Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat: Literasi Digital dan Kesehatan Mental

Khutbah I

ُ ‫ْش ل‬
ُ‫ف‬ َ ْ ‫لُ َأ‬ ُ َ َ‫الس ََلمُُع‬ َّ ‫الص ََلةُُ َو‬ َّ ‫ُ َو‬،‫لُ ُأم ْو لُرُادلُّ نْ َياُ َو ّ لادل ْي لن‬ ُ َ َ‫ْيُع‬ُ ْ ‫ُ َو لب لُهُن َ ْس َت لع‬،‫بُالْ َعال َ لم ْ َْي‬ ُ‫ِلُ َر ّل‬ ُ‫الْ َح ْمدُُ ل ٰ ّ ل‬
َُ ْ ‫ْصا لب لُهُ َوالتَّا لب لع‬
ُ‫ْيُ َُو َم ُْنُتَ لب َعه ُْم‬ َ ْ ‫لُ ٰا ل لُلُ َو َأ‬
ُ َ َ‫لُللاُُعَلَ ْي لُهُ َو َس ََُّّلُ َوع‬ ُ َّ ‫ْيُن َ لب لي ّنَاُم َح َّمدُُ َص‬ َُ ْ ‫ْا َألنْ لب َيا لُءُ َواُلْم ْر َس لل‬
ُ.‫ْي‬ُ ْ ‫لُالْ َح ُُّقُ ْامللُب‬ ُ ‫كُ َُلُالْ َم ل‬ َُ ْ‫ْشي‬ ‫ُ َأ ْشهَدُُ َأ ُْنُ َُلُا ٰ َُلُا َُّلُللاُُ َو ْحدَ هُُ َُلُ َ ل‬،‫لِب ْح َسانُُا َُلُي َ ْولُمُ ّ لادل ْي لن‬
ِ ِ ِ ِ
َُ ْ ‫الصا لدقُُالْ َو ْع لُدُ ْا َأل لم‬
‫ْي‬ َّ ُُ‫َو َأ ْشهَدُُ َأ َُّنُ َس ّيلدَ نَُُم َح َّمدً اُ َع ْبدهُُ َو َرس ْول‬
ُُۚ‫ُ ۤن‬:ُ‫للاُالْ َقائل لُلُ ل ُفُ لك َتا لب لُهُ ْال َك لر ْ لُي‬ ُ‫سُ لب َت ْق َوىُ ل‬ ُ ‫ُفَا ل ّ ُنُ ُأ ْو لص ْي ُْكُ َون َ ْف ل‬.‫َأ َّماُب َ ْعدُُفَ َيا َأُّيُّ َاُالْ َح لاِض ْو َُن‬
‫ُ َصدَ َ ُقُللاُُ ْال َع لظ ُْي‬.‫َوالْ َق َلُّلُ َو َماُي َْسطر ْو َُن‬

Jamaah sholat Jumah masjid Al-Hikam rahimakumullah,


Ketakwaan merupakan bekal yang paling baik dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Itulah salah satu alasan
kenapa pesan ketakwaan menjadi salah satu rukun yang wajib disampaikan setiap khatib Jumat saat
menyampaikan materi khutbahnya. Jika wasiat takwa ini tidak disampaikan kepada jamaah, maka secara hukum,
rangkaian shalat Jumat pun tidak sah. Sehingga pada kesempatan mulia ini, saya selaku khatib berwasiat kepada
seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah
swt dengan berjuang sekuat tenaga menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Perintah mengajak kepada takwa juga banyak termaktub dalam Al-Qur’an seperti ayat yang sering disampaikan
oleh para khatib Jumat yakni Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 102:

َ ُ ۡ ُّ ُ َ َ ‫َ َ َ ُ ُ ذ ذ‬ َ ُ ‫َ َٰٓ َ ُّ َ ذ َ َ َ ُ ْ ذ ُ ْ ذ َ َ ذ‬
١٠٢ ‫يأيها ٱَّلِين ءامنوا ٱتقوا ٱَّلل حق تقاتِهِۦ وَل تموتن إَِل وأنتم مسلِمون‬

