Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jumat: Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin!

Khutbah I
‫َن‬ ‫َل‬ ‫َأْل ْك اَل‬ ‫اَل َأْل َت‬ ‫اَل ُة‬ ‫َأ اًل َأ اَل َك‬ ‫َمْل‬ ‫َاْل‬
‫ َع ى َس ِّي ِد ا‬، ‫ َو الَّص َو الَّس ُم ا َّم اِن ا َم ِن‬، ‫َح ْم ُد ِهلل ا ْو ُج ْو ِد َز َو َب ًد ا ِب َم اٍن‬
‫َو َص ْح َو َم ْن َت َع ُه ْم ْح َس َأ ْش َه ُد َأ ْن اَّل َه اَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل‬ ‫ُم َح َّم َس َو َل َع ْد َن َن َو َع َل‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ل‬ ، ‫ا‬
‫ِب ِبِإ ٍن‬ ‫ِه‬ ‫ِب‬ ‫ِه‬ ‫ِل‬‫آ‬ ‫ى‬ ، ‫ٍد ِّي ِد ِد ا‬
‫ُل اَل َن‬ ‫َن‬ ‫َل َأ ْش َأ‬ ‫َش‬
. ‫ ِب َّي َب ْع َد ُه‬، ‫ َو َه ُد َّن َس ِّي َد ا ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُه‬، ‫ِر ْي َك ُه‬
‫ ُز َن ِل لَّن ا ُح ُّب‬: ‫ َف ِّن ي ُأ ْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ْي َت ْق َو ى ِهللا اْل َع ِل اْل َق ِد ْي اْل َق اِئ ْي ُم ْح َك ِك َت ا ِه‬، ‫َأ َّم ا َب ْع ُد‬
‫ِس‬ ‫ِم ِب ِّي‬ ‫ِل ِف‬ ‫ِر‬ ‫ِّي‬ ‫ِس ِب‬ ‫ِإ‬
‫ْن‬ ‫َأل‬ ‫ُمْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َّذ‬ ‫َط‬ ‫ُمْل‬ ‫ْل‬
‫الَّش َه َو ا َن ال َس ا َو ا َب يَن َو ا َق َن ا ي ا َق ن َر َن ال َه َو ا َّض َو ا َخ ْي ا َس َّو َم َو َع‬ ‫ْل‬
‫ِة ا اِم‬ ‫ِل‬ ‫ِب ِف ِة‬ ‫ِة ِم‬ ‫ِط ِر‬ ‫ِت ِم ِّن ِء ِن‬
‫َو اْل َح ْر َذ َك َم َت اُع اْل َح َي ا الُّد ْن َي ا َو ُهللا نَد ُه ُح ْس ُن اَمْلآ * ُق ْل َأ ُؤ َن ُئ ُك م َخ ْي ن َذ ُك ْم َّل يَن‬
‫ِّب ِب ٍر ِم ِل ِل ِذ‬ ‫ِب‬ ‫ِع‬ ‫ِة‬ ‫ِث ِل‬
‫َو ُهللا‬ ‫َأ‬
‫اَّتَق ْو ا نَد َر ْم َج َّن اٌت َت ْج ي ن َت ْح َه ا اَأل ْن َه اُر َخ ا يَن يَه ا َو ْز َو اٌج ُم َط ٌة َو ْض َو ٌن َن‬
‫َّه َر ِر ا ِم ِهللا‬ ‫ِل ِد ِف‬ ‫ِت‬ ‫ِر ِم‬ ‫ِع ِّب ِه‬
‫ْل‬
)١٥-١٤ :‫َب ِص يٌر ِب ا ِع َب اِد (ءال عمران‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib
pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan
menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Dalam kesempatan yang mulia pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan
khutbah dengan tema: “Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin!”.
