Anda di halaman 1dari 4

Khutbah I ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ف اَْأل ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْينَ نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‬

َا ُم َح َّم ٍد‬ َّ ‫ َوال‬،‫ َوبِ ِه نَ ْستَ ِعيْنُ َعلَى ُأ ُموْ ِر ال ُّد ْنيَا َوال ِّدي ِْن‬، َ‫ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬
ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َأ ْش َر‬
ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُده‬.‫ق ْال ُمبِيْن‬
ُّ ‫ك ْال َح‬
ُ ِ‫ك لَهُ ْال َمل‬ ٰ َ ‫َو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َوالتَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإ‬
ِ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش‬،‫لى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬
َ ‫َر ْي‬
‫ق هللاُ ْال َع ِظ ْي ُم‬ ۚ
َ . َ‫ ۤن َو ْالقَلَ ِم َو َما يَ ْسطُرُوْ ۙن‬: ‫َري ِْم‬ ِ ْ‫ فَإنِّي ُأو‬. َ‫اضرُوْ ن‬
َ ‫ص َد‬ ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ ْالقَاِئ ِل فِي ِكتَابِ ِه ْالك‬ ِ ‫ق ْال َو ْع ِد اَْأل ِم ْينَ َأ َّما بَ ْع ُد فَيَاَأيُّهَا ْال َح‬
ُ ‫َو َرسُوْ لُهُ الصَّا ِد‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ketakwaan merupakan bekal yang paling baik dalam mengarungi kehidupan
di dunia ini. Itulah salah satu alasan kenapa pesan ketakwaan menjadi salah satu rukun yang wajib disampaikan
setiap khatib Jumat saat menyampaikan materi khutbahnya. Jika wasiat takwa ini tidak disampaikan kepada jamaah,
maka secara hukum, rangkaian shalat Jumat pun tidak sah.

Sehingga pada kesempatan mulia ini, saya selaku khatib berwasiat kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada
diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan berjuang sekuat tenaga
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Perintah mengajak kepada takwa juga banyak termaktub dalam Al-Qur’an seperti ayat yang sering disampaikan
oleh para khatib Jumat yakni Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 102:

َّ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َح‬


َ‫ق تُ ٰقىتِ ٖه َواَل تَ ُموْ تُ َّن اِاَّل َواَ ْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ ن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah yang diharapkan mengingatkan kita
semua bahwa saat ini kita hidup di zaman digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang
sangat pesat. Selain dampak positif yang bisa kita dapatkan dari adanya era digital ini, ancaman nyata juga hadir dan
bisa membawa kita terjerumus kepada hal-hal negatif.

Menyikapi kondisi ini, perlu kita meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan dengan terus memperkuat literasi
digital alias kecakapan dalam pemanfaatan alat dan media digital.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5:

َ ُّ‫ ا ْق َرْأ َو َرب‬.‫ق‬


‫ َعلَّ َم اِإْل نسَانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬.‫ الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬.‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ َ َ‫ خَ ل‬.َ‫ ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ لَق‬ADVERTISEMENT
ٍ َ‫ق اِإْل نسَانَ ِم ْن َعل‬