Artinya: 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran/4: 102)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah yang diharapkan mengingatkan
kita semua bahwa saat ini kita hidup di zaman digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi
yang sangat pesat. Selain dampak positif yang bisa kita dapatkan dari adanya era digital ini, ancaman nyata juga
hadir dan bisa membawa kita terjerumus kepada hal-hal negatif. Menyikapi kondisi ini, perlu kita meningkatkan
pengetahuan dan kewaspadaan dengan terus memperkuat literasi digital alias kecakapan dalam pemanfaatan alat
dan media digital. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5:
َ َۡ َ‫َ ذ‬ ‫ذ‬ ُ َ ۡ َ ۡ َ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َ َ َ ‫َۡۡ ۡ َ َ ذ‬
‫ ٱَّلِي علم بِٱلقل ِم‬٣ ‫ ٱقرأ وربك ٱۡلكرم‬٢ ‫ٱۡلنسن مِن عل ٍق‬ ِ ‫ خلق‬١ ‫ٱقرأ بِٱس ِم ربِك ٱَّلِي خلق‬
ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ‫َ ذ‬
٥ ‫ٱۡلنسن ما لم يعلم‬ ِ ‫ علم‬٤
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq/96: 1-5)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Allah menurunkan firman-Nya tentang membaca. Ayat ini adalah ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah
swt kepada Nabi Muhammad saw. Sebuah ayat yang mengingatkan kepada kita untuk membaca, membaca, dan
membaca. Membaca di sini bukan hanya membaca secara tekstual, yakni mencari informasi huruf, kata, kalimat,
paragraf sampai dengan teks. Membaca ini juga bermakna kontekstual, yakni membaca situasi dan kondisi
lingkungan serta perkembangan zaman. Pada era digital saat ini, di mana informasi yang beredar di dunia maya
sudah overload (berlebihan) perlu disikapi dengan kemampuan membaca dengan cermat dengan bekal literasi
digital.
Terkait derasnya informasi yang beredar ini, Allah subhanahu wata'ala juga sudah memberikan panduan melalui
firman-Nya dalam QS Al-Hujurat Ayat 6:
ۡ‫َ َما َف َعلۡ ُتم‬ ُ ‫بنَ َبإ َف َتبَ ذي ُن ٓوا ْ أَن تُ ِص‬
َٰ َ َ ْ ‫يبوا ْ قَ ۡو َمُۢا ِِبَ َهَٰلَ ٖة َف ُت ۡصب ِ ُُوا‬ ُ َٓ َ
ُۢ‫ك ۡم فَا ِس ُق‬ ْ ٓ ُ َ َ َ ‫َ َ ُّ َ ذ‬
ٖ ِ ‫يأيها ٱَّلِين ءامنوا إِن جاء‬ َٰٓ
َ ‫َنَٰ ِدم‬
٦ ‫ِني‬
Artinya: 6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat/49: 6)

Kemampuan untuk menyaring informasi ini menjadi ciri dari apakah kita memiliki literasi digital yang baik atau
tidak. Secara umum literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan menggunakan informasi
dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber. Tentunya semakin baik literasi digital yang dikuasai seseorang,
maka akan semakin besar peluang untuk selamat dari hal-hal negatif di dunia maya yang tentu bisa berimbas pada
kehidupan nyata. Sebaliknya, seseorang yang rendah literasi digitalnya, maka akan mudah terprovokasi oleh
berita dan informasi yang diedarkan oknum ataupun kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Literasi digital juga akan mampu menyelamatkan mental kita dari kecanduan media sosial dan lebih peka terhadap
apa yang terjadi di sekeliling kita. Kecanduan media sosial bisa menjadikan seseorang tidak peduli pada sekitar.
Orang yang jauh didekatkan sementara orang yang dekat malah dijauhkan. Seseorang yang memiliki literasi
digital yang baik akan mampu dengan bijak menggunakan media sosial sesuai porsinya. Ia juga akan mampu
memilah dan memilih informasi dan menjaga kesehatan mental dari pengaruh informasi yang tidak benar atau
hoaks. Literasi digital akan mampu mengingatkan seseorang untuk berhati-hati dan menjaga keamanan diri dan
orang lain terutama dari tindak kejahatan digital.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Banyaknya informasi yang tersedia di dunia maya membutuhkan kewaspadaan kita, terlebih jika itu terkait
dengan permasalahan agama. Jangan sampai kita terjebak belajar agama dari sumber yang tidak terpercaya karena
saat ini memang siapa saja bisa membuat konten-konten agama dan dengan mudah disebarkan di dunia maya.
Kita perlu mengingat bahwa belajar agama harus melalui guru yang memiliki silsilah serta kompetensi keilmuan
yang jelas dengan rekam jejak keteladanan dan sikap yang baik. Di era saat ini kita harus memegang prinsip:

ُ‫انْظ ُْرُ َماُقَا َُلُ َُوُتَ ْنظ ُْرُ َم ُْنُقَا َل‬


“Lihat apa yang dikatakan dan lihat juga siapa yang mengatakan”. Terlebih itu berasal dari internet atau media
sosial sehingga kita bisa terhindar dari informasi yang disampaikan oleh orang yang tidak berkompeten di
bidangnya.

