadap badan yang didalamnya

diwajibkan qisas atau diyat. Jinayah juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan

atas penganiayaan atas badan. Dengan demikian, tindak penganiayaan itu sendiri dan

sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan badan disebut jinayah.

2. Diyat ialah “denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya

hukum bunuh”.

3. Jinayah secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:

a. Jinayah terhadapa jiwa, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan

menghilangkan nyawa, baik sengaja maupun tidak sengaja.

b. Jinayah terhadap organ tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan

merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya, baik

sengaja maupun tidak sengaja.

B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
• Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa
meluruskannya.
• Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan
pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali
pembahasan materi dalam makalah ini.

13
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.

Penulis sangat mengharapkan kritikan yang membangun kepada penulis demi


sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan
berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

- Wardi, Ahmad Muslich. 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta.
Sinar Grafika

- Al Faruk, Asadulloh. 2009. Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor
ghalia Indonesia.

- Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqih Islam. Bandung. Sinar baru Al-Gesindo.

15

Anda mungkin juga menyukai