Hadirin rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini, khatib akan membacakan makna dari dua ayat yang kami
baca dalam mukadimah khutbah di atas. Makna dua ayat tersebut adalah: “Dijadikan
terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan bagi Allah-lah tempat kembali yang baik. Katakanlah, “Maukah aku
kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang
yang bertakwa tersedia bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridla
Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS Ali ‘Imran: 14-15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ْل‬ ‫َمْل‬
) ‫ِن ْعَم ا اُل الَّص اِل ُح للَّر ُج ِل الَّص اِل ِح (أْو َر َد ُه ا َه ْي َت ِم ُّي في زواِئِد ابِن ِح ّب اَن‬
Maknanya: “Harta yang baik adalah milik seseorang yang shalih” (Disebutkan oleh al
Haitsami dalam Zawa’id Ibn Hibban).
Artinya, harta yang halal yang digunakan dan dibelanjakan oleh seorang Muslim
pada jalan yang diridlai oleh Allah ta’ala dan ditujukan untuk memenuhi hak-hak
Allah adalah nikmat agung yang Ia anugerahkan kepada hambanya yang Mukmin.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Diriwayatkan dari sahabat ‘Amr bin ‘Auf al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus sahabat Abu ‘Ubaidah bin
Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil harta jizyah. Lalu
Abu ‘Ubaidah kembali ke Madinah dengan membawa harta dari negeri Bahrain.
Kedatangan Abu ‘Ubaidah ini didengar oleh Kaum Anshar bertepatan dengan saat
shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Usai shalat, beliau
segera pergi namun mereka berkerumun menghampirinya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tersenyum melihat mereka seraya berkata: “Aku kira kalian telah
mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah tiba dengan membawa sesuatu.” Mereka
berkata: “Benar wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda: “Bergembiralah dan
bercita-citalah dengan apa yang dapat membuat kalian berbahagia.” Beliau
melanjutkan sabdanya:
‫َم ا الَف ْق َر َأ ْخ َش ى َع َل ْي ُك ْم َو ل ي َأ ْخ َش ى أن ُت ْب َس َط الُّد ْن َي ا َع َل ْي ُك ْم َك َم ا ُب َط ْت َع َل ى َم ْن َك اَن‬ ‫َف َو‬
‫ِس‬ ‫ِك ِّن‬ ‫ِهللا‬
‫َل‬ ‫َلَك‬ ‫َك ُك‬ ‫َف‬ ‫َك‬ ‫َق َلُك َف َف‬
) ‫ْب ْم َتَن ا ُس ْو َه ا َم ا َتَن ا ُس ْو َه ا فُت ْه ِل ْم كما أه ْت ُه ْم (ُم ّتَف ٌق َع ْي ِه‬
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian. Akan tetapi yang
aku khawatirkan atas kalian adalah bila kalian telah dilapangkan harta dunia
sebagaimana telah dilapangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian
bersaing memperebutkannya sebagaimana mereka bersaing memperebutkannya
sehingga harta dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan
mereka.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Pada umumnya, seorang ayah di akhir hayatnya akan sangat mengkhawatirkan
kemiskinan pada anak-anaknya. Tapi tidak dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ibarat ayah bagi umatnya, beliau sama sekali tidak mengkhawatirkan
kemiskinan dan kefakiran pada umatnya. Padahal beliau sangat mencintai umatnya.
Yang beliau khawatirkan justru sebaliknya. Rasulullah mengkhawatirkan kekayaan
dan kelapangan harta pada umatnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa hal itu
disebabkan mudarat kefakiran lebih ringan daripada mudarat kekayaan. Bahaya yang
ditimbulkan kefakiran pada umumnya berkaitan dengan keduniaan. Sedangkan
bahaya yang diakibatkan kekayaan biasanya berkaitan dengan agama. Mudarat dalam
agama jelas lebih berat daripada mudarat keduniaan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Harta adalah sesuatu yang menggiurkan bagi banyak orang. Lebih-lebih bagi
pemiliknya. Dengan sebab harta yang melimpah, seseorang kemungkinan besar akan
tergoda untuk melakukan berbagai hal yang disenangi hawa nafsunya. Dan yang
disenangi hawa nafsu pada umumnya adalah perkara yang dilarang oleh agama.
