Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH USHUL FIQH

“FIQH JINAYAH”

Disusun oleh:
Dinatuzahra (210802012)
Putri Rizki Rahmatillah (210802036)
Putri Ramadhani (210802139)
Nur Akma Wilda (210802136)ss
Fitri Fauziyah (210802148)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN


BIDANG STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ‘Fiqh Jinayah’ selesai
pada waktu yang telah di tentukan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenhi tugas dosen pada mata
kuliah Ushul Fiqh. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
‘Fiqh Jinayah’ bagi para pembaca dan juga Penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muslim selaku dosen mata kuliah
Ushul Fiqh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan pengetahuan dam
wawasan di bidang studi yang Penulis tekuni.
Penulis menyadari makalah yang di tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 30 Oktober 2022

Penyusun
A. Hukum Jinayat

Fiqh jinyat terdiri dari dua kata yaitu fiqih dan jinayat. Fiqih secara bahasa berasal dari kata
faqiha-yafqahu-fiqhan, yang berarti mengerti atau faham. Sedangkan fiqh secara istilah adalah
ilmu tentang hukum-hukum syara’ praktis yang di ambil dari dalil-dalil terperinci.

Adapun jinayat menurut bahasa adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa
yang diusahakan. Sedangkan jinayat menurut istilah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh
syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau lainnya. Jinayah merupakan sebuah
kajian islam yang berbicara tentang kejahatan. Jinayat merupakan suatu hukum teradap bentuk
perbuatan kejahatan yang berkaitan dengan pembunuhan, perzinaan, menuduh zina, pencurian,
mabuk, dan perbuatan jahat lainnya. Hukuman bagi mereka yang melanggar bisa berupa
cambuk, denda, dan penjara. Beratnya hukuman tergantung pada pelanggaran, hukuman atau diat
terbagi kepada 2 yakni berat dan ringan. Hukuman untuk khalwat adalah hukuman yang paling
ringan, yaitu hukuman cambuk sebanyak maksimal 10 kali, penjara 10 bulan, atau denda 100
gram emas. Hukum jinayat adalah hukum yang mengatur tentang jarimah dan uqubat. Jarimah
diartikan sebagai perbuatan yang dilarang dalam syariat islam tertera dalam qanun aceh nomor 6
tahun 2014 tentang hukum jinayat diancam dengan uqubat hududdan dan atau ta’zir.

B. Ruang Lingkup dan Pembagian Fiqh Jinayah

Tindak pidana dalam fiqh jinayah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam dan jenis
sesuai dengan aspek yang ditonjolkan. Pada umumnya para ulama’ membagi tindak pidana
dalam fiqh jinayah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau
tidaknya oleh al-Quran dan al-Hadits. Atas dasar ini, para ulama membaginya menjadi tiga
macam:

1. Jarimah Hudud
Jarîmah hudûd adalah tindak pidana yang diancam hukuman had, yakni hukuman
yang telah ditentukan macam dan jumlah (beratringan) sanksinya yang menjadi hak Allah
SWT. Hudud adalah sanksi yang sudah di tentukan eratnya oleh Allah untuk setiap
tindakan kemaksiatan, sehingga dapat dijadikan pengingat bagi manusia agar tidak
melakukan kemaksiatan. Ada tujuh macam perbuatan jarîmah hudûd yaitu, zina,
menuduh orang lain berbuat zina (qazaf), meminum minuman keras, mencuri,
menggangu keamanan (hirabah), murtad, dan pemberontakan (al-bagyu). Adapun salah
satu friman Allah tentang Hudud zina dan nisabnya yaitu:
“perempuan yang bersina dan laki-laki yang berzina, maka dera lah tiap—tiap
satu dari keduanya dengan seratus kali deraan. Dan janganlah kamu belas kasihan
kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu
beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah (dalam melaksanakan) hukuman
mereka di saksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nur ayat 2)
2. Jarimah Qishas atau Diyat
Jarîmah qisas-diah adalah tindak pidana yang diancam hukuman qishas atau diyât.
Yang termasuk jarîmah qishas-diyât ialah pembunuhan sengaja, pembunuhan semi
sengaja, pembunuhan tidak sengaja, penganiayaan sengaja, dan penganiayaan tidak
sengaja. Sebagagaimana firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara
yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang
sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”.(al-Baqarah: 178-179)
Di dalam Islam hukuman terhadap pelaku pembunuhan dan penganiayaan di sebut
qishas yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada pelaku. Seperti didalam surat Al-
maidah ayat 45 yang artinya “Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat)
bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisas-nya (balasan
yang sama). Barangsiapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itulah orang-orang zalim”.

3. Jarimah Ta’zir
Ta’zir adalah hukuman yang tidak ditentukan oleh al Qur'an dan hadits yang
berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah dan hak hamba yang berfungsi
untuk memberi pelajaran kepada si terhukum dan mencegahnyauntuk tidak mengulangi
kejahatan serupa. Jarimah ta’zir ialah tindak pidana yang diancam dengan satu atau
beberapa macam hukuman. Jarimah ta’zir terbagi menjadi empat bagian:
a) Jarimah ta’zir hudûd atau qishas yang syubhat atau tidak memenuhi syarat, namun
sudah merupakan perbuatan maksiat. Misalnya, percobaan pencurian, percobaan
pembunuhan, pencurian di kalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.
b) Jarimah-jarimah yang telah ditentukan oleh al-Quran dan alHadits, namun tidak
ditentukan sanksinya. Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan
amanah, dan menghina agama.
c) Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh Ulul Amri untuk kemashlahatan umum. Dalam
hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan pertimbangan penentuan kemashlahatan umum.
Persyaratan kemashlahatan ini secara rinci diuraikan dalam bidang studi Ushul Fiqh.
Misalnya, pelanggaran atas peraturan lalu lintas.
d) Perbuatan-perbuatan yang melanggar hak jamaah dan hak adami, namun hak adami
lebih dominan. Misalnya, pembunuhan.