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari
segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam
(pena); Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Allah menurunkan firman-Nya tentang membaca. Ayat ini adalah ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah swt
kepada Nabi Muhammad saw. Sebuah ayat yang mengingatkan kepada kita untuk membaca, membaca, dan
membaca. Membaca di sini bukan hanya membaca secara tekstual, yakni mencari informasi huruf, kata, kalimat,
paragraf sampai dengan teks. Membaca ini juga bermakna kontekstual, yakni membaca situasi dan kondisi
lingkungan serta perkembangan zaman. Pada era digital saat ini, di mana informasi yang beredar di dunia maya
sudah overload (berlebihan) perlu disikapi dengan kemampuan membaca dengan cermat dengan bekal literasi
digital. Terkait derasnya informasi yang beredar ini, Allah subhanahu wata'ala juga sudah memberikan panduan
۟ ‫ُوا قَوْ ۢ ًما ب َج ٰهَلَ ٍة فَتُصْ بح‬
melalui firman-Nya dalam QS Al-Hujurat Ayat 6: ‫ُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم‬ ِ ِ
۟ ‫صيب‬
ِ ُ‫ق بِنَبٍَإ فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا َأن ت‬ ِ َ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإن َجٓا َء ُك ْم ف‬
ٌ ۢ ‫اس‬
َ‫ ٰنَ ِد ِمين‬ADVERTISEMENT Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Kemampuan untuk menyaring
informasi ini menjadi ciri dari apakah kita memiliki literasi digital yang baik atau tidak. Secara umum literasi digital
adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai
sumber. Tentunya semakin baik literasi digital yang dikuasai seseorang, maka akan semakin besar peluang untuk
selamat dari hal-hal negatif di dunia maya yang tentu bisa berimbas pada kehidupan nyata. Sebaliknya, seseorang
yang rendah literasi digitalnya, maka akan mudah terprovokasi oleh berita dan informasi yang diedarkan oknum
ataupun kelompok yang tidak bertanggung jawab. Literasi digital juga akan mampu menyelamatkan mental kita dari
kecanduan media sosial dan lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita. Kecanduan media sosial bisa
menjadikan seseorang tidak peduli pada sekitar. Orang yang jauh didekatkan sementara orang yang dekat malah
dijauhkan. Seseorang yang memiliki literasi digital yang baik akan mampu dengan bijak menggunakan media sosial
sesuai porsinya. Ia juga akan mampu memilah dan memilih informasi dan menjaga kesehatan mental dari pengaruh
informasi yang tidak benar atau hoaks. Literasi digital akan mampu mengingatkan seseorang untuk berhati-hati dan
menjaga keamanan diri dan orang lain terutama dari tindak kejahatan digital. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Banyaknya informasi yang tersedia di dunia maya membutuhkan kewaspadaan kita, terlebih jika itu terkait dengan
permasalahan agama. Jangan sampai kita terjebak belajar agama dari sumber yang tidak terpercaya karena saat ini
memang siapa saja bisa membuat konten-konten agama dan dengan mudah disebarkan di dunia maya. Kita perlu
mengingat bahwa belajar agama harus melalui guru yang memiliki silsilah serta kompetensi keilmuan yang jelas
dengan rekam jejak keteladanan dan sikap yang baik. Di era saat ini kita harus memegang prinsip: ‫ال َو ا ْنظُرْ َم ْن‬ َ َ‫اُ ْنظُرْ َما ق‬
‫ال‬ َ َ‫“ ق‬Lihat apa yang dikatakan dan lihat juga siapa yang mengatakan”. Terlebih itu berasal dari internet atau media
sosial sehingga kita bisa terhindar dari informasi yang disampaikan oleh orang yang tidak berkompeten di bidangnya.
Hal ini selaras dengan metode para ulama dalam menentukan apakah sebuah hadits itu shahih atau tidak. Para
ulama selalu mempertimbangkan sanad atau silsilah orang-orang yang membawa atau meriwayatkan sebuah hadits.
Ulama juga mempertimbangkan rawi yakni informan atau orang yang menyampaikan hadits dari Nabi Muhammad
saw. Jika orang yang ada dalam sanad atau rawi ini diragukan kejujuran dan kredibilitasnya maka secara otomatis
akan mempengaruhi kualitas dari hadits tersebut. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Untuk terhindar dari
terpapar informasi dan tergelincir akibat berita tidak benar yang bisa mengurangi kesalehan kita, mari kita amalkan
doa Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Ummu Salamah: ‫ط ِإاَّل َرفَ َع طَرْ فَهُ ِإلَى ال َّس َما ِء‬ ُّ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن بَ ْيتِي ق‬ َ ‫َما َخ َر َج النَّبِ ُّي‬
