Anda di halaman 1dari 17

Menjaga Semangat Dakwah

(ASI DAN MENYUSUI)

Bunda Arit dan tim Sentra Laktasi Muslimah


LANDASAN PALING DASAR
ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA
(QS. AL Maidah:3)

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Hamil, melahirkan, dan Menyusui adalah sunnatullah


dan kodrat wanita, dan ketika manusia mulai meninggalkan
kodratnya, maka pasti akan terjadi
kerusakan di bumi ini
PERINTAH UNTUK DAKWAH

‫ک ہُ ُم ۡال ُم ۡفلِح ُۡو َن‬ ٓ ٰ ُ‫و ۡلتَ ُک ۡن م ۡن ُکمۡ اُمۃٌ ی َّۡد ُع ۡو َن الَی ۡال َخ ۡیر و ی ۡامر ُۡو َن ب ۡالم ۡعر ُۡوف و ی ۡنہ ۡو َن َعن ۡالم ۡن َکر ؕ و ا‬
َ ‫ولِئ‬ َ ِ ُ ِ َ َ َ ِ َ ِ ُ َ َ ِ ِ َّ ِّ َ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” ―QS. Ali Imran [3]: 104

ٰ ۡ َ‫َربَّنَ ۤا اِنَّنَا َس ِم ۡعنَا ُمنَا ِدیًا یُّنَا ِد ۡی لِاۡل ِ ۡی َما ِن اَ ۡن ٰا ِمنُ ۡوا ِب َربِّ ُکمۡ فَ ٰا َمنَّا ٭ۖ َربَّنَا ف‬
ِ ‫اغفِ ۡر لَنَا ُذنُ ۡوبَنَا َو َکفِّ ۡر َعنَّا َسیِّاتِنَا َو تَ َوفَّنَا َم َع ااۡل َ ۡب َر‬
‫ار‬

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman,
(yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,” maka kami pun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan
kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
―QS. Ali Imran [3]: 193
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ً‫بَلِّ ُغوا َعنِّى َولَ ْو آيَة‬
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #34

‫ن َرَأى مِ ْنكُ ْم‬ َ : ُ‫سولَ هللاِ ﷺ يَ ُق ْول‬


ْ ‫«م‬ ُ ‫سمِ ْع‬
ُ ‫ت َر‬ َ : َ‫ َقال‬،‫ي هللاُ عَ ْن ُه‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ي َر‬ِّ ِ‫سعِ ْي ٍد الخُدْر‬
‫ْ َأ‬
َ ‫عَن بِي‬
‫ َف ْن ل َ ْم يَس َتطِ ْع َفب َق ْلبهِ و َذل َ َأ‬، ِ‫ َف ْن ل َ ْم يَس َتطِ ْع َفبلِسان ِه‬،ِ‫كرا ً َف ْلي َغير ُه بي ِده‬
ِ ‫ِك ْض َع ُف اِإل ْي َم‬
»‫ان‬ َ ِ ِ ‫ِإ‬ َ ِ ‫ِإ‬ َ ِ ْ ِّ ُ َ ‫ُم ْن‬
.‫سل ٌِم‬ ْ ‫َر َوا ُه ُم‬

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah
dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu
merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]

PERINTAH UNTUK DAKWAH


‫ه َو َأعْ لَ ُم‬ َ َّ ‫ن َرب‬
ُ ‫ك‬ َّ ‫ن ۚ ِإ‬
ُ ‫س‬
َ ‫ح‬
‫الحِ ْك َمةِ و ْال َموعِ َظةِ ْالحسنَةِ ۖ وجاد ِْل ُه ْم بالَّتِي هِ َأ‬
ْ ‫ي‬َ ِ َ َ َ َ ْ َ ْ ِ‫ك ب‬
َ ِّ ‫يل َرب‬ َ ٰ ‫ا ْد ُع ِإىَل‬
ِ ‫س ِب‬
‫ِين‬ ْ ِ ‫ه َو َأعْ لَ ُم ب‬
َ ‫ال ُم ْه َتد‬ ُ ‫س ِبيلِهِ ۖ َو‬ ْ ‫ل‬
َ ‫عَن‬ َّN ‫ن َض‬ ْ ‫ب ِ َم‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. “

(Al Qur’an surat An Nahl 125)

DAKWAH DENGAN HIKMAH,


BANTAH DENGAN BAIK
Pada masa Rasul, Allah sudah memberikan petunjuk untuk disampaikan
kepada umatnya. Dan dalam hal ini Nabi tidak pernah lalai menjalankan
tugasnya dan mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan
tingkat pemahaman masing-masing. Telah dijelaskan dalam Al Qur’an
surah Ibrahim Ayat 4 :
‫ هللا من يشا ء ويهد ي يشا ء وهو‬N‫وما ار سلنا من ر سول االبلسان قومه ليببن لهمىفيضل‬
)‫العزيز الحكيم (ع‬