Hal ini selaras dengan metode para ulama dalam menentukan apakah sebuah hadits itu shahih atau tidak. Para
ulama selalu mempertimbangkan sanad atau silsilah orang-orang yang membawa atau meriwayatkan sebuah
hadits. Ulama juga mempertimbangkan rawi yakni informan atau orang yang menyampaikan hadits dari Nabi
Muhammad saw. Jika orang yang ada dalam sanad atau rawi ini diragukan kejujuran dan kredibilitasnya maka
secara otomatis akan mempengaruhi kualitas dari hadits tersebut.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Untuk terhindar dari terpapar informasi dan tergelincir akibat berita tidak benar yang bisa mengurangi
kesalehan kita, mari kita amalkan doa yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 8:
ُ ‫ذُ َ َ ۡ َ ذ َ َ َ َۡ ذ‬ َ ۡ َ َ ََۡ َ َ ۡ َ َۡ ََ ُُ ۡ ُ َ َ‫َذ‬
٨ ‫ب َلَا مِن ّلنك رۡحة ًۚ إِنك أنت ٱلوهاب‬ ‫ربنا َل ت ِزغ قلوبنا بعد إِذ هديتنا وه‬

Artinya: 8. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali Imran/3: 8)

ُُ‫الصدَ قَ ل‬
َُّ ‫الص ََللُةُ َو َّالز ََكلُةُ َو‬ ُْ ‫ُ َون َ َف َع ل‬،‫َِب َركَُُللاُُ ل ُْلُ َولَ ُْكُ ل ُْفُه ََذاُالْ َي ْولُمُ ْال َك لر ْ لي‬
َّ ُ‫نُ َوا َلَي ُْكُ لب َماُ لف ْي لُهُ لم َُن‬
ُُ‫ُ َأق ْول‬،‫نُ َو لمنْ ُْكُ َ لَج ْي َُعُ َأ ْ َْعا لنَاُان َّهُُه َُوُالْ َح لك ُْيُالْ َع لل ْي‬ ُْ ّ ‫ُ َوتَ َقبَّ َُلُ لم ل‬،‫ات‬‫الطاعَ ل‬ َّ ُ‫َو لت ََل َولُةُالْق ْر َا لُنُ َو َ لَج ْي ُع ل‬
ِ
‫ُ لان َّهُُه َُوُالْغَف ْورُُ َّالر لح ُْي‬،‫ُفَ ْاس َت ْغ لفر ْوه‬،‫للاُ ل ُْلُ َولَ ْك‬ َُ ُُ‫قَ ْو ل ُْلُه ََذاُ َو َأ ْس َت ْغ لفر‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫َشءُُ َو لك ْي ً َُل‪ُ.‬‬ ‫كُ َ ْ‬ ‫لُ لُّ‬ ‫كُ َل‪ ُ،‬لا َهُلُل َ ُْمُيَ َز ُْلُعَ َ ُ‬ ‫ْشيْ َُ‬ ‫ِلُ َ َْحدً اُ َ ََُكُ َأ َم َُر‪َ ُ.‬أ ْشهَدُُ َأ ُْنُ َل لا ََُلُ لا َُّلُللاُ َو ْحدَ هُُ َُلُ َ ل‬ ‫َالْ َح ْمدُُ ل لُ‬
‫ْي‪ُ.‬‬‫ثُ َر ْ ََح ًُُ للْ َعال َ لم ْ َُ‬‫ْيُ َو ْ َاأل لخ لرْي َن‪َ ُ،‬الْ َم ْبع ْو لُ‬ ‫َو َأ ْشهَدُُ َأ َُّنُم َح َّمدً اُ َع ْبدهُُ َو َرس ْولُُ َو َح لب ْيبهُُ َو َخ لل ْيُل‪َ ُ،‬أ ْك َرلُمُ ْ َاأل َّو ل ْ َُ‬
‫ْصا لب لُهُ َو َم ُْنُ ََك َُنُلَه ُْمُ لم َُنُالتَّا لب لع ْ َْي‪َ ُ،‬ص ََلًُةُدَائل َم ًُُبلدَ َوا لُمُ‬ ‫لُ َأ ل لُلُ َو َأ ْ َ‬‫لُ َس ل ّي لدنَُُم َح َّمدُُ َوعَ َُ‬ ‫اللهمُ َص لُّلُ َو َس لُّّْلُعَ َ ُ‬