Harta juga memicu persaingan untuk memperebutkannya. Akibat persaingan
memperebutkan harta, antarkerabat atau antarteman bisa saling membunuh.
Perebutan harta juga seringkali menjadikan seorang anak kalap lalu mengusir orang
tua kandungnya, menuntutnya di pengadilan dan memenjarakannya. Akibat
perebutan harta, seringkali orang lupa diri dan tidak menyadari bahwa sebenarnya
harta tidak dibawa mati.
Hadirin rahimakumullah,
Jika kita cermati dengan seksama, baik kemiskinan ataupun kekayaan, keduanya bisa
jadi sumber fitnah dan bencana. Namun di sisi yang lain juga bisa menjadi sumber
kemaslahatan serta ladang pahala. Tergantung bagaimana seseorang menyikapi dan
menghadapinya.
Sebagian orang kaya, kekayaan adalah sumber bencana dan fitnah yang mengalirkan
dosa bagi mereka. Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka menyombongkan
diri di hadapan orang lain. Dan sebagian orang kaya menggunakan kekayaan mereka
untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat.
Begitu pula dengan kefakiran. Sebagian orang ketika ditimpa kefakiran, mereka
mencuri dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Bagi mereka, kefakiran
menjadi sebab kesengsaraannya di akhirat. Sebaliknya sebagian orang fakir
menghadapi kefakirannya dengan penuh kesabaran. Sifat sabar inilah yang
mengekang nafsu mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan. Bagi
mereka inilah, kefakiran yang menimpa bermanfaat di akhirat dan menjadi ladang
pahala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagian besar nabi dan wali adalah orang-orang fakir. Sangat sedikit di antara
mereka yang dianugerahi kekayaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan
Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa sebagian besar penduduk surga adalah
orang-orang fakir dalam sabdanya:
‫ْل َخ‬ ‫َق‬ ‫َف َأ َأ ْك َث َأ‬ ‫َّطَل‬
) ‫ا ْع ُت ِف ي الَج َّن ِة َر ْي ُت َر ْه ِل َه ا الُف َر اَء (َر َو اُه ا ُب اِر ّي َو ُم ْس ِل ٌم‬
Maknanya: “Aku melihat di surga, dan aku lihat kebanyakan penduduknya adalah
orang-orang fakir” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
‫َيْد ُخ ُل ُفَقَر اُء اْلُمَهاِج ِريَن اْلَج َّنَة َقْبَل َأْغ ِنَياِئِهْم ِبَس ْبِع يَن َخ ِريًفا (َر َو اُه َأُبو ُنَع ْيٍم ِفي ِح ْلَيِة‬
) ‫اَأْلْو ِلَياِء‬
Maknanya: “Orang-orang fakir di kalangan Muhajirin akan memasuki surga terlebih
dahulu sebelum orang-orang kaya di kalangan mereka dengan selisih waktu 70
tahun” (HR Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’).
Hadirin rahimakumullah,
Jika seseorang dijadikan fakir, hendaklah ia meneladani sahabat Abu Hurairah yang
kemiskinannya tidak menjadikannya lemah semangat dalam menimba ilmu kepada
Rasulullah dan menghadiri majelis-majelis ilmu. Bahkan beliau adalah sahabat Nabi
yang paling banyak meriwayatkan hadits. Begitu fakirnya Abu Hurairah, sampai-
sampai pernah pingsan karena kelaparan. Begitu juga Uwais bin ‘Amir al-Qarani
yang merupakan sebaik-baik tabiin. Begitu miskinnya hingga keinginannya bertemu
dan menimba ilmu langsung dari Rasulullah tidak terpenuhi. Padahal beliau hidup
semasa dengan Rasulullah. Beliau di Yaman dan Rasulullah di Madinah. Karena
baktinya kepada ibu kandungnya dan cinta serta rindunya yang begitu mendalam
kepada Rasulullah, melalui wahyu dari Allah, Baginda Nabi bersabda:
) ‫ِإَّن َخ ْيَر الَّتاِبِع ْيَن َر ُجٌل ُيَقاُل َلُه ُأَو ْيُس ْبُن َع اِم ٍر ِم ْن ُم راٍد ُثّم مْن َقَر ٍن (َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬
Maknanya: “Sesungguhnya sebaik-baik tabiin adalah seorang laki-laki yang bernama
Uwais bin ‘Amir dari kabilah Murad kemudian kabilah Qaran” (HR Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika seseorang dijadikan kaya, hendaklah ia meneladani para sahabat Nabi yang
melimpah hartanya seperti sahabat Abu Bakr dan sahabat ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu ‘anhuma. Harta keduanya diinfakkan di jalan Allah untuk
menopang perkembangan dakwah Islam.
