Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat Bulan Ramadhan untuk 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan Bertema

Kejujuran

Khutbah Pertama

‫ِض‬ ‫ِدِه‬ ‫ِل‬ ‫ِت‬ ‫ِس‬ ‫ِهلل ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِع‬ ‫ِل ِه‬
‫ِإّن اَحْلْم َد َّل ْحَنَم ُد ُه َو َنْس َت ْيُنُه َو َنْس َتْغ ُر ُه َو َنُعْو ُذ ِبا ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُف َنا َو َس ّيَئا َأْع َم ا َنا َمْن َيْه اُهلل َفَال ُم ّل َلُه‬
‫َو َمْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِدَي َلُه َأْش َه ُد َأْن َال ِإلَه ِإّال اُهلل َو َأْش َه ُد َأّن َحُمّم ًد ا َعْبُد ُه َو َرُسْو ُله‬
‫َاللُه ّم َص ّل َو َس ّلْم َعلى سّيدنا َحُمّم ٍد َو َعلى آِلِه ِو َأْص َح اِبِه َو َمْن َتِبَعُه ْم ِبِإْح َس اٍن ِإىَل َيْو ِم الّد ْين‬.
‫َياَأّيَه ا اّلَذ ْيَن آَم ُنْو ا اّتُقوا اَهلل َح ّق ُتَق اِتِه َو َال ُمَتْو ُتّن ِإّال َو َأْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬
‫ِط‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِد‬ ‫ِذ‬
‫َياَأّيَه ا اّل ْيَن آَم ُنْو ا اّتُقوا اَهلل َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َس ْيًد ا ُيْص ْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ْر َلُك ْم ُذُنْو َبُك ْم َو َمْن ُي ِع اَهلل َو َرُسْو َلُه‬
‫َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َعِظ ْيًم ا‬
Kaum Muslimin sidang Jumat yang terhormat,
Manusia dikenal sebagai makhluk moral yang perilakunya merefleksikan keyakinan hidup yang dianut.
Dalam Islam, iman dan amal, keyakinan dan perilaku, harus sejalan. Moral kemanusiaan yang tinggi
merupakan manifestasi dari keimanan dalam hati manusia. Tidak ada fondasi moral yang lebih kokoh
daripada keimanan kepada Allah.

Salah seorang Filosof Jerman mengatakan, “Barangsiapa mencari sistem moral yang paling kokoh, dia tidak
akan menemukannya, kecuali dalam ajaran agama.”

Secara universal, kejujuran diakui sebagai jantung moralitas kemanusiaan. Siapa saja, bangsa mana pun, dan
apa pun keyakinannya pasti menghargai kejujuran dan memandang kebohongan sesuatu yang buruk dan
tercela. Kejujuran akan tetap bersinar walau di tengah tumpukan kebohongan dan kepalsuan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran,

‫َفْلَيَّتُقوا الّٰل َه َو ْلَيُقْو ُلْو ا َقْو اًل َس ِدْيًد ا‬


Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak
keturunannya). (QS An-Nisā' :9)

‫ُك َا ا ُك ْن ْۗم الّٰل ا ُل َن ِص ٌۗر‬


‫َو ُه َو َمَع ْم ْيَن َم ُت َو ُه َمِب َتْع َم ْو َب ْي‬
Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hadid : 4)

Dalam sebuah Hadis, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,

‫ َأَيُك وُن اْلُم ْؤ ِم ُن ِخَب ياًل ؟‬:‫ َفِق يَل َلُه‬، ) ‫ ( َنَعْم‬: ‫ َأَيُك وُن اْلُم ْؤ ِم ُن َجَباًنا ؟ َفَق اَل‬: ‫ِقيَل ِلَر ُس وِل الَّلِه َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم‬
) ‫ ( اَل‬: ‫ َأَيُك وُن اْلُم ْؤ ِم ُن َك َّذ اًبا ؟ َفَق اَل‬:‫ َفِق يَل َلُه‬، ) ‫ ( َنَعْم‬: ‫َفَق اَل‬.
''Mungkinkah seorang mukmin itu pengecut?''
''Mungkin,'' jawab Rasulullah.
''Mungkinkah seorang mukmin itu bakhil (kikir)?''
''Mungkin,'' lanjut Rasulullah.
''Mungkinkah seorang mukmin itu pembohong?''
Rasulullah SAW menjawab, ''Tidak!'
Sayyid Sabiq, ulama besar dari Universitas Al-Azhar Cairo dalam bukunya Islamuna ketika menukilkan
Hadis di atas menulis bahwa "iman dan kebiasaan berbohong tidak bisa berkumpul di dalam hati seorang
mukmin.

