Anda di halaman 1dari 3

ِ ِ ِ ِّ ‫احْلَ ْم ُد لِٰلّ ِه َر‬

ُّ ‫ َوبِِه نَ ْستَعِنْي ُ َعلَى ُُأم ْو ِر‬، َ ‫ب الْ َعالَ ِمنْي‬


َ ‫الساَل ُم َعلَى َأ ْشَرف اَْألنْبِيَاء َوالْ ُم ْر َسلنْي‬
َّ ‫ َوالصَّاَل ةُ َو‬،‫الد ْنيَا َوالدِّيْ ِن‬
ِ ‫ان ِإ‬ ٍ ‫ِ ِِإ‬ ِ ِ ِِ ِِ ِ ٍ
َ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن اَل ِإٰله‬،‫ىل َي ْوم الدِّيْ ِن‬
َ ‫َأص َحابه َوالتَّابعنْي َ َو َم ْن تَب َع ُه ْم ب ْح َس‬ ْ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَى اٰله َو‬ َ ‫نَبِِّينَا حُمَ َّمد‬
‫ ََّأما َب ْع ُد‬  َ ‫َألمنْي‬ِ ْ‫الص ِاد ُق الْو ْع ِد ا‬ َّ ‫ َوَأ ْش َه ُد‬. ‫ك احْلَ ُّق اْملبِنْي‬
َّ ُ‫َأن َسيِّ َدنَا حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ ِ
ُ ‫ك لَهُ الْ َمل‬َ ْ‫ِإاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬
َ ُ
ۙ ِ ِ ‫ِ ِئ‬ ِ ِ ِ
ُ‫ص َد َق اهلل‬ َ . َ‫ ۚن َوالْ َقلَ ِم َو َما يَ ْسطُُر ْون‬: ِ‫ فَإيِّن ُْأوصْي ُك ْم َو َن ْفسي بَِت ْق َوى اهلل الْ َقا ِل يِف كتَابِه اْل َك ِرمْي‬.‫َفيَاَأيُّ َها احْلَاضُر ْو َن‬
‫ اْ َلع ِظْي ُم‬ 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ketakwaan merupakan bekal yang paling baik dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Itulah salah
satu alasan kenapa pesan ketakwaan menjadi salah satu rukun yang wajib disampaikan setiap khatib
Jumat saat menyampaikan materi khutbahnya. Dan pada kesempatan mulia ini pula, saya selaku khatib
berwasiat kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa
meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan berjuang sekuat tenaga menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya.   Perintah mengajak kepada takwa juga banyak termaktub dalam Al-Qur’an
seperti ayat yang sering disampaikan oleh para khatib Jumat yakni Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 102 :

  ‫ ٰايَٓيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬ 
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya
dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”  

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Bahwa saat ini kita semua hidup di zaman digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan
informasi yang sangat pesat. Selain dampak positif yang bisa kita dapatkan dari adanya era digital ini,
ancaman nyata juga hadir dan bisa membawa kita terjerumus kepada hal-hal negatif. Menyikapi kondisi
ini, kita perlu meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan dengan terus memperkuat literasi digital
alias kecakapan dalam pemanfaatan alat dan media digital. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-
Alaq ayat 1-5:  

ْ‫نسا َن َما مَل‬ ‫َّ ِ َّ ِ ِ َّ ِإْل‬ َ ُّ‫ ا ْقَرْأ َو َرب‬.‫نسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬ ‫ِإْل‬ ِ َّ ِّ‫ا ْقرْأ بِاس ِم رب‬
َ ‫ َعل َم ا‬.‫ الذي َعل َم بالْ َقلَم‬.‫ك اَأْل ْكَر ُم‬ َ ‫ َخلَ َق ا‬.‫ك الذي َخلَ َق‬َ َ ْ َ
‫َي ْعلَ ْم‬
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; Yang mengajar (manusia)
dengan perantara qalam (pena); Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."  

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Allah menurunkan firman-Nya tentang membaca. Ayat ini adalah ayat yang pertama kali diturunkan oleh
Allah swt kepada Nabi Muhammad saw. Sebuah ayat yang mengingatkan kepada kita untuk membaca,
membaca, dan membaca. Membaca di sini bukan hanya membaca secara tekstual, yakni mencari
informasi huruf, kata, kalimat, paragraf sampai dengan teks. Membaca ini juga bermakna kontekstual,
yakni membaca situasi dan kondisi lingkungan serta perkembangan zaman. Pada era digital saat ini, di
mana informasi yang beredar di dunia maya sudah overload (berlebihan) perlu disikapi dengan
kemampuan membaca dengan cermat dengan bekal literasi digital.   Terkait derasnya informasi yang
beredar ini, Allah subhanahu wata'ala juga sudah memberikan panduan melalui firman-Nya dalam QS
Al-Hujurat Ayat 6:  

ِِ ۟ ٍ ‫جِب‬ ۟ ِ ۟ ِ َ‫ٰيََٓأيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُ ٓو ۟ا ِإن جٓاء ُكم ف‬


ٌ ۢ ‫اس‬
ْ ُ‫ق بِنَبٍَإ َفتََبَّينُ ٓوا َأن تُصيبُوا َق ْو ۢ ًما َ َٰهلَة َفت‬
َ ‫صبِ ُحوا َعلَ ٰى َما َف َع ْلتُ ْم نَٰدم‬
‫ني‬ ْ َ َ ََ َ َ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”  

Kemampuan untuk menyaring informasi ini menjadi ciri dari apakah kita memiliki literasi digital yang
baik atau tidak. Secara umum literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber. Tentunya semakin baik literasi
digital yang dikuasai seseorang, maka akan semakin besar peluang untuk selamat dari hal-hal negatif di
dunia maya yang tentu bisa berimbas pada kehidupan nyata.

