• Jarimah ta‟zir secara harfiah bermakna memuliakan atau menolong. Namun ta‟zir dalam
pengertian istilah hukum Islam adalah hukuman yang bersifat mendidik yang tidak
mengharuskan pelakunya dikenai had dan tidak pula harus membayar kaffarah atau diat.
Tindak pidana yang dikelompokan atau yang menjadi objek pembahasan ta‟zir adalah
tindak pidana ringan seperti pelanggaran seksual yang tidak termasuk zina, tuduhan berbuat
kejahatan selain zina, pencurian yang nilainya tidak sampai nisab harta. Jenis hukuman yang
termasuk jarimah ta‟zir antara lain hukuman penjara, skorsing atau pemecatan, ganti rugi,
pukulan, teguran dengan kata-kata dan jenis hukuman lain yang dipandang sesuai dengan
pelanggaran dari pelakunya. Dalam hukum Islam jenis hukuman yang berkaitan dengan
hukuman ta‟zir diserahkan sepenuhnya kepada penguasa, pemerintah setempat atau kepada
qadhi (hakim) pengadilan yang diberi kuasa memutuskan perkara dalam hukum Islam.
• Jadi jarimah ini ini sangat berbeda dengan jarimah hudud dan qishash yang macam dan
bentuk hukumannya telah ditentukan oleh syara. Tidak ditentukannya macam dan hukuman
pada jarimah ta‟zir sebab jarimah ini berkaitan dengan perkembangan masyarakat serta
kemaslahatannya.
JARIMAH ZINA
• Zina secara harfiah berarti fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah
hubungan kelamin antara seorang lelaki dan perempuan yang satu sama lain tidak terikat
bukan karena nikah yang sah atau semunikah dan bukan pemilikan hamba sahaya. Menurut
H.A Dzajuli, dengan mengutip Ulama Malikiyah, zina adalah mewathu‟inya laki-laki
mukallaf terhadap faraj wanita yang bukan miliknya dan bukan sengaja. Adapun ulama
Syafi‟iyyah, masih dari sumber yang sama, mendefinisikan zina adalah memasukan zakar ke
dalam faraj yang haram dengan tidak syubhat dan secara naluriah memuaskan nafsu.
• Orang yang berzina terbagi menjadi dua, yaitu muhshan (sudah menikah) dan ghair muhshan
(belum menikah). Dalil tentang had/sanksi zina dapat kita lihat dalam surat An-Nur ayat:2
• “Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah membuat jalan untuk
mereka (para pezina). Jejaka berzina dengan gadis hukumannya seratus cambukan dan
diasingkan setahun. Duda berzina dengan janda hukumannya seratus cambukan dan
dirajam." (Riwayat Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
MENUDUH BERZINA (AL-
QADZAF)
• Qadzaf menurut bahasa yaitu ram‟yu syain berarti melempar sesuatu. Sedangkan menurut
istilah syara‟ adalah melempar tuduhan (wath‟i) zina kepada orang lain yang karenanya
mewajibkan hukuman had bagi tertuduh (makdzuf).
• Dasar Jarimah Qadzaf adalah firman Allah: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita
yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS.
An-Nûr: 4).
• Sejalan dengan beratnya hukuman bagi pelaku jarimah zina, hukum Islam juga mengancamkan
hukuman yang tak kalah beratnya bagi seseorang yang melakukan tuduhan berzina kepada
orang lain. Hukuman tersebut tidak dijatuhkan ketika tuduhannya mengandung kebohongan.
Namun, apabila tuduhannya dapat dibuktikan kebenarannya, maka jarimah qadzaf itu tidak
ada lagi dan berubah menjadi jarimah zina. Artinya, bila si penuduh tak dapat membuktikan
tuduhannya karena lemahnya pembuktian atau kesaksiannya, hukuman qadzaf dijatuhkan bagi
si penuduh. Namun bila tuduhan tersebut dapat dibuktikan dengan yakin, si penuduh dianggap
telah berbuat jarimah zina dan ia berhak dihukum dengan hukuman had zina.