‫اتُ َو ْ َاأل ْر لض ْ َُ‬
‫ْي‬ ‫الس َم َو لُ‬‫َّ‬
‫شُ َماُ َظه ََُرُ لم ْْنَاُ َو َماُب َ َط َُن‪َ ُ.‬و َحا لفظ ْواُ‬ ‫اِلُ َح َُّقُت َقا لت لُهُ َو َذر ْواُالْ َف َوا لح َ ُ‬ ‫َأ َّماُب َ ْعدُ‪ُ:‬فَ َياُ َأُّيُّ َاُالْ َح لاِض ْو َُنُات َّقواُ َّ َُ‬
‫للاُ َأ َم َرُْكُ لبأَ ْمرُُبَدَ َُأُ‬ ‫ات‪َ ُ.‬وا ْعلَم ْواُ َأ َُّنُ َُ‬ ‫اتُ َوالْ َو لاج َب لُ‬ ‫الطاعَ لُُ َوحض ْو لُرُالْج ْم َع لُُ َوالْ َج َماعَ لُُ َو َ لَج ْي ُع لُالْ َمأْم ْو َر لُ‬ ‫لُ َّ‬ ‫عَ َ ُ‬
‫نُ لب َم ََلئل َك لُُالْم َس ل ّب َح لُُبلق ْد لس لُه‪.‬‬ ‫لبنَ ْف لس لُه‪َ ُ.‬وثَ َ ُ‬
‫ات‪ُ.‬اللهمُا ْدفَُْعُ َعنَّاُالْ َب َ َُل َُءُ‬ ‫اتُ َا ْ َأل ْح َيا لُءُ لم ْْن ُْمُ لوا ْ َأل ْم َو لُ‬ ‫ْيُ َوالْم ْؤ لمنَ لُ‬ ‫اتُ َوالْم ْؤ لم لن ْ َُ‬ ‫ْيُ َوالْم ْس لل َم لُ‬ ‫ُاللهمُا ْغ لف ُْرُ للْم ْس لل لم ْ َُ‬
‫الشدَ ائلدَُُ َوالْ لم َح َن‪َ ُ،‬ماُ َظه ََُرُ لم ْْنَاُ َو َماُ‬ ‫فُالْم ْختَ لل َف َُُ َو َّ‬ ‫الس ي ْو َ ُ‬ ‫َوالْغ َََل َُءُ َوالْ َو َِب َُءُ َوالْ َف ْحشَ ا َُءُ َوالْم ْن َك َُرُ َوالْ َبغ َُْيُ َو ُّ‬
‫َشءُُقَ لد ْي هُر‪ُ.‬اللَّه َُّمُ َأ لرنَُُالْ َح َُّقُ‬ ‫كُ َ ْ‬ ‫لُ لُّ‬ ‫َّكُعَ َ ُ‬ ‫ْيُعَا َم ً ‪ ُ،‬لان َُ‬ ‫انُالْم ْس لل لم ْ َُ‬ ‫ب َ َط َن‪ ُ،‬لم ُْنُب َ َ لَلنَُُه ََذاُخ ََاص ًُُ َو لم ُْنُب ْ ََل لُ‬
‫َحقًّاُ َو ْارز ْقنَاُا لت ّ َباعَه‪َ ُ،‬و َأ لرنَُُالْ َبا لط َُلُ َِب لط ً َُلُ َو ْارز ْقنَاُا ْج لتنَابَهُ‪َ ُ.‬ربَّنَاُأ لتنَاُ ل ُفُادلُّ نْ َياُ َح َس نَ ًُُ َو ل ُفُ ْاأل لخ َُرلُةُ‬
‫بُالْعال َ لم َُ‬
‫ْي‬ ‫ِلُ َر ل ُّ‬ ‫ابُالنَّ لُار‪ُ.‬و َالْ َح ْمدُُ َّ لُ‬
‫َح َس نَ ًُُ َو لقنَاُُعَ َذ َُ‬
‫انُ َولايْ َتا لُءُ لذ ُْيُالْق ْربَُُ َويَ ْْنَى ُ َع لُنُالْ َف ْحشَ ا لُءُ َوالْم ْن َك لُرُ َوالْ َب ْغ لُي‪ُ،‬‬ ‫للاُيَأْمرُْكُ لِبلْ َع ْد لُلُ َو ْ لال ْح َس لُ‬ ‫للا‪ ُ،‬لا َُّنُ َُ‬ ‫لع َبا َُدُ ل‬
‫للاُالْ َع لظ َُْيُي َ ْذكرُْكُ َو َ لَل ْكرُُ لُ‬
‫للاُ َأ ْك َ ُب‬ ‫ي َ لعظ ُْكُل َ َعل َّ ُْكُت ََذكَّر ْو َُن‪ُ.‬فَ ْاذكر ْواُ َُ‬
‫‪H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung‬‬
‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-literasi-digital-dan-kesehatan-mental-LLCMC‬‬

Anda mungkin juga menyukai