Anda di halaman 1dari 5

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Asal kata amar ma’ruf nahi munkar yaitu al-Amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar.
Kata al-Amru dalam kalimat diatas mempunyai arti menurut pengadaan sesuatu, sehingga
mencakup banyak hal. Tidak hanya berupa perintah, tetapi juga bermakna suruhan, seruan,
ajakan, imbauan dan lainnya. Sedangkan al-ma’ruf adalah suatu perilaku yang dikenal baik
(kebajikan). Maka dari itu yang dimaksud al-Amru bil ma’ruf adalah menuntut mengadakan
segala kebajikan.

Dan kata an-nahyu dalam kalimat diatas artinya mencegah suatu pengadaan atau perilaku
yang pengertiannya mencakup beberapa arti seperti melarang, menjauhkan, menghindarkan,
mengancam, menentang, melawan, peringatan dan lainnya. Sedangkan al-munkar artinya sesuatu
kejahatan. Jadi dapat dikatakan bahwa arti an-nahyu ‘anil munkar adalah mencegah mengadakan
segala bentuk perilaku kemungkaran.1

Mengenai perintah amar ma’ruf nahi mungkar sendiri, Allah SWT telah berfirman dalam
QS. Ali Imran ayat 104:

َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوأُو ٰلَئ‬


َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).

Amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang
yang beriman. Dalam menjalankannya harus ada keseimbangan, yakni menyuruh orang lain
berbuat baik, dan ia juga harus melarangnya berbuat buruk.2 Misalnya, bila ia menyuruh orang
lain sholat, maka ia harus melarangnya berkata dusta, mencuri, berjudi, mabuk-mabukan, dan
lain-lainnya.

1
Ibnu Mas’ud, The Miracle of Amar Ma’ruf Nahi Munkar (LAKSANA, n.d.).
2
Ust Khalillurrahman el-Mahfani, Semua Perempuan Calon Penghuni Surga: Amalan-amalan agar para istri
dirindukan surga (WahyuQolbu, 2015).
Apabila kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang
mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Ada juga akibat yang
ditimbulkan jika kewajiban itu tidak dilaksanakan, diantaranya:

a. Timbulnya kerusakan di muka bumi

Allah SWT. berfirman:

ِ ‫صةً ۖ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬


‫ب‬ َّ ‫صيبَ َّن الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِم ْن ُك ْم خَا‬
ِ ُ‫َواتَّقُوا فِ ْتنَةً اَل ت‬

Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al-Anfal: 25).

Dalam ayat ini, Allah memperingatkan kaum mukminin agar senantiasa membentengi
diri mereka dari siksa tersebut dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta
menyeru manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.

Sebab, jika mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, maka kemungkaran akan
menyebar dan kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka azab pun akan
diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat. Di antara kerusakan yang timbul akibat
meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebagai berikut:

 Para pelaku maksiat dan dosa akan semakin berani untuk terus melakukan perbuatan
nistanya sehingga sedikit demi sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah
umat manusia. Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan
terus bertambah, dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan.
 Perbuatan mungkar akan menjadi baik dan indah di mata khalayak ramai, kemudian
mereka pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat.
 Salah satu sebab hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan. Karena, tersebarluasnya
kemungkaran tanpa adanya seorang pun dari ahli agama yang mengingkarinya. Sehingga
akan membentuk anggapan bahwa hal ter sebut bukanlah sebuah kebatilan. Bahkan bisa
jadi mereka melihatnya sebagai perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Selanjutnya, sikap
menghalalkan hal-hal yang diharamkan Allah dan mengharamkan hal-hal yang
dihalalkan-Nya pun akan semakin merajalela.
b. Menyebabkan turunnya siksan Allah SWT

Di antara sebab turunnya siksa Allah adalah adanya kemungkaran yang merajalela, baik
berupa kesyirikan, kemaksiatan, maupun kezaliman. Hal ini sebagaimana disebutkan Ummul
Mukminin Zainab binti Jahsy bahwa Rasulullah SAW pernah mendatanginya dalam keadaan
terkejut seraya berkata:

