Anda di halaman 1dari 6

KORUPSI,

KOLUSI, &
NEPOTISME
PERBEDAAN
 KORUPSI adalah tindakan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok
untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang mengakibatkan kerugian
keuangan pada negara. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
 KOLUSI adalah tindakan persekongkolan, persekutuan, atau permufakatan untuk urusan yang
tidak penting. Permufakatan atau kerja sama melawan hukum antar-penyelenggara negara dan
pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.
 NEPOTISME adalah setiap perbuatan penyelenggaraan negara seacar melawan hukum yang
menguntungkan kepentinga keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara.
 Suap menyuap, Suap adalah suatu tindakan dengan memberikan sejumlah uang atau barang
atau perjanjian khusus kepada seseorang yang mempunyai otoritas atau yang dipercaya,
contoh, para pejabat, dan membujuknya untuk merubah otoritasnya demi keuntungan orang
yang memberikan uang atau barang atau perjanjian lainnya sebagai kompensasi sesuatu yang
dia inginkan untuk menutupi tuntutan lainnya yang masih kurang.
 Penyuap dan Penerima Suap Dalam bahasa syari’ah penyuap disebut dengan ar-Rasyi yaitu
orang yang menyuap. Sedangkan orang yang disuap disebut al-Murtasyi.
 Penyuap adalah orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut. Selain itu
seseorang dianggap sebagai pemberi suap apabila memberi atau menjajikan sesuatu kepada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili.
HADIST TENTANG KKN
َ) ‫;شي َو ْال ُمرْ تَ ِش َي‬
ِ ‫ ( لَ َع َن َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم اَل َّرا‬:‫ قَا َل‬-‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫ َر‬- ‫َو َع ْن َع ْب ِد هَّللَا ِ ب ِْن َع ْم ِر ٍو‬
ُ‫َّحه‬َ ‫صح‬ َ ‫ َواَلتِّرْ ِم ِذيُّ َو‬,‫َر َواهُ َأبُو َدا ُو َد‬

Artinya :  “ Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam melaknat orang yang memberi dan menerima suap”.
Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi .

) ‫لعن هللا الراشى وا;لمرتشي في الحكم ( رواه احمد والترمذي والحاكم عن ابى هريرة‬
 “Allah mengutuk orang yang menyogok dan orang yang disogok dalam memutuskan perkara”. (HR.
At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
Dalam hadits-hadits Nabi SAW banyak pula menyebutkan larangan berkhianat (korupsi)
dan suap, antara lain:
Sabda Rasulullah SAW :
‫اعظم الغلول عندهللا ذراع من ا;ألرضو تجدون الرجلين جارين في ا;ألرضو او في الدار فيقطع احدهما من حظ صاحبه‬
) ‫ ( رواه احمد عن ابى مالك األشجعى‬.‫ذراعاو فاذا قطعه طوقه من سبع ارضين يوم القيامة‬

“Korupsi yang paling besar menurut pandangan Allah ialah sejengkal tanah. Kamu melihat
dua orang yang tanahnya atau rumahnya berbatasan. Kemudian salah seorang dari keduanya
mengambil sejengkal dari milik saudaranya itu. Maka jika dia mengambilnya , akan
dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari Kiamat”. (HR. Ahmad Dari Abu Malik
Al-Asyja’).
LARANGAN PEJABAT MENERIMA HADIAH
Memberikan hadiah dalam Islam sangat dianjurkan dan hukumnya halal karena bisa
merupakan perekat bagi persaudaraan, namun hadiah ternyata bisa menjadi haram jika
diberikan dengan maksud tertentu, atau ada udang di balik batu. Itulah hadiah yang
diserahkan pada pejabat atau para hakim. Hadiah yang diberikan kepada pegawai
pemerintahan tentunya dan pastinya ada kaitannya dengan jabatannya.

Anda mungkin juga menyukai