Terakhir, kami tegaskan bahwa Islam sama sekali tidak melarang seseorang menjadi
kaya. Yang dilarang adalah menggunakan kekayaan dalam hal-hal yang dilarang oleh
agama.
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga
bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

‫ َو َتَق َّبَل‬، ‫ َو َنَف َع ي َو َّي اُك ْم َم ا ِف ْي ِه ِم َن اآْل َي اِت َو الِّذ ْك اْل َح ِك ْي‬، ‫َب اَر َك ُهللا ي َو َل ُك ْم ي الُق ْر آ اْل َع ِظ ْي‬
‫ِم‬ ‫ِر‬ ‫ِب‬ ‫ِن ِإ‬ ‫ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬
‫اَل‬
‫ َّنُه ُه َو الَّس ْي ُع اْل َع ِل ْيُم‬، ‫ْي َو ْن ُك ْم ِت َو َت ُه‬
‫ِم‬ ‫ِإ‬ ‫ِم ِّن ِم‬

Khutbah II
‫َاْل َح ْم ُد ِهلل َو َك َف ى‪َ ،‬و ُأ َص ْي َو ُأ َس ُم َع َل ى َس َن ا ُم َح َّم اُمْلْص َط َف ى‪َ ،‬و َع َل ى آ َو َأ ْص َح ا َأ ْه‬
‫ِب ِه ِل‬ ‫ِل ِه‬ ‫ٍد‬ ‫ِّي ِد‬ ‫ِّل‬ ‫ِّل‬
‫ُه‬ ‫ْل َو َف َأ ْش َه ُد َأ ْن اَّل َه اَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ْي َك َل ُه َو ْش َه ُد َّن َس َد َن ُم َح َّم ًد َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫‪.‬‬ ‫ا‬ ‫ِّي ا‬ ‫‪،‬‬ ‫ِر‬ ‫ِإ ل ِإ‬ ‫ا ا‪.‬‬
‫َأ َّم ا َب ْع ُد ‪َ ،‬ف َي ا َأ ُّي َه ا اُمْلْس ُم ْو َن ‪ُ ،‬أ ْو ْي ُك ْم َو َن ْف ْي َتْق َو ى اْل َع اْل َع ْي َو اْع َل ُم ْو ا َأ َّن َهللا‬
‫ِهللا ِل ِّي ِظ ِم‬ ‫ِس ِب‬ ‫ِص‬ ‫ِل‬
‫َأ َم َر ُك ْم َأ ْم َع ْي ‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم الَّص اَل َو الَّس اَل َع َل ى َن اْلَك ْي َف َق اَل ‪َّ :‬ن الَّل َه َو َم اَل َك َتُه ُيَص ُّل وَن‬
‫ِئ‬ ‫ِإ‬ ‫ِب ِّي ِه ِر ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِة‬ ‫ِب‬ ‫ِب ٍر ِظ ٍم‬
‫َل‬ ‫َن‬ ‫َل‬ ‫َا ّٰل‬ ‫َت‬ ‫ُّل َل‬ ‫َأ َّل‬ ‫َل‬
‫َع ى الَّن ِب ِّي ‪َ ،‬ي ا ُّي َه ا ا ِذ يَن آَم ُن وا َص وا َع ْي ِه َو َس ِّل ُم وا ْس ِل يًم ا‪ ،‬ل ُه َّم َص ِّل َع ى َس ِّي ِد ا ُم َح َّم ٍد َو َع ى ِلآ‬
