Anda di halaman 1dari 7

A.

Hukuman Mati, Hudud, dan Hukuman Ta'zir


1. Pidana Mati Menurut Hukum Islam
Dalam Islam hukuman terhadap pelaku pembunuhan dan penganiayaan
disebut qisas, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada pelaku. Adanya qisas
bukan sebagai tindakan yang sadis namun ini sebuah alternatif demi terciptanya hidup
dan kehidupan sesuai ketentuan Ilahi. Praktik hukum yang tidak adil direkontruksi
oleh al-Qur’an, agar tujuan hukum yang adil dan kedamaian hidup masyarakat dapat
terwujud.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤي َا ُّيَه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْي ُك ُم اْلِقَص ا ُص ِفى اْلَقْت ٰل ىۗ  َاْلُحُّر ِبا ْلُح ـِّر َو ا ْلَعْب ُد ِبا ْلَعْب ِد َو ا‬
‫ُاْل ْن ٰث ى ِبا ُاْل ْن ٰث ىۗ  َفَم ْن ُع ِفَي َلٗه ِمْن َاِخْي ِه َش ْي ٌء َفا ِّت َب ا ٌع ِۢب ا ْلَمْع ُرْو ِف َو َا َدٓاٌء ِاَلْي ِه ِبِا‬
‫ْح َس ا ٍن ۗ  ٰذ ِلَك َتْخ ِفْيٌف ِّم ْن َّر ِّب ُك ْم َو َر ْح َم ٌة ۗ  َفَم ِن اْع َت ٰد ى َبْع َد ٰذ ِلَك َفَلٗه َع َذ ا ٌب َاِلْي م‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas


berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang
siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik,
dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu
adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barang siapa melampaui batas setelah
itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 178)

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh


Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, diwajibkan
kepada kalian menghukum orang yang membunuh orang lain secara sengaja dan
karena permusuhan dengan hukuman yang sama dengan kejahatan yang
dilakukannya. Maka orang yang merdeka harus dijatuhi hukuman mati karena
membunuh orang yang merdeka. Seorang budak harus dijatuhi hukuman mati karena
membunuh seorang budak. Seorang wanita harus dijatuhi hukuman mati karena
membunuh seorang wanita. Apabila si korban -sebelum menghembuskan nafas
terakhirnya- atau keluarganya memaafkan si pelaku dengan imbalan diat (sejumlah
harta yang dibayarkan oleh pembunuh sebagai kompensasi bagi pengampunan atas
kejahatannya), maka pihak yang memaafkan harus memperlakukan si pembunuh
dalam menuntut pembayaran diat itu secara wajar, bukan dengan menyebut-nyebut
kebaikannya sendiri dan meyakiti hati si pelaku. Dan pihak pelaku pun harus
membayar diat tersebut dengan cara yang baik, tanpa menunda-nunda. Pemberian
maaf dan pembayaran diat itu adalah keringanan yang Allah berikan kepada kalian,
dan merupakan rahmat yang Dia berikan kepada umat ini. Maka barangsiapa
menyerang si pembunuh setelah ada pemberian maaf dan pembayaran diat itu, niscaya
baginya azab yang menyakitkan dari Allah SWT.
QS al-baqarah: 179 menegaskan tujuan dasar diberlakukannya hukum qisas untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia. Para fuqaha’merumuskan tingkatan
pembunuhan sekalligus hukumannya sebagai implementasi hukuman qisas yang
mengandung nilai keadilan restoratif dengan penyelesaian secara perdata, namun
dalam hukum positif lebih menekankan pada hukum pidana murni karena adanya asas
kepastian hukum.
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa terbunuh dengan tidak diketahui
pembunuhnya, atau terkena lemparan batu, atau kena cambuk, atau kena tongkat,
maka dendanya ialah denda bunuh karena kekeliruan. Barangsiapa dibunuh dengan
sengaja, maka dendanya hukum mati, Barangsiapa menghindar dari berlakunya
hukuman itu, maka laknat Allah padanya." Riwayat Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu
Majah dengan sanad kuat.
Hukuman dilihat seperti dari segi yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah
yaitu:
a) Jarimah Al-hudud, yaitu tindak pidana yang kadar hukumannya telah ditentukan oleh
Allah SWT
b) Jarimah Al Qishas dan diyat, yaitu tindak pidana yang dikenal aksi qishas dan diyat
Qishas dan diyat ini adalah hukuman yang ditentukan hukumannya, tapi merupakan
hak individu- Individu, artinya bahwa hukuman tu ditentukan karena hanya
mempunyai satu had (hukuman) yang telah ditentukan. Sebagal hak individu, bila
pihak individu yang dirugikan karena tindak pidana ini menghendaki pemaafan,
adalah merupakan haknya dan dapat diterima dn dibenarkan secara hukum, sehingga
hukuman hadnya itu hilng karena pemaafan itu. Tapi hukuman yang takdir tetap
dikenakan.
c) Jarimah takzir, yaitu perbuatan- perbuatan hukumnya pidana tidak yang disyariatkan
oleh syara dengan hukuman tertentu. dikemukakan Sebagimana oleh yang Mahmud
Syaltut tentang hukuman takzir dalam kejahatan hudud adalah: Melakukan Imenuduh
zina, melakukan pencurian, mabuk, qadzaf zina, khirabah (menyamun), dan murtad,
al- baghy (pemberontakan. Adapun jenis kejahatan qishas adalah pembunuhan,
kejahatan athraf dan melukai badan.1