JARIMAH PENCURIAN
• Menurut bahasa, mencuri (sariqah) adalah mengambil sesuatu yang bukan miliknya secara
sembunyi-sembunyi. Adapun menurut istilah, adalah mengambil harta yang terjaga dan
mengeluarkan dari tempat penyimpanannya tanpa ada kerancuan (syubhat) di dalamnya dan
dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah, pencurian
adalah tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Berarti
mengambil tanpa sepengetahuan dan kerelaan pemiliknya.
• Asas legalitas berikut hukumannya tertera pada surat Al-Mai‟dah ayat 38 : “Laki-laki yang
mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan
bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Maidah : 38)
JARIMAH PERAMPOK (HIRABAH)
• Jarimah hirabah adalah jarimah gangguan keamanan di jalan umum. Secara etimologis,
hirabah berarti memotong jalan (qath‟uttarieq). Menurut Abdul Qadir Audah, tindak
perampokan disebut juga dengan sariqah kubra (pencurian besar) adalah mengambil harta
milik orang lain dengan sepengetahuan pemiliknya dan secara paksa.
• Menurut H.A. Dzajuli, perbedaan pencuri dan perampok (pembegalan) terletak pada teknis
pengambilan harta. Yang pertama (pencurian) dilakukan secara diam-diam, yang kedua
(perampokan) dilakukan secara terang-terangan dan disertai kekerasan atau ancaman
kekerasan. Perbuatan ini sangat berdampak psikologis bagi korban, sehingga menimbulkan
trauma yang menghantuinya dalam jangka waktu yang panjang, bahkan seumur hidupnya.
Itulah sebabnya wajar kalau syariat Islam menghukuminya dengan hukuman yang sangat
berat, seberat dampak psikologis yang diderita korban yang sukar dinilai dengan materi.
MINUM-MINUMAN KERAS (ASYRIBAH/KHAMR)
• Ada beberapa nama yang diberikan para ulama berkenaan dengan jarimah ini. Al-Bukhari
memberikan nama syaribul khamr. Abu Dawud menamakannya al-haddu fil khamr. Ibnu Majah
menyebutnya dengan haddus sakran. Imam Syafi‟I haddul khamr, dan Imam Hanafi
menamainya dengan hadus syurb. Asribah adalah jama (plural) dari kata syurbun. Yang
dimaksud dengan asyribah atau minum-minuman keras adalah minuman yang bisa membuat
mabuk, apapun asalnya.
• Khamr secara harfiah artinya tertutup. Selanjutnya kata khamr dipahami sebagai nama minuman
yang membuat peminumnya mabuk atau gangguan kesadaran. Minuman khamr menurut bahasa
Al-Qur'an adalah minuman yang terbuat dari biji-biji buah-buahan yang melalui proses begitu
rupa sehingga dapat mencapai kadar minuman yang memabukkan.
• Dari Anas RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah dihadapkan kepada beliau seorang laki-laki
yang telah minum khamr. Lalu orang tersebut dipukul dengan dua pelepah kurma (pemukul)
sebanyak 40 kali. Anas berkata, “Cara seperti itu dilakukan juga oleh Abu Bakar”. Tetapi (di
zaman „Umar) setelah „Umar minta pendapat para shahabat yang lain, maka „Abdur Rahman
bin „Auf berkata, “Hukuman yang paling ringan ialah 80 kali. Lalu „Umar pun menyuruh
supaya didera 80 kali”. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya).
JARIMAH RIDDAH (MURTAD)
• Riddah dalam arti bahasa adalah ))مش)ئا))لغ ْيه
َ ا)مرجوع غ)ناyang artinya kembali dari sesuatu ke
sesuatu yang lain. “Riddah menurut syara‟ adalah kembali dari agama islam kepada
kekafiran, baik dengan niat, perbuatan yang menyebabkan kekhafiran, atau dengan
ucapan.”
• Riddah merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah yang diancam dengan hukuman di
akhirat, yaitu dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam
Surah Al-Baqarah 217: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat,
dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
• Di samping Al-Qur‟an, Rasulullah saw. Menjelaskan hukuman untuk orang murtad ini di
dalam sebuah hadits : Dari Ibn Abbas ra. Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Barang
siapa menukar agamanya maka bunuhlah dia.” (Hadits riwayat Bukhari).
• Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa murtad termasuk salah satu jenis tindak pidana
yang diancam dengan hukuman mati.
AL-BAGHYU (PEMBERONTAKAN)