‫َّم‬ ‫َس َن ا ُم َح َّم َك َم ا َص َّل ْي َت َع َل ى َس َن ا ْب َر ا ْيَم َو َع َل ى آ َس َن ا ْب َر ا ْيَم َو َب ا ْك َع َل ى َس َن ا ُم َح‬
‫ٍد‬ ‫ِّي ِد‬ ‫ِر‬ ‫ِل ِّي ِد ِإ ِه‬ ‫ِّي ِد ِإ ِه‬ ‫ٍد‬ ‫ِّي ِد‬
‫َو َع َل ى آ َس َن ا ُم َح َّم َك َم ا َب اَر ْك َت َع َل ى َس َن ا ْب َر ا ْيَم َو َع َل ى آ َس َن ا ْب َر ا ْيَم ‪ْ ،‬ي اْل َع ا ْي َن َّنَك‬
‫ِمَل ِإ‬ ‫ِل ِّي ِد ِإ ِه ِف‬ ‫ِّي ِد ِإ ِه‬ ‫ٍد‬ ‫ِل ِّي ِد‬
‫َح ْي ٌد َم ْي ٌد ‪َ .‬ا لّٰل ُه َّم اْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ْي َن َو اُمْلْس ِل َم اِت واُمْلْؤ ِن ْي َن َو اُمْلْؤ َن اِت اَأْل ْح َي اِء ْن ُه ْم‬
‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم ِج‬
‫ْل‬ ‫ْل‬
‫ْد َف ْع َع َّن َب َء َو َغ َء َو َو َب َء َو َف ْح َش َء َو ُمْلْن َك َر َو َب ْغ َي َو ُّس ُي ْو َف ُمْلْخ َت َف َة‬ ‫ْل‬ ‫اَل‬ ‫ْل‬ ‫اَل‬ ‫ْل‬ ‫َو‬ ‫ْم‬ ‫َو َأْل‬
‫ِل‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اللهم‬ ‫‪،‬‬ ‫ا ِت‬
‫ا‬
‫َو الَّش َد ا َد َو ا َح َن ‪َ ،‬م ا َظ َه َر ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪ْ ،‬ن َب َل َن ا َه َذ ا َخ اَّص ًة َو ْن ُب ْل َد ا اُمْلْس ْي َن َع اَّم ًة ‪َّ ،‬نَك‬
‫ِإ‬ ‫ِل ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِم‬ ‫ِم ِد‬ ‫ِم‬ ‫ِئ ِمْل‬
‫َع َل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َق ِد ْي ٌر‬
‫ْل ُق ْر َب َي ْن َه َع َف ْح َش َو ُمْلْن َك‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫َب اَد ‪ ،‬إَّن َهللا َي ْأ ُم ُر اْل َع ْد َو اإْل ْح َس ا َو ْي َت‬
‫ِر‬ ‫ِء‬ ‫ِن‬ ‫ِن ِإ ِء ِذ‬ ‫ِب ِل‬ ‫ِع ِهللا‬
‫ْك‬ ‫َأ‬ ‫ْذ ُك ُك َل ْك‬ ‫ْل‬ ‫َف ُك‬ ‫ُظ ُك َل َّلُك َت َذ َّك‬ ‫ْغ‬
‫َو الَب ِي ‪َ ،‬ي ِع ْم َع ْم ُر ْو َن ‪ .‬اذ ُر وا َهللا ا َع ِظ ْيَم َي ْر ْم َو ِذ ُر ِهللا َب ُر ‪.‬‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa‬‬


‫‪Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid‬‬
‫‪Indonesia Kab. Mojokerto‬‬

Anda mungkin juga menyukai