2. Jarimah Hudud atau Hukuman Hudud


Adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Had secara bahasa adalah
pemisah antara dua hal,supaya tidak bercampur dengan yang lainnya, atau batasan
antara satu dengan yang lainnya, atau pemisah antara dua hal yang sudah mempunyai
batas Sebagai contoh batas tanah, batas haram dan sebagainya.Menurut istilah Syara',
sebagaimana dinyatakan oleh 'Abd al-Qadir 'Awdah, jarimah hudud yaitu: hudud
adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Dan had adalah ancaman
hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak Allah.
Abdul Aziz "Amir, menyatakan had yaitu: Had adalah hukuman tertentu yang
merupakan hak Allah Ta'ala. Demikian juga yang dinyatakan oleh Muhammad Abu
Syuhbah bahwa had merupakan hak mutlak bagi Allah, tidak boleh ditunda tanpa
alasan yang jelas, ditambah dan dikurangi. Penguasa dalam hal ini hanya berhak
melaksanakan sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam ketentuan syara'.
Selanjutnya Abu Syuhbah mengatakan had bukan merupakan hak khalifah atau gadi
dan tidak ada toleransi dalam penegakannya. Wahbah Zuhayli mendefinisikan, had
adalah suatu ketentuan yang apabila dilanggar,. maka pelakunya dihukum dengan
hukuman yang telah ditentukan dalam al-Qur'an, tidak boleh ditambah dan
dikurangi.Berdasarkan keterangan tersebut dapat dipaham bahwa, had adalah
hukuman yang telah ditentukan batas, jenis damlahnya, dan hukuman itu merupakan
hak Allah dengan pengebahwa hukuman tersebut tidak bisa ditambah, dikurangi oleh
siapapun dan tidak mempunyai batas tertinggi atau terendah. Juga yang dimaksud
dengan hak Allah di sini adalah setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan
1
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997), jilid II, hlm. 9
umum untuk memelihara ketenteraman dan keamanan masyarakat. Dengan kata lain
setiap jarimah yang mengganggu kepentingan masyarakat berarti telah mengganggu
hak Allah dan pantas dihukum dengan ketentuan-Nya. 2 Di antara ayat al-Qur'an yang
berbicara masalah hudud adalah firman Allah surat al-Talaq ayat 1:
Artinya: Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Ayat tersebut di atas berbicara tentang masalah hitungan waktu iddah cerai.
Meskipun ayat tersebut tidak berkaitan secara langsung dengan hudud yang
dimaksudkan dalam konteks jarimah. akan tetapi dapat dipahami hudud adalah batas-
batas hukum Allah yang telah ditetapkan-Nya.Jarimah hudud, lebih lanjut meliputi
perbuatan maksiat yang "besar", yang sudah pasti dan tertentu bentuknya
sebagaimana yang telah disepakati oleh Juqaha' ada tujuh macam, yaitu: Zina, qadhaf"
(menuduh orang berbuat Zina), mencuri, minum khamar, merampok," memberontak
dan murtad."Terhadap bentuk-bentuk jarimah di atas, fuqaha' menamakannya dengan
hudud tanpa diikuti kata jarimah, seperti jarimah zina, jarimah minum khamar dan
seterusnya. Hukuman terhadap bentuk-bentuk jarimah tersebut, oleh fuqaha'
dinamakan dengan lerdud, dan penyebutannya tetap memakai kata-kata hudud, seperti
had sirqah (hukuman mencuri), had syurba hukuman minum khamar), dan lain-lain,
tidak dengan mengguan istilah aqubah akan tetapi maksudnya adalah 'aqubah sirqah
(hukuman mencuri), "uqubah syurbah hukuman minum khamar).Kejahatan-kejahatan
jarimah tersebut di atas, hukumannya langsung ditetapkan oleh syara' atas dasar
kepentingan dan perlindungan masyarakat, yang merupakan hak Allah swt yang tidak
dapat ditambah, dikurangi dan dihapus oleh siapapun, baik atas nama pribadi,
masyarakat ataupun atas nama penguasa (kepals negara). Penguasa hanya dapat
bertindak menetapkan jarimah ini berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh syara'.Apabila seseorang terbukti di muka hakim telah melakukan salah satu dan
jarimah yang diancam dengan hukuman had, maka hakim atau penguasa tidak ada hak
untuk campur tangan selain menjatuhkan hukuman terhadap pelaku yang telah
terbukti itu. Jadi dalam hal hukuman had ini, yari'ah Islam tidak mengenal apa yang
disebut dengan istilah grasi, amnesti dan abolisi dan kepala negara sebagaimana yang
dikenal dalam hukum pidana positif.