Artinya: ”Dan tidaklah Kami mengutus Rasulpun kecuali dengan bahasa


kaumnya supaya dia dapat menjelaskan kepada mereka. Maha Allah
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk siapa yang
Dia kehendaki dan Dialah Tuhan Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Sesuai ayat diatas, didalam kitab terjemahan Tafsir Ibnu Katsir


dijelaskan bahwa,Allah SWT berfirman , bahwa Dia Yang Maha Bijaksana
sebelum mengutus para RasulNya yang dapat menggunakan bahasa kaum
atau umat yang mereka datangi untuk memudahkan mereka memahami
dan mengerti apa yang di bawa oleh para Rasul itu.

DAKWAH DENGAN BAHASA KAUM HAWA


Diriwayatkan oleh imam Ahmad dari Abu Dzar r.a.
bahwa Rasulullah saw. Bersabda:
    ‫ لميبعساللهغزوجلنبياإالبلغةقومه‬                                                      

Artinya: “Allah tidak mengutus seorang Nabi


melainkan dengan menggunakan bahasa kaumnya”.

DAKWAH DENGAN BAHASA KAUM HAWA


sabda Rasul : “Berbicaralah kepada manusia sesuai
dengan kadar (takaran kemampuan) akal mereka.”
(HR. Muslim)

Dan juga sabda Rasul : “Tempatkanlah manusia sesuai


dengan tempat/kedudukan mereka masing-masing.”
(HR. Abu Dawud).

DAKWAH DENGAN AKAL PARA IBU


Ali bin Abi Tholib berkata:

ُ ‫ن َأتُ ِحبُّوْ َنَأ ْن ُي َك ِّذ َب هللاَ َو َرسُوْ لَه‬ َ َّ‫َح ِّدثُوْ ا ا لن‬
, َ ْ‫اسبِ َما َي ْع ِرفُو‬
"Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pengetahuan mereka. Apakah
kalian ingin Allah dan rasul-Nya didustakan?"
Ali bin Abi Tholib memperingatkan para dai agar menyeru manusia sesuai dengan
kadar pengetahuan mereka. Sebab apabila akal mereka tidak dapat memahami apa
yang disampaikan, maka akan menjadi bumerang bagi dai tersebut. Yakni mereka
akan menolak dakwah tersebut. Bukan karena ingin mendustakan Allah dan rasul-
Nya, namun karena akal mereka tidak dapat mencernanya.

Pada kesempatan yang lain Abdullah bin Mas'ud juga menasehatkan hal yang
senada. Dia berkata:
ِ ‫ال تَ ْبلُ ُغهُ ُعقُ ْولهًَُ ُم ِْإ َّال َك َانلِ بَ ْع‬
‫ض ِه ْم فِ ْتنَ ٌة‬ َ ‫َما َأ ْن َتبِ ُم َح ِّد ٍثقَ ْو ًما َح ِد ْيثًا‬
"Tidaklah kalian berbicara kepada suatu kaum yang mana akal mereka tidak dapat
mencernanya kecuali pasti terjadi fitnah di antara mereka."

DAKWAH DENGAN AKAL PARA IBU


Imam Bukhari berkata :

: ( ‫ل ا لربانيا لذييربيا لناسب صغ ار ا لعلم ق بلك باره‬: ‫[( )ويقا‬1]).


.‫والبدء بصغار العلم مرجعه مراعاة العقول حتى ال تنفر من الدعوة‬

 Orang-orang Rabbani adalah mereka yang mentarbiyah manusia dari pengetahuan


yang kecil sebelum yang besar. Mulai dari pengetahuan yang kecil adalah
mengembalikannya kepada hal yang dapat menjaga akal pikiran agar tidak lari dari
da’wah.

Ibnu Hajar berkata :


ّ ‫ وبكباره ما د‬،‫ (والمراد بصغار العلم ما وضح من مسائله‬:‫قال ابن حجر‬
)‫ق منها‬

“Yang dimaksud dengan pengetahuan yang kecil adalah permasalahan mendasar,


sedangkan pengetahuan besar adalah permasalahan detil”.