Sebaliknya, seseorang yang rendah literasi digitalnya, maka akan mudah terprovokasi oleh berita dan
informasi yang diedarkan oknum ataupun kelompok yang tidak bertanggung jawab.   Literasi digital juga
akan mampu menyelamatkan mental kita dari kecanduan media sosial dan lebih peka terhadap apa
yang terjadi di sekeliling kita. Kecanduan media sosial bisa menjadikan seseorang tidak peduli pada
sekitar. Orang yang jauh didekatkan sementara orang yang dekat malah dijauhkan.

Seseorang yang memiliki literasi digital yang baik akan mampu dengan bijak menggunakan media sosial
sesuai porsinya. Ia juga akan mampu memilah dan memilih informasi dan menjaga kesehatan mental
dari pengaruh informasi yang tidak benar atau hoaks. Literasi digital akan mampu mengingatkan
seseorang untuk berhati-hati dan menjaga keamanan diri dan orang lain terutama dari tindak kejahatan
digital.  

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Banyaknya informasi yang tersedia di dunia maya membutuhkan kewaspadaan kita, terlebih jika itu
terkait dengan permasalahan agama. Jangan sampai kita terjebak belajar agama dari sumber yang  tidak
terpercaya karena saat ini memang siapa saja bisa membuat konten-konten agama dan dengan mudah
disebarkan di dunia maya.

Kita perlu mengingat bahwa belajar agama harus melalui guru yang memiliki silsilah serta kompetensi
keilmuan yang jelas dengan rekam jejak keteladanan dan sikap yang baik. Di era saat ini kita harus
memegang prinsip:  

‫ اُنْظُْر َما قَ َال َو َتْنظُْر َم ْن قَ َال‬ 


“Lihat apa yang dikatakan dan lihat juga siapa yang mengatakan”.

Terlebih itu berasal dari internet atau media sosial sehingga kita bisa terhindar dari informasi yang
disampaikan oleh orang yang tidak berkompeten di bidangnya.   Hal ini selaras dengan metode para
ulama dalam menentukan apakah sebuah hadits itu shahih atau tidak. Para ulama selalu
mempertimbangkan sanad atau silsilah orang-orang yang membawa atau meriwayatkan sebuah hadits.
Ulama juga mempertimbangkan rawi yakni informan atau orang yang menyampaikan hadits dari Nabi
Muhammad saw. Jika orang yang ada dalam sanad atau rawi ini diragukan kejujuran dan kredibilitasnya
maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas dari hadits tersebut.  

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Untuk terhindar dari terpapar informasi dan tergelincir akibat berita tidak benar yang bisa mengurangi
kesalehan kita, mari kita amalkan doa Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Ummu Salamah:  

ِ ‫ك َأ ْن‬ ِ َّ ‫ط ِإاَّل رفَع طَرفَه ِإىَل‬ ِ ِ


‫ُأض َّل‬
َ ‫َأض َّل َْأو‬ َ ِ‫ اللَّ ُه َّم َأعُوذُ ب‬: ‫الس َماء َف َق َال‬ ُ ْ َ َ ُّ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم م ْن َبْييِت ق‬ َ ُّ ‫َما َخَر َج النَّيِب‬
ِ
ْ ‫ َْأو‬، ‫ َْأو َأظْل َم َْأو ُأظْلَ َم‬، ‫ َْأو َأ ِز َّل َْأو َُأز َّل‬،  
‫َأج َه َل َْأو جُيْ َه َل َعلَ َّي‬
Artinya: “Tidak sekalipun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahku kecuali beliau
menengadahkan pandangannya ke atas. Kemudian berdoa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (oleh setan atau orang berwatak setan), tergelincir
atau digelincirkan orang, menzalimi (menganiaya) atau dizalimi (dianiaya), dan berbuat bodoh atau
dibodohi.”  

Kita juga bisa memperbanyak doa agar kita senantiasa berada di jalan yang benar dan selalu mendapat
petunjuk dari Allah seperti doa yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 8:  

ِۚ ِ
‫اب‬
ُ ‫ت الْ َو َّه‬
َ ْ‫َّك اَن‬ َ ْ‫ب لَنَا ِم ْن لَّ ُدن‬
َ ‫ك َرمْح َةً ان‬ ْ ‫ َربَّنَا اَل تُِز ْغ ُقلُ ْو َبنَا َب ْع َد ا ْذ َه َد ْيَتنَا َو َه‬ 
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau
berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya
Engkau Maha Pemberi.”

  ‫الص َدقَ ِة َوتِاَل َو ِة الْ ُق ْراَ ِن َومَجِ ْي ِع‬ َّ ‫ َو َن َف َعيِن َواِيَا ُك ْم مِب َا فِْي ِه ِم َن الصَّاَل ِة َو‬، ِ‫بَ َار َك اهللُ يِل ْ َولَ ُك ْم يِف ْ َه َذا الَْي ْوِم الْ َك ِرمْي‬
َّ ‫الز َك ِاة َو‬ ْ
،‫َأسَت ْغ ِفُر اهللَ يِل ْ َولَ ُك ْم‬ ِ ِ ِ ‫ و َت َقبَّل ِميِّن و ِمْن ُكم مَجِ يع‬،‫ات‬
ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ِ ‫اع‬
ْ ‫ َأُق ْو ُل َق ْويِل ْ َه َذا َو‬،‫َأع َمالنَا ِإنَّهُ ُه َو احْلَكْي ُم الْ َعلْي ُم‬ َ َّ‫الط‬
ِ
َّ ‫ انَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر‬$،ُ‫اسَت ْغ ِفُر ْوه‬
‫الر ِحْي ُم‬ ْ َ‫ ف‬ 

Anda mungkin juga menyukai