Bentuk Jarimah Hudud dan Hukumanya, yaitu:


2
Hasbi As-Shiddiqiey, Dinamika dan Elastisitas Hukum Islam (Jakarta: Tintamas. 1975), hlm. 27.
1) Zina
Zina adalah melakukan hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan yang belum memiliki ikatan nikah, dengan memasukkan zakar ke
dalam faraj yang haram tanpa adabbat dan secara naluri mengundang
syahwat.Hukuman terhadap pelaku zina adalah dicambuk seratus kali
berdasarkan firman Allah swt. surat an-Nur ayat 2:
Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
Untuk menentukan seseorang telah melakukan zina harus terlebih dahulu
dibuktikan di hadapan pengadilan. Oleh karena itu hakim mempunyai peran
penting untuk menghadirkan bukti-bukti yang mengarah kepada seseorang
telah melakukan zina. Adapun alat bukti zina adalah keterangan saksi
(syahadah) dan pengakuan (igrar)." Adapun ketentuan jumlah para saksi
adalah empat orang.
2) Qudzaf
Qadhaf menurut bahasa adalah melempar. Menurut istilah yana adalah
menuduh orang lain telah berzina (baik yang dituduh itu laki-laki atau
perempuan), seperti perkataan; hai penzina, atau dengan perkataan; "kamu
bukan anak bapakmu", perkataan seperti ini tuduhan bukan ditujukan kepada
yang mendengamya (mikhatab) tetapi kepada ibunya." Qadzaf (penuduh zina)
dengan tidak mendatangkan empat orang saksi dijilid delapan puluh kali
berdasarkan surat an-Nur 4:
Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik- baik[1029]
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya, dan mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
3) Sariqah (Mencuri)
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan mencur menurut bahasa
ialah mengambil harta orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi dan dengan
cara penipuan. Dalam pengertian syari'at didefenisikan oleh para fuqaha' (ahli
hukum figh) yaitu harta yang diambil oleh seorang yang sudah berakal, baligh
dan dilakukan secara diam-diam dari tempat penyimpanan yang biasa tanpa
alasan yang dapat ditolerir." Thikuman terhadap pelaku pencuri adalah potong
tangan.Berdasarkan surat al-Maidah ayat 38:
Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
4) Khamar (Minum yang memabukkan)
Larangan minuman keras dijelaskan secara tegas dalam al- Qur'an dan
sunnah. Penetapan larangan tersebut diturunkan secara bertahap. Mulanya
dikatakan bahwa dari buah kurma dan anggur dapat dibuat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik-baik (surat an-Nahl: 67). Dan
dikemukakan dalam minum keras (kham) mengandung dosa besar disamping
ada manfaatnya. Tetapi dosanya lebih besar dibanding manfaamya (al-
Baqarah:129)
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khun dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yalesar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa kenya lebih besar dari manfaatnya", dan mereka bertanya kepadamu. apa
yang mereka nafkahkan, Katakanlah: "fang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.3
5) Hirabah (Merampok)
Perampokkan adalah pengambilan harta orang dengan cara kekerasan
dan pembunuhan. hukuman terhadap pelaku hirabah adah dibunuh atau disalib
atau dipotong tangan dan kakinya secara berseling, atau diasingkan. Dasar
hukum hirabah adalah firman Allah surat al-Maidah ayat 33:
Artinya:Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal
balik. atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka
beroleh siksaan yang besar. Arti dari redaksi ayat yang menyebutkan

3
Djamil, Fathurrahman. 1997. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
"memerangi Allah dan Rasul-Nya bersifat majaz (bukan arti yang sebenarnya)
karena Allah tidak mungkin dapat diperangi karena sifat-Nya yang sempurna.
Pada redaksi ayat ini ada yang dibuang (hadhf mudaf) yaitu memerangi wali-
wali Allah. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Allah mengagungkan dan
memuliakan wali-wali-Nya.
6) Pemberontakan Pemberontakan atau al-Baghyu
menurut bahasa adalah Artinya: Mencari atau menuntut sesuatu.
Pengertian tersebut kemudian menjadi populer untuk mencar dan menuntur
sesuatu yang tidak halal, baik karena dosa maupun kezaliman Sesuai dengan
firman Allah surat al-Araf ayat 33:
Artinya: Katakanlah: Tuhanku Hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang nampak ataupun yang tersembunyi,dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar. (mengharamkan) mempersekutukan
Allah dengan suatu yang allah tidak menurunkan hujjah untuk itu
(mengharamkan) mengadakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui.
7) murtad
Murtad atau riddah adalah kembali dari agama Islam kepada kekafiran,
baik dengan niat, perbuatan yang menyebabkan kekafiran, atau dengan
ucapan. Adapun unsur-unsur jarimah riddah ini adalah kembali atau keluar
dari Islam dan adanya niat melawan hukum (kesengajaan), Dasar hukum
jarimah riddah adalah surat al- Baqarah ayat 217:
Artinya: Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya,lalu dia mati
dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka inilah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.4

4
Chazawi, Adami. 2005. Hukum Pidana Materiil dan Formiil Korupsi di Indonesia. Malang: CV. Bayu Media

Anda mungkin juga menyukai