Rasulullah SAW berwasiat, agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Sebab,
Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur."

Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia,


Dalam sejarah, pribadi besar Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul dengan menerima
wahyu pertama dari Allah, telah dikenal lebih dulu sebagai pribadi yang jujur hingga di lingkungannya di
Mekkah digelari Al-Amin.

‫ َفِإَّن الِّص ْدَق‬، ‫ َعَلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق‬: ‫ َقاَل َرُسْو ُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َعْن َعْبِد اِهلل بِن َمْس ُعْو د َر ِض َي اُهلل َعْنُه َقاَل‬
‫ُد ُق َت َّر ى الِّص ْدَق ىَّت ْك َت ِعْنَد اِهلل‬ ‫ِة‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬
‫َح ُي َب‬ ‫ َو َم ا َيَز اُل الَّر ُج ُل َيْص َو َي َح‬، ‫ َو ِإَّن اْلَّرِب َيْه ْي ِإىَل اَجْلَّن‬، ‫َيْه ْي ِإىَل اْلِّرِب‬
‫ِد ِإ ِر‬ ‫ِر ِإ‬ ‫ِد ِإ‬ ‫ِإ ِذ‬ ‫ِذ‬ ‫ِإ‬ ‫ِص‬
‫ َو َم ا َيَز اُل الَّر ُج ُل‬، ‫ َو َّن اْلُف ُجْو َر َيْه ْي ىَل الَّنا‬، ‫ َف َّن اْلَك َب َيْه ْي ىَل اْلُف ُجْو‬، ‫ َو َّياُك ْم َو اْلَك َب‬، ‫ِّد ْيًق ا‬
‫َيْك ِذُب َو َيَتَح َّر ى اْلَك ِذَب َح ىَّت ُيْك َتَب ِعْنَد اِهلل َك َّذ اًبا‬
Dari Abdullah bin Mas'ud RA, dia berkata: Rasulullah bersabda, ''Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan
berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan. Kebaikan akan mengantarkan
ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan
jauhilah kebohongan. Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan. Kejahatan mengantarkan
ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.'' (HR
Bukhari-Muslim).

Kisah sahabat nabi, Khalifah Umar bin Khattab ketika menguji kejujuran seorang anak gembala kambing di
Madinah lima belas abad yang lampau menarik direnungkan. “Jual-lah kepadaku seekor anak kambingmu
ini, toh tuanmu di balik bukit sana tidak tahu. Katakan saja kepada tuanmu, anak kambing itu telah dimakan
serigala”

Si anak gembala menjawab, “Kalau begitu, fa ainallah!” artinya di mana Allah? Khalifah Umar langsung
mengajak anak gembala yang telah lulus ujian kejujuran itu untuk bersama-sama menemui tuannya.
Khalifah Umar menebus kemerdekaan anak itu dari perbudakan dan menjadikannya manusia merdeka.

Umar berpesan, “Kalimat ini, fa ainallah (di mana Allah), telah memerdekakanmu di dunia. Semoga kalimat
ini (pula) akan memerdekakannmu di akhirat kelak.”

Pemerintahan yang bersih dan berwibawa untuk kesejahteraan rakyat membutuhkan tegaknya kejujuran dan
mental kenegarawanan pada semua aparatur penyelenggara negara. Kejujuran para ilmuwan sangat
dibutuhkan sebagai penunjuk arah kemajuan bangsa dan negara.

Negara hukum yang cita-citakan oleh para pendiri bangsa membutuhkan kejujuran para penegak hukum
untuk mewujudkannya. Kehidupan demokrasi yang konstitusional takkan terwujud tanpa kejujuran.
Kesepakatan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesian membutuhkan kejujuran pada semua
elemen bangsa agar mendatangkan keberkahan dalam kemajuan.

Kaum Muslimin sidang Jumat yang dirahmati Allah,


Dalam upaya membangun masyarakat yang jujur sebagai landasan terbentuknya bangsa dan negara yang
memiliki budaya kejujuran, diperlukan pembentukan pribadi-pribadi jujur sejak dari dalam keluarga.

Perbaikan akhlak bangsa haruslah dimulai dari penguatan keimanan dan membudayakan kejujuran. Krisis
kejujuran akan berdampak luas di tengah masyarakat. Krisis kejujuran menyuburkan praktik korupsi yang
merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Karena kelihaian membuat lingkaran kebohongan,
sebagian perbuatan korupsi, kolusi dan suap tidak tersentuh hukum.