‫ي‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ْ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
َّ َ‫ وْ جْ هَ َل وْ يُجْ هَ َل َعل‬، ‫ وْ ظلِ َم وْ ظلَ َم‬، ‫ وْ ِز َّل وْ َز َّل‬، ‫ض َّل‬ ‫َأ‬ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ُأ‬
َ ْ‫ض َّل و‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫ك ْن‬ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬ َّ
َ ِ‫ اللهُ َّم عُوذ ب‬: ‫ فَقَا َل‬Artinya: “Tidak sekalipun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam keluar dari rumahku kecuali beliau menengadahkan pandangannya ke atas. Kemudian berdoa: ‘Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (oleh setan atau orang
berwatak setan), tergelincir atau digelincirkan orang, menzalimi (menganiaya) atau dizalimi (dianiaya), dan berbuat
bodoh atau dibodohi.” Kita juga bisa memperbanyak doa agar kita senantiasa berada di jalan yang benar dan selalu
mendapat petunjuk dari Allah seperti doa yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 8: ‫َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوْ بَنَا بَ ْع َد اِ ْذ‬
ُ‫ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَّ ُد ْنكَ َرحْ َم ۚةً اِنَّكَ اَ ْنتَ ْال َوهَّاب‬Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada
kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” ‫ص َدقَ ِة َوتِاَل َو ِة‬ َّ ‫صاَل ِة َوال َّزكَا ِة َوال‬ َّ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َواِيَا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ال‬،‫َري ِْم‬ِ ‫بَارَكَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي هَ َذا ْاليَوْ ِم ْالك‬
‫ اِنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫ َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬،‫ َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم َج ِم ْي َع َأ ْع َمالِنَا ِإنَّهُ ه َُو ْال َح ِك ْي ُم ْال َعلِ ْي ُم‬،‫ت‬ ِ ‫ْالقُرْ اَ ِن َو َج ِمي ِْع الطَّاعَا‬
Khutbah II ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َو َحبِ ْيبُه‬. ‫َي ٍء َو ِك ْياًل‬ ْ ‫ اِلَهٌ لَ ْم َيزَ لْ َعلَى ُكلِّ ش‬،ُ‫َر ْيكَ لَه‬ ِ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل ش‬.‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ َح ْمدًا َك َما َأ َم َر‬
ً‫صاَل ةً دَاِئ َمة‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ، َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوعَل َى لِ ِه َو صْ َحابِ ِه َو َم ْن َكانَ لَهُ ْم ِمنَ التَّابِ ِع ْين‬ َ ‫ اللهم‬. َ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِم ْين‬ ِ ْ‫ اَ ْل َم ْبعُو‬، َ‫ َأ ْك َر ِم اَأْل َّولِ ْينَ َواَأْل ِخ ِر ْين‬،ُ‫َوخَ لِ ْيلُه‬
‫ة‬vِ ‫ َو َحافِظُوْ ا َعلَى الطَّا َع ِة َو ُحضُوْ ِر ْال ُج ْم َع‬. َ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَن‬ َ ‫اح‬ ِ ‫ق تُقَاتِ ِه َو َذرُوْ ا ْالفَ َو‬ َّ ‫اضرُوْ نَ اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ ِ ‫ فَيَا َأيُّهَا ْال َح‬:ُ‫ض ْينَ َأ َّما بَ ْعد‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫بِد ََو ِام ال َّس َم َوا‬
َ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬vِ ‫ اللهم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬.‫ َوثَنَى بِ َماَل ِئ َك ِة ْال ُم َسبِّ َح ِة بِقُ ْد ِس ِه‬.‫ َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ بِنَ ْف ِس ِه‬.‫ت‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫اج‬ ‫و‬‫ال‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ْ‫و‬ ‫م‬‫ْأ‬
ِ َ ِ َ َ ِ َ ُ َ ِ ِ َ ‫َو ْال َج َما َع ِة َو‬
ْ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ْع‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ج‬
ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ
‫ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬، َ‫ اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا البَاَل َء َوالغَاَل َء َوال َوبَا َء َوالفَحْ شَا َء َوال ُم ْن َك َر َوالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَاِئ َد َوال ِم َحن‬.‫ت‬ ْ ِ ‫ت اََأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم ِواَأْل ْم َوا‬ ِ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
.ُ‫ َوَأ ِرنَا ْالبَا ِط َل بَا ِطاًل َوارْ ُز ْقنَا اجْ تِنَابَه‬،ُ‫ق َحقًّا َوارْ ُز ْقنَا اتِّبَا َعه‬ َّ ‫ اللَّهُ َّم َأ ِرنَا ْال َح‬.ٌ‫َي ٍء قَ ِد ْير‬ْ ‫ اِنَّكَ َعلَى ُك ِّل ش‬،ً‫خَاصةً َو ِم ْن ب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَا َمة‬ َ ‫ ِم ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا‬، َ‫بَطَن‬
‫ْأ‬
‫ اِ َّن هللاَ يَ ُم ُر ُك ْم بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيتَا ِء ِذيْ ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى ع َِن‬،ِ‫ واَ ْل َح ْم ُد هَّلل ِ َربِّ ْالعالَ ِمينَ ِعبَا َد هللا‬.‫ار‬ َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫َأ‬ ْ ْ ْ َّ ُ