DAKWAH DENGAN KADAR AKAL


KAIDAH DAKWAH ATAU
MENYAMPAIKAN KEBAIKAN

At Ta’lif Qabla At Ta’rif


(Mengikat Hati Sebelum
Memberi tahu)

At Ta’rif Qabla At Taklif


(Memberi tahu Sebelum
Menyampaikan Beban/Amanah)
Kunci Dakwah = Takliful
qulub (ikatan hati)

Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad


terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging
itu baik, maka baiklah seluruh jasad itu. Tapi jika
segumpal daging itu buruk, maka buruk pulalah
seluruh jasad itu. Ketahuilah, segumpal daging itu
adalah hati ( H.R. Al-Bukhari no. 52)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan:

‫ فإن‬،‫األعمال الظاهرة التكون صالحة مقبولة إال بواسط أعمال القلب‬


‫ فإذا خبث الملك خبثت جنوده‬،‫القلب ملك واﻷعضاء جنوده‬

“Amalan badan tidak akan diterima tanpa


perantara amalan hati. Karena hati adalah
raja, sedangkan anggota badan ibarat
prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan
buruk pula seluruh prajuritnya. ” (Majmu’ Al
Fatawa, 11/208).
‫ِك ۖ َفاعْ ُف عَ ْن ُه ْم‬َ ‫ح ْول‬َ ‫ن‬ ْ ِ‫ب اَل نْ َف ُّضوا م‬ ِ ‫ِيظ ْال َق ْل‬َ ‫ت َف ًّظ ا َغل‬ َ ‫ت ل َ ُه ْم ۖ َول َ ْو ُك ْن‬
َ ‫ن هَّللاِ لِ ْن‬َ ِ‫ح َمةٍ م‬ ْ ‫َف ِب َما َر‬
َ ‫ب ْال ُم َت َو ِّكل‬
‫ِين‬ ُّ ِ‫ن هَّللاَ يُح‬َّ ‫ت َف َت َو َّكلْ عَ ىَل هَّللاِ ۚ ِإ‬َ ‫او ْره ُْم فِي اَأْل ْمر ِ ۖ َفِإ َذا عَ زَ ْم‬ ِ ‫ش‬ َ ‫اس َت ْغفِ ْر ل َ ُه ْم َو‬
ْ ‫َو‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

QS. Ali Imron 159

ALLOH YANG MELEMBUTKAN HATI DA’I


Firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik”.
Q.S. Al-Ahzab: 21.

Seperti apa akhlak Rasulullah sehingga patut, layak diteladani. Aisyah ra,
pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw, beliau berkata:
“Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.  

cara ini dilakukan Rasul dengan memberi keteladanan kepada objek dakwah,
dengan keindahan akhlaknya, tentang bagaimana beribadah, menjaga diri dan
bagimana cara bermu’amalah dengan sesama muslim atau dengan yang bukan
muslim. Rasulullah Memberi teladan bagaimana menjadi anak yang baik, ayah
yang baik, suami yang baik, saudara yang baik, pemimpin yang baik, saudara
yang baik.

KETELADANAN RASULLULLAH
Hasan al-Bashri menjelaskan. 

“Saudaraku sekalian, yang aku dakwahkan itu adalah membebaskan budak.


Padahal saat itu aku tidak memiliki budak. Aku juga tidak mempunyai uang
yang dapat aku gunakan untuk membelinya. Sampai beberapa minggu, baru
Allah merikan pertolongan kepadaku untuk memebeli seorang budak, yang
kemudian kubebaskan,” semua terdiam sembari menyerap kata-kata Hasan
al-Bashri.
 
“Pada saat aku sendiri sudah menjalankan, baru aku mengajak dan
mendakwahkan hal itu kepada orang lain. Akhirnya, orang-orang menjalankan
apa yang aku dakwahkan,” pungkas Hasan al-Bashri. 

KETELADANAN HASAN AL-BASHRI


LURUSKAN NIAT, SEMPURNAKAN IKHTIAR,
AKHIRI DENGAN TAWAKKAL

Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #34

‫ن َرَأى مِ ْنكُ ْم‬ َ : ُ‫سولَ هللاِ ﷺ يَ ُق ْول‬


ْ ‫«م‬ ُ ‫سمِ ْع‬
ُ ‫ت َر‬ َ : َ‫ َقال‬،‫ي هللاُ عَ ْن ُه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ي َر‬ ِّ ِ‫سعِ ْي ٍد الخُدْر‬ َ ‫عَن بِي‬
‫ْ َأ‬
» ‫ان‬ ُ ‫ك َأضْ َع‬
ِ ‫ف ا ِإل ي َْم‬ َ ِ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم َيس تَ ِط ْع فَ بِ قَ ْل بِ ِه َو َذ ل‬، ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم َيس تَ ِط ْع فَ بِ لِ َس انِ ِه‬، ‫ُم ْن َك راً فَ ْل يُ َغ يِّ ْرهُ بِ َي ِد ِه‬
. ٌ ‫َر َواهُ ُم ْس لِ م‬

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah
dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu
merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]

TETAP SEMANGAAAAT

Anda mungkin juga menyukai