Akan tetapi orang beriman yakin bahwa di akhirat, di Yaumul Mahsyar, semua kebohongan dan kepalsuan
akan dibuka di hadapan Mahkamah Allah dan disaksikan oleh sekalian umat manusia.

Salah satu misi dakwah ialah memperbaiki moral kemanusiaan dan akhlak bangsa. Perbaikan moral
kemanusiaan dan akhlak bangsa dilakukan dengan memperkuat keimanan dan membangun kultur
kejujuran. Setiap orang seyogyanya merasa malu melakukan kejahatan dan pelanggaran, meski tidak
diketahui orang lain.

Dalam kaitan ini, pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan basis terbentuknya
karakter manusia yang beriman dan jujur. Pembudayaan kejujuran bukan hanya membutuhkan pengetahuan,
tetapi perlu keteladanan, keberanian dan integritas yang konsisten.

Kejujuran tidak cukup sekadar slogan, tapi harus tertanam menjadi karakter dan kultur masyarakat.
Kejujuran tidak selalu berbanding lurus dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan, tetapi menyangkut
kualitas pribadi dan karakter.

Ibadah mahdhah yang diwajibkan dalam Islam mendidik setiap muslim menjadi pribadi yang jujur kepada
Allah, jujur dengan diri sendiri dan jujur kepada masyarakat sekeliling.

Salat, zakat, puasa, dan haji mendidik manusia agar menjadi pribadi yang jujur dan ikhlas.
Sejalan dengan misi kerisalahan Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki akhlak manusia, mari
budayakan kejujuran dalam membangun masa depan yang lebih tentram, lebih maju dan lebih sejahtera dari
yang dirasakan selama ini.

Sebuah pesan dari sahabat nabi, khalifah Usman bin Affan patut direnungkan, "Tidak seorang pun yang
menyembunyikan suatu rahasia di dalam hatinya, kecuali Allah akan menampakkan pada raut wajahnya atau
melalui perkataan yang terlontar dari lidahnya."
Semoga khutbah hari ini bermanfaat bagi khatib sendiri dan bagi kita semua.

‫َباَر َك اُهلل َو َلُك ْم يِف اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬،


‫ْيِل‬
‫َو َنَف َع َو ِإَّياُك ْم َمِبا ِفْيِه ِم َن اآلَياِت َو الِّذ ْك ِر اَحْلِكْيِم‬,
‫ْيِن‬
‫ِم ِل‬ ‫ِإ‬ ‫ِم ِم ِت‬
‫َو َتَق َّبَل ْيِّن َو ْنُك ْم َالَو َتُه َّنُه ُه َو الَّس ْيُع اْلَع ْيُم‬.
‫ِح‬ ‫ِف ِإ‬ ‫ِظ‬ ‫ِف‬
‫ َّنُه ُه َو اْلَغُفْو ُر الَّر ْيُم‬،‫َأُقْو ُل َقْو ْيِل َه َذ ا َو اْس َتْغ ُر اَهلل اْلَع ْيَم ْيِل َو َلُك ْم َفاْس َتْغ ُر ْو ُه‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ِا‬ ‫ِا‬
‫اَحْلْم ُد ِهلل َعلَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َعلَى َتْو ِفْيِقِه َو ْم ِتَناِنِه‪َ .‬و َأْش َه ُد َأْن َال َلَه ِإَّال اُهلل َو اُهلل َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َه ُد‬
‫أَّن َس ِّيَدَنا َحُمَّم ًد ا َعْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه الَّداِعي إَىل ِر ْض َو اِنِه‪ .‬اللُه َّم َص ِّل َعَلى َس ِّيِدَنا َحُمَّم ٍد ِو َعَلى َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا‬
‫ِف ِه ِب ِس ِه‬ ‫ِب‬ ‫ِف‬ ‫ِا‬ ‫ِك‬
‫ثْيًر ا َأَّم ا َبْع ُد َفيَا َاُّيَه ا الَّناُس َّتُقوا اَهلل ْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُه ْو ا َعَّم ا َنَه ى َو اْع َلُمْو ا َأَّن اَهلل َأَم َر ُك ْم َأْم ٍر َبَد َأ ْي َنْف َو َثـىَن‬
‫َمِبآل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه‬