‫ فَاذ ُكرُوْ ا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَذ ُك ُر ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ ْكبَ ُر‬. َ‫ يَ ِعظ ُك ْم لَ َعل ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬،‫َر َوالبَ ْغ ِي‬ ْ ْ ْ
ِ ‫ الفَحْ شَا ِء َوال ُم ْنك‬H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU
Kabupaten Pringsewu, Lampung
hutbah I ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‬، َ‫ف اَْأل ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين‬ ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َأ ْش َر‬ َّ ‫ َوال‬،‫ َوبِ ِه نَ ْستَ ِعيْنُ َعلَى ُأ ُموْ ِر ال ُّد ْنيَا َوال ِّدي ِْن‬، َ‫ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد‬.‫ق ْال ُمبِيْن‬ ُّ ‫ك ْال َح‬ ُ ِ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللا َوحْ دَه اَل َش ِر ْيكَ لَهُ ْال َمل‬،‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َوالتَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإل َى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‬
ُ‫ فَقَا َل هللا‬. َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموْ تُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َّ ‫ اِتَّقُوا هللاَ َح‬. َ‫ضرُوْ ن‬ ‫ َأما ب ْع ُد فَيا َأيُّها ْالحا‬.‫ق ْال َو ْع ِد اَْأل ِميْن‬
ٰۤ ِ َ َ َ ْ َ َّ
ُ ‫َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َحـ َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ صا ِد‬
‫ْؤ‬ ُ ْ َ ‫هّٰللا‬
َ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقوْ ُدهَا الناسُ َوال ِح َجا َرة َعل ْيهَا َمل ِٕى َكة ِغ ظ ِشدَا ٌد يَ ْعصُوْ نَ َ َمٓا ا َم َرهُ ْم َويَف َعلوْ نَ َما يُ َمرُوْ ن‬:‫تَ َعالَى‬
‫اَّل‬ ٌ ‫اَل‬ ٌ َ ُ َّ ُ
Jamaah Jumat rahimakumullah, Perubahan zaman diiringi dengan perkembangan teknologi serta informasi
yang begitu cepat saat ini haruslah diimbangi dengan bekal keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Inilah yang akan menjadikan kita mampu mengarunginya dengan baik melalui maksimalisasi hal-hal positif
yang muncul, sekaligus mampu menepis dampak-dampak negatif yang muncul akibat disrupsi yang terjadi
di berbagai sektor kehidupan. Sehingga sangat relevan sekali dalam setiap khutbahnya, khatib wajib
mengingatkan, mengajak, dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt melalui banyak ayat Al-Qur’an.
ِ ‫ َوتَزَ َّو ُدوْ ا فَا ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُوْ ِن ٰيٓاُولِى ااْل َ ْلبَا‬Artinya:“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal
‫ب‬
adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Al-Baqarah: 197)
Jamaah Jumat rahimakumullah, Perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan. Perkembangan ilmu dan
teknologi menjadikan semakin cepatnya perubahan peradaban. Jika dulu untuk memberi kabar pada orang
lain harus mengirim surat dan menunggu balasan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, saat ini dalam
hitungan detik hal itu sudah bisa dilakukan. Jika dulu informasi hanya dimiliki oleh segelintir orang, saat ini
semua orang bisa mengakses informasi kapan pun dan di mana pun. Dunia seolah sudah ada dalam
genggaman. Apa pun yang kita inginkan bisa difasilitasi oleh berbagai perangkat hasil dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi seperti melalui internet. ADVERTISEMENT Namun perlu kita
ingat bahwa perubahan ini bukan hanya membawa dampak positif bagi peradaban. Ancaman dekadensi
moral dan hilangnya kemanusiaan juga terancam oleh derasnya perubahan jika tidak disikapi dan
diantisipasi dengan baik. Teknologi diibaratkan pisau yang bisa memberi manfaat besar jika dipegang dan
digunakan oleh seorang koki atau tukang masak. Namun akan mendatangkan bencana bila dipegang dan
dikuasai oleh penjahat. Oleh sebab itu perubahan zaman akibat cepat dan masifnya perkembangan teknologi
harus diimbangi dengan kesadaran bahwa teknologi adalah wasilah (alat) bukan ghayah (tujuan). Kita harus
bentengi diri kita dan orang lain dari efek negatif perkembangan teknologi untuk menghindari sebuah
tatanan peradaban yang menghantarkan pada jurang kehancuran. Ada kalimat bijak yang mengatakan:
“Dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup
menjadi terarah”. Agar semuanya bisa kita jalankan maka perlu kita pegang kaidah yang populer di
lingkungan pesantren: ‫ح‬ ِ َ‫ح َواَأل ْخ ُذ بِال َج ِد ْي ِد اَألصْ ل‬ ِ ِ‫ الم ُحاَفَظَةُ َعلَى القَ ِدي ِْم الصَّال‬ADVERTISEMENT Artinya: “Memelihara