C. Contoh Kasus Jinayah:


1. Pembunuhan

Pembunuhan yang termasuk dalam fiqih jinayah ada 3 (tiga) macam, yaitu:

- Pembunuhan dengan sengaja:

Pembunuhan yang disengaja adalah pembunuhan yang diniatkan atau direncanakan dengan
menggunakan alat atau cara yang dapat menyebabkan orang lain terbunuh. Pembunuhan yang
disengaja merupakan perbuatan yang diharamkan dan pelakunya memikul dosa besar (kabair)
Hukuman bagi pelakunya adalah setinggi-tingginya diqishash yaitu dibunuh. Namun apabila
keluarga (ahli waris) korban memaafkan, pembunuh diharuskan membayar diyat senilai 100
(seratus) ekor unta secara tunai.

- Pembunuhan tidak sengaja:

Pembunuhan tidak sengaja adalah pembunuhan yang tidak dimaksudkan untuk membunuh,
karena salah sasaran, atau ketidaktahuan pelaku sehingga secara tidak sengaja menghilangkan
nyawa orang lain. Pelaku pembunuhan ini tidak dikenakan qishash, melainkan diwajibkan
membayar diyat dengan cara memerdekakan hamba sahaya dan memberi 100 (seratus) ekor unta
kepada keluarga atau ahli waris korban

- Pembunuhan seperti sengaja:

Pembunuhan seperti sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan tidak sengaja dan tidak
menggunakan alat dan cara yang dapat membunuh, dan yang secara kebiasaan tidak
dimaksudkan hendak membunuh. Misalnya seseorang memukul dengan lidi dan yang dipukul
ternyata mati. Pelaku pembunuhan ini tidak dihukum qishash, tetapi harus membayar diyat.

2. Pencurian
Pencurian adalah mengambil sesuatu milik oaring lain secara diam-diam dan rahsia dari
tempat penyimpanannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki.
Pengambillan harta milik orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian
tetapi Muharobah ( perampokan ) yang hukumannya lebih berat dari pencurian. Dan
pengambilan harta orang lain tanpa bermaksud memiliki itupun tidal termasuk pencurian
tetapo Ghosab ( memanfaatkan milik orang lain tanpa izin ). Pelaku pencurian diancam
hukuman potong tangan dan akan diazab di akhirat apabila mati sebelum bertaubat
dengan tujuan agar harta terpelihara dari tangan para penjahat, karena dengan hukuman
seperti itu pencuri akan jera dan memberikan pelajaran kepada orang lain yang akan
melakukan pencurian karena beratnya sanksi hokum sebagai tindakan defensive
(pencegahan). Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah
terbukti bersalah, baik melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang
dicurinya bernilai ekonomis, bisa dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93
gram emas.
3. Perzinahan
Zina adalah melakukan hubungan sekseual diluar ikatan perkawinan yang sah, baik
dilakukan secara sukarela ataupun paksaan. Sanksi hokum bagi yang melakukan
perzinahan adalah dirajam ( dilempari dengan batu sampai mati ) bagi pezina mukhshan
yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang telah melakukan hubungan seksual
dalam ikatan perkawinan yang sah. Atau dicambuk 100 kali bagi pezina ghoer mukhshan
yaitu pezinahan yang dilakukan oleh orang yang belum pernah melakukan hubungan
seksual dalam ikatan perkawinan yang sah. Sanksi hukuman tersebut baru dapat
dilakukan apabila sudah terbukti melakukan perzinahan baik dengan pemgakuan , 4
orang saksi atau alat bukti. Perzinahan dilarang didalam islam karena:
1. Menghancurkan garis keturunan dan putusnya hak waris.
2. Mengakibatkan kehamilan sehingga anak yang terlahir tersia-sia dari pemeliharaan,
pengurusan dan pembinaan pendidikannya.
3. Merupakan salah satu bentuk dari perilaku binatang yang akan menghancurkan
kemanusiaan. 4. Menimbulkan penykait yang berbahaya dan menular.
4. Homoseksual (biseks)
Homoseksual dikategorikan sebagai perzinahan karena termasuk hubungan sekseual
walaupun sesame jenis sehingga dikenai hokum seperti perzinahan dirajam atau
dicambuk. Homoseksual merupakan sikap abnormal, tidak terpuji, bertentangan dengan
fitrah manusia serta menggangu mekanisme reproduksi dan regenerasi dan menimbulkan
penyakit fisik, seperti AISD.

D. Qanun yang Bersangkutan dengan Jinayah

Qanun adalah sebuah kata Arab. Kata ini dapat merujuk pada hukum yang dibuat oleh
penguasa Muslim, khususnya badan administrasi, ekonomi dan hukum pidana yang diundangkan
oleh sultan-sultan Ottoman, berbeda dengan syariah, kumpulan hukum yang diuraikan oleh para
ahli hukum.
Penerapan Qanun Aceh No.6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah kembai menjadi sorotan dan
kritikan pubik. Pasalnya, penerapan hukum pidana yang hanya berlaku di Provinsi Nanggroe
Aceh Darusalam (NAD) ini dinilai melanggar HAM dan cenderung merugikan kaum perempuan
dan anak dalam kasus-kasus kekerasan/pelecehan seksual

Anda mungkin juga menyukai