‫ق بِأُصْ بُ َع ْي ِه اإْل ِ ْبهَ ِام َوالَّتِي‬ َ َ‫ُوج ِم ْث ُل هَ َذا ق‬


َ َّ‫ال َو َحل‬ َ ‫ب فُتِ َح ْاليَوْ َم ِم ْن َر ْد ِم يَأْجُو َج َو َمأْج‬ ِ ‫اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َو ْي ٌل لِ ْل َع َر‬
َ ‫ب ِم ْن َش ٍّر قَ ْد ا ْقتَ َر‬
ُ َ‫ك َوفِينَا الصَّالِحُونَ قَا َل نَ َع ْم إِ َذا َكثُ َر ْال َخب‬
‫ث‬ ُ ِ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ أَنَ ْهل‬ ُ ‫ش فَقُ ْل‬
ٍ ْ‫ت َجح‬ ُ ‫ت َز ْينَبُ بِ ْن‬ ْ َ‫تَلِيهَا قَال‬

Artinya: “Lâ ilâha illallâh! Celakalah bangsa Arab, karena kejelekan yang telah mendekat.
Hari ini telah dibuka tembok Ya’juj dan Makjuj seperti ini–beliau melingkarkan ibu jari dengan
jari telunjuknya.” Kemudian Zainab berkata, “Apakah kita akan binasa wahai Rasulullah,
padahal di sekitar kita ada orangorang saleh?” Beliau menjawab, “Ya, jika kemungkaran itu
sudah merajalela.” (HR Muslim).

Makna al-khabats menurut Muthafa Dib Al-Bugha dalam Al-Jami’ ash-Shahih al-
Mukhtashar meliputi kefasikan, kejahatan, dan kemaksiatan. Ketiga hal tersebut juga tergolong
dalam makna “mungkar” yang berarti setiap perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dalam Al-Jawab  al-Kafi, Ibnul Qayyim menukil perkataan Ali bin Abi Thalib,
“Tidaklah musibah itu menimpa, kecuali disebabkan dosa, dan musibah itu tidak akan diangkat
kecuali dengan taubat.”

Dari sini dapat dipahami bahwa tidak adanya amar ma’ruf nahi mungkar akan
menyebabkan tersebar luasnya kemungkaran. Banyaknya kemungkaran akan menyebabkan turun
nya siksa Allah, meskipun di masyarakat tidak sedikit ditemukan orang-orang yang saleh.

c. Menyebabkan tidak dikabulkannya doa

Akibat lain dari meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah tidak dikabulkannya
doa manusia. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
“Demi Zat yang jiwaku di Tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar
makruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan
mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya, akan tetapi Allah
tidak mengabulkan doa kalian.” ( HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa orang yang meninggal kan amar ma’ruf nahi
mungkar, permintaannya tidak dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya
selalu berusaha untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sesuai dengan kemampuannya.

d. Mendapatkan laknat dari Allah SWT

Umat yang tidak melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar akan mendapatkan laknat
dari Allah Ta’ala. Hal ini telah terjadi pada Bani Isra’il, sebagaimana telah disebutkan dalam
firmanNya:

٧٨ َ‫َصوْ ا َو َكانُوْ ا يَ ْعتَ ُدوْ ن‬ َ ِ‫لُ ِعنَ الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا ِم ْن بَنِ ْي إِ ْس َرائِ ْي َل ع َٰلى لِ َسا ِن د َٗاو َد َو ِع ْي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ ۗ َم ٰذل‬
َ ‫ك بِ َما ع‬

َ ‫َكانُوْ ا اَل يَتَنَاهَوْ نَ ع َْن ُّم ْن َك ٍر فَ َعلُوْ ۗهُ لَبِ ْئ‬


٧٩ َ‫س َما َكانُوْ ا يَ ْف َعلُوْ ن‬

Artinya: “Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan
Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampui batas (ayat
78). Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh,
sangat buruk apa yang mereka perbuat” (ayat 79). (QS. Al-Maidah: 78-79).

Dalam ayat tersebut Allah mengabarkan kepada kita tentang kemaksiatan yang
menyebabkan Bani Israil dilaknat oleh Allah. Yaitu mereka melakukan kemungkaran dan tidak
ada seorang  pun dari mereka yang mencegah saudaranya dari kemaksiatan yang ia lakukan.
Maka, para pelaku kemungkaran dan orang yang membiarkannya mendapatkan hukuman yang
sama.3

3
Asep Rudi Nurjaman, Pendidikan Agama Islam (Bumi Aksara, 2020).

Anda mungkin juga menyukai