‫َو َقاَل َتعَاىَل ِإَّن اَهلل َو َم آلِئَك َتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنىِب يآ َاُّيَه ا اَّلِذْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َعَلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َتْس ِلْيًم ا‪ .‬اللُه َّم َص ِّل َعَلى‬
‫َس ِّيِدَنا َحُمَّم ٍد َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس ِّلْم َو َعَلى آِل َس ِّيِدنَا َحُمَّم ٍد َو َعَلى َاْنِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة ْا َقَّر ِبَنْي َو اْر َض الّلُه َّم َعِن‬
‫ِق َّيِة الَّص ا ِة الَّتاِبِع اِبِعي الَّتاِبِع ُمل ِبِا اٍن ِاَلى ِم‬ ‫ِل‬ ‫ِء ِش ِد‬
‫َنْي ُهَلْم ْح َس َيْو‬ ‫َح َب َو َنْي َو َت‬ ‫ْاُخلَلَف ا الَّر ا ْيَن َأىِب َبْك ٍر َو ُعَم ر َو ُعْثَم ان َو َع ى َو َعْن َب‬
‫ِمِح‬ ‫ِت‬
‫الِّد ْيِن َو اْر َض َعَّنا َمَعُه ْم ِبَر َمْح َك َيا َأْر َح َم الَّر ا َنْي‬

‫َاللُه َّم اْغ ِف ِلْل ْؤ ِمِنَنْي ْا ْؤ ِم َناِت ْا ِلِم َنْي ْا ِل اِت َاَالْح يآ ِم ْنُه ْاَالْم اِت اللُه َّم َأِعَّز ْاِإل ْس َالَم ْا ِلِم َنْي َأِذَّل‬
‫َو‬ ‫َو ُملْس‬ ‫ُء ْم َو َو‬ ‫َو ُملْس َم‬ ‫َو ُملْس‬ ‫ُمل‬ ‫َو‬ ‫ْر ُم‬
‫الِّش ْر َك َو ْا ْش ِر ِكَنْي َو اْنُصْر ِعَباَدَك ْا َو ِّح ِدَّيَة َو اْنُصْر َمْن َنَص َر الِّد ْيَن َو اْخ ُذ ْل َمْن َخ َذَل ْا ْس ِلِم َنْي َو َدِّم ْر َأْعَد اَء الِّد ْيِن‬
‫ِم‬ ‫ِمل‬ ‫ِة‬ ‫ِف‬ ‫ُمل‬ ‫ِمل‬ ‫ُمل‬ ‫ِت‬ ‫ِل ُمل‬
‫ِز‬ ‫ِن‬ ‫ِإ‬
‫َو اْع ِل َك َم ا َك ىَل َيْو َم الِّد ْي ‪ .‬اللُه َّم اْد َفْع َعَّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء َو الَّز َال َل َو ْا َح َن َو ُسْو َء ْال ْتَن َو ْا َح َن َم ا َظَه َر ْنَه ا‬
‫ِم‬ ‫ِن ِلِم‬ ‫ِئ‬ ‫ِد ِا ِن ِس‬
‫‪َ.‬و َم ا َبَطَن َعْن َبَل َنا ْنُد و ْي َّيا خآَّصًة َو َس ا ِر ْالُبْلَد ا ْاُملْس َنْي عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَعاَل َنْي‬
‫َر َّبَنا آِتنَا ىِف الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ىِف ْاآلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َعَذ اَب الَّناِر ‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُفَس َنا َو اإْن ْمَل َتْغِف ْر َلَنا َو َتْر ْمَحَنا َلَنُك ْو َنَّن‬
‫ِس‬ ‫ِم‬
‫‪َ .‬ن ْاَخلا ِر ْيَن‬

‫ِع‬ ‫ِء‬ ‫ِن ِإ ِء ِذ‬ ‫ِب ِل‬ ‫ِع ِهلل ِإ‬


‫َباَدا ! َّن اَهلل َيْأُمُر َنا ْالَعْد َو ْاِإل ْح َس ا َو ْيتآ ي ْالُقْر َىب َو َيْنَه ى َعِن ْالَف ْح شآ َو ْاُملْنَك ِر َو ْالَبْغي َي ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم‬
‫ِذ ِهلل‬ ‫ِن ِمِه‬ ‫ِظ‬
‫َتَذ َّك ُر ْو َن َو اْذُك ُر وا اَهلل ْالَع ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْش ُك ُر ْو ُه َعلَى َع َيِز ْد ُك ْم َو َل ْك ُر ا َأْك َب‬

Anda mungkin juga menyukai