(menjaga) hal lama yang baik, dan mengambil hal baru yang lebih baik” Jamaah Jumat rahimakumullah,
Yang juga sangat penting kita sadari dan lakukan di era saat ini adalah membekali para generasi muda kita
dengan nilai-nilai spiritual, karakter, dan akhlak yang baik di tengah gempuran berbagai macam hal negatif
akibat cepatnya perubahan zaman. Mau tidak mau, merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet
kepemimpinan peradaban. Jika mereka tidak dibekali dengan karakter mulia sejak dini, maka bisa jadi
mereka akan terseret dan tergerus oleh arus negatif perubahan zaman. Mestinya kita bisa melihat sendiri
bagaimana nilai-nilai etika, tata krama, kepedulian sosial sudah mulai pudar akibat sebagian generasi
sekarang lebih menikmati kehidupan di dunia maya. Mereka betah untuk tidak bersosialisasii dengan orang
lain di dunia nyata dan memilih menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya. Secara tidak
langsung mereka menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh sehingga tidak peduli dengan orang-
orang di sekitarnya. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dalam haditsnya agar kita menjaga akhlak yang
baik kepada orang lain: ‫ق َح َس ٍن‬ ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
َ َّ‫ق الن‬ ِ ِ‫ َوخَ ال‬،‫ َوَأ ْتبِ ِع ال َّسيَِّئةَ ال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا‬، َ‫ق هللاَ َح ْيثُ َما ُك ْنت‬ ِ َّ‫ ات‬ADVERTISEMENT
Artinya: “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun berada. Iringilah perbuatan buruk yang sudah
dilakukan dengan perbuatan baik yang dapat menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada orang-orang dengan
akhlak yang baik” (HR at-Tirmidzi). Selain berubahnya akhlak dan sikap generasi muda, penetrasi budaya
luar dari derasnya konten yang mengalir melalui media sosial juga membawa dampak semakin lunturnya
nilai-nilai luhur warisan nenek moyang. Hal ini bisa terlihat dari sikap, model, dan gaya pakaian generasi
muda saat ini yang gampang terbawa tren tanpa dilandasi nilai-nilai agama. Jika ini dibiarkan, bagaimana
nasib masa depan mereka dan peradaban dunia? Allah swt telah mengingatkan kita semua untuk tidak boleh
mewariskan generasi yang lemah dalam meneruskan dan merawat peradaban. Agama Islam mendorong para
generasi penerus untuk menjadi generasi yang kuat dan mampu menunjukkan optimisme masa depan cerah
serta tidak mengkhawatirkan para orang tua. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 9:
‫ض ٰعفًا خَ افُوْ ا َعلَ ْي ِه ۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا هّٰللا َ َو ْليَقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْيدًا‬ ِ ً‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ ت ََر ُكوْ ا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫ َو ْليَ ْخ‬Artinya : “Hendaklah merasa takut
orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka
khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar
(dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).” Jamaah Jumat rahimakumullah, Semua ini menjadi bahan
renungan dan menjadikan kita untuk lebih peduli pada para generasi penerus dengan berupaya semaksimal
mungkin melindungi dan menjadikan mereka pribadi yang mengenal diri dan Tuhan. Perintah untuk
melindungi diri dan keluarga juga sudah ditegaskan Allah swt dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6: ‫ٰيٓاَيُّهَا‬
ۤ
َ‫ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” Wujud menjaga diri dan keluarga ini bisa dilakukan dengan terus mendekatkan diri pada
Allah swt melalui penguatan ketaatan menjalankan ibadah, memberi pendidikan dan teladan yang terbaik
untuk diri dan keluarga, memberi nafkah dari rezeki yang halal, dan senantiasa berdoa agar keluarga dan
keturunan-keturunan kita senantiasa menjadi generasi yang shalih dan shalihah. Jamaah Jumat
rahimakumullah, Akhirnya, marilah kita bina para generasi muda kita dengan akhlak yang baik dan bekali
mereka dengan kewaspadaan terhadap dampak negatif perubahan zaman. Bukan harta atau materi duniawi
yang menjadi warisan terbaik bagi mereka untuk menghadapi peradaban di masa yang akan datang. Ilmu
agama dan nilai-nilai kemanusiaanlah yang harus kita wariskan sehingga masa depan peradaban akan terus
berada pada garis yang diridhai oleh Allah swt.

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-generasi-muda-dan-perubahan-zaman-2rwzd

Anda